RE: [iagi-net-l] Fosil Beleminite
Kalau Pak Fauzi mau koleksi fosil ini saya bisa kirimkan untuk Musium Geology. Saya sendiri tidak tahu pasti apa sebelumnya sudah ada yang menemukan Beleminite di Sulawesi khususnya bagian Tengah-Selatan? Salam, Agus Superiadi -Original Message- From: Ukat Sukanta at CPI [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 23, 2003 2:13 PM To: [EMAIL PROTECTED] Cc: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Fosil Beleminite Di Misool-th.79, saya pernah juga bekerja di batuan Mesozoic yang banyak Belemnite nya, lupa nama Formasinya. Saya bersama-sama dengan Orang dari New Zealand-yang ahli dibidang Mesozoic Macro Fossil, dan juga Pak Fauzi Hasibuan dari P3G-yang dia pakai sebagian data S3 nya. Mungkin Pak Fauzi atau Musium Geologi Bandung memerlukan tambahan Belemnite dari Sulawesi-mungkin dulunya bersatu dengan Misool dari utara Irian. Salam, US -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 23, 2003 11:47 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Fosil Beleminite Bapak-Bapak, Di daerah sekitar operasi PT Inco di Soroako banyak dijumpai fosil Beleminite terawetkan dengan baik di lapisan Red Shale. Kalau ada yang tertarik untuk mempelajarinya lebih jauh bisa hubungi saya via Japri. Terutama bagi yang ingin mempelajari lebih detail Geology daerah Sulawesi. Salam, Agus Superiadi -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 23, 2003 12:43 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Sosialisasi Geologi di SD Sekedar melaporkan suatu usaha sosialisasi geologi. Bermula dari keinginan pihak sekolah sebuah SD di Bogor tempat anak saya bersekolah (SD Regina Pacis Bogor) untuk memiliki koleksi batuan, maka saya berkesempatan menambah pengetahuan anak-anak kelas 4 SD tentang hal-hal menyangkut geologi di pelajaran IPA mereka. Sekitar tiga minggu yang lalu, guru IPA anak saya menghubungi saya untuk menanyakan bagaimana mendapatkan contoh batuan untuk menunjang pengajaran IPA hal geologi. Setelah mengecek ke teman-teman di Bandung, dan karena souvenir batuan yang dijual Museum Geologi Bandung sedang kosong, dan walaupun ada terlalu kecil untuk dipegang anak-anak, maka saya mendonasikan sebagian koleksi batuan pribadi (batuan beku, sedimen, metamorf) ke sekolah tersebut sambil berjanji akan melengkapinya. Lalu, saya juga menawarkan semacam presentasi untuk anak-anak agar lebih paham apa itu granit, apa itu gunungapi, dll. Tawaran tentu disambut dengan baik sebab diakui bahwa guru2 kesulitan mengajarkan geologi, antara lain membedakan satu batuan dengan batuan lain. Maka, Sabtu kemarin, 20 September 2003, dari jam 10.00-12.00, saya presentasi (dibantu istri saya yang membawakan microphone ke anak-anak yang bertanya) di depan 260 anak dari lima kelas (kelas 4 SD) dibagi menjadi dua rombongan. Saya mengambil judul Mengenal Bumi, Batuan, Tanah, Gunungapi, dan Peta (saya sesuaikan dengan buku pelajaran IPA mereka). Agar menarik untuk anak2, 95 % materi adalah gambar dan animasi2 geologi colorfull yang bahan2-nya saya peroleh dari banyak sumber (textbook, website, CDRom ensiklopedi). Notebook dan LCD projector (LCD pinjam dari kantor) sangat menunjang presentasi. Di luar dugaan saya, anak-anak sangat antusias mendengarkan penjelasan ke 75 slide yang saya siapkan. Seruan-seruan kecil takjub selalu terdengar setiap gambar ditayangkan. Harusnya mereka sekarang bisa dengan mudah membedakan mana granit mana riolit mana batupasir mana kuarsit, dll. Saat tanya-jawab tiba. Saya kaget dengan banyak sekali pertanyaan cerdas dan di luar dugaan. Contoh : Kapan Gunung Salak akan meletus lagi dan apakah akan sebesar Krakatau sebab rumah saya di kaki Gn. Salak ?. Papua itu masuk benua apa ? Kalau dapur magma sudah kosong, darimana pengisiannya lagi ? Apakah ada kehidupan di planit lain ? Tetapi, ada juga yang tanya : notebooknya pakai pentium berapa, sistem windows-nya apa, itu tadi dari CDROM ensiklopedi encarta ya...? Anak-anak akan terus bertanya kalau tak digiring guru-gurunya kembali ke kelas mereka sebab orang tua mereka menunggu2 pulang sebab jam pulang kebetulan jam 12.00 Sehabis presentasi, ibu kepala sekolah bertanya apakah bisa presentasi semacam itu diadakan untuk kelas 5 dan kelas 6 dengan materi geologi yang ada di pelajaran IPA mereka. Juga, apakah guru-guru IPA SD dan SMP bisa mendapatkan pengetahuan tambahan materi geologi. Apakah materi yang dipresentasikan tadi bisa kami dapatkan untuk dicetak dan ditempel di laboratorium dan buku ajaran. Nah... Kesimpulan saya satu : Geologi itu menarik. Salam, Awang H. Satyana Eksplorasi BP Migas - Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1:
RE: FW: [iagi-net-l] Fosil Beleminite
Pak Awang, Didaerah Soroako saya belum pernah lihat singkapan chert tapi saya yakin pasti ada karena di pantai danau Matano maupun di beberapa sungai banyak dijumpai serpihan chert. Tapi didaerah sekitar Wasuponda (sekitar 15-20Km dari Soroako)ada satu bukit yang banyak sekali chert-nya. Fosil ini ditemukan beberapa bulan lalu secara tidak sengaja oleh seorang Bule yang iseng jalan-jalan/cross country lalu melaporkannya ke Geologist. Setahu saya belum banyak Geologist yang mempelajari detail crystalline limestone dan red shale ini terutama aspek makro maupun mikro-paleontologinya, karena selama ini fokus penelitian lebih banyak ke batuan Ultramafik yang menghasilkan pengkayaan bijih nikel laterit. Kalau ofiolitnya, Pak Ade Kadarusman pernah bermalam di Soroako untuk mengambil sampel batuan Ultramafik. Menurut beliau hasil studi ofiolit nya baru akan dipublikasikan awal tahun depan. Salam, Agus Superiadi -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, September 24, 2003 11:56 AM To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: FW: [iagi-net-l] Fosil Beleminite Pak Agus, Terima kasih foto-fotonya, bagus, benar-benar cigar-shaped fossil. Melihat umur dating limestone-nya yang Kapur (Late Cretaceous ?), mungkin ini dari jenis Actinocamax atau Gonioteuthis (Lehman Hilmer, 1983) ? Bagaimana Mbak Wati ? Lalu, saya jadi tertarik hubungan antara crystalline limestone yang punya interbeds red shale ini dengan suite ofiolit (ultra-mafik) secara keseluruhan di sekitar Soroako. Apakah limestone ini merupakan asosiasi deep-sea sediments yang dulunya terletak di atas oceanic crust ultra-mafik (suite ofiolit). Barangkali ada juga radiolaria dan chert ? Suite ofiolit Soroako sendiri apa sudah ada yang mempelajari, kalau belum, sayang sekali, sebab bisa saja ini complete suite of ophiolite, tidak dismembered ophiolite seperti yang di Ciletuh atau Karang Sambung. Sebab yang di Sulawesi ini obducted bukan subducted seperti di Jawa. Salam, Awang [EMAIL PROTECTED] wrote: -Original Message- From: Superiadi, Agus (PTI-SOR) Sent: Wednesday, September 24, 2003 11:01 PM To: '[EMAIL PROTECTED]' Subject: RE: [iagi-net-l] Fosil Beleminite Pak Awang, Berikut saya kirimkan fotonya. Fosil ini ditemukan di dekat kompleks perumahan PT Inco, di daerah perbukitan kecil di depan Lap. Golf tepatnya di belakang pekuburan Kopatea (belakang Bumi Perkemahan/BUMPER). Red shale yang dimaksud disini berupa sisipan di bedded Crystalline Limestone (sudah ter-metamorfosis) tapi shale nya sendiri sepertinya belum mengalami metamorfosis. Hasil dating dari Limestone yang pernah dilakukan menunjukkan umur Cretaceous. Yang jelas dengan ditemukannya belemnite ini lingkungan pengendapannya pasti laut dalam, hal ini juga diperkuat oleh hadirnya batuan ultramafik yang menghasilkan nikel laterite. Saya tidak tahu apa ada hubungan dengan yang ditemukan di Misool. Rekan-rekan dari UNHAS apa tidak ada yang tertarik untuk menyelidiki lebih jauh? Salam, Agus Superiadi -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, September 24, 2003 9:44 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Fosil Beleminite Pak Ukat, Pak Agus Superiadi, Kalau ada di Banggai-Sula atau Buton tentu menarik sebab bisa dikorelasikan dengan yang di Misool, barangkali bisa memperkuat rekontruksi/sejarah rift-drift mikro-kontinen2 di Indonesia Timur dari segi biostratigrafi. Tetapi kalau di Soroako - Malili (tepatnya di bagian mana Soroako ?) itu kan termasuk ke dalam Eastern Sulawesi Ophiolite Belt, artinya bukan massa alokton seperti Banggai-Sula atau Buton. Ini massa autotokton, trapped oceanic crust ketika komplek kontinen alokton Banggai-Sula dan Buton-Tukang Besi (Pak Surono P3G terakhir memasukkan Sulawesi Tenggara juga sebagai kerak kontinen) tubrukan dengan Western Sulawesi Volcanic Arc. Dengan kata lain, secara regional, ofiolit di Soroako itu tidak bisa disebandingkan dengan Misool yang kontinen. Tetapi kejadian ofiolit di red-shale Soroako menarik. Hanya mau tanya Pak Agus lebih jauh. Red-shale di sini apa, semacam red-beds (biasanya berasosiasi dengan continental terrane) atau lateritic soil dari ofiolit ?. Kalau itu red-beds dan mungkin berasosiasi dengan benua, secara tektonik penting sebab selama ini Soroako ada di mandala oseanik. Kalau lateritic soil, unik ya kejadian pemfosilan itu. Tahun 1988, saya pernah memetakan lateritic soil di Cycloops Mountains di sekitar Jayapura untuk sebuah perusahaan pencari nikel dan barren of fossil. Tahun 1991, saya pernah ke Misool (bersama Pak Zaim ITB) dan memang pulau ini surga untuk biostratigrafi.. Salam, Awang - Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software
RE: [iagi-net-l] Tsunamigenic Earthquake or Non-Tsunamigenic Eart hquake (Gempa Aceh vs. Palu)
Rekan-Rekan IAGI, Mungkin ada yang bisa kasih tanggapan apa mungkin tsunami terjadi di daerah sekitar danau? Seperti kita ketahui, ada sesar Matano di dalam sistem sesar Palu-Koro. Sesar ini menyebabkan terjadinya sistem pull-apart yang membentuk Danau Matano di Soroako dengan kedalaman mencapai 600 meter. Sewaktu gempa Palu kemarin, kita yang tinggal di Soroako (di tepi Danau Matano) merasakan sekali besarnya gempa tersebut. Pertanyaan yang muncul jika pusat gempa tepat disekitar Danau Matano (Sesar Matano), apa bisa air danau ini naik jadi semacam tsunami krn penurunan tiba-tiba di dasar danau sehingga bisa menyapu perumahan penduduk di sekitar danau. Sbg gambaran dimensi D. Matano sekitar 6km lebar x 25 km panjang. Salam, Agus Superiadi -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, January 25, 2005 1:05 PM To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Tsunamigenic Earthquake or Non-Tsunamigenic Earthquake (Gempa Aceh vs. Palu) Belum sebulan berlalu, dua bencana gempa melanda Indonesia : gempa dan tsunami di Aceh - Sumatra Utara 26 Desember 2004 dan gempa Palu 24 Januari 2005. Yang di Aceh - Sumut begitu besar kekuatan (laporan yang banyak dikutip M = 8,9), cakupan wilayah (Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika Timur), dan korban tewas dan korban2 ikutannya. Setahu saya, inilah bencana dengan korban tewas terbesar yang pernah melanda Indonesia. Selama ini, kita selalu pegang angka 36.000 korban tewas untuk erupsi dan tsunami Krakatau 1883 atau 91.000 korban tewas untuk erupsi Tambora 1815. Sekarang, angka korban tewas itu dilampaui gempa-tsunami Aceh-Sumut yang sampai kemarin oleh MetroTV dilaporkan telah dievakuasikan sebanyak 96.000 korban tewas, angka sebenarnya pasti lebih dari itu... Gempa di wilayah Palu kemarin merusak sekitar 100 rumah (detik.com hari ini), gempa berkekuatan M = 6.2, tidak dilaporkan tsunami terjadi walau Palu berada di ujung Teluk Palu yang sempit bagai lembah, tidak dilaporkan terjadi korban tewas. Dua kejadian ini barangkali membuat kita berpikir : bagaimana gempa yang dapat membangkitkan tsunami (tsunamigenic earthquake) dan bagaimana gempa yang tidak dapat membangkitkan tsunami (non-tsunamigenic earthquake). Masyarakat di luar geologist pun sudah banyak yang bertanya. Dua bencana geologi yang berturut2 terjadi di Indonesia ini sedikit banyak akan membuat masyarakat terhubung ke geologi. Sesedih dan separah apapun bencana, ia masih menyisakan pelajaran buat siapa pun. Gempa Aceh dan Gempa Palu banyak berbeda dalam karakteristiknya. Yang Aceh terjadi berhubungan dengan zone subduksi antar lempeng, ini akan memberikan mekanisme penyesaran (focal mechanism) thrusting atau normal fault. Kalau terjadi di laut, dan kekuatannya besar, runtuhnya blok lapisan batuan karena pematahan vertikal ini tentu akan menggerakkan kolom air laut di atasnya. Hasil akhirnya adalah tsunami, sejauh parameter oseanografi dan morfologi pantai di sekitarnya mengizinkan itu terjadi. Yang Palu terjadi berhubungan dengan Sesar Palu (Palu-Koro; Palu-Matano Fault Zone), ini akan memberikan focal mechanism strike-slip, gerak lateral tanpa gerak vertikal yang berarti. Episentrum di darat, 16-20 km tenggara Palu, tidak menimbulkan tsunami di Teluk Palu, ia hanya membuka sedikit celah di trace Palu-Koro, maka keluarlah mata air panas yang sekarang di wilayah tenggara Palu tengah jadi objek wisata dadakan (ini menjadi bukti juga bahwa gempa membuka migrasi subsurface fluid - suatu pelajaran buat petroleum geology, sesar aktif bergerak menggerakkan fluida). Jadi, bagaimanakah tsunamigenic earthquake itu ? Secara teoretis, adalah : (1) pusat gempa di dasar laut, (2) gempa dangkal ( sekitar 40 km depth), (3) bermagnitudo besar ( sekitar M 6,5), (4) mempunyai tipe pematahan batuan (focal mechanism) sesar naik atau sesar turun. Statistik tsunami di Indonesia (secara dominan) menunjukkan keempat parameter ini berlaku. Penyimpangan terhadap teori ? Selalu bisa saja terjadi, alam tak pernah bisa dimengerti 100 % bukan ? Yah..Indonesia memang nasibnya dipagari zone subduksi dan dikawal strike-slip faults besar2. Melingkar dipagari subduksi Sunda, subduksi Banda, subduksi Papua Utara, subduksi Halmahera, subduksi Sulawesi Utara; dikawal Sumatra Fault, Rembang-Madura-Kangean-Sakala Fault, Lupar-Adang-Walanae-Sumba Fault/Fracture, Sorong-Sula Fault, dan Palu-Koro-Matano Fault. Di situlah : homes of earthquakes hypo/epicenters. Wajar saja kalau setiap tahun di Indonesia rata-rata terjadi 460 gempa dengan magnitudo rata-rata M 4,0 (data 1900-1990). Indonesia is sleeping with earthquake ! Salam, awang - Do you Yahoo!? Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term'
RE: [iagi-net-l] Update kegempaan Aceh 29Jan-4Feb 2005 - Earthq uake Swarm
Sore ini terjadi gempa yang lumayan besar menggetarkan Soroako. Selama 8 tahun tinggal di Soroako, rasanya Gempa sore ini adalah yang paling besar getarannya. Apa ada yang tahu pusat gempa ada dimana dan berapa SR? Salam, Agus Superiadi -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, February 06, 2005 7:45 PM To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI); [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; migas indonesia; [EMAIL PROTECTED]; hoesin hanif; restaurant WH Subject: [iagi-net-l] Update kegempaan Aceh 29Jan-4Feb 2005 - Earthquake Swarm Setelah satu bulan lebih sejak terjadinya gempa 26 Desember, dari hasil pengeplotan gempa-gempa susulan ini diketahui munculnya earthquake swarm (kerumunan gempa), yang berupa gempa-gempa yg episenternya berlokasi dalam sebuah lokasi yang berdekatan (berkerumun). Seperti yg diungkapkan oleh USGS, kerumunan gempa (earthquake swarm) ini merupakan gempa yg mungkin berhubungan dengan kegiatan vulkanisme berupa terobosan magma. Kerumunan gempa (earthquake swarm) ini muncul sebulan setelah gempa, diketahui munculnya sejak 26 Januari 2005, update kegempaan yg saya tulis sebelumnya pada tg 29 january belum meyakinkan gejala ini. Earthquake Swarm ini walaupun masih sangat erat berhubungan dengan gerak-gerak kerak tektonik namun sepertinya mekanismenya sedikit berbeda tidak seperti gempa tektonik biasa yg diakibatkan oleh regangan (stress) yg terkumpul akibat gerakan kerak tektonik lateral, namun gempa ini mirip dengan gempa vulkanik. Secara statistik gempa-gempa di Aceh ini menurun, hanya saja adanya kerumunan gempa ini seolah terlihat adanya peningkatan. Sangat mungkin gempa susulan getaran 26 Desember 04 sudah sangat mengecil. Berberapa gambar terlampir menunjukkan penurunan jumlah gempa, maupun kekuatannya. Gambar a menunjukan aktifitasnya secara umum, sedangkan gambar e menunjukkan hasil pengeplotan dari usgs yg sangat jelas memperlihatkan eartquake swarm ini. Gambar statistik lengkap dari gempa-gempa sejak sebulan terakhir dapat diambil di http://putrohari.tripod.com/Putrohari/ Pertanyaan seputar gempa dapat dikirimkan ke [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED] untuk mendapat perhatian dari anggota IAGI dan HAGI. Anda juga dapat melihat berita seputar gempa dan gejala2 geologi lainnya di www.iagi.or.id . Salam, Rovicky Dwi Putrohari - Anggota IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) - Anggota HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) -- my blog : http://putrohari.tripod.com/Putrohari/
RE: [iagi-net-l] geophysicist di mining co. (Virus Checked)
Ikut nimbrung sedikit, kalau di Ni Laterite, kita juga sudah mulai memanfaatkan GF terutama Ground Magnetic yang cukup sukses memetakan bedrock berdasarkan derajat serpentinisasi. Tiga tahun lalu kita intensif melakukan pemetaan ini utk mencari potential area utk mendapatkan bijih yang dihasilkan dari tingkat serpentinisasi bedrock yang tinggi dimana SiO2/MgO nya rendah yang dibutuhkan sbg blended material utk Pabrik Pengolahan. Teorinya sgt sederhana, semakin tinggi derajat serpentinisasi akan semakin banyak terbentuk magnetite. Metode lain yang pernah dicoba adalah GPR (Radar) terutama utk mengestimasi kedalaman Limonite, Saprolite dan Bedrock tapi tidak terlalu berhasil. Tapi semakin berkembangnya teknologi GF, saya yakin suatu saat GPR ini akan dipakai. Seismic dangkal juga pernah dicoba Inco utk tujuan ini tapi hasilnya juga belum terlalu memuaskan. Salam, Agus Superiadi Soroako -Original Message From: Sumardiman Digdowirogo [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, June 12, 2005 9:47 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] geophysicist di mining co. (Virus Checked) Yang dimaksud Pak nDaru mungkin Cannington. Geofisika di minex belum merupakan tool exp yang utama atau memberikan exp success ratio yang bagus. Apa yang yang dibilang Pak nDaru itu betul, tetapi metoda itu diterapkan ditempat lain banyak juga yang belum berhasil . Malahan anomali IP ( Induced Polarization ) setelah dibor ternyata cuma pyrite , sehingga IP sering kita plesetkan ke Indicated Pyrite, haa ha... Permasalahan dasarnya yang kita hadapi irregularity dari multi komoditi, multi asosiasi mineral dan multi model.. Jadi geologist sendiri mungkin belum bisa membakukan suatu model mineralisasi dalam kaitannya dengan exp geofisika. Ini saya pikir sebab utama, kenapa GF sedikit/bahkan tidak ada di mining co. Pak Syaiful itu sebelum di oil adalah coal geos ( coba tanya tesis S1 nya ) dan dia juga banyak bantu di kegiatan coal dan mining IAGI.. Geo multi dimensi.. Tks dan Wass sdw - Original Message - From: Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, June 08, 2005 1:27 PM Subject: Re: [iagi-net-l] geophysicist di mining co. (Virus Checked) Meski belum se-ramai di migas, peranan geof di explor mineral mulai semakin besar. Karena berkurangnya deposit baru yang stick on the ground (karena sudah diketemukan), kalau mau cari deposit baru ya lari jauh ke bawah permukaan, dimana geof akan sangat berperanan. Contoh saja: penemuan Hishikari gold deposit di Jepang, 300m dibawah volcanic cover, tak lepas dari peranan geof (gravity), juga deposit base metal di Queensland (milik BHP . lupa namanya) sebagian besar dipandu oleh airborne mag (ada young cover di atasnya sehingga gak ada outcropnya). Salam - SP - Original Message - From: Herry Maulana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, June 08, 2005 1:10 PM Subject: RE: [iagi-net-l] geophysicist di mining co. (Berapa jumlah geoscience di perusahaan anda?) Pernah bareng Hendro TG'91 di North Mining, Kita bikin suatu survey, lintasan lurus naik turun bukit yg penting lurus, GL bikin deskripsi singkapan di sepanjang lintasan, geotech mencatat arah dan panjang lintasan, GF bawa alat survey gravity yang bisa dipanggul dan mencatat value gravity di setiap stop, kasihan juga lihat nya... Regards - Herry - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi