Sanak Sa Palanta nan Ambo Hormati Bagi yang belum sempat membaca, berikut saya copaskan berita Kompas Minggu, 19 Juni 2011 yang membuat sanak hati sanak MM*** "lintuah sabana lintuah". Saya pun awalnya kurang percaya membaca keterangan foto pada berita tersebut yang menayangkan wisatawan asal Malaysia ketika tiba di Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung Selasa (14/6), dengan pesawat Malaysia Airlines. Bandara tersebut saat ini melayani rute Bandung-Kuala lumpur dengan frekuensi empat kali penerbangan sehari.
Hati orang Minang mana yang tidak akan lintuah, Turis Malaysia menyerbu Bandung untuk berburu telekung, kasut, baju, dan aneka kain di Pasar Baru. Apa yang menarik? Orang Malaysia bilang, lihat desain baju buatan Bandung bikin mereka mau pingsan. Padahal orang awak di kampung dalam desain dan kualitas jahitan rasanya tidak kalah dengan desain baju buatan Bandung. Soal harga, kalau industri rumah tangga dapat pinjaman berbiaya rendah untuk modal kerja seperti pinjaman dari BMT, saya percaya harga jual bisa bersaing. Bahwa "si MM***" meluapkan kegalauannya kepada orang no 1 di Sumatra Barat dengan gayanya yang khas itu rasanya wajar-wajar saja, karena saya pikir itulah caranya dia mewujudkan dukungannya guna menyukseskan misi pak Gubernur mengembangkan pariwisata Sumatra Barat, pariwisata memakmurkan rakyat badarai seperti yang di Bandung itu. Itu berarti masih banyak yang perlu dibenahi ke dalam sebagai tindak lanjut dari pernyataan Pak Gubernur tidak lama setelah dilantik, yang meminta pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadikan Provinsi Sumatera Barat sebagai daerah tujuan wisata (DTW) di Indonesia, setelah Provinsi Bali (Padang Ekspres, 05/09/2010) Salah satu yang terpenting tentu saja menjadikan provinsi ini surplus beras dan komoditas pangan lainnya, agar wisatawan yang berkunjung tidak "berebut makanan" dengan penduduk Sumatra Barat sendiri. Efek inflatoir, adalah salah satu "eksternalitas negatif" dari pariwisata yang sering terlupakan. Pasokan pangan umumnya bersifat inelatis. Meningkatnya demand akan segera meingkatkan harga. Untuk mengatasinya perlu didatangkan dari daerah lain. Artinya, yang diuntungkan petani dari provinsi lain. Efek buruk lainnya, rentan terhadap krisis. Kalau terjadi ketegangan politik dan militer berkepanjangan antara Indonesia dengan Malaysia. kunjungan wisatawan dari Malaysia ke Indonesia pasti menurun drastis. Ketika bekerja di Perform, saya pernah memilih tempat salah satu kegiatan sub-program yang menjadi tanggung jawab saya di Mataram, Lombok, karena ketika itu tingkat hunian hotel di sana sangat rendah sebagai dampak peristiwa Bom Bali II, yang tidak saja berimbas cukup lama kepada pariwisata Bali, tetapi juga kepada pariwisata Lombok. Bahaya yang tidak kalah penting yang sudah sering menjadi bahan bahasan di sini, yaitu dampak negatif terhadap sistem nilai masyarakat (ABS-SBK). Kata kuncinya pariwisata yes, tetapi jangan jadikan sebagai "primadona'. Sia-sia hutang tumbuh, cabar-cabar negeri alah. Wallahualam bissawab Wassalam, HDB St Bandaro Kayo (L, 68-), asal Padangpanjang, tinggal di Depok ==================================================== Mendadak Malaysia, Euy! Minggu, 19 Juni 2011 Budi Suwarna dan Yulia Sapthiani http://cetak.kompas.com/read/2011/06/19/03275010/mendadak.malaysia.euy Turis Malaysia menyerbu Bandung. Mereka berburu telekung, kasut, baju, dan aneka kain di Pasar Baru. Apa yang menarik? Orang Malaysia bilang, lihat desain baju buatan Bandung bikin mereka mau pingsan. Aroma Melayu begitu terasa di Pasar Baru, Bandung, Senin (13/6) pagi. Para pedagang yang kebanyakan orang Sunda mendadak berbicara dengan aksen Melayu setiap bertemu dengan rombongan pelancong asal Malaysia. "Boleh mampir tengok-tengok telekung," ujar seorang pedagang menawarkan aneka model telekung alias mukena. "Sile tengok kasut desain modern," kata seorang pedagang kasut atau sepatu. Pedagang air minum tidak mau kalah. "Sile Abang, Kakak, Makcik, Pakcik minuman sejuk," ujarnya menawarkan air kemasan dingin. Jam menunjukkan pukul 10.00. Pada saat itulah biasanya turis Malaysia mulai mengalir ke Pasar Baru. Mereka datang berburu mukena, sepatu, tas, baju, dan aneka kain. Di antara rombongan turis Malaysia hari itu ada pasangan calon pengantin, Muhtazah Abu Bakar (27) dan Nur Hafzan (30). "Kite nak berkahwin. Jadi, kite cari semue perlengkapan pengantin di sini (Pasar Baru)," kata Nur dengan vokal e pepet, seperti pada kata sepet. Dia datang ke Pasar Baru berbekal majalah tentang perkawinan yang memuat banyak desain baju pengantin. "Desainnya sudah saye pilih dari majalah ini. Saye nak cari kainnya di sini, jahitnya di Malaysia," ujar Nur ketika ditemui di Toko Chand Moda. Sementara Nur sibuk memilih kain, calon suami, Muhtazah, menjalani pengukuran badan untuk pembuatan blazer pengantin. "Saye buat blazer pengantin di sini. Rabu nanti blazernya selesai dan boleh dibawa pulang. Cuma Rp 1,2 juta saja," ujar Muhtazah yang datang ke Bandung pada Sabtu (11/6) dan kembali ke Malaysia, Rabu (15/6). Mengapa jauh-jauh berbelanja ke Pasar Baru? "Produk sini bagus-bagus, murah-murah. Desainnya banyak. Tradisional boleh, modern boleh. Saye nak pengsan (melihatnya)," jawab Nur dengan wajah sumringah. Bayangkan, lanjut Nur, harga barang yang sama di Malaysia bisa tiga kali lipat. Pagi itu Nur belum menghitung berapa ringgit uang yang telah dia habiskan untuk berbelanja. Namun, seorang manajer di Toko Chand Moda membisikkan, Nur dan calon suaminya telah berbelanja senilai Rp 25 juta. Wow! Bawa koper kosong Begitulah. Turis Malaysia datang ke Bandung memang untuk berbelanja. Eddie Hisyam Basaruddin dan Fatehah Abdullah, misalnya, sengaja membawa koper kosong ukuran besar dari Malaysia. Koper itu nanti digunakan untuk mengangkut barang belanjaan mereka. Pelancong seperti ini kian banyak ditemui di Pasar Baru. Saking banyaknya, sejumlah toko di sana menerima transaksi dalam ringgit atau dollar AS. "Kalau mereka kehabisan ringgit, kami akan antarkan mereka ke money changer. Kalau malas ke money changer, boleh belanja dengan ringgit," ujar Yeni, pelayan toko Chandini Boutique. Selain Pasar Baru, mereka juga melirik Toko Tiga yang menjual aneka celana jins dan jaket bermerek. Mereka juga gemar berbelanja di factory outlet, seperti Rumah Mode, The Secret, dan Heritage. Setelah puas berbelanja, mereka biasanya pelesir ke Tangkubanparahu. Belakangan ini banyak pula turis Malaysia yang datang ke Bandung untuk bermain golf. Pekan lalu, misalnya, 114 turis dari Kerajaan Perak, Malaysia, menggelar turnamen golf di Bandung Giri Gahana, Jatinangor, seharian penuh. Penerbangan Turis Malaysia mengalir ke Bandung sejak ada penerbangan langsung AirAsia rute Kuala Lumpur-Bandung pada tahun 2004. Awalnya hanya ada satu penerbangan per hari. Seiring dengan semakin banyaknya orang Malaysia yang berminat melancong ke Bandung, maskapai tersebut menambah jumlah penerbangan menjadi tiga kali, yakni pagi, siang, dan sore. Belakangan Malaysia Airlines juga ikut menggarap rute Kuala Lumpur-Bandung. General Manager PT Angkasa Pura II Kantor Cabang Bandara Husein Sastranegara Eko Diantoro mengatakan, jumlah penumpang yang datang dari luar negeri ke Bandung saat ini 700-800 orang per hari. "Sebagian besar warga negara Malaysia." Dia yakin jumlah turis dari Malaysia semakin deras karena jumlah penerbangan Bandung-Malaysia akan bertambah. Pada Agustus 2011, misalnya, Firefly-anak perusahaan Malaysia Airlines-mulai melayani rute Johor Bahru-Bandung tiga kali seminggu. Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (Asita) Jawa Barat Herman Rukmanadi berpendapat, selain turis domestik, pelancong dari Malaysia saat ini merupakan pasar yang seksi bagi industri pariwisata Bandung. Betapa tidak, jumlah mereka cukup banyak dan mereka berkunjung tanpa mengenal musim. Mereka datang ke Bandung sepanjang tahun kecuali bulan Ramadhan. Selain berbelanja, mereka juga berburu makanan di Bandung. "Selera kita sama persis. Makanan di sini juga sudah pasti halal. Bandingkan kalau mereka ke Bangkok, mereka pasti tanya dulu, ini makanan halal atau haram," ungkap Herman. Shamsul Ridzal (30), turis asal Malaysia, mengatakan, dia suka sekali makan pisang keju di Bandung. "Rasanya sedap betul," kata Shamsul yang sudah dua kali melancong ke Bandung. Herman mengatakan, turis Malaysia juga tergolong boros membelanjakan uang. Diperkirakan setiap turis Malaysia membelanjakan rata-rata Rp 2 juta per hari. Kalau sehari rata-rata ada 700 turis Malaysia yang datang ke Bandung, uang yang mereka gelontorkan Rp 1,4 miliar. "Itu di luar pengeluaran untuk hotel dan transpor." Dia yakin jumlah turis Malaysia yang bisa didatangkan ke Bandung masih besar. Pasalnya, pasar yang sudah digarap baru sebatas Kuala Lumpur. "Kita belum menggarap Johor, Penang, dan Kuching," kata Herman. Persoalannya, siapkah Bandung menerima kedatangan turis asing dalam jumlah besar? Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat Lex Laksamana yang ditemui di sela-sela Jabar Travel Exchange mengatakan, Pemprov akan membenahi infrastruktur, salah satunya membangun bandara internasional di Majalengka. Sejumlah pelaku usaha sebenarnya tidak menginginkan proyek yang muluk-muluk. Mereka cuma berharap pemerintah kota segera mengatasi kemacetan lalu lintas, membangun trotoar, menata reklame yang semrawut, dan mengangkut sampah yang berceceran di pinggir jalan. Tak elok dilihat pakcik dan makcik! (SF) Pak MM Cobo lo di kilik <http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=517> http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=517 Sabagai palapeh uweh-uweh. Dedi N - 49"In Islam has a peaceful and happiness" Asal: Kotogadih, Sunua, Kurai Taji, Pariaman. ________________________________ From: muchwardi muchtar < <mailto:muchwardi%40yahoo.com> muchwa...@yahoo.com> To: <mailto:rantaunet%40googlegroups.com> rantaunet@googlegroups.com Cc: <mailto:redaksi%40hariansinggalang.co.id> reda...@hariansinggalang.co.id Sent: Sunday, June 19, 2011 11:20 PM Subject: [R@ntau-Net] BAA PANGANA BA-1 SABAGAI 'RAJO' DI PROV. SUMBAR...??? (Baa Kaba Kota Kembar Bukiktinggi-Kualalumpur? Kota Ciek Kunci Bukiktinggi-Terenggano? Nagari Ciek Induak Minangkabau-Negerisembilan...?? He hehee...) Lintuah hati den sabana lintuah..... Mambaco Kompas (Ahad 19/6) yang manyatokan Banduang pakan-pakan tarakhie ko sabana mandapek dek raminyo turih dari Malaysia datang dan balanjo sagalo kabutuhan manusia moderen di "Kota Kembang" ko. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/