Re: [iagi-net-l] PETROLEUM FUND --> Dokumen Kontrak PSC dan Kontrak Karya dinyatakan terbuka u/publik!!

2012-08-01 Terurut Topik noor syarifuddin
Kalau boleh ikut urun rembug...:
 
- issue PF ini mungkin sangat relevan waktu belum ada mekanisme joint study, 
karena memang akan sulit untuk ikut bid kalau datanya tidak lengkap..
- sejak beberapa tahun ini MIGAS berinovasi dengan proses JS yang kemudian 
menjadi direct offer waktu bidding. Dalam skema ini, semua perusahaan diberi 
kebebasan untuk memilih area yang diinginkan (selama masih belum ada yang 
ambil) dan termasuk juga proses pengambilan data dan study awal untuk sampai 
pada kesimpulan apakah blok tsb layak untuk diambil atau tidak. Biayanya tidak 
terlalu besar, karena data bisa dibeli dari spec survey atau bahkan mengatur 
supaya kontraktor ambil data di lokasi yang diinginkan. Tentu akan ada 
escalation fee kalau akhirnya blok tsb jadi diambil oleh perusahaan tsb.
Sukses rationya juga nyaris 100%, karena memang dipilih sendiri oleh si calon 
Operator 
 
Jadi saya kira sesuai ajakan ADB sebelumnya: kita konsentrasikan saja kita pada 
apa yang bisa kita eksplorasi saat ini.. apa yang kiranya bisa IAGI kompori 
supaya investor mau masuk ke kita. Sekali lagi saya mengambil contoh ke 
symposium yang di Bandung, itu sangat bagusdan ada impaknya ke pergerakan 
eksplorasi Indonesia. 
Kalau kita juga nggak ada ide, maka saya perkirakan penggunaan dana PF pun akan 
acak-adut karena tidak fokus mau ke mana arahnya jadi ya seperti 
kekhawatiran Abah di bawah ini.
 
 
salam,

From: Yanto R. Sumantri 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Wednesday, August 1, 2012 1:34 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] PETROLEUM FUND --> Dokumen Kontrak PSC dan Kontrak 
Karya dinyatakan terbuka u/publik!!


Rekan rekan sekalian


Saya sangat sependapat bahwa petroleum fund akan dapat dipakai sebagai biaya 
untuk melakukan pematangan data pada daerah "frontier".

Akan tetapi dalam situasi saat ini dimana , korupsi merajalela disetiap level 
birokasi ,rasanya sangat sulit untuk "menitipkan" dana sebesar itu tanpa ada 
kemungkinan dikorupsi.

Apakah akan ada institusi yang cukup tebal imannya , sehingga dana itu benar 
benar dimanfaatkan sesuai dengan tujuan ?
Maaf kalau pendapat saya ini menyinggung beberapa fihak.

Walahuallam.

si Abah
From: Bambang P. Istadi 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Tuesday, July 31, 2012 4:56 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] PETROLEUM FUND --> Dokumen Kontrak PSC dan Kontrak 
Karya dinyatakan terbuka u/publik!!

Rekan2 sekalian, berikut adalah tulisan pak Eddy Purwanto, mantan Deputi 
Keuangan dan Deputi Operasi BPMIGAS dengan judul So What's the Fuss about 
Petroleum Fund yang kami muat di newsletter SPE Java Section.

Energy security is a key government priority, or is it?

Indonesia faces many threats.  Two serious ones are collapse of a main pillar 
of the state budget, namely oil and gas revenue, and loss of energy security.

Our nation relies heavily on revenue from oil and gas.  Yet oil production, 
needed to sustain economic growth and to maintain energy security, in declining 
and continues to fall below target.  On the other hand, Government spending is 
rising.  This is alarming!  If this trend continues, we may fall over the brink 
and become a "failed" State!

Indonesia's remaining proven oil reserves as of 2012 are 3.9 billion barrels.  
Its reserves replacement ratio in the last five years has been below 1, so 
newly discovered reserves are not able to offset oil production.  So we can 
expect oil production to continue to decline.

Exploration does not resonate because Indonesia's investment climate is 
considered less attractive that its competitors.  This is why we lack quality 
geophysical and meaningful geological data, especially in Eastern Indonesia and 
frontier regions, where the future of Indonesian oil and gas might lie.

Efforts are needed to avoid the threat and to reverse the declining oil 
production trend.  We need exploration success stories.  Our government needs 
to find a better way to lure investment to explore our unexplored basins, which 
are high risk due to limited data.  The government needs to improve the fiscal 
conditions and to better facilitate oil and gas investors in the form of the 
provision of complete data to promote exploration.

So how to mitigate this situation?

First, change our paradigm.

The 1945 Constitution mandates that benefit from extraction of natural 
resources is to be used for the greater good of the people. "People" as 
referred by the founders of the republic includes not only the present 
generation but also future generations.  All have the right to natural 
resources, especially non-renewable natural resources . Each generation bears 
the responsibility to extend the benefits of natural wealth so that the next 
generation can also enjoy its rights.

Since the New Order, the Government and Parliament has spent oil and gas 
revenue through the State Budget Act.  This is unconstitutional, because it 
erodes the nation's wealth of non-renewable natural resources, especially oil 
and gas.  Oil and gas proceeds should not

Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist

2012-08-01 Terurut Topik Prakosa Rachwibowo
kasinggihan mbakyu Sri, leres...setuju, wassalaam.

siwo72




 From: sri mulyaningsih 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Thursday, 2 August 2012 10:04 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist
 

diajari agomo o ayune istri mung kanggo suami

 
Salam


Sri Mulyaningsih



 From: Prakosa Rachwibowo 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Thursday, August 2, 2012 7:54 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist
 

bahkan, krisis tujuan hidup .urip mung nggo golek upo or golek upo nggo 
biso urip? kang Sarwanto...urip ben gak diprenguti bojo...lha opo...: piye 
carane bojone gak njaluk mobil, ning tetep ayu njobo njerone?

wass, sugeng shaum.
siwo'72




 From: Sarwanto Sutan Alamsyah 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, 1 August 2012 8:45 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist
 

Bung Andang...saluuut sama idealisme anda. Geologist memang asset bangsa yang 
bisa mengetahui nilai kekayaan alam non hayati di negeri ini. Sebagian besar 
geologist di negeri ini dididik di perguruan tinggi negeri dengan menggunakan 
uang negara. Seharusnya merupakan kewajiban bagi geologist kita mengabdi untuk 
bangsa.

Tapi Bung...kalau istri kita minta mobil mewah dan rumah mewah dengan kehidupan 
yang wuuuaaahhhkita bisa apa??

Salam,

sArwanto


2012/7/30 andang bachtiar 

Krisis energi Indonesia ini sebagian juga karena kesalahan
geologist - termasuk saya dan anda2 – yg mendiamkan atau tidak berusaha keras
mengoreksi kebijakan pemerintah yg mendasarkan program pengelolaan migas,
mineral dan batubara Indonesia:  1) hanya
pada cadangan yg sudah ada bukan pada sumberdaya yang harus diketemukan, 2)
hanya pada rekayasa pengurasan bukan pada pencarian sumber2 baru di daerah2
baru dg konsep2 baru, 3) hanya pada kecenderungan konsep eksplorasi dunia
(itupun telat mulainya) bukannya merunut sifat dan tahapan eksplorasi di
indonesia sendiri, 4) hanya pada euforia menerapkan konsep2 eksplorasi baru
indonesia yg diciptakan periset2 asing dan bukannya mendorong penemuan konsep2
baru oleh periset2 Indonesia shg kita lebih punya bargaining dan tidak keduluan
meraup informasi ttg daerah kita sendiri, 5) hanya pada spirit kemudahan
perijinan spec2 survei oleh pihak2 asing dan bukannya mengalokasikan dana untuk
riset gede2an dan spec survey sendiri shg data tidak dikangkangi pihak asing
selama mrk mau dan kita hanya gigit jari, 6) hanya pada kekinian dan bukan pada
masa depan.
>
>
>Lalu dimana? Kemana? Siapa? Mana itu geologist2 hebat yg
katanya pewaris tradisi eksplorasi Klompe, van Bemmelen,
Lasut, Katili dan senior2 legendaris lainnya lagi? Masih sajakah kita bersibuk
ria dengan mengerjakan proyek2 menguliti cadangan yg sudah ada atau paling jauh
mereka-reka dimana ada prospek di blok2 baru di dekat2 blok2 dan sumur2 lama
dengan konsep yg itu2 juga? Mana riset2 kita? Mana doktor2, professor, 
spesialis,
eksplorasionis, peneliti dan para penemu kita? Mana teori tektonik Indonesia
baru kita? Mana rekonstruksi sejarah cekungan2 baru kita? Pada kemana para ahli
mineral kita koq dari dulu cuma berkutat di mandala metalogeni yang sudah
berpuluh tahun diceritakan pendahulu2 kita?
>
>
>Ketika kutengok di ruang-ruang kuliahpun para pendidik
sekaligus peneliti kita juga nggak terlalu sempurna hadir disana; kalau
pengorbanan para mahasiswa yg tdk sempat diajar dosen2nya itu diganjar dengan
temuan2 riset2 baru kebumian Indonesia yang dapat menghasilkan temuan2 migas,
mineral dan batubara yang signifikan sih masih Ok-lah alhamdulillah wa
syukurillah. Tapi ternyata temuan2 baru itupun tidak ada, riset2pun tidak
bergema! Yang kita kerjakan adalah sibuk berproyek ria menyelaraskan diri
dengan kebutuhan industry yang ingin mencari gampangnya saja mendidik sekaligus
memanfaatkan kedekatan dengan akademisi untuk mendapatkan jasa bagi rutinitas
pekerjaan mereka, hampir tidak ada pekerjaan2 yang sifatnya riset breakthrough
konsep dan teknologi yang dapat membawa cakrawala baru temuan2 baru migas,
mineral, batubara Indonesia.
>
>Lalu, bagaimana kita nggak mengganggap diri kita
salah kalau itu semua terjadi di sekeliling kita? Ayolah bangkit,..minimal
sadarilah: kita semua punya masalah: negeri ini memerlukan geologist yang punya
komitmen: seperti anda, saya, kita semua! Serius, kita sedang krisis: bukan
hanya krisis energi, tapi krisis identitas geologist Indonesia!!!
>
>Salam
>ADB - Arema
>IAGI-0800
> 

Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist

2012-08-01 Terurut Topik sri mulyaningsih
diajari agomo o ayune istri mung kanggo suami

 
Salam


Sri Mulyaningsih



 From: Prakosa Rachwibowo 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Thursday, August 2, 2012 7:54 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist
 

bahkan, krisis tujuan hidup .urip mung nggo golek upo or golek upo nggo 
biso urip? kang Sarwanto...urip ben gak diprenguti bojo...lha opo...: piye 
carane bojone gak njaluk mobil, ning tetep ayu njobo njerone?

wass, sugeng shaum.
siwo'72




 From: Sarwanto Sutan Alamsyah 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, 1 August 2012 8:45 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist
 

Bung Andang...saluuut sama idealisme anda. Geologist memang asset bangsa yang 
bisa mengetahui nilai kekayaan alam non hayati di negeri ini. Sebagian besar 
geologist di negeri ini dididik di perguruan tinggi negeri dengan menggunakan 
uang negara. Seharusnya merupakan kewajiban bagi geologist kita mengabdi untuk 
bangsa.

Tapi Bung...kalau istri kita minta mobil mewah dan rumah mewah dengan kehidupan 
yang wuuuaaahhhkita bisa apa??

Salam,

sArwanto


2012/7/30 andang bachtiar 

Krisis energi Indonesia ini sebagian juga karena kesalahan
geologist - termasuk saya dan anda2 – yg mendiamkan atau tidak berusaha keras
mengoreksi kebijakan pemerintah yg mendasarkan program pengelolaan migas,
mineral dan batubara Indonesia:  1) hanya
pada cadangan yg sudah ada bukan pada sumberdaya yang harus diketemukan, 2)
hanya pada rekayasa pengurasan bukan pada pencarian sumber2 baru di daerah2
baru dg konsep2 baru, 3) hanya pada kecenderungan konsep eksplorasi dunia
(itupun telat mulainya) bukannya merunut sifat dan tahapan eksplorasi di
indonesia sendiri, 4) hanya pada euforia menerapkan konsep2 eksplorasi baru
indonesia yg diciptakan periset2 asing dan bukannya mendorong penemuan konsep2
baru oleh periset2 Indonesia shg kita lebih punya bargaining dan tidak keduluan
meraup informasi ttg daerah kita sendiri, 5) hanya pada spirit kemudahan
perijinan spec2 survei oleh pihak2 asing dan bukannya mengalokasikan dana untuk
riset gede2an dan spec survey sendiri shg data tidak dikangkangi pihak asing
selama mrk mau dan kita hanya gigit jari, 6) hanya pada kekinian dan bukan pada
masa depan.
>
>
>Lalu dimana? Kemana? Siapa? Mana itu geologist2 hebat yg
katanya pewaris tradisi eksplorasi Klompe, van Bemmelen,
Lasut, Katili dan senior2 legendaris lainnya lagi? Masih sajakah kita bersibuk
ria dengan mengerjakan proyek2 menguliti cadangan yg sudah ada atau paling jauh
mereka-reka dimana ada prospek di blok2 baru di dekat2 blok2 dan sumur2 lama
dengan konsep yg itu2 juga? Mana riset2 kita? Mana doktor2, professor, 
spesialis,
eksplorasionis, peneliti dan para penemu kita? Mana teori tektonik Indonesia
baru kita? Mana rekonstruksi sejarah cekungan2 baru kita? Pada kemana para ahli
mineral kita koq dari dulu cuma berkutat di mandala metalogeni yang sudah
berpuluh tahun diceritakan pendahulu2 kita?
>
>
>Ketika kutengok di ruang-ruang kuliahpun para pendidik
sekaligus peneliti kita juga nggak terlalu sempurna hadir disana; kalau
pengorbanan para mahasiswa yg tdk sempat diajar dosen2nya itu diganjar dengan
temuan2 riset2 baru kebumian Indonesia yang dapat menghasilkan temuan2 migas,
mineral dan batubara yang signifikan sih masih Ok-lah alhamdulillah wa
syukurillah. Tapi ternyata temuan2 baru itupun tidak ada, riset2pun tidak
bergema! Yang kita kerjakan adalah sibuk berproyek ria menyelaraskan diri
dengan kebutuhan industry yang ingin mencari gampangnya saja mendidik sekaligus
memanfaatkan kedekatan dengan akademisi untuk mendapatkan jasa bagi rutinitas
pekerjaan mereka, hampir tidak ada pekerjaan2 yang sifatnya riset breakthrough
konsep dan teknologi yang dapat membawa cakrawala baru temuan2 baru migas,
mineral, batubara Indonesia.
>
>Lalu, bagaimana kita nggak mengganggap diri kita
salah kalau itu semua terjadi di sekeliling kita? Ayolah bangkit,..minimal
sadarilah: kita semua punya masalah: negeri ini memerlukan geologist yang punya
komitmen: seperti anda, saya, kita semua! Serius, kita sedang krisis: bukan
hanya krisis energi, tapi krisis identitas geologist Indonesia!!!
>
>Salam
>ADB - Arema
>IAGI-0800
> 

Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist

2012-08-01 Terurut Topik Prakosa Rachwibowo
bahkan, krisis tujuan hidup .urip mung nggo golek upo or golek upo nggo 
biso urip? kang Sarwanto...urip ben gak diprenguti bojo...lha opo...: piye 
carane bojone gak njaluk mobil, ning tetep ayu njobo njerone?

wass, sugeng shaum.
siwo'72




 From: Sarwanto Sutan Alamsyah 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, 1 August 2012 8:45 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist
 

Bung Andang...saluuut sama idealisme anda. Geologist memang asset bangsa yang 
bisa mengetahui nilai kekayaan alam non hayati di negeri ini. Sebagian besar 
geologist di negeri ini dididik di perguruan tinggi negeri dengan menggunakan 
uang negara. Seharusnya merupakan kewajiban bagi geologist kita mengabdi untuk 
bangsa.

Tapi Bung...kalau istri kita minta mobil mewah dan rumah mewah dengan kehidupan 
yang wuuuaaahhhkita bisa apa??

Salam,

sArwanto


2012/7/30 andang bachtiar 

Krisis energi Indonesia ini sebagian juga karena kesalahan
geologist - termasuk saya dan anda2 – yg mendiamkan atau tidak berusaha keras
mengoreksi kebijakan pemerintah yg mendasarkan program pengelolaan migas,
mineral dan batubara Indonesia:  1) hanya
pada cadangan yg sudah ada bukan pada sumberdaya yang harus diketemukan, 2)
hanya pada rekayasa pengurasan bukan pada pencarian sumber2 baru di daerah2
baru dg konsep2 baru, 3) hanya pada kecenderungan konsep eksplorasi dunia
(itupun telat mulainya) bukannya merunut sifat dan tahapan eksplorasi di
indonesia sendiri, 4) hanya pada euforia menerapkan konsep2 eksplorasi baru
indonesia yg diciptakan periset2 asing dan bukannya mendorong penemuan konsep2
baru oleh periset2 Indonesia shg kita lebih punya bargaining dan tidak keduluan
meraup informasi ttg daerah kita sendiri, 5) hanya pada spirit kemudahan
perijinan spec2 survei oleh pihak2 asing dan bukannya mengalokasikan dana untuk
riset gede2an dan spec survey sendiri shg data tidak dikangkangi pihak asing
selama mrk mau dan kita hanya gigit jari, 6) hanya pada kekinian dan bukan pada
masa depan.
>
>
>Lalu dimana? Kemana? Siapa? Mana itu geologist2 hebat yg
katanya pewaris tradisi eksplorasi Klompe, van Bemmelen,
Lasut, Katili dan senior2 legendaris lainnya lagi? Masih sajakah kita bersibuk
ria dengan mengerjakan proyek2 menguliti cadangan yg sudah ada atau paling jauh
mereka-reka dimana ada prospek di blok2 baru di dekat2 blok2 dan sumur2 lama
dengan konsep yg itu2 juga? Mana riset2 kita? Mana doktor2, professor, 
spesialis,
eksplorasionis, peneliti dan para penemu kita? Mana teori tektonik Indonesia
baru kita? Mana rekonstruksi sejarah cekungan2 baru kita? Pada kemana para ahli
mineral kita koq dari dulu cuma berkutat di mandala metalogeni yang sudah
berpuluh tahun diceritakan pendahulu2 kita?
>
>
>Ketika kutengok di ruang-ruang kuliahpun para pendidik
sekaligus peneliti kita juga nggak terlalu sempurna hadir disana; kalau
pengorbanan para mahasiswa yg tdk sempat diajar dosen2nya itu diganjar dengan
temuan2 riset2 baru kebumian Indonesia yang dapat menghasilkan temuan2 migas,
mineral dan batubara yang signifikan sih masih Ok-lah alhamdulillah wa
syukurillah. Tapi ternyata temuan2 baru itupun tidak ada, riset2pun tidak
bergema! Yang kita kerjakan adalah sibuk berproyek ria menyelaraskan diri
dengan kebutuhan industry yang ingin mencari gampangnya saja mendidik sekaligus
memanfaatkan kedekatan dengan akademisi untuk mendapatkan jasa bagi rutinitas
pekerjaan mereka, hampir tidak ada pekerjaan2 yang sifatnya riset breakthrough
konsep dan teknologi yang dapat membawa cakrawala baru temuan2 baru migas,
mineral, batubara Indonesia.
>
>Lalu, bagaimana kita nggak mengganggap diri kita
salah kalau itu semua terjadi di sekeliling kita? Ayolah bangkit,..minimal
sadarilah: kita semua punya masalah: negeri ini memerlukan geologist yang punya
komitmen: seperti anda, saya, kita semua! Serius, kita sedang krisis: bukan
hanya krisis energi, tapi krisis identitas geologist Indonesia!!!
>
>Salam
>ADB - Arema
>IAGI-0800
> 

Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist

2012-08-01 Terurut Topik Sarwanto Sutan Alamsyah
Bung Andang...saluuut sama idealisme anda. Geologist memang asset bangsa
yang bisa mengetahui nilai kekayaan alam non hayati di negeri ini. Sebagian
besar geologist di negeri ini dididik di perguruan tinggi negeri dengan
menggunakan uang negara. Seharusnya merupakan kewajiban bagi geologist kita
mengabdi untuk bangsa.

Tapi Bung...kalau istri kita minta mobil mewah dan rumah mewah dengan
kehidupan yang wuuuaaahhhkita bisa apa??

Salam,

sArwanto

2012/7/30 andang bachtiar 

> Krisis energi Indonesia ini sebagian juga karena kesalahan geologist -
> termasuk saya dan anda2 – yg mendiamkan atau tidak berusaha keras
> mengoreksi kebijakan pemerintah yg mendasarkan program pengelolaan migas,
> mineral dan batubara Indonesia:  1) hanya pada cadangan yg sudah ada
> bukan pada sumberdaya yang harus diketemukan, 2) hanya pada rekayasa
> pengurasan bukan pada pencarian sumber2 baru di daerah2 baru dg konsep2
> baru, 3) hanya pada kecenderungan konsep eksplorasi dunia (itupun telat
> mulainya) bukannya merunut sifat dan tahapan eksplorasi di indonesia
> sendiri, 4) hanya pada euforia menerapkan konsep2 eksplorasi baru indonesia
> yg diciptakan periset2 asing dan bukannya mendorong penemuan konsep2 baru
> oleh periset2 Indonesia shg kita lebih punya bargaining dan tidak keduluan
> meraup informasi ttg daerah kita sendiri, 5) hanya pada spirit kemudahan
> perijinan spec2 survei oleh pihak2 asing dan bukannya mengalokasikan dana
> untuk riset gede2an dan spec survey sendiri shg data tidak dikangkangi
> pihak asing selama mrk mau dan kita hanya gigit jari, 6) hanya pada
> kekinian dan bukan pada masa depan.
>
>
> Lalu dimana? Kemana? Siapa? Mana itu geologist2 hebat yg katanya pewaris
> tradisi eksplorasi Klompe, van Bemmelen, Lasut, Katili dan senior2
> legendaris lainnya lagi? Masih sajakah kita bersibuk ria dengan mengerjakan
> proyek2 menguliti cadangan yg sudah ada atau paling jauh mereka-reka dimana
> ada prospek di blok2 baru di dekat2 blok2 dan sumur2 lama dengan konsep yg
> itu2 juga? Mana riset2 kita? Mana doktor2, professor, spesialis,
> eksplorasionis, peneliti dan para penemu kita? Mana teori tektonik
> Indonesia baru kita? Mana rekonstruksi sejarah cekungan2 baru kita? Pada
> kemana para ahli mineral kita koq dari dulu cuma berkutat di mandala
> metalogeni yang sudah berpuluh tahun diceritakan pendahulu2 kita?
>
>
> Ketika kutengok di ruang-ruang kuliahpun para pendidik sekaligus peneliti
> kita juga nggak terlalu sempurna hadir disana; kalau pengorbanan para
> mahasiswa yg tdk sempat diajar dosen2nya itu diganjar dengan temuan2 riset2
> baru kebumian Indonesia yang dapat menghasilkan temuan2 migas, mineral dan
> batubara yang signifikan sih masih Ok-lah alhamdulillah wa syukurillah.
> Tapi ternyata temuan2 baru itupun tidak ada, riset2pun tidak bergema! Yang
> kita kerjakan adalah sibuk berproyek ria menyelaraskan diri dengan
> kebutuhan industry yang ingin mencari gampangnya saja mendidik sekaligus
> memanfaatkan kedekatan dengan akademisi untuk mendapatkan jasa bagi
> rutinitas pekerjaan mereka, hampir tidak ada pekerjaan2 yang sifatnya riset
> breakthrough konsep dan teknologi yang dapat membawa cakrawala baru temuan2
> baru migas, mineral, batubara Indonesia.
>
>
> Lalu, bagaimana kita nggak mengganggap diri kita salah kalau itu semua
> terjadi di sekeliling kita? Ayolah bangkit,..minimal sadarilah: kita semua
> punya masalah: negeri ini memerlukan geologist yang punya komitmen: seperti
> anda, saya, kita semua! Serius, kita sedang krisis: bukan hanya krisis
> energi, tapi krisis identitas geologist Indonesia!!!
>
> Salam
> ADB - Arema
> IAGI-0800
>


Re: [iagi-net-l] Seismic Untuk Volcanic, Carbonate dan Basement Fracture Reservoir

2012-08-01 Terurut Topik Anggoro Dradjat
Pak Bandono,

Lebih tepatnya penggunaan prinsip-prinsip geoteknik dan seismik untuk
mengetahui sebaran kekar diantara lubang bor, yang saya kerjakan sekarang
adalah untuk meprediksi rekahan pada reservoir hydrocarbon.
Untuk mengembangkan lapangan-lapangan fracture reservoir sepertinya kita
tidak bisa lepas dari prisip2 geologi teknik karena terdapatnya hubungan
antara sifat mekanika dengan mineralogy batuan reservoir, proses diagenesa,
gaya tektonik, rekahan yang terbentuk dan pengaruhnya terhadap response
seismik.

Salam
Anggoro Dradjat



On Wed, Aug 1, 2012 at 8:27 AM, Bandono Salim  wrote:

> Untuk geoteknik bisa juga yA?
> Karena sering juga kita perlukan untuk mengetahui sebaran kekar diantara
> lubang bor.
> Salam.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: Anggoro Dradjat 
> Date: Wed, 1 Aug 2012 08:23:51
> To: iagi-net
> Reply-To: 
> Subject: [iagi-net-l] Seismic Untuk Volcanic, Carbonate dan Basement
> Fracture Reservoir
> Dear All,
>
> Buat teman-teman yang sedang mengerjakan lapangan fracture reservoir,
> mungkin metoda seismik seperti yang kami lakukan ini bisa berguna.
>
>
> http://www.searchanddiscovery.com/documents/2012/20157dradjat/ndx_dradjat.pdf
>
>
>
> Salam
> Anggoro Dradjat
>
>
> 
> PP-IAGI 2011-2014:
> Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
> Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
>
> 
> Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
> Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir
> pengiriman abstrak 28 Februari 2012.
>
> 
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> For topics not directly related to Geology, users are advised to post the
> email to: o...@iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> -
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
> shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to
> direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the
> use of any information posted on IAGI mailing list.
> -
>
>


Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG

2012-08-01 Terurut Topik Bandono Salim
Wah makasih lho. Semoga membuka mata setengah tuaku.
Indahnya berbagi ilmu.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Prianggito Sulistiono 
Date: Wed, 1 Aug 2012 17:16:20 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG
Pak Ban, dulu di proyek saya di Halmahera banyak dijumpai kekar kolom pada 
welded tuff (ignimbrite). Akan saya coba carikan fotonya

salam
Gito

Sent from my iPhone


On 01/08/2012, at 17:05, "Bandono Salim"  wrote:

> Iya sih, aku pernah lihat juga, di cianjur selatan ada katanya tempat 
> siliwangi hilang, ada sekelompok kolomnar berbentuk seperti kipas, dulu aku 
> potret pake pilem, sekarang sudah ketlisut, trus ada susunan seperti meja dan 
> bangku dari kekarkolom juga.
> 
> Kata yang percaya itu tempat perundingan tetua tanah sunda jaman dulu, dan 
> mmm dilajutkan sampai kini, dlm bentuk gaib
> . 
> Memang bentukan alam dpt ditafsirkan macam2 deh, bagaimana yang melihat saja.
> 
> Kalau yang dari welded tuff aku blm lihat, dapat sharing? Makasih.
> 
> Salam.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> From: "Yustinus Suyatno Yuwono" 
> Date: Wed, 1 Aug 2012 13:06:46 +0700
> To: 
> ReplyTo: 
> Subject: RE: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG
> 
> Mas, koreksi: kekar kolom dapat terbentuk pada neck, dyke, sill maupun lava 
> flow, bahkan pada welded tuff kadang- kadang membentuk kekar kolom.
> Salam,
> Yatno
>  
> From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
> Sent: Monday, July 30, 2012 6:33 PM
> To: Iagi
> Subject: Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG
>  
> Aku baru dari labnya andre, dia telah sayat kekarkolom dari gn padang, 
> surprise bagi ku, ternyata diabas. Tadinya aku kira andesit lho.
> Kekarkolom akan terjadi bukan pada aliran lava, tetapi pada sill atau dike 
> yang tidak muncul dipermukaan.
> Perlu waktu dan peredam panas untuk membentuk membuat kristal dan kekarnya. 
> Kalau terlalu cepat membeku kan akan jadi gelas. 
> Arah ke gn gede, lebih cocok dibentuk oleh dike yang radial dengan kepundan 
> gn gede. 
> Kedalaman/ketebalan batuan penutup berapa yang mampu menahan panas,sehingga 
> xtalisasi sempurna, akan aku cari dari literatur.(Ada yang dapat sharing?)
> Salam. 
> 



Re: [iagi-net-l] PETROLEUM FUND --> Dokumen Kontrak PSC dan Kontrak Karya dinyatakan terbuka u/publik!!

2012-08-01 Terurut Topik Bandono Salim
Abah, semoga rekan2 IAGI banyak yang kuat iman, dan mau bekerja sungguh2 untuk 
negara.
Maka coba bentuk organisasi usaha dari IAGI, promosikan ke pengelola keuangan. 
Setau saya ada kok perusahaan bentukan alumni geologi angkatan 76 yang sekarang 
bersih. Setelah bersih kerjaan makin banyak.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Yanto R. Sumantri" 
Date: Tue, 31 Jul 2012 23:34:57 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] PETROLEUM FUND --> Dokumen Kontrak PSC dan Kontrak 
Karya dinyatakan terbuka u/publik!!
Rekan rekan sekalian


Saya sangat sependapat bahwa petroleum fund akan dapat dipakai sebagai biaya 
untuk melakukan pematangan data pada daerah "frontier".

Akan tetapi dalam situasi saat ini dimana , korupsi merajalela disetiap level 
birokasi ,rasanya sangat sulit untuk "menitipkan" dana sebesar itu tanpa ada 
kemungkinan dikorupsi.

Apakah akan ada institusi yang cukup tebal imannya , sehingga dana itu benar 
benar dimanfaatkan sesuai dengan tujuan ?
Maaf kalau pendapat saya ini menyinggung beberapa fihak.

Walahuallam.

si Abah


 From: Bambang P. Istadi 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Tuesday, July 31, 2012 4:56 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] PETROLEUM FUND --> Dokumen Kontrak PSC dan Kontrak 
Karya dinyatakan terbuka u/publik!!
 
Rekan2 sekalian, berikut adalah tulisan pak Eddy Purwanto, mantan Deputi 
Keuangan dan Deputi Operasi BPMIGAS dengan judul So What's the Fuss about 
Petroleum Fund yang kami muat di newsletter SPE Java Section.

Energy security is a key government priority, or is it?

Indonesia faces many threats.  Two serious ones are collapse of a main pillar 
of the state budget, namely oil and gas revenue, and loss of energy security.

Our nation relies heavily on revenue from oil and gas.  Yet oil production, 
needed to sustain economic growth and to maintain energy security, in declining 
and continues to fall below target.   On the other hand, Government spending is 
rising.  This is alarming!  If this trend continues, we may fall over the brink 
and become a "failed" State!

Indonesia's remaining proven oil reserves as of 2012 are 3.9 billion barrels.  
Its reserves replacement ratio in the last five years has been below 1, so 
newly discovered reserves are not able to offset oil production.  So we can 
expect oil production to continue to decline.

Exploration does not resonate because Indonesia's investment climate is 
considered less attractive that its competitors.  This is why we lack quality 
geophysical and meaningful geological data, especially in Eastern Indonesia and 
frontier regions, where the future of Indonesian oil and gas might lie.

Efforts are needed to avoid the threat and to reverse the declining oil 
production trend.  We need exploration success stories.  Our government needs 
to find a better way to lure investment to explore our unexplored basins, which 
are high risk due to limited data.  The government needs to improve the fiscal 
conditions and to better facilitate oil and gas investors in the form of the 
provision of complete data to promote exploration.

So how to mitigate this situation?

First, change our paradigm.

The 1945 Constitution mandates that benefit from extraction of natural 
resources is to be used for the greater good of the people. "People" as 
referred by the founders of the republic includes not only the present 
generation but also future generations.  All have the right to natural 
resources, especially non-renewable natural resources . Each generation bears 
the responsibility to extend the benefits of natural wealth so that the next 
generation can also enjoy its rights.

Since the New Order, the Government and Parliament has spent oil and gas 
revenue through the State Budget Act.  This is unconstitutional, because it 
erodes the nation's wealth of non-renewable natural resources, especially oil 
and gas.  Oil and gas proceeds should not be categorized as "revenue" in the 
Nation's state budget, because these resources are permanently reduced.

It is hard for the Government.  If oil and gas revenues were not treated as 
income, the deficit would swell and suffocate Indonesia.  Look at 2012.  Even 
with expected State oil and gas revenue of Rp 156 trillion, the budget deficit 
is still huge.  This has forced the Government to seek an additional Rp 124 
trillion of funds through foreign loans, privatization, debt issuance and 
others.  If oil and gas revenue were taken out from the state budget, the 
deficit would swell to Rp 280 trillion!

Never-the-less, we need to ensure resource sustainability to benefit our 
children and grandchildren.  We need to consider oil and gas income to be a 
transfer of physical resources to money resources.  A portion of oil and gas 
income should go into a "Petroleum Fund".  The Petroleum Fund, would be managed 
by an independent agency and supervised by the Board of Trustees whose members 
may consist of th

Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG

2012-08-01 Terurut Topik Prianggito Sulistiono
Pak Ban, dulu di proyek saya di Halmahera banyak dijumpai kekar kolom pada 
welded tuff (ignimbrite). Akan saya coba carikan fotonya

salam
Gito

Sent from my iPhone


On 01/08/2012, at 17:05, "Bandono Salim"  wrote:

> Iya sih, aku pernah lihat juga, di cianjur selatan ada katanya tempat 
> siliwangi hilang, ada sekelompok kolomnar berbentuk seperti kipas, dulu aku 
> potret pake pilem, sekarang sudah ketlisut, trus ada susunan seperti meja dan 
> bangku dari kekarkolom juga.
> 
> Kata yang percaya itu tempat perundingan tetua tanah sunda jaman dulu, dan 
> mmm dilajutkan sampai kini, dlm bentuk gaib
> . 
> Memang bentukan alam dpt ditafsirkan macam2 deh, bagaimana yang melihat saja.
> 
> Kalau yang dari welded tuff aku blm lihat, dapat sharing? Makasih.
> 
> Salam.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> From: "Yustinus Suyatno Yuwono" 
> Date: Wed, 1 Aug 2012 13:06:46 +0700
> To: 
> ReplyTo: 
> Subject: RE: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG
> 
> Mas, koreksi: kekar kolom dapat terbentuk pada neck, dyke, sill maupun lava 
> flow, bahkan pada welded tuff kadang- kadang membentuk kekar kolom.
> Salam,
> Yatno
>  
> From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
> Sent: Monday, July 30, 2012 6:33 PM
> To: Iagi
> Subject: Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG
>  
> Aku baru dari labnya andre, dia telah sayat kekarkolom dari gn padang, 
> surprise bagi ku, ternyata diabas. Tadinya aku kira andesit lho.
> Kekarkolom akan terjadi bukan pada aliran lava, tetapi pada sill atau dike 
> yang tidak muncul dipermukaan.
> Perlu waktu dan peredam panas untuk membentuk membuat kristal dan kekarnya. 
> Kalau terlalu cepat membeku kan akan jadi gelas. 
> Arah ke gn gede, lebih cocok dibentuk oleh dike yang radial dengan kepundan 
> gn gede. 
> Kedalaman/ketebalan batuan penutup berapa yang mampu menahan panas,sehingga 
> xtalisasi sempurna, akan aku cari dari literatur.(Ada yang dapat sharing?)
> Salam. 
> 


Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG

2012-08-01 Terurut Topik Bandono Salim
Iya sih, aku pernah lihat juga, di cianjur selatan ada katanya tempat siliwangi 
hilang, ada sekelompok kolomnar berbentuk seperti kipas, dulu aku potret pake 
pilem, sekarang sudah ketlisut, trus ada susunan seperti meja dan bangku dari 
kekarkolom juga.

 Kata yang percaya itu tempat perundingan tetua tanah sunda jaman dulu, dan mmm 
dilajutkan sampai kini, dlm bentuk gaib
. 
Memang bentukan alam dpt ditafsirkan macam2 deh, bagaimana yang melihat saja.

Kalau yang dari welded tuff aku blm lihat, dapat sharing? Makasih.

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Yustinus Suyatno Yuwono" 
Date: Wed, 1 Aug 2012 13:06:46 
To: 
Reply-To: 
Subject: RE: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG
Mas, koreksi: kekar kolom dapat terbentuk pada neck, dyke, sill maupun lava
flow, bahkan pada welded tuff kadang- kadang membentuk kekar kolom.

Salam,

Yatno

 

From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
Sent: Monday, July 30, 2012 6:33 PM
To: Iagi
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: INDONESIA BICARA: SITUS PURBA GUNUNG PADANG

 

Aku baru dari labnya andre, dia telah sayat kekarkolom dari gn padang,
surprise bagi ku, ternyata diabas. Tadinya aku kira andesit lho.
Kekarkolom akan terjadi bukan pada aliran lava, tetapi pada sill atau dike
yang tidak muncul dipermukaan.
Perlu waktu dan peredam panas untuk membentuk membuat kristal dan kekarnya.
Kalau terlalu cepat membeku kan akan jadi gelas. 
Arah ke gn gede, lebih cocok dibentuk oleh dike yang radial dengan kepundan
gn gede. 
Kedalaman/ketebalan batuan penutup berapa yang mampu menahan panas,sehingga
xtalisasi sempurna, akan aku cari dari literatur.(Ada yang dapat sharing?)
Salam.