Sanak palanta kasado alahee nn baik!

   Kalau Mak Ngah manyabuik tulisan angku Dosen Emeraldy Chatra ini sebagai 
tulisan nn semutu dengan koyok,JB menganggap sesuai dengan pandangan si Dosen 
tu surang,sebagai pandangan 'imajinasi sijarah' nn indak bakaruncingan.

   Namonyo sajo imajinasi,khayalan sambia bamonok-monok di suduik dapua umah si 
dosen tu.
  Dapek diduga,dosen kito ko habih mambaco buku 'Cindua Mato' or naskah pedoman 
'basijobang' nn musahua di Pikumbuah or buku2 kuno lainnya.

    Nan jaleh,JB berikan apresiasi nn positif ka Dosen kito ini atas olah pikia 
imajinasi sijarah,nn akan mampabanyak bahan bacoan awak di milis RN nn kito 
gandrungi ini.

    Salam persaudaraan dari Bonjer,tampek anak dagang Piaman malapehkan 
rangkik2 sahabih jadi kuli di Pamarintahan cq Deparlu.


   ZA,Tk Magek Jabang St Riayat Syah,72+senek,sk 
Mandailiang,Padusunan,Piaman,kini sadang di Betawi.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

-----Original Message-----
From: taufiqras...@rantaunet.org
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Fri, 23 Sep 2011 00:35:15 
To: <rantaunet@googlegroups.com>
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] Minangkabau..... Agama Minakhaba (?)


Apakah ini akan menghubungkan Minangkabau dengan orang  Yahudi ?

TR
-------------------------------
Sejarah Agama Minakhaba


Posted by prosaturripadang

.

Sebuah tulisan dari Emeraldy Chatra, Dosen Unand

Agama Minakhaba mulanya dikembangkan oleh seorang pengembara dari Kerala, 
sebuah kota di Kerajaan Pandya (India), bernama Chetteri Vilanj satu setengah 
abad sebelum Masehi. Pengembara dari kasta Chetteri (setingkat ksatria) ini 
meninggalkan kampung halamannya untuk menyebarkan ajaran Minakhaba. Kerajaan 
Pandya sudah ada sejak beberapa abad sebelum Masehi, ibukotanya bernama Korkai. 
Pandya merupakan kerajaan besar yang maju dan telah menjalin hubungan dagang 
dengan Romawi, Arab, Mesir dan Parsi.

Chetteri Vilanj dari Pandya yang kemudian dikenal sebagai Ceteri Bilang Pandai 
lahir dari etnis Kurician dan Bnei Menaseh. Bnei Menaseh adalah keturunan 
Menaseh yang dikecilkan oleh pengikut Ezra dan Nehemiah di Palestina. Karena 
terdesak pengikut Menaseh meninggalkan Palestina dan menetap di Pandya.

Setelah beberapa tahun berada di Koto Batu, Ceteri Bilang kawin dengan 
Indojulito yang sudah melahirkan Datuak Mangguang dari suaminya terdahulu, 
Maharajodirajo, raja kerajaan Koto Batu. Maharajodirajo adalah seorang penganut 
agama Budha. Perkawinan Ceteri Bilang dengan Indojulito melahirkan si Jatang 
yang setelah dewasa bergelar Datuak Parpatiah Sabatang. Datuak Mangguang 
kemudian diangkat sebagai raja Koto Batu menggantikan ayahnya, sekaligus 
sebagai seorang penghulu tinggi agama Minakhaba. Karena fungsinya sebagai 
penghulu tinggi Minakhaba, Datuak Mangguang lebih sering berada di Dusun Tuah 
(kemudian dikenal dengan nama Dusun Tuoh, lalu jadi Dusun Tuo) yang menjadi 
markas besar agama Minakhaba.

Agama Minakhaba yang dibawa Ceteri Bilang adalah agama yang menyembah satu 
tuhan yang disebut Nabhana atau Nan Bhana. Mulanya agama monoteis yang dibawa 
Nabi Musa ini dibawa oleh orang-orang Kanaan keturunan Menaseh dari Babilonia 
ke Pandya, kerajaan kuno India sekitar 400 tahun sebelum kelahiran Isa. 
Keturunan Menaseh, berbeda dengan prinsip keagamaan yang dianut oleh pengikut 
Ezra dan Nahemiah, memiliki sikap toleran terhadap bangsa lain. Karena itu 
penganut agama yang disebut orang Pandya sebagai “orang Ya” atau “pengikut 
Musa” ini tidak bermasalah hidup di kalangan penganut Hindu di Pandya. 
Lagipula, orang Menaseh dapat meyakinkan orang Hindu yang menganggap dirinya 
keturunan Manu bahwa Musa juga keturunan Manu.

Menurut Kitab Veda, orang-orang Hindu merupakan cucu Manu yang selamat ketika 
terjadi banjir besar ribuan tahun lalu. Kapal Manu beserta sejumlah pengikutnya 
yang setia berlabuh di Puncak Himalaya, kemudian anak cucunya bertebaran ke 
seluruh penjuru dunia dan membangun peradaban di Harappa dan Mahenjo-Daro. 
Salah satu cucu Manu, Yadu dianggap sebagai nenek moyang orang-orang Yovana dan 
Ya di Palestina. Musa adalah salah satu diantara keturunan Yadu. Alikasudaro 
(Iskandar Agung), raja Yovana yang membangun kerajaan Balkh (Bactria) di barat 
India juga keturunan Manu.

Meskipun demikian pengikut Menaseh tetap mempunyai aturan: kawin dengan 
penganut Hindu atau Budha tidak dilarang, tapi pasangan itu harus meninggalkan 
agamanya.

Cateri Bilang dibesarkan sebagai penganut agama Ya yang taat. Tapi ketika 
melihat kepatuhan pengikut Ya kepada agamanya makin lama makin menipis, dan 
pengaruh Hindu makin kuat terhadap penganut Ya, Cateri Bilang mengembangkan 
ajarannya sendiri, yaitu Minakhabaya atau Ajaran Baru Ya, yang disingkat jadi 
Minakhaba saja.

Kitab suci Minakhaba tetap sama dengan yang dipercaya penganut agama Ya, yaitu 
Tuah atau Patatah. Kitab itu berbentuk gulungan (scroll) yang hanya dimiliki 
oleh para penghulu tertentu, tidak boleh dibaca sembarang orang. Gulungan Tuah 
dipandang sangat suci dan demikian berharga, tapi “boleh” digadaikan kalau ada 
anak perempuan yang tidak kunjung bersuami. Artinya, kalau ada anak perempuan 
tidak bersuami dalam sebuah keluarga, harga diri keluarga itu sudah hancur.

Selain membaca gulungan Tuah para penghulu tertentu, yang senior, juga membaca 
kitab Tamu yang ditulis oleh para penganut agama Ya di Kanaan atau Palestina 
dalam bahasa dan tulisan Aramaik. Kitab Tamu berisi interpretasi terhadap Tuah, 
juga sejumlah riwayat para pewaris Hukum Musa. Karena kesulitan membaca tulisan 
aslinya, kebanyakan para penghulu menerima ajaran secara lisan dari penghulu 
tinggi yang paham bahasa asing. Datuak Parpatiah Sabatang adalah salah seorang 
penghulu tinggi yang mampu membaca tulisan Aramaik dan pernah mengembara ke 
India, Parsi dan Kanaan bersama saudaranya Datuak Mangguang. Kedua datuak itu 
menulis sendiri buku Tamu mereka dalam aksara Aramaik.

Namun kemudian terjadi perpecahan antara kedua bersaudara itu. Datuak Parpatiah 
Sabatang yang sejak kecil sudah terbiasa hidup di luar istana (karena dekat 
dengan ayahnya yang bukan bangsawan) mengembangkan ajaran baru yang ia sebut 
Bodi-Caniago. Penganut ajaran Bodi-Caniago dibagi ke dalam dua komunitas 
berdasarkan garis keturunan ibu. Seperti halnya pada kelompok Koto dan Piliang, 
kelompok-kelompok itu juga disebut adat. Oleh sebab itu ada istilah adat Bodi 
dan adat Caniago, yang intinya sama-sama menganut ajaran agama Minakhaba.

Datuak Parpatiah Sabatang mengakui ia terpengaruh oleh prilaku Sidharta Gautama 
yang mengembara dan melepaskan atribut kerajaan dari dirinya. Namun Datuak 
Parpatiah tidak melepas Hukum Musa atau tetap beragama Minakhaba.

***

Orang Minakhaba adalah campuran antara pribumi dengan keturunan orang Kurician 
yang tinggal di India Selatan. Kurician adalah etnis minoritas di India selatan 
yang kurang dikenal. Nenek moyang orang Kurician berimigrasi sekitar lima abad 
sebelum kedatangan Ceteri Bilang (masih dalam zaman Neoliticum). Imigran 
Kurician yang menganut matrilineal itu meneruskan pekerjaan nenek moyang mereka 
di India, yaitu sebagi petani. Mereka mengajari orang pribumi bercocok tanam, 
membuat sawah dan membangun sistem irigasi. Mereka juga membuat mejen dari 
batu-batu besar (menhir).

Dalam waktu dua abad populasi orang Kurician makin meningkat. Mereka menyebar 
kemana-mana, kawin-mawin dengan penduduk asli. Matrilineal akhirnya jadi sistem 
yang diterima oleh penduduk pribumi. Agama orang Kurician mulanya agama asli 
Tamil (pra-Hindu), tapi karena putus hubungan dengan India dan tidak dapat 
membangun kelembagaan agama mereka mulai melupakan agama mereka dan beralih ke 
animisme, seperti anutan orang pribumi.

Dua abad setelah kedatangan imigran Kurician datang lagi satu rombongan imigran 
dari India yang berasal dari Palibothra atau Pataliputra, ibukota Kerajaan 
Sunga di utara India. Imigrasi ini disebabkan orang-orang Budha ditidas oleh 
penguasa Sunga yang beragama Hindu. Kuil-kuil Budha di Nalanda, Bodhgaya, 
Sarnath dan Mathura dibakari, penganut Budha dibunuhi dengan kejam. Akibat 
kekejaman yang berlangsung selama lima tahun itu banyak penganut Budha 
menyelamatkan diri keluar kerajaan Sunga. Orang-orang Pataliputra sering juga 
disebut orang-orang Batalidarah atau satu keturunan.

Rombongan yang berimigrasi ini berdarah campuran Yunani-India (disebut Yobana 
India. Yobana dari Yovana=Yunani (Sanskrit)) dan mengatakan diri mereka sebagai 
keturunan Alikasudaro (Iskandar Zulkarnain). Mulanya mereka hidup di kerajaan 
Mauriya yang tenang. Tapi 185 SM Pusyamitra Sunga, seorang panglima perang 
kerajaan Maurya membunuh rajanya: Baradrata. Mauriya runtuh, berganti menjadi 
kerajaan Sunga. Raja Pusyamitra Sunga yang beragama Hindu berusaha menghapus 
agama Budha dengan melakukan kekejaman.

Imigran dari Pataliputra itu tidak langsung berbaur dengan masyarakat, tapi 
membangun pemukiman di lereng gunung Marapi. Setelah berpuluh tahun mereka 
turun gunung dan membangun kerajaan yang dinamakan Kerajaan Koto Batu. Rajanya 
yang diberi gelar Maharajodirajo kawin dengan Indojulito yang nenek moyangnya 
keturunan Kurician.

Peninggalan penting kerajaan Koto Batu adalah pola pendidikan anak laki-laki 
yang dikonsentrasikan di sebuah tempat (surau). Pola ini diilhami oleh pola 
pendidikan di Yunani kuno, negeri nenek moyang orang-orang Batalidarah.

Orang Kurician dan pribumi umumnya berkulit gelap atau coklat tua. Sedang 
rombongan Maharajodirajo yang datang kemudian berkulit putih. Percampuran 
antara kedua etnis berbeda kulit inilah yang menentukan warna kulit orang 
Minakhaba kemudian hari.

Ceteri Bilang yang datang ke Koto Batu mulanya dikenal sebagai maharishi (dalam 
lidah lokal jadi marasai, karena badannya kurus dan terlihat tidak terurus, 
tapi orang tahu ia sangat sakti). Ia lalu diangkat sebagai penasehat oleh 
Maharajodirajo.

Ceteri Bilang sama-sama keturunan Kurician dengan Indojulito. Karena itu anak 
mereka, si Jatang yang kemudian bergelar Datuak Parpatiah Sabatang berkulit 
lebih gelap dibandingkan kakak lain ayahnya, Datuak Mangguang.

Ketika agama Minakhaba dikembangkan oleh Datuak Mangguang dan Datuak Parpatiah 
Sabatang tradisi matrilineal tidak dihapuskan. Mereka merasa ada kesesuaian 
antara adat Kurician dengan ajaran Minakhaba yang memuliakan ibu. Karena itu 
keduanya sepakat menjadikan matrilineal sebagai sistem resmi agama Minakhaba.

Catatan:

Tulisan ini imaji sejarah yang dibuat untuk menguji apakah masih tersisa ruang 
untuk berpikir beda…
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke