Sanak Sa Palanta nan ambo hormati

Saya melihat gagasan dan kegiatan menyusun karya tulis "Bunga Rampai PRRI"
sebagai bagian kecil dari upaya pelurusan sejarah seputar peristiwa PRRI
yang melibatkan sejumlah tokoh dan masyarakat Minang. Upaya lain dalam skala
dan gaung yang lebih besar ialah yang dilakukan oleh Pak AM Fatwa waktu ini
dalam kapasitasnya sebagai Ketua Panitia Peringatan 100 tahun Syafrudin
Prawiranegara. Sebelumnya majalah Tempo dalam rangka peringatan 100 tahun
Pak Natsir tahun 2008 yang lalu, mencoba menampilkan secara utuh salah satu
negarawan besar bangsa ini yang selalu dikait-kaitkan dengan PRRI, sekaligus
menempatkan PRRI dalam bingkai sejarah yang lebih utuh.

Tetapi mengapa pelurusan sejarah itu perlu?

AA Navis dalam kumpulan tulisannya "Yang Berjalan Sepanjang Jalan"
mengemukakan salah satu karakter masyarakat Minang: "tidak mau kalah dari
orang lain". Karakter itu bisa ditambah dengan sifat-sifat pede, kalkulatif
(oleh  pihak luar sering dikonotasikan "pelit" :) ), rajin dan pekerja
keras. Itulah yang menyebabkan banyak perantau yang berhasil, walaupun tidak
semua tentu  saja.

Pengamatan saya sejak bekerja di PERFORM dulu yang memungkinkan saya
mengunjungi Sumbar setiap  dua bulan sekali selama tiga tahun, sampai
sekarang--dengan segala kedaifan saya--saya menengarai ada yang berkurangdari
masyarakat Minang. Antara lain sifat pede serta sifat yang "tidak mau kalah
dari orang lain".

Banyak faktor penyebabnya tentu saja. Salah satu di antaranya sebagai pihak
yang 'kalah' dalam peristiwa PRRI, sejarah ditulis oleh para pemenang, dan
kita seperti menanggung 'dosa turunan': perasaan kalah dan bersalah

Pak Fatwa dan Tempo punya kepentingan apa? Paling-paling sekedar meluruskan
apa yang  dianggap bengkok.

Tetapi kita?

Karena itu, walaupun ini hanya usah kecil yang tidak serta merta mengubah
situasi, saya sama sekali tidak melihat alasan kegiatan ini dihentikan.
Bahkan saya tidak melihat alasan YPRN tidak bersedia menjadi sponsor
penerbitan buku ini.

Alangkah indahnya buku itu nanti. Ada logo RN, YPRN dan Penerbit.

Bukan baitu Angku Rainal dan dinda Duta?

Salam dan mohon maaf,  

HDB St Bandaro Kayo (L, 67+), asal Padangpanjang, tinggal di Depok 

 

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke