RE: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua

2008-11-16 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Kuntadi,
 
Nampaknya setiap bangsa punya ceritanya sendiri untuk menceritakan apa yang 
dilihatnya, begitu juga untuk Table Mountain, yang merupakan landmark Capetown. 
Gunung ini punya tempat tersendiri di hati para Capetonians, mereka suka 
menyebutnya ‘the Stone Man’ atau ‘Grandfather’ - suatu bentuk personifikasi 
benda mati.
 
Menurut legenda Afrika, daratan Afrika diciptakan oleh Qamata, anak dewa 
matahari, Tixo, dan dewi bumi, Djobela. Qamata berusaha membuat banyak daratan 
di antara lautan. Pekerjaannya ini mendapat tantangan yang berat dari naga laut 
yang menakutkan : Nganyaba. Ibu Qamata melihat bahwa usaha anaknya itu begitu 
berat, sehingga ia menciptakan empat raksasa untuk menolongnya. Keempat raksasa 
ini ditempatkan di empat penjuru angin : utara-selatan-barat-timur.  Setelah 
banyak pertempuran, Qamata berhasil membuat daratan, lalu keempat raksasa yang 
membantunya tiba-tiba berubah menjadi empat gunung yang terus menjaga daratan 
yang telah dibuat Qamata.  Gunung paling selatan, Umlindi Wemingizimu – Penjaga 
Selatan – tak lain adalah Table Mountain. Table Mountain memang bagian 
pegunungan paling selatan Afrika. Karena gunung inilah maka Capetown yang 
bersimpuh di kakinya aman dari serangan naga laut. Begitu ceritanya. 
 
Legenda the Devil’s Peak lain lagi. Ini saya dengar saat naik bus wisata 
keliling Capetown. Kata yang empunya cerita, pada abad ke-18 ada seorang bajak 
laut Belanda bernama Jan van Hunks. Bosan merompak di laut, ia menyepi seorang 
diri di lereng Table Mountain. Kegemaran van Hunks adalah mengisap cangklong 
dan tembakau. Malam hari, ia biasanya mengisap cangklongnya sambil menerawang 
ke Table Mountain. Asapnya pekat sekali. Suatu malam, tiba-tiba datanglah 
seseorang menghampiri van Hunks dan meminta tembakaunya. Tamu ini juga 
penghisap cangklong. Sebagai sesama penggemar tembakau, mereka lalu bertanding 
mengisap cangklong. Pertandingan berlangsung seru dan akhirnya berjalan selama 
empat hari. Pekatlah asap tembakau mereka berdua menutupi Table Mountain, 
orang-orang menyebutnya Table Cloth. Pertandingan dimenangkan van Hunks, serta 
merta lenyaplah si tamu, rupanya ia jelmaan setan, namun ia juga membawa van 
Hunks yang juga lenyap dalam pekatnya asap.
 Maka orang-orang Capetown kalau melihat awan putih menutupi Table Mountain, 
seperti terekam di foto yang saya kirimkan juga, mereka akan menngingat asap 
van Hunks dan tamu setannya. Tempat mereka berdua mengisap cangklong kemudian 
disebutnya : the Devil’s Peak.
 
salam,
awang

--- On Sun, 11/16/08, Kuntadi, Nugrahanto [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Kuntadi, Nugrahanto [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sunday, November 16, 2008, 6:33 AM

waaahhh...seru dan indah nian ya Cape Town.
Pak Awang, by the way apakah ada dongeng dibalik kejadian Table Mountain
Water Front itu? kok spt Gunung Tangkuban Perahu ya?
Salam, kuntadi



From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Saturday, November 15, 2008 11:59 AM
To: IAGI
Subject: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan
Antarbenua


Pengiriman ulang dengan foto-foto yang berhubungan. Terima kasih kepada
Pak Paulus Allo, administrator IAGI-net, yang telah membukakan akses
IAGI-net untuk melampirkan foto-foto.
 
salam,
awang

--- On Fri, 11/14/08, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:


From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
Subject: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua
To: IAGI iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI
[EMAIL PROTECTED], Geo Unpad
[EMAIL PROTECTED], Eksplorasi
BPMIGAS [EMAIL PROTECTED]
Date: Friday, November 14, 2008, 12:39 PM


Ini cerita tersisa dari Capetown, sebuah kota nan indah yang terbuai di
tiga bukit dan pegunungan Paleozoikum : Devil's Peak, Table Mountain,
dan Lion's Head. Kota ini pun menjadi saksi di mana Samudra Atlantik
bertemu dengan Samudra Hindia. Mungkinkah menyelam sekaligus di dua
samudra ? Mungkin saja, salah satunya di perairan sekitar Tanjung
Harapan di sebelah selatan Capetown. Bagaimana uniknya ikan-ikan dari
dua samudra bertemu di satu tempat ditunjukkan oleh aquarium besar di
Waterfront sea world, suatu kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi
turis di Capetown. Dulu (1488) Bartolomeus Dias dan para pelautnya dari
Portugal menamai tanjung di ujung selatan Afrika dekat pertemuan kedua
samudra itu sebagai Tanjung Badai akibat kondisi cuaca dan laut yang
ganas,  tetapi  raja Portugal  menggantinya sebagai Tanjung Harapan
(Baik) -Cape of Good Hope sebab justru penemuan Dias berguna untuk
membuka jalan ke wilayah tropika. 

Terbang dari Jakarta via Singapura lalu melanjutkan ke Johannesburg,
Afrika Selatan tidak terlalu melelahkan. Total di udara sekitar 13 jam,
lebih melelahkan apabila menyeberangi Samudra Pasifik dari Singapura ke
Los Angeles. Baru kali ini saya hendak ke Afrika. Ke Afrika ? Jauh
sekali., seru orang yang

RE: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua

2008-11-16 Terurut Topik Semimbar, Habash (hbsemim)
Bagus2 fotonya. Anak2 Afsel itu nampaknya mirip Pak Obama semua ya?
Saya kira Table Mountain itu merupakan Mesa yang terbentuk oleh Lava
Flow seperti Table Mountain yang di Golden Colorado itu?  Rupanya
Sandstone ya Pak?
 
Habash



From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Saturday, November 15, 2008 11:59 AM
To: IAGI
Subject: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan
Antarbenua


Pengiriman ulang dengan foto-foto yang berhubungan. Terima kasih kepada
Pak Paulus Allo, administrator IAGI-net, yang telah membukakan akses
IAGI-net untuk melampirkan foto-foto.
 
salam,
awang

--- On Fri, 11/14/08, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:


From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
Subject: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua
To: IAGI iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI
[EMAIL PROTECTED], Geo Unpad [EMAIL PROTECTED], Eksplorasi
BPMIGAS [EMAIL PROTECTED]
Date: Friday, November 14, 2008, 12:39 PM


Ini cerita tersisa dari Capetown, sebuah kota nan indah yang terbuai di
tiga bukit dan pegunungan Paleozoikum : Devil's Peak, Table Mountain,
dan Lion's Head. Kota ini pun menjadi saksi di mana Samudra Atlantik
bertemu dengan Samudra Hindia. Mungkinkah menyelam sekaligus di dua
samudra ? Mungkin saja, salah satunya di perairan sekitar Tanjung
Harapan di sebelah selatan Capetown. Bagaimana uniknya ikan-ikan dari
dua samudra bertemu di satu tempat ditunjukkan oleh aquarium besar di
Waterfront sea world, suatu kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi
turis di Capetown. Dulu (1488) Bartolomeus Dias dan para pelautnya dari
Portugal menamai tanjung di ujung selatan Afrika dekat pertemuan kedua
samudra itu sebagai Tanjung Badai akibat kondisi cuaca dan laut yang
ganas,  tetapi  raja Portugal  menggantinya sebagai Tanjung Harapan
(Baik) -Cape of Good Hope sebab justru penemuan Dias berguna untuk
membuka jalan ke wilayah tropika. 

Terbang dari Jakarta via Singapura lalu melanjutkan ke Johannesburg,
Afrika Selatan tidak terlalu melelahkan. Total di udara sekitar 13 jam,
lebih melelahkan apabila menyeberangi Samudra Pasifik dari Singapura ke
Los Angeles. Baru kali ini saya hendak ke Afrika. Ke Afrika ? Jauh
sekali., seru orang yang bertanya kepada saya dua minggu lalu.
Sebenarnya, pergi ke Afrika dari Jakarta justru lebih dekat dibandingkan
dengan kalau kita pergi ke Amerika. Terbang dari Singapura ke
Johannesburg, pesawat diatur agar terbang dengan azimuth yang lurus
terus ke arah baratdaya, melintasi Samudra Hindia di antara Sumatra dan
Afrika. Saya tiba-tiba ingat bahwa pada Desember 2004, gelombang tsunami
dari utara Simeulue pernah melintasi jarak yang sama dari Sumatra ke
Afrika dalam beberapa jam saja. 

Karena terbang malam dan tinggi, tentu tak terlihat apa-apa di bawah
sana. Menjelang subuh di Afrika, yang lebih terlambat lima jam daripada
waktu di Jakarta, saya dapat melihat Madagaskar, pulau besar di sebelah
timur Afrika Selatan. Konon zaman dahulu para pelaut Indonesia kerap
mendatangi pulau ini untuk berdagang, bahkan sampai masuk ke daratan
Afrika bagian barat. Pesawat mendarat di Johannesburg pada pagi hari.
Akhirnya, saya menginjak benua Afrika, sebuah benua dengan keunikan
tersendiri. 

Saya beruntung memilih kursi di sebelah jendela saat melanjutkan
terbang dari Johannesburg ke Capetown, kebetulan juga pesawat tidak
terbang terlalu tinggi. Tak hentinya saya terkagum-kagum melihat
pemandangan di bawah : pegunungan lipatan dan tinggian-tinggian
pegunungan masif di bagian selatan Afrika Selatan yang diapit Samudra
Hindia di sebelah selatan dan Karoo Plato/Basin di sebelah utaranya.
Jalur pegunungan lipatan ini dalam peta-peta tektonik regional disebut
Cape Fold Belt. 

Memasuki Capetown, pesawat menukik dan bermanuver memutar di perbatasan
antara Samudra Atlantik dan Hindia, maka tersuguhlah pemandangan yang
sangat spektakular. Kompleks Cape Fold Belt mencapai ujung baratnya di
sini, di Capetown, dan terpecah terdigitasi seperti jari-jari dari
sebuah lengan menjadi tiga puncak gunung terkenal di atas Capetown :
Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion's Head. Ketiga puncak gunung ini
pula yang dijadikan AAPG sebagai logo pertemuan internasionalnya tahun
ini. Dari udara, kota Capetown seperti bersimpuh dan terbuai di kaki
ketiga puncak gunung Prakambrium-Paleozoikum ini. 

Saya akan menceritakan tentang Pegunungan Cape Fold Belt ini, jalur
pegunungan paling selatan di benua Afrika. Pegunungan Cape Fold Belt,
yang ujung baratnya terpecah dan masuk ke dalam kota Capetown sebagai
puncak-puncak Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion' Head merupakan
pegunungan hasil benturan antarbenua. Secara genetik, pegunungan ini
seperti Pegunungan Himalaya yang merupakan pegunungan benturan antara
benua India dan sebagian Eurasia. Bila Pegunungan Himalaya terbentuk
pada 55 juta tahun yang lalu, maka Pegunungan Cape Fold Belt terbentuk
pada sekitar 250 juta tahun yang lalu. Pegunungan lipatan Cape Fold Belt
tersusun oleh

RE: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua

2008-11-15 Terurut Topik Kuntadi, Nugrahanto
waaahhh...seru dan indah nian ya Cape Town.
Pak Awang, by the way apakah ada dongeng dibalik kejadian Table Mountain
Water Front itu? kok spt Gunung Tangkuban Perahu ya?
Salam, kuntadi



From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Saturday, November 15, 2008 11:59 AM
To: IAGI
Subject: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan
Antarbenua


Pengiriman ulang dengan foto-foto yang berhubungan. Terima kasih kepada
Pak Paulus Allo, administrator IAGI-net, yang telah membukakan akses
IAGI-net untuk melampirkan foto-foto.
 
salam,
awang

--- On Fri, 11/14/08, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:


From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
Subject: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua
To: IAGI iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI
[EMAIL PROTECTED], Geo Unpad [EMAIL PROTECTED], Eksplorasi
BPMIGAS [EMAIL PROTECTED]
Date: Friday, November 14, 2008, 12:39 PM


Ini cerita tersisa dari Capetown, sebuah kota nan indah yang terbuai di
tiga bukit dan pegunungan Paleozoikum : Devil's Peak, Table Mountain,
dan Lion's Head. Kota ini pun menjadi saksi di mana Samudra Atlantik
bertemu dengan Samudra Hindia. Mungkinkah menyelam sekaligus di dua
samudra ? Mungkin saja, salah satunya di perairan sekitar Tanjung
Harapan di sebelah selatan Capetown. Bagaimana uniknya ikan-ikan dari
dua samudra bertemu di satu tempat ditunjukkan oleh aquarium besar di
Waterfront sea world, suatu kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi
turis di Capetown. Dulu (1488) Bartolomeus Dias dan para pelautnya dari
Portugal menamai tanjung di ujung selatan Afrika dekat pertemuan kedua
samudra itu sebagai Tanjung Badai akibat kondisi cuaca dan laut yang
ganas,  tetapi  raja Portugal  menggantinya sebagai Tanjung Harapan
(Baik) -Cape of Good Hope sebab justru penemuan Dias berguna untuk
membuka jalan ke wilayah tropika. 

Terbang dari Jakarta via Singapura lalu melanjutkan ke Johannesburg,
Afrika Selatan tidak terlalu melelahkan. Total di udara sekitar 13 jam,
lebih melelahkan apabila menyeberangi Samudra Pasifik dari Singapura ke
Los Angeles. Baru kali ini saya hendak ke Afrika. Ke Afrika ? Jauh
sekali., seru orang yang bertanya kepada saya dua minggu lalu.
Sebenarnya, pergi ke Afrika dari Jakarta justru lebih dekat dibandingkan
dengan kalau kita pergi ke Amerika. Terbang dari Singapura ke
Johannesburg, pesawat diatur agar terbang dengan azimuth yang lurus
terus ke arah baratdaya, melintasi Samudra Hindia di antara Sumatra dan
Afrika. Saya tiba-tiba ingat bahwa pada Desember 2004, gelombang tsunami
dari utara Simeulue pernah melintasi jarak yang sama dari Sumatra ke
Afrika dalam beberapa jam saja. 

Karena terbang malam dan tinggi, tentu tak terlihat apa-apa di bawah
sana. Menjelang subuh di Afrika, yang lebih terlambat lima jam daripada
waktu di Jakarta, saya dapat melihat Madagaskar, pulau besar di sebelah
timur Afrika Selatan. Konon zaman dahulu para pelaut Indonesia kerap
mendatangi pulau ini untuk berdagang, bahkan sampai masuk ke daratan
Afrika bagian barat. Pesawat mendarat di Johannesburg pada pagi hari.
Akhirnya, saya menginjak benua Afrika, sebuah benua dengan keunikan
tersendiri. 

Saya beruntung memilih kursi di sebelah jendela saat melanjutkan
terbang dari Johannesburg ke Capetown, kebetulan juga pesawat tidak
terbang terlalu tinggi. Tak hentinya saya terkagum-kagum melihat
pemandangan di bawah : pegunungan lipatan dan tinggian-tinggian
pegunungan masif di bagian selatan Afrika Selatan yang diapit Samudra
Hindia di sebelah selatan dan Karoo Plato/Basin di sebelah utaranya.
Jalur pegunungan lipatan ini dalam peta-peta tektonik regional disebut
Cape Fold Belt. 

Memasuki Capetown, pesawat menukik dan bermanuver memutar di perbatasan
antara Samudra Atlantik dan Hindia, maka tersuguhlah pemandangan yang
sangat spektakular. Kompleks Cape Fold Belt mencapai ujung baratnya di
sini, di Capetown, dan terpecah terdigitasi seperti jari-jari dari
sebuah lengan menjadi tiga puncak gunung terkenal di atas Capetown :
Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion's Head. Ketiga puncak gunung ini
pula yang dijadikan AAPG sebagai logo pertemuan internasionalnya tahun
ini. Dari udara, kota Capetown seperti bersimpuh dan terbuai di kaki
ketiga puncak gunung Prakambrium-Paleozoikum ini. 

Saya akan menceritakan tentang Pegunungan Cape Fold Belt ini, jalur
pegunungan paling selatan di benua Afrika. Pegunungan Cape Fold Belt,
yang ujung baratnya terpecah dan masuk ke dalam kota Capetown sebagai
puncak-puncak Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion' Head merupakan
pegunungan hasil benturan antarbenua. Secara genetik, pegunungan ini
seperti Pegunungan Himalaya yang merupakan pegunungan benturan antara
benua India dan sebagian Eurasia. Bila Pegunungan Himalaya terbentuk
pada 55 juta tahun yang lalu, maka Pegunungan Cape Fold Belt terbentuk
pada sekitar 250 juta tahun yang lalu. Pegunungan lipatan Cape Fold Belt
tersusun oleh kelompok batuan bernama Cape Supergroup, suatu

Re: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua

2008-11-14 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Trims Pak Awang
Ada bahan artikel baru untuk GeoBlogi :)

Ayooo silahkan siapa lagi yang punya kisah-kisah geologi yang menarik ?
http://geoblogi.wordpress.com

RDP

2008/11/15 Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]:
 Pengiriman ulang dengan foto-foto yang berhubungan. Terima kasih kepada Pak
 Paulus Allo, administrator IAGI-net, yang telah membukakan akses IAGI-net
 untuk melampirkan foto-foto.

 salam,
 awang

 --- On Fri, 11/14/08, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua
 To: IAGI iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI [EMAIL PROTECTED], Geo
 Unpad [EMAIL PROTECTED], Eksplorasi BPMIGAS
 [EMAIL PROTECTED]
 Date: Friday, November 14, 2008, 12:39 PM

 Ini cerita tersisa dari Capetown, sebuah kota nan indah yang terbuai di tiga
 bukit dan pegunungan Paleozoikum : Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion's
 Head. Kota ini pun menjadi saksi di mana Samudra Atlantik bertemu dengan
 Samudra Hindia. Mungkinkah menyelam sekaligus di dua samudra ? Mungkin saja,
 salah satunya di perairan sekitar Tanjung Harapan di sebelah selatan
 Capetown. Bagaimana uniknya ikan-ikan dari dua samudra bertemu di satu
 tempat ditunjukkan oleh aquarium besar di Waterfront sea world, suatu
 kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi turis di Capetown. Dulu (1488)
 Bartolomeus Dias dan para pelautnya dari Portugal menamai tanjung di ujung
 selatan Afrika dekat pertemuan kedua samudra itu sebagai Tanjung Badai
 akibat kondisi cuaca dan laut yang ganas,  tetapi  raja Portugal
  menggantinya sebagai Tanjung Harapan (Baik) –Cape of Good Hope sebab justru
 penemuan Dias berguna untuk membuka jalan ke wilayah tropika.



 Terbang dari Jakarta via Singapura lalu melanjutkan ke Johannesburg, Afrika
 Selatan tidak terlalu melelahkan. Total di udara sekitar 13 jam, lebih
 melelahkan apabila menyeberangi Samudra Pasifik dari Singapura ke Los
 Angeles. Baru kali ini saya hendak ke Afrika. Ke Afrika ? Jauh sekali.,
 seru orang yang bertanya kepada saya dua minggu lalu. Sebenarnya, pergi ke
 Afrika dari Jakarta justru lebih dekat dibandingkan dengan kalau kita pergi
 ke Amerika. Terbang dari Singapura ke Johannesburg, pesawat diatur agar
 terbang dengan azimuth yang lurus terus ke arah baratdaya, melintasi Samudra
 Hindia di antara Sumatra dan Afrika. Saya tiba-tiba ingat bahwa pada
 Desember 2004, gelombang tsunami dari utara Simeulue pernah melintasi jarak
 yang sama dari Sumatra ke Afrika dalam beberapa jam saja.



 Karena terbang malam dan tinggi, tentu tak terlihat apa-apa di bawah sana.
 Menjelang subuh di Afrika, yang lebih terlambat lima jam daripada waktu di
 Jakarta, saya dapat melihat Madagaskar, pulau besar di sebelah timur Afrika
 Selatan. Konon zaman dahulu para pelaut Indonesia kerap mendatangi pulau ini
 untuk berdagang, bahkan sampai masuk ke daratan Afrika bagian barat. Pesawat
 mendarat di Johannesburg pada pagi hari. Akhirnya, saya menginjak benua
 Afrika, sebuah benua dengan keunikan tersendiri.



 Saya beruntung memilih kursi di sebelah jendela saat melanjutkan  terbang
 dari Johannesburg ke Capetown, kebetulan juga pesawat tidak terbang terlalu
 tinggi. Tak hentinya saya terkagum-kagum melihat pemandangan di bawah :
 pegunungan lipatan dan tinggian-tinggian pegunungan masif di bagian selatan
 Afrika Selatan yang diapit Samudra Hindia di sebelah selatan dan Karoo
 Plato/Basin di sebelah utaranya.  Jalur pegunungan lipatan ini dalam
 peta-peta tektonik regional disebut Cape Fold Belt.



 Memasuki Capetown, pesawat menukik dan bermanuver memutar di perbatasan
 antara Samudra Atlantik dan Hindia, maka tersuguhlah pemandangan yang sangat
 spektakular. Kompleks Cape Fold Belt mencapai ujung baratnya di sini, di
 Capetown, dan terpecah terdigitasi seperti jari-jari dari sebuah lengan
 menjadi tiga puncak gunung terkenal di atas Capetown : Devil's Peak, Table
 Mountain, dan Lion's Head. Ketiga puncak gunung ini pula yang dijadikan AAPG
 sebagai logo pertemuan internasionalnya tahun ini. Dari udara, kota Capetown
 seperti bersimpuh dan terbuai di kaki ketiga puncak gunung
 Prakambrium-Paleozoikum ini.



 Saya akan menceritakan tentang Pegunungan Cape Fold Belt ini, jalur
 pegunungan paling selatan di benua Afrika. Pegunungan Cape Fold Belt, yang
 ujung baratnya terpecah dan masuk ke dalam kota Capetown sebagai
 puncak-puncak Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion' Head merupakan
 pegunungan hasil benturan antarbenua. Secara genetik, pegunungan ini seperti
 Pegunungan Himalaya yang merupakan pegunungan benturan antara benua India
 dan sebagian Eurasia. Bila Pegunungan Himalaya terbentuk pada 55 juta tahun
 yang lalu, maka Pegunungan Cape Fold Belt terbentuk pada sekitar 250 juta
 tahun yang lalu. Pegunungan lipatan Cape Fold Belt tersusun oleh kelompok
 batuan bernama Cape Supergroup, suatu superkelompok batuan sedimen
 (konglomerat, tilit-endapan gletsyer, batupasir, batulanau, dan batulempung)
 yang berumur 510-340 juta tahun (Kambrium-Karbon