Andiko sarato Sanak Sa Palanta  nan Ambo Hormati 

Petani cengkeh di Sulawesi Utara waktu ini tambah makmur arena kenaikan
harga cengkeh yang akhir-akhir ini mencapai Rp75.000 per kg. Para petani
dapat menikmati kenaikan harga karena seluruh kebun cengkeh di sana
merupakan perkebunan rakyat. Ini berbeda dengan perkebunan kelapa sawit yang
dimonopoli oleh korporasi/asing. Kenaikan harga CPO malahan membuat nasib
sebagian petani semakin runyam.

Pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi di Sulawesi tahun ini relatif tinggi
dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Hal ini antara
lain disebabkan oleh kenaikan harga produk pertanian seperti cengkeh di
Sulawesi Utara dan tanaman pangan: jagung di Gorontalo dan beras di Sulawesi
Selatan, satu dari dua provinsi di Indonesia yang dalam tahun 2010 mengalami
surplus beras di samping Sumatra Selatan. Harga beras di pasar domestic dan
internasional diperkirakan akan tetap meningkat karena negara-negara
pengekspor beras seperti India sudah mulai menahan stoknya.

Jagung tidak hanya bijinya, bongkolnya pun punya nilai ekonomis, yaitu dapat
menjadi bahan baku untuk sumber energi yang terbarukan. Seperti diberitakan
Kompas 26 Februari 2011, perusahaan dari Korea Selatan, LIG Ensulting, dalam
waktu dekat, akan mengembangkan pembangkit listrik tenaga biomas di Provinsi
Gorontalo senilai 30 juta dollar AS. Dengan menggunakan bahan baku tongkol
jagung dan sekam yang memang melimpah di provinsi itu, diproyeksikan dapat
dihasilkan tenaga listrik 12 megawatt.

Apa yang dapat dipejari di sini? Tentu banyak. Namun yang terpenting agar
Sumatra Barat kembali kepada khittahnya, sebagai provinsi agraris, yang
bertumpu pada tanaman pangan dan perkebunan rakyat + industri rumah tangga /
UKM . Izin baru bagi perkebunan sawit skala besar perlu distop. Kegiatan ini
memang banyak menyerap tenaga kerja, terutama tenaga kasar, tetapi yang
memenfatkan bukan hanya anak nagari, tetapi juga pendatang.

Parawisata, kenapa tidak, tetapi pariwisata yang memakmurkan rakyat badarai,
bukan para pemodal, artinya bukan bukan pariwisata model Bali. Itu berarti
jangan satu sentipun lahan pertanian dikorbankan "demi pariwisata".  Namun
yang paling penting, obsesi untuk menjadi pariwisata sebagai "primadona"
perekonomian Sumatra Barat harus dibuang jauh-jauh.

Tid ak ada daerah atau negara yang mampu memakmurkan rakyatnya hanya dari
pariwisata saja. 

Lombok kurang menarik apa sebagai daerah tujuan wisata. Pantai Senggigi
dengan latar Gunung Agung di Pulau Bali menyajikan pemandangan yang sangat
fantastis, terutama menjelang matahari terbenam. Lombok pun punya kuliner
istemewa, ayam taliwang dan pelecing kangkung. Tetapi provinsi ini tercatat
sebagai salah satu provinsi yang banyak mengirim TKI ke LN. 

Sepanyol mungkin merupakan negara Eropah yang paling banyak menerima
kunjungan wisata, tetapi angka pengangguran saat mencapai 21%, dan 45% anak
mudanya tak punya pekerjaan. Selandia Baru, yang mengandalkan pertanian
justru merupakan salah satu dari sepuluh negara yang saat ini paling makmur
di dunia.

Sulawesi Selatan adalah provinsi yang secara sadar menjadikan dirinya
menjadi provinsi agraris, Juni  ketika provinsi tersebut di bawah
kepemimpinan Gubernur Prof Andi Amiruddin. ketika Indonesia mengalami
krismon dalam tahun 1998, hanya dua provinsi yang dapat memberangkatkan
jemaah haji ke Makkah: Sulawesi Selatan dan Sumatra Utara.

Belajar kepada yang sudah, mengambil tuah kepada yang Minang.

Wallahualam bissawab

Wassalam, HDB St Bandaro Kayo (L, 68-), asal Padangpanjang, tinggal di Depok


 

. 


 
<http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/message/144923;_ylc=X3oDMTJzamRuNDl
sBF9TAzk3MzU5NzE1BGdycElkAzExMjAxMjcEZ3Jwc3BJZAMxNzA1MzI5NzI5BG1zZ0lkAzE0NDk
yMwRzZWMDZG1zZwRzbGsDdm1zZwRzdGltZQMxMzA3MjYzNzQx> Re: Angkot atau Taxi Re:
[R@ntau-Net] "Falling Love at the first sig 


Posted by: "andi ko"
<mailto:andi.ko...@gmail.com?Subject=%20Re%3A%20Angkot%20atau%20Taxi%20Re%3A
%20%5BR%40ntau-Net%5D%20%22Falling%20Love%20at%20the%20first%20sig>
andi.ko...@gmail.com 


Sun Jun 5, 2011 1:01 am (PDT) 


Mamak, kok manado ko yo "kerek" ambo jo nyoh. Pada suatu kali seorang
kawan di protes peserta pertemuan hanyo karena indak rapih dan
kinclong kutiko jadi fasilitator pertemuan di Tomohon. Lain pulo
pengalaman ambo, ambo batamu jo seorang anak mudo petani dataran
tinggi tomohon di sebuah pertemuan pulo. Penampilannyo subana dandy
dan ciek lai mamiaro kuku panjang barasaiah mode dirawat di salon jo
menipedi. Ambo tanyo, iyokah sabana petani ko, iyo, keceknyo. Kalau
apak indak picayo, datanglah ka kampuang ambo mancaliak parak
cangkeh....he...he...tingga ambo 3 lap soal penampilan dek sanak iko.

Soal penampilan iko ambo caliak juo di Japang. Suatu kali ambo
manginap di Kyoto. Banyak urang japang jo turki nan jadi pelayan di
hotel ambo manginap. Kalaulah ka pulang karajo mereka2 ko mandi dulu
dan mangganti pakaian nan rancak2. Kalaulah kalua tampek karajo,
seperti pameran mode. Yo rancak2 kalua ambo caliak.

Salam

Andiko

On 6/5/11, Darwin Bahar < <mailto:dbahar%40indo.net.id> dba...@indo.net.id>
wrote:
> Andiko;
>
> Di Manado dulu angkot juga disebut taksi dan sopir-sopirnya juga sangat
> berdisiplin.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke