Mamak Darwin, sesuai dengan pasan mamak di bawah, ambo ganti thread.
Indaklah mak, indak paralu mintak maaf. Karena itulah ambo sangat hati-hati menjawab email-email mamak sebelumnya, karena ambo yakin mamak juga berposisi kritis terhadap kerusakan lingkungan kito. Tarimo kasih atas tanggapan mamak ka paper ambo, itu contoh kecil tentang apo nan disebut sebagai "pembangunan" yang katanyo untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam interaksi ambo dengan para pengambil kebijakan ado 3 golongan yang ambo temui 1. Golongan I : Tahu masalah, tahu bagaimana menyelesaikan, tetapi tidak mau berbuat 2. Golongan II : Tidak tahu masalah, tidak tahu bagaimana menyelesaikan, dan tentunya tidak mau susah utk menyelesaikan 3. Golongan III : Tahun masalah, tidak tahu bagaimana menyelesaikan, tetapi dia mau menyelesaikan. Sakitu dulu langgapannyo mak, suatu waktu ingin ambo badiskusi jo mamak dalam copy darek. Salam andiko dari[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]Darwin Bahar < dba...@indo.net.id>balas ke[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]rantaunet@googlegroups.com ke[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]Palanta Rantaunet <rantaunet@googlegroups.com> tanggal[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]21 Februari 2011 23:30subjek[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]Re: [R@ntau-Net] "Batas" Cerpen Pilihan KOMPAS 2003-HelenYahya-Mercumilis[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]<rantaunet.googlegroups.com> Saring pesan dari milis inidikirim oleh[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]googlegroups.comDitandatangani oleh[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]googlegroups.combatalkan langganan[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]Batalkan langganan milis ini[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif][image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]Penting terutama karena kata-kata di dalamnya. Nakan Andiko sarato Sanak sa Palanta; Pertama-tama saya ingin minta maaf karena saya sudah membuat dua kekeliruan. Pertama, tulisan saya di bawah ini seyogyanya saya buat thread tersendiri (Sumbar dan Tantangan Ke Depan) Kedua, pilihan kata-kata saya menimbulkan kesan bahwa saya meremehkan keprihatinan Andiko tentang kondisi hutan di Riau. Padahal tentu saja tidak. Barangkali Andiko belum lupa salah satu kutipan terakhir yang saya kirimkan ke Palanta adalah data tentang kondisi hutan di Riau. Pengandaian saya secara ekstrim tentang kondisi Riau ke depan, agar mudah diperbandingkan dengan kondisi Ranah, terutama jika tidak ada langkah-langkah khusus yang dilakukan oleh Pemprov Sumbar ke depan yang terlihat oleh saya--mudah-mudahan saya salah--agar dengan kekuatan, yaitu pembangunan berbasis nagari dengan pertanian pangan dan UKM sebagai sektor ekonomi andalan, dapat mengubah ancaman menjadi peluang. Akhirul kalam, saya ingin menyampaikan terima kasih atas kiriman paper Andiko "Transformasi Radikal Dengan Keterpaksaan" lewat Palanta. Pendekatan sosioantropologis yang Andiko gunakan menggambarkan dengan gamblang proses pemiskinan ekonomi dan kultural masyarakat Masyarakat Dusun Sajingan Kecil yang suka atau tidak suka harus menyerahkan lahan mereka untuk digunakan oleh pengusaha perkebunan sawit skala besar. Belum pernah saya memperoleh gambaran mengenai "pemiskinan struktural" yang begitu telanjang. Saya menangis membacanya. Wassalam, HDB St Bandaro Kayo (L, 67+) . *Re: [R@ntau-Net] "Batas" Cerpen Pilihan KOMPAS 2003-HelenYahya-Mercu <http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/message/137287;_ylc=X3oDMTJzdGlubmx0BF9TAzk3MzU5NzE1BGdycElkAzExMjAxMjcEZ3Jwc3BJZAMxNzA1MzI5NzI5BG1zZ0lkAzEzNzI4NwRzZWMDZG1zZwRzbGsDdm1zZwRzdGltZQMxMjk4MTk0MzQx> * *Posted by: "andi ko" andi.ko...@gmail.com <andi.ko...@gmail.com?Subject=%20Re%3A%20%5BR%40ntau-Net%5D%20%22Batas%22%20Cerpen%20Pilihan%20KOMPAS%202003-HelenYahya-Mercu> * *Sat Feb 19, 2011 8:09 pm (PST) * Mamak Darwin, dek namo ambo tasabuik, bialah di cubo untuak menanggapi Agak tamanuang mambaco pertanyaan mamak, baa caro manjaweknyo, sebab kok pangalaman jo pengetahuan, tantulah mamak labiah banyak. Dirosok-rosok dulu lubuak, apo lai indak lubuak baransang pertanyaan ko, apo lai indak pertanyaan "Kura-kura dalam perahu". Akhirnyo tapikia dek ambo tanggapan sederhana, semoga memuaskan : Pengetahuan : Kalau pernyataan dibawah menyangkut kepada pengetahuan tentang pentingnyo hutan sarato perdebatan ma di dahulukan ekonomi atau lingkungan, ado banyak jawaban beredar di internet. Salah satu jawaban kompromisnyo adolah apo nan di usuang dek Pak Emil Salim dgn judul sustainable development. Keyakinan : Kalau pertanyaan dibawah menyangkut keyakinan, mako indak ado jalan lain selain menunggu datangnyo akibat langsung kutiko hutan habis di Riau. Karena dampak besar kerusakan hutan bagi sebagian urang, baru dipercayai setelah hutan itu bana-bana habis. Beko bisa di hituang apokah pertumbuhan ekonomi yg mamak sampaikan seimbang jo pengeluaran untuk membayar berbagai biaya yg timbul karena kerusakan lingkungan yg parah. Semoga sidikit tanggapan iko bisa menanggapi apo nan mamak sampaikan. Salam andiko Pada 19 Februari 2011 22:01, Darwin Bahar <dba...@indo.net.id> menulis: > Nakan Andiko sarato Sanak sa Palanta > > Riau, kalaupun hutannya "habis", namun karena posisi geografisnya yang > sangat strategis, masa depannya masih "menjanjikan", artinya Riau masih > banyak pilihan untuk pengembangan ekonominya yang akan menyediakan lapangan > kerja bagi warganya ke depan, bahkan jika deposit minyak bumi sudah tidak > ada lagi. dari[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]Darwin Bahar < dba...@indo.net.id>balas ke[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]rantaunet@googlegroups.com ke[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]Palanta Rantaunet <rantaunet@googlegroups.com> tanggal[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]19 Februari 2011 22:01subjek[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]Re: [R@ntau-Net] "Batas" Cerpen Pilihan KOMPAS 2003-HelenYahya-Mercumilis[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]<rantaunet.googlegroups.com> Saring pesan dari milis inidikirim oleh[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]googlegroups.comDitandatangani oleh[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]googlegroups.combatalkan langganan[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]Batalkan langganan milis ini[image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif][image: https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif]Penting terutama karena kata-kata di dalamnya. Nakan Andiko sarato Sanak sa Palanta Riau, kalaupun hutannya "habis", namun karena posisi geografisnya yang sangat strategis, masa depannya masih "menjanjikan", artinya Riau masih banyak pilihan untuk pengembangan ekonominya yang akan menyediakan lapangan kerja bagi warganya ke depan, bahkan jika deposit minyak bumi sudah tidak ada lagi. Jembatan Selat Sunda, cepat atau lambat pastilah dibangun. Kerugian yang ditimbulkannya akibat kemacetan yang mengular di pelabuhan penyeberangan Merak-Bakauheni waktu ini, selama masa puncak bisa mencapai Rp14 miliar per hari (Media Indonesia 27/12/12). Sementara pembangunan jembatan Selat Malaka dengan sistem BOT yang ditawarkan investor dari Malaysia (artinya pemerintah tidak perlu keluar dana) tinggal ketok palu pemerintah. Tetapi terlepas dari hitung-hitungan itu, pembangunan kedua jembatan antarpulau/negara tersebut tidak terlepas dari kebijakan pengembangan koridor ekonomi nasional---yang merupakan pendekatan pembangunan infrastruktur yang terintegrasi dalam suatu struktur ruang spasial atau kewilayahan---yang diintegrasikan dengan koridor ekonomi ASEAN. Berkaitan dengan hal itu Pemerintah Indonesia tengah menyelesaikan rencana induk bagi enam koridor ekonomi di Indonesia, yang meliputi (1) koridor timur Sumatera dan utara Jawa Barat, (2) koridor pantai utara (pantura) Jawa, (3) koridor Kalimantan, (4) koridor Sulawesi, (5) koridor Papua, serta (6) koridor timur Jawa-Bali-Nusa Tenggara. Kalau jalan kereta api Trans Sumatra dibangun nanti dipastikan akan melintasi pantai timur, bukan barat. Sumatra Barat? Di mana Sumatra Barat? Sudahkah implikasi dari kemungkinan-kemungkinan tersebut di atas diantisipasi di dalam RPJM dan RPJP-provinsi? Akankah hutan akan tetap dikonversikan menjadi perkebunan kelapa sawit berskala besar agar ekonomi (baca PDRB) tetap tumbuh, mengabaikan sektor pertanian (yang anggarannya hanya 3,47% dari total APBD Sumbar 2011)---terutama pertanian pangan dan perkebunan rakyat---sambil bermimpi bahwa Sumbar akan makmur kalau parawistanya 'gemerlapan' seperti parawisata Bali? Pembangunan berbasis nagari, apa itu? Ekonomi kerakyatan, apa itu? BMT nagari, apa itu? LKMA, apa itu? Tapi apalah awak ini. Wassalam, HDB St Bandaro Kayo (L, 67+) -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/