Re: [budaya_tionghua] OOT: HARGAILAH NYAWA SESEORANG- TRUE STORY
rumah sakit, dokter2 sekarang nga ada hati nurani lg, maunya duit2 mulu, sistem administrasi rs juga diribet2in, mau darah aja harus lewat PMI, padahal lewat rs itu sendiri harusnya diperbolehkan, seluruhnya direbet2in, mau tunggu orang itu mati dulu baru mau kasih darah, mending minta ke PMI lgs dikasih, ini harus tungu2 lagi, dasar, maunya duit2 mulu, hati nurani para pengelola negara ini gimana kok dibiarin aja. Hal ini terjadi berulang2 kali, nga terhitung orang yg ninggal krn tunggu darah doang. bener2 mengecewakan, Oknum2 yg berada dibalik drama kematian sialan lo oknum --- Jimmy Okberto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > HARGAILAH NYAWA SESEORANG- TRUE STORY > Edy limin <[EMAIL PROTECTED]> > HAL YANG MASIH BISA TERJADI DI ERA MILENIUM!!! > > Kepada Redaksi/Pembaca yang budiman, baik dan > terhormat, saya berharap > surat ini dapat disebarluaskan dan diketahui oleh > masyarakat luas agar > kejadian yang menimpa saya tidak terulang/terjadi > lagi kepada > orang/keluarga lain. Perlu diketahui saya menulis > surat ini bukan > bertujuan untuk menjelekkan atau merendahkan > siapapun. Saya menulis > surat ini karena hati saya tergerak dan ingin > membagi pengalaman pahit > yang saya dapatkan untuk para pembaca agar > dikemudian hari diharapkan > tidak terjadi lagi kejadian yang sama terhadap > siapapun dimanapun yang > akan melakukan persalinan terutama di Medan (SUMUT). > Saat saya menulis > surat ini, saya sedang berduka karena istri saya > tercinta sudah > meninggal akibat pendarahan sewaktu melahirkan. > Sebagai informasi, istri > saya selalu cek up rutin dengan dokter bersalin dan > mengikuti program > senam hamil di RS Gleneagles. Istri saya melahirkan > secara normal dan > dibantu dengan alat Vacuum di RS Gleneagles, Medan. > Anak saya saat ini > sehat-sehat saja. Menurut pihak rumah sakit, dalam > hal ini adalah > dokter, Pendarahan tersebut terjadi karena darah > istri saya terlalu > encer dan tidak bisa beku disebabkan karena kadar > trombosit didalam > darah terlalu rendah. Dugaan dokter, kadar > Trombositnya rendah karena > mengkonsumsi Jamur (Hio-ko) dan Io-som (Ginseng). > Tetapi dokter tidak > menjelaskan seberapa besar konsumsi yang dapat > membahayakan kesehatan > ibu hamil. Jujur saja, saya tidak bermaksud untuk > menyalahkan siapapun > (Dokter/Rumah Sakit) dan apapun (Prosedur persalinan > atau > Undang-undang). Akan tetapi, ada beberapa hal yang > sangat mengganjal > dihati saya yang perlu saya sampaikan kepada para > pembaca. > Pertama, istri saya harus menunggu waktu sampai 2 > jam untuk menerima > transfusi darah dari RS. Waktu itu pihak RS bilang > harus mengambil darah > dari PMI. Saat itu saya heran dan bertanya kenapa > kok RS yang terkenal > di medan ini tidak ada stok darah sama sekali. > Kemudian, pihak RS > mengatakan kalau peraturan pemerintah sudah > menerapkan bahwa RS tidak > boleh ada stok darah. Apa benar? Sampai sekarang, > hal ini masih menjadi > tanda tanya besar bagi saya karena kalau harus > mengambil darah lagi di > PMI dan pasien sedang sekarat, waktu 2 jam itu > sangat berarti. Saya rasa > kita sebagai orang awam tahu kalau darah yang > mengalir dalam waktu 2 jam > itu sudah seberapa banyak dan seberapa besar efeknya > terhadap pasien. > Sesaat sebelum istri saya menerima transfusi darah, > dia masih dalam > keadaan sadar dan memberitahukan kepada saya, > "Kenapa darah belum > datang? Kenapa darah belum datang? Kok lama sekali? > Tuuubbuuuh ssaayaa > seemuanyaa sudah keeebbaaas/mati rasa (lidah sudah > kaku). Kamu ada > dimana? Kok tidak kelihatan?? Saat itu pandangan > matanya pun sudah > gelap. Setelah itu dia menerima transfusi darah, > akan tetapi istri saya > memberitahukan kepada saya bahwa darah tersebut > tidak masuk kedalam > tubuh, karena masuk dari tangan keluar dari daerah > persalinan/selangkangan (alias numpang lewat). > Selanjutnya, istri saya > tidak sadarkan diri dan dioperasi untuk diangkat > rahimnya (atas saran > dokter). Tiga hari kemudian istri saya meninggal > karena kondisinya tidak > stabil (tensi naik turun). Perlu anda ketahui bahwa > istri saya total > menerima lebih 40 bags/10 liter transfusi darah (1 > bag = 250 cc). > Selama tiga hari itu, saya harus mati-matian mencari > pendonor darah > karena stok di PMI tidak banyak. Kebetulan, banyak > sanak keluarga dan > teman-teman yang datang untuk menyumbangkan darah > setelah mendengar > kasus istri saya. Ada hal aneh lagi, para pendonor > darah harus ke PMI > dulu untuk mendonor karena pihak RS tidak ada > tempat/kantong darah. > Kedua, jikalau darah istri saya saat itu memang > encer atau trombositnya > rendah, kenapa pihak RS tidak mengecek darah istri > saya terlebih dahulu > sebelum terjadinya persalinan? Apakah dianggap tidak > penting atau tidak > ada prosedur tetap/baku? Setahu saya, pendarahan ini > tidak hanya terjadi > pada istri saya alias tidak hanya terjadi kali ini > saja tetapi juga > sudah pernah terjadi terhadap pasien-pasien > sebelumnya. Tetapi kenapa > pihak RS
[budaya_tionghua] OOT: HARGAILAH NYAWA SESEORANG- TRUE STORY
HARGAILAH NYAWA SESEORANG- TRUE STORY Edy limin <[EMAIL PROTECTED]> HAL YANG MASIH BISA TERJADI DI ERA MILENIUM!!! Kepada Redaksi/Pembaca yang budiman, baik dan terhormat, saya berharap surat ini dapat disebarluaskan dan diketahui oleh masyarakat luas agar kejadian yang menimpa saya tidak terulang/terjadi lagi kepada orang/keluarga lain. Perlu diketahui saya menulis surat ini bukan bertujuan untuk menjelekkan atau merendahkan siapapun. Saya menulis surat ini karena hati saya tergerak dan ingin membagi pengalaman pahit yang saya dapatkan untuk para pembaca agar dikemudian hari diharapkan tidak terjadi lagi kejadian yang sama terhadap siapapun dimanapun yang akan melakukan persalinan terutama di Medan (SUMUT). Saat saya menulis surat ini, saya sedang berduka karena istri saya tercinta sudah meninggal akibat pendarahan sewaktu melahirkan. Sebagai informasi, istri saya selalu cek up rutin dengan dokter bersalin dan mengikuti program senam hamil di RS Gleneagles. Istri saya melahirkan secara normal dan dibantu dengan alat Vacuum di RS Gleneagles, Medan. Anak saya saat ini sehat-sehat saja. Menurut pihak rumah sakit, dalam hal ini adalah dokter, Pendarahan tersebut terjadi karena darah istri saya terlalu encer dan tidak bisa beku disebabkan karena kadar trombosit didalam darah terlalu rendah. Dugaan dokter, kadar Trombositnya rendah karena mengkonsumsi Jamur (Hio-ko) dan Io-som (Ginseng). Tetapi dokter tidak menjelaskan seberapa besar konsumsi yang dapat membahayakan kesehatan ibu hamil. Jujur saja, saya tidak bermaksud untuk menyalahkan siapapun (Dokter/Rumah Sakit) dan apapun (Prosedur persalinan atau Undang-undang). Akan tetapi, ada beberapa hal yang sangat mengganjal dihati saya yang perlu saya sampaikan kepada para pembaca. Pertama, istri saya harus menunggu waktu sampai 2 jam untuk menerima transfusi darah dari RS. Waktu itu pihak RS bilang harus mengambil darah dari PMI. Saat itu saya heran dan bertanya kenapa kok RS yang terkenal di medan ini tidak ada stok darah sama sekali. Kemudian, pihak RS mengatakan kalau peraturan pemerintah sudah menerapkan bahwa RS tidak boleh ada stok darah. Apa benar? Sampai sekarang, hal ini masih menjadi tanda tanya besar bagi saya karena kalau harus mengambil darah lagi di PMI dan pasien sedang sekarat, waktu 2 jam itu sangat berarti. Saya rasa kita sebagai orang awam tahu kalau darah yang mengalir dalam waktu 2 jam itu sudah seberapa banyak dan seberapa besar efeknya terhadap pasien. Sesaat sebelum istri saya menerima transfusi darah, dia masih dalam keadaan sadar dan memberitahukan kepada saya, "Kenapa darah belum datang? Kenapa darah belum datang? Kok lama sekali? Tuuubbuuuh ssaayaa seemuanyaa sudah keeebbaaas/mati rasa (lidah sudah kaku). Kamu ada dimana? Kok tidak kelihatan?? Saat itu pandangan matanya pun sudah gelap. Setelah itu dia menerima transfusi darah, akan tetapi istri saya memberitahukan kepada saya bahwa darah tersebut tidak masuk kedalam tubuh, karena masuk dari tangan keluar dari daerah persalinan/selangkangan (alias numpang lewat). Selanjutnya, istri saya tidak sadarkan diri dan dioperasi untuk diangkat rahimnya (atas saran dokter). Tiga hari kemudian istri saya meninggal karena kondisinya tidak stabil (tensi naik turun). Perlu anda ketahui bahwa istri saya total menerima lebih 40 bags/10 liter transfusi darah (1 bag = 250 cc). Selama tiga hari itu, saya harus mati-matian mencari pendonor darah karena stok di PMI tidak banyak. Kebetulan, banyak sanak keluarga dan teman-teman yang datang untuk menyumbangkan darah setelah mendengar kasus istri saya. Ada hal aneh lagi, para pendonor darah harus ke PMI dulu untuk mendonor karena pihak RS tidak ada tempat/kantong darah. Kedua, jikalau darah istri saya saat itu memang encer atau trombositnya rendah, kenapa pihak RS tidak mengecek darah istri saya terlebih dahulu sebelum terjadinya persalinan? Apakah dianggap tidak penting atau tidak ada prosedur tetap/baku? Setahu saya, pendarahan ini tidak hanya terjadi pada istri saya alias tidak hanya terjadi kali ini saja tetapi juga sudah pernah terjadi terhadap pasien-pasien sebelumnya. Tetapi kenapa pihak RS tidak ada ide inovatif untuk mencegah hal tersebut terjadi/tidakterulang kembali? Ketiga, sewaktu saya mau mengambil jenazah istri saya, saya harus menyelesaikan dulu semua administrasi yang diwajibkan oleh pihak RS. Yang anehnya, saya diwajibkan/diharuskan membayar lebih 10 juta rupiah dari tagihan yang ada dengan alasan biaya dokter belum masuk. Total tagihan sementara 60 juta rupiah, saya diharuskan membayar 70 juta rupiah untuk menebus jenazah istri saya. Apakah memang pihak RS sudah tidak lagi memiliki rasa prikemanusiaan/rasa sosial? Bayangkan dimana saya harus mencari uang sebanyak itu pada waktu tengah malam? Kebetulan, saya masih dapat pinjaman dari saudara, kalau tidak saya rasa saya bakal di charge lagi biaya inap jenazah. Untuk itu, berdasarkan pengalaman yang saya alami, saya mengharapkan dan meminta kepada orang-orang yang bersangkutan dan bertang