Assallammualaikum wr wb

Inilah salah satu pariwisata khas Sumatera Barat, yg tidak ada di provinsi lain 
maupun di negara lain. Dari jejaring pencinta alam Sumbar, potensi wisata 
tracking ini bisa dikembangkan dalam bentuk paket wisata yg menarik. Tentunya 
paket wisata di Sumbar akan dipenuhi menu adventure & kultur budaya yg akan 
sangat membantu pergerakan ekonomi nagari berbasis kerakyatan.... siapa yg mau 
menjadi pioneer?

wasalam

AZ / lk / 33 th
Padang



________________________________
Dari: Reni Sisri Yanti <resy_2...@yahoo.com>
Kepada: "rantaunet@googlegroups.com" <RantauNet@googlegroups.com>
Terkirim: Sel, 5 April, 2011 19:38:26
Judul: [R@ntau-Net] Ekspedisi Kopassus-Jawa Pos di Gunung Singgalang: 16 Tahun 
Hilang, Burung itu Muncul Lagi


 Oleh : Fajar Rillah Vesky

http://padang-today.com/?mod=feature&today=detil&id=386
Ekspedisi Kopassus-Jawa Pos di Gunung Singgalang: 16 Tahun Hilang, Burung itu 
Muncul Lagi

Senin, 04/04/2011 - 11:48 WIB  Padang Ekspres  149 klik
Peluh Sersan Satu Wahyudi menyembur seperti mata air. Seragam loreng yang 
membungkus tubuhnya terlihat mulai lembab. Tapi, Wahyudi sama sekali tidak 
tertarik untuk mengganti seragam berlogo Komando Pasukan Khusus alias Kopassus 
tersebut.
Alih-alih mengganti seragamnya, Wahyudi yang tercatat sebagai pemegang Nomor 
Register Prajurit  21060241570386 21040135330983 ini,  malah bertambah semangat 
memasang perangkap burung di  Gunung Singgalang.
Perangkap dipasang Wahyudi bersama Ali, mahasiswa pencinta alam dari  
Universitas Andalas Padang, Rabu (23/3) lalu.  Mereka memasang perangkap pada 
sejumlah pohon yang tumbuh di kordinat 4683-5707 Gunung Singgalang atau sekitar 
2.140 meter dari permukaan laut.
Sebelum perangkap burung dipasang, Wahyudi yang mendaki Gunung bersama 8 
prajurit TNI plus mahasiswa Unand dan ITB, sempat mendengar suara aneh seperti 
siulan. Awalnya, suara yang didengar sembilan anggota Tim Ekspedisi Bukit 
Barisan  2011 dari Unit Flora-Fauna ini, sayup-sayup sampai di telinga.  Tapi 
lambat launya, bunyinya malah semakin membahana.
“Siiiiiitttt, Siiiiiit, Siiiiit, begitu suara yang kami dengar. Persis seperti 
orang sedang bersiul," cerita Wahyudi kepada Kordinator Ekspedisi Bukit Barisan 
Wilayah Sumbar Mayor Inf Benny Rahadian Chaniago dan wartawan Padang 
Ekspresyang 
mengikuti ekspedisi, Sabtu (2/4) lalu.
Setelah mendengar suara seperti siulan tersebut,  anggota Unit Flora-Fauna dari 
Unand dan ITB  berbisik kepada  Wahyudi. Mereka menyebut, suara yang didengar  
tadi adalah kicauan seekor burung endemik pulau Sumatera. Makanya, tanpa 
menunggu lama, Wahyudi langsung mengajak Ali untuk memasang perangkap burung.
Perangkap mereka pasang bukan untuk mencelakai burung. Bukan pula untuk 
menangkap atau menjual secara bebas.  Tapi semata-mata untuk memastikan spesies 
burung yang  berkicau. Sayang, menangkap burung di alam bebas bukanlah 
pekerjaan 
gampang.
Empat hari Wahyudi bersama anggota tim ekspedisi memasang perangkap, tak seekor 
 
pun burung yang berhasil  ditangkap. Alhasil, Minggu (27/3) lalu, sekitar pukul 
08.00 WIB, mereka memutuskan bertolak menuju puncak Gunung Singgalang.
Ditemani hangatnya cahaya mentari, perjalanan tim ekspedisi terasa menentramkan 
hati. Apalagi dari ketinggian, mereka bisa menyaksikan Kota Bukittinggi. Meski 
hanya dua pertiga wilayah yang terlihat secara jelas, karena sisanya tertutup 
kabup, tapi batin mereka puas.
Kepuasan itu semakin bertambah manakala di puncak Gunung  Singgalang, tim 
ekspedisi ditemukan Telaga Dewi. Telaga yang selalu menghimbau-himbau pendaki 
untuk kembali lagi. Telaga yang konon, tidak pernah dimasuki selembar pun 
daun-daun kayu.
Di dasar Telaga Dewi itupula, tim ekspedisi melihat sepasang ikan emas tengah 
bermesraan.  Ekor ikan-ikan itu seperti menyuguhkan tarian selamat datang di 
puncak Singgalang. Sayang, tim tidak bisa berlama-lama menyaksikan indahnya 
mahakarya Tuhan.  Sebab dari kejauahan, kicauan burung seperti siulan manusia 
kembali terdengar.
Agar kicauan merdu itu tidak hilang lagi, tim memilih turun gunung untuk 
melihat 
perangkap yang sudah empat hari dipasang. Ternyata, seekor burung berbulu hitam 
dan biru mengkilap sudah masuk ke dalam perangkap. Burung berukuran sekitar 
25-28 centimeter itu terlihat gelisah sekali. Tiap sebentar mulutnya yang 
runcing mengeluarkan bunyi: Siiiiiitttt, Siiiiiit, Siiiiit.
Melihat burung yang diintai sudah ketangkap, Unit  Flora-Fauna senang tak 
terkira. Mereka berniat membawa langsung burung itu menuju posko Tim Ekspedisi 
Bukit Barisan 2011 di kawasan Balingka, Kabupaten Agam. Tapi karena senja sudah 
datang ditambah kondisi cuara yang  buruk, mereka memilih bertahan satu  malam 
lagi di Gunung Singgalang.
Esok harinya atau Senin (28/3), tim Unit Flora-Fauna sampai  juga di Posko 
Ekspedisi Bukit Barisan. Berbekal buku referensi tentang fauna mereka akhinya 
meyakini, burung yang tertangkap itu bernama Ciung-Mungkal Sumatra alias Cochoa 
Beccani Salvadori 1879.
Prediksi ini  dikuatkan oleh analisa sementara Dr Wilson, pakar fauna dari 
Fakultas MIPA Unand. Menurut Wilson yang merangkap sebagai Ketua Tim Ahli Fauna 
Ekspedisi Sumbar, burung Ciung-Mungkal Sumatera adalah burung yang tergolong 
sangat langka. Burung tersebut mempunyai bentuk unik dan dapat mengeluarkan 
siulan-siualan khas."Terakhir kali, suara burung Ciung-Mungkal Sumatera 
didengar 
tahun 1995 oleh seorang peneliti Jerman bernama Simpson. Itupun hanya berupa 
siulan burung dan penglihatan sekilas ketika burung terbang di Gunung Kerinci. 
Sedangkan fisik secara dekat, Simpson tak pernah melihatnya," begitu analisa 
Wilson.
Masih menurut Wilson, sejak tahun 1995 sampai awal tahun 2011 para peneliti 
maupun masyarakat tidak pernah mendengar lagi kicauan Ciung-Mungkal Sumatera. 
Apalagi sampai melihat burung itu terbang di atas angkasa. Makanya, Wilson 
meyakini penemuan burung yang menghilang selama hampir 16 tahun tersebut 
merupakan sebuah sejarah baru.
"Kita memperkirakan, curung  Ciung-Mungkal Sumatera yang tergolong sangat 
langka, tertangkap ketika sedang melewati proses hijrah dari satu pulau ke 
pulau 
lainnya. Kendati demikian, ini akan terus kita teliti," ungkap Wilson.
Bukan Cuma Burung
Selain menemukan burung Ciung-Mungka Sumatera, Tim Ekspedisi Bukit Barisan 2011 
yang terdiri dari personel Kopassus, Raider, Taipur,  Wanadri, akademisi, TV 
One 
dan Jawa Pos (Padang Ekspres Grup) juga menemukan sejumlah flora dan fauna unik 
di Gunung Singggalang. Diantara yang ditemukan itu adalah Begonia Hirtellia 
(tumbuhan herba berukuran kecil yang daunnya dapat  dimakan), Begonia 
Multangula (tumbuhan herba yang memiliki batangh bertubuh halus),Bulbophyillium 
SP (sejenis anggrek tropis yang langka).
Tidak itu saja, menurut Mayor Inf Benny Rahadian Chaniago yang memimpin 
ekspedisi di Gunung Singgalang, pihaknya juga menemukan flora-fauna unik 
lainnya. Mulai dari Macodes Jamaica, Macodes Petola, Melastoma 
Velutinosum, Melhotoria Marginata ,  Nepenthes Singalana, Nephelium 
Tenuifolium, Paphiopedilum, Spathoglottis, Urophyllum, sampai Abroscopus 
Superciliaris atau sejenis burung burung berbulu kekuningan.
“Selanjutnya, kita juga mendapati potensi alam yang sangat indah di sekitar 
Gunung Singgalang. Diantaranya adalah air terjun yang berhadap-hadapan di 
kawasan Malalak,  Kabupaten Agam. Air terjun ini nyaris belum pernah 
tereksploitasi. Selain itu, Telaga Dewi dipuncak Gunung Singgalang juga masih 
sangat menawan,” ujar Benny Rahadian Chaniago yang asli putra Pariaman, Sumbar.
Terkait air terjun yang ditemukan di Gunung Singgalang, tim ekspedisi sempat 
menjajal kederasan air,  dengan cara turun dari puncaknya menggunakan seutas 
tali. Aksi ini benar-benar menciutkan nyali. Tapi anggota Kopasus, Raider, dan 
Taipur Kostrad sama-sekali tidak takut. Mereka benar-benar layak disebut 
sebagai 
pasukan elit TNI Angkatan Darat!
Kendati demikian, bukan berarti pula pasukan elit ini tidak pernah  kaget 
selama 
melakukan ekspedisi di Gunung Singgalang.  Misalnya saja Edi, anggota Kopassus 
yang ditemui Padang Ekspres Minggu (3/4) siang. Edi mengaku sempat terkejut di 
Gunung Singgalang, karena berpapasan dengan beruang berekor panjang.
 “Seumur-umur baru kali itu saya lihat ada beruang punya ekor panjang. Sayang, 
hewan itu tidak boleh ditangkap. Kami hanya bisa mengabadikan dengan kamera. 
Itupun tidak jelas hasilnya, karena resolusi kamera kurang bagus. Walaupun 
demikian, setelah melihat beruang tersebut, saya semakin takjub dengan 
keistimewaan Gunung Singgalang. Banyak flora dan fauna unik di  sini,” ujar Edi 
didampingi Unit Humas Tim Ekspedisi Supriyadi.
Hanya saja, rasa takjub yang disimpan Tim Ekspedisi Bukit Barisan 2011 di 
Gunung 
Singgalang bercampur pula dengan selaksa kerisauan. Ya, tim memang sangat risau 
melihat kondisi hutan lindung dan hutan suaka di Gunung Singgalang.  Kedua 
hutan 
itu,  semakin gundul akibat penebangan liar.  Beberapa kawasan juga terkelupas 
dan siap mendatangkan bencana alam.
Bukan itu saja,  tanda pembatas hutan lindung, hutan rakyat,  dan  hutan suaka 
di Gunung Singgalang juga banyak yang hilang. Kalaupun berhasil ditemukan, 
kondisi tanda pembatas sudah ditutupi semak belukar dan berkarat dimakan waktu. 
“Pokoknya, benar-benar memprihatinkanlah,” kata Supriyadi, anggota Kopassus 
kelahiran Medan, Sumatera Utara.
Walau begitu, tim ekspedisi yang baru satu bulan menginjakkan kaki di Gunung 
Singgalang tidak patah semangat. Sampai batas akhir ekspedisi Agustus 2011 
mendatang, mereka bertekad menjelajahi jengkal demi jengkal gunung yang 
bertetangga dengan Merapi dan Tandikek tersebut.  Sekaligus, menggugah 
kesadaran 
masyarakat sekitar gunung, agar sama-sama menjaga ekosistem dan keseimbangan 
alam. (***)
[ Red/Revdi Iwan Syahputra ]
Ranah bundo memang kaya.....bukan sajo adat budaya, keindahan alam tapi juga 
flora dan fauna....

Renny
Accounting & Finance
APX WORLDWIDE EXPRESS
r...@airparcel-express.com
021 88863360 ext. 214
081806966391  (gsm)
021 95578396 (cdma) 







-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib 
mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. E-mail besar dari 200KB;
2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke