Mamak Tulisan sederhana dan menyentuh. Hari rayo kadang memberikan makna dan kesan berbeda-beda bagi setiap orang. Hari rayo bagi seorang lelaki bisa menjadi satu pukulan lonceng yang memukul kesadaran tentang keberadaannyo hari kini. Perjalanan waktu dalam meniti pematang suratan-ratak tangan mengantarkan seorang lelaki pada posisi tulang punggung, apalagi seorang lelaki Minang yang menghayati dan menjalankan ke-Minangannya dalam kandungan mamangan adat
Kaluak Paku kacang Balimbiang Tampuruang lenggang-lenggangkan Bao manurun ka Saruaso Tanamlah siriah jo ureknyo Anak di pangku kamanakan dibimbiang Urang kampuang dipatenggangkan Tenggang nagari jan binaso Tenggang sarato jo adaiknyo Sejatinyo indak mudah menjalankan posisi itu, tetapi lebih tidak mudah kemudian mengabaikannyo begitu saja. Hari rayo- ya hari rayo kemudian menjadi penanda. Dari rayo ka rayo, semakin banyak generasi baru yang datang dan mengantarkan seorang lelaki pada posisi puncak, dimana kesendirian kerap datang menyergap di posisi itu. Seperti yang mamak rasakan, lelaki itu menemukan masa kecilnya yang indah di muka-muka polos anak-anak yang "manambang", istilah keren untuk bertamu kerumah-rumah yang merayakan hari raya. Mereka kupu-kupu kecil kehidupan itu duduk takzim menunggu "angpau" yang akan dibagikan si tuan rumah, termasuk lelaki itu. Jauh sebelumnya, segala kebutuhan urang di kampuang telah dikirimkan, untuak adik-adik, kamanakan terutama yang terpaksa merasakan kerasnya kehidupan karena musibah sosial atau karena ditinggal mati ayah dan ibunya. Memang tidak mudah mengambil bagian dari tanggung jawab agama ataupun adat itu. Dalam diam menghindari Riya, memaknai sendiri ikatan-ikatan itu. Di hari raya itulah momentum tafakur memaknai jauah kaki talangkahkan, siklus kehidupan telah mengantarkan ia menjadi ayah sekaligus menjadi mamak dan bahkan pada hari raya-hari raya berikutnya ia akan menjadi kakek yang akan didatangi oleh para cucu. Generasi-generasi baru akan tumbuh, musim akan berganti, hari raya tahun ini ke tahun yang akan datang, berputar mengikuti pergantian tahun. Barangkali secara mekanik tidak akan berarti apa-apa, tetapi batin-batin yang awas akan menangkap makna dari setiap hari raya yang silih berganti dan memetik sesuatu dari sana. Hari raya kemudian menjadi ajang berkontemplasi bagi perjalanan anak Manusia yang pada hari raya itu mungkin saja sedang menjalankan peran menjadi suami, ayah, mamak, atau kakek. Salam Andiko Sutan Mancayo Pada semilir angin selat Malaka 2011/9/1 Darwin Bahar <dba...@indo.net.id> > Sabtu pagi tiga belas Oktober dua ribu tujuh.. **** > > Karena hampir semalaman menerima, membalas dan mengirim SMS Lebaran, saya > terbangun setelah waktu subuh lewat. Di luar terdengar suara gemericik hujan > yang cukup deras, membawa kecemasan kalau saya tidak dapat melaksanakan > shalat Ied pagi ini di lapangan Masjid Istiqamah. **** > > Shalat Idul Adha sangat mungkin saya lakukan nanti di Banda Aceh. Masih > akan ada umurkah saya untuk shalat Ied di lapangan Masjid Istiqamah Idul > Fitri Tahun depan?**** > > Sehabis mandi dan shalat subuh saya ke ruang tamu. Di layar TV saya > menyaksikan musik dawai dengan irama Timur Tengah tayangan Indosiar yang > dengan apik dan piawai dimainkan oleh Grup Debu, yang benar-benar mengajak > kaki untuk menghentak-hentak dan tangan untuk bertepuk-tepuk seperti yang > disampaikan oleh vokalis grup tersebut melalui narasi yang sangat sederhana. > Tetapi tidak lama, Kur sudah menyiapkan ketupat dengan buncis bumbu tauco > dan kalio ayam kampung di ruang makan.**** > > Sementara itu hujan di luar mulai reda. Saya segera menggunakan baju koko, > sarung samarinda dan peci haji yang baru dibelikan si bungsu Ira. Lalu kami > sekeluarga bergegas menuju Masjid Istiqamah. Alhamdulillah saya dan anak > saya nomer dua Anton masih dapat tempat di dalam Masjid yang disediakan > untuk Jemaah pria, sehingga tidak perlu shalat di lapangan yang becek.**** > > Saya segera melakukan dosa pertama pagi itu, ketika merasa mangkel terhadap > imam yang membaca surah di rakaat pertama terlalu panjang, karena ini tidak > sesuai dengan sunah Rasul yang biasanya memendekkan bacaan surah dalam > shalat jika ada jemaah perempuan yang sangat mungkin meninggalkan bayi yang > sedang menyusu di rumah. **** > > Khutbah Ied yang agak bertele-tele, nyaris masuk kuping kiri keluar kuping > kanan, karena shalat Ied sebenarnya sangat sarat dimensi sosial ketimbang > dimensi ritual. Selesai shalat saya bersalam-salaman dengan jemaah terdekat, > yang dikenal maupun yang bukan.**** > > Begitu sampai di rumah dan anak cucu sudah berkumpul semua, Kur menyuruh > menutup pintu. Saya langsung mendekat, memeluk dan mencium pipi perempuan > yang sudah mendampingi saya dalam senang dan susah, suka dan duka selama 41 > tahun lebih yang membuat saya menjadi suami yang selalu bersyukur. Dia > menangis ketika saya berterima kasih dan minta maaf kepadanya.**** > > Kami kemudian duduk di ruang tamu. Anak kami yang tertua Iben mulai > sungkem, dan kemudian menangis terisak-isak dipelukan mamanya, demikian pula > adik-adiknya Anton dan Sony. Sementara kedua anak gadis kami memeluk papa > mereka dengan manja. **** > > Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, dan sebuah keluarga datang untuk > bersilaturakhmi. Karena kami termasuk yang "dituakan", untuk memudahkan > tetangga-tetangga untuk bersilturakhmi, seperti tahun-tahun sebelumnya, > saya, Kur dan anak-anak segera keluar menuju gang di depan rumah kami dan > tetangga kami keluarga Wahyudi. Di sana sudah ada keluarga Rosyid yang > mendiami rumah di sebelahnya--yang bersama keluarga Wahyudi dan keluarga > Asril yang sekarang berada di Surabaya mendampingi putri mereka yang baru > menikah dan sedang hamil muda, keluarga Alm Efendi Rasyad dan keluarga > saya--merupakan keluarga-keluarga yang pertama yang menempati kompleks > tersebut dalam Tahun 1979. Hampir 90 persen keluarga generasi kedua di > kompleks tersebut sudah tidak saya kenali lagi satu persatu, dan tidak > sedikit di antara mereka yang terakhir bertemu dengan saya Lebaran tahun > lalu.**** > > Tidak berapa lama gang tersebut sudah penuh dengan keluarga-keluarga yang > saling berjabatan tangan dan berpeluk-pelukan. Senyum, tawa lega dan tangis > haru. Di sana hati yang retak dipertautkan, silang sengketa diakhiri, dan > siap untuk dimulai kembali begitu Lebaran usai, sesuatu yang sangat jamak > dan manusiawi. Meila sudah siap dengan lembaran lima ribuan di tangan untuk > memberi "angpau" Lebaran buat anak-anak kecil, yang menerimanya dengan > sukacita.**** > > (lalu saya teringat kepada kaum muslimin korban gempa yang merayakan hari > kemenangan ini di tenda-tenda pengungsian di Bengkulu, Pesisir Selatan, > Aceh, serta korban Lumpur Lapindo yang sudah memasuki tahun ketiga)**** > > Setelah mulai sepi kami turun tangga untuk masuk ke rumah keluarga Wahyudi. > Pak Wahyudi seusia saya, yang karena komplikasi penyakit darah tinggi sudah > tidak dapat berdiri. Ketika saya menyalaminya, tiba-tiba saya melihat wajah > saya di wajahnya. Dan bendungan air mata saya pun runtuh.**** > > Kami kembali ke rumah, dan masih menerima tetangga dan kenalan yang > bersilaturkhmi. Ponsel saya sesekali masih bergetar menerima kiriman atau > balasan SMS Lebaran yang saya kirim. Ada perasaan bahagia ketika menerima > kiriman atau balasan dari sahabat dan kenalan yang sudah lama tidak > berjumpa.**** > > Kemudian saya masuk kamar saya untuk beristirahat. Jam dinding terdengar > berdetak lambat tetapi pasti seperti membawa saya dengan bahtera waktu yang > bergerak dengan kecepatan konstan di samudra semesta raya yang sepi, sunyi > dan luas tiada bertepi. **** > > Tetapi bahtera waktu tidak pernah mau diajak surut atau mundur ke belakang. > **** > > Semoga kita memperoleh kemenangan atas diri, > di hari yang fitri ini**** > > Maaf lahir dan batin**** > > Wassalam, Darwin Bahar **** > > [*] disiapkan untuk Superkoran Apakabar, pernah dilewakan di RN dan Surau) > **** > > ** ** > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet > http://groups.google.com/group/RantauNet/~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: > - DILARANG: > 1. E-mail besar dari 200KB; > 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; > 3. One Liner. > - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: > http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 > - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/