[is-lam] refresh ..
> Betapa besarnya nilai uang kertas > senilai Rp.100.000, apabila dibawa ke masjid > untuk disumbangkan; tetapi betapa kecilnya kalau > dibawa ke Mall untuk dibelanjakan! > > Betapa lamanya melayani Allah selama lima > belas menit namun betapa singkatnya kalau > kita melihat film. > > Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata > ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya > kalau mengobrol atau bergosip dengan teman > tanpa harus berpikir panjang-panjang. > > Betapa asyiknya apabila pertandingan > basketball diperpanjang waktunya ekstra namun > kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebih > lama sedikit daripada biasa. > > Betapa sulitnya untuk membaca satu lembar > Al-qur'an betapa mudahnya membaca 100 > halaman dari novel yang laris. > > Betapa getolnya orang untuk duduk di depan > dalam pertandingan atau konser namun > lebih senang duduk di bangku paling belakang di > masjid > > Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi > memuaskan nafsu birahi semata, namun > alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama > 30 hari ketika berpuasa. > > Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu > untuk sholat 5 waktu; namun betapa mudahnya > menyesuaikan waktu dalam sekejap pada > saat terakhir untuk event yang menyenangkan. > > Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang > terkandung di dalam al qur'an; namun > betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip > yang sama kepada orang lain. > > Betapa mudahnya kita mempercayai apa > yang dikatakan oleh koran namun betapa kita > meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci. > > Betapa setiap orang ingin masuk sorga > seandainya tidak perlu untuk percaya atau > berpikir,atau mengatakan apa-apa,atau > berbuat apa-apa. > > Betapa kita dapat menyebarkan seribu > lelucon melalui e-mail, dan menyebarluaskannya > dengan FORWARD seperti api; namun kalau ada > mail yang isinya tentang Kerajaan Allah betapa > seringnya kita ragu-ragu, enggan membukanya > dan mensharingkannya, serta langsung klik pada > icon DELETE. > > ANDA TERTAWA ...? atau ANDA BERPIKIR-PIKIR...? > > Sebar luaskanlah Sabda-Nya, bersyukurlah > kepada ALLAH, YANG MAHA BAIK,PENGASIH > DAN PENYAYANG. > Apakah tidak lucu apabila anda tidak > memFORWARD pesan ini. Betapa banyak > orang tidak akan menerima pesan ini, karena > anda tidak yakin bahwa mereka masih percaya > akan sesuatu ? Azm ___ is-lam mailing list is-lam@milis.isnet.org http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam
[is-lam] Renungan
Sandal Jepit Isteriku Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh... betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop ini rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin nggak ketulungan. "Ummi... Ummi, kapan kau dapat memasak dengan benar...? Selalu saja, kalau tak keasinan...kemanisan, kalau tak keaseman... ya kepedesan!" Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu. "Sabar bi..., rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul...? " ucap isteriku kalem. "Iya... tapi abi kann manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini...!" Jawabku dengan nada tinggi. Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya sudah merebak. *** Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan 'baiti jannati' di rumahku. Namun apa yang terjadi...? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal burak (pecah). Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta pora di dapur, dan cucian... ouw... berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan detergen tapi tak juga dicuci. Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada. "Ummi...ummi, bagaimana abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini...?" ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Ummi... isteri sholihat itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah...?" Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. "Ah...wanita gampang sekali untuk menangis...," batinku berkata dalam hati. "Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihat...? Isteri shalihat itu tidak cengeng," bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai dipipinya. "Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja untuk jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali," ucap isteriku diselingi isak tangis. "Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda..." Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak. hah ? ... Hamil muda...?!?!? Bi..., siang nanti antar Ummi ngaji ya...?" pinta isteriku. "Aduh, Mi... abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?" ucapku. "Ya sudah, kalau abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan," jawab isteriku. "Lho, kok bilang gitu...?" selaku. "Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa," ucap isteriku lagi. "Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja," jawabku ringan. Pertemuan hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. "Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu," aku membathin sendiri. Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Dug! Hati ini menjadi luruh. "Ohbukankah ini sandal jepit isteriku?" tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus. "Maafkan aku Maryam," pinta hatiku. "Krek...," suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berabaya gelap dan berjilbab hitam melintas. "Ini dia mujahid
[is-lam] System perbankan / asuransi menurut syariat islam
Assalamualaikum Rekan milis, Maaf ya klu pertanyaan saya pernah dibahas sebelumnya dalam milis ini, karena saya merasa gelisah memikirkannya, sebenarnya bagaimana hukum nya tentang topik diatas, apakah halal /makruh/haram, karena disatu sisi system ini menganut riba terus disisi lain system ini banyak mendatangkan manfaatnya secara global. Seperti kasus berikut: Bank memberi pinjaman kepada pengusaha karena kemungkinan besar pengusaha tidak akan mampu untuk mendirikan suatu perusahaan tanpa bantuan pinjaman dari Bank. Dgn adanya perusahaan telah memberikan lapangan pekerjaan untuk banyak orang dan bermanfaat bagi banyak orang. jadi klu kita lihat bukankah ini klu kita lihat bukankah hal tsb terlihat lebih banyak manfaatnya daripada kerugiannya / riba. Kasus diatas hanyalah satu contoh kecil manfaat dari system perbankan. Bahkan yang namanya bank muamalat pun masih menggunakan system riba walaupun mungkin kapasitasnya kecil ^ _ ^ . Terus bagaimana pula dengan asuransi pendidikan . Yang menganut system hampir serupa dengan bank yaitu riba. Dengan membayar premi kita akan mendapat "jaminan" uang pendidikan yang pasti berlipat ganda dari yang kita setor bagi anak kita sampe dia kuliah dari pihak asuransi, walaupun kita telah meninggal dunia / tidak mampu lagi bayar premi asuransi, anak kita akan tetap "mendapat jaminan" uang pendidikan tsb. Terima kasih atas penjelasannya Wassalam ___ is-lam mailing list is-lam@milis.isnet.org http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam
[is-lam] System perbankan / asuransi menurut syariat islam
Assalamualaikum Rekan milis, Maaf ya klu pertanyaan saya pernah dibahas sebelumnya dalam milis ini, karena saya merasa gelisah memikirkannya, sebenarnya bagaimana hukum nya tentang topik diatas, apakah halal /makruh/haram, karena disatu sisi system ini menganut riba terus disisi lain system ini banyak mendatangkan manfaatnya secara global. Seperti kasus berikut: Bank memberi pinjaman kepada pengusaha karena kemungkinan besar pengusaha tidak akan mampu untuk mendirikan suatu perusahaan tanpa bantuan pinjaman dari Bank. Dgn adanya perusahaan telah memberikan lapangan pekerjaan untuk banyak orang dan bermanfaat bagi banyak orang. jadi klu kita lihat bukankah ini klu kita lihat bukankah hal tsb terlihat lebih banyak manfaatnya daripada kerugiannya / riba. Kasus diatas hanyalah satu contoh kecil manfaat dari system perbankan. Bahkan yang namanya bank muamalat pun masih menggunakan system riba walaupun mungkin kapasitasnya kecil ^ _ ^ . Terus bagaimana pula dengan asuransi pendidikan . Yang menganut system hampir serupa dengan bank yaitu riba. Dengan membayar premi kita akan mendapat "jaminan" uang pendidikan yang pasti berlipat ganda dari yang kita setor bagi anak kita sampe dia kuliah dari pihak asuransi, walaupun kita telah meninggal dunia / tidak mampu lagi bayar premi asuransi, anak kita akan tetap "mendapat jaminan" uang pendidikan tsb. Terima kasih atas penjelasannya Wassalam (Embedded image moved to file: pic20743.gif)<>___ is-lam mailing list is-lam@milis.isnet.org http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam