Pengemis Bukan Si Kantong Tipis
Kemas Irawan Nurrachman dan Moehammad Samoedera Harapan - Tim Laporan Khusus
Jakarta.
Anggapan mengemis hanya dilakoni orang miskin bisa berubah bila bertemu kakek
yang satu ini. Penampilannya memang memelas, namanya saja orang sudah tua.
Umurnya 70 tahun tentu kulit sudah kerut merut. Sudah begitu bajunya
compang-camping pula.
Dan di siang yang terik itu, kakek itu menggelesot saja di depan teater Senen,
Jakarta Pusat. Setiap ada orang lewat, ia mengulurkan tangannya. Hati siapa
yang tidak iba. Kasihan orang sudah setua itu pasti sudah tidak bisa bekerja,
mungkin begitulah pikir orang yang mengangsurkan uang kepadanya.
Tapi jangan salah. Kakek tua itu adalah Cahyo. Ia berasal dari Madura, Jawa
Timur. Sudah menjadikan pengemis sebagai profesi utama sejak dua tahun lalu.
Dan pendapatannya dari pekerjaan tidak terhormat itu ternyata besar. Bahkan
mengalahkan pegawai kantoran.
"Dalam setengah hari saya bisa mendapatkan Rp120 ribu. Bahkan dalam sehari bisa
mencapai Rp200 ribu. Karena sekarang jarang ada orang memberikan Rp 200,
minimal biasanya Rp 500," cetus kakek ini.
Cahyo awalnya bekerja menjadi pemulung dan tinggal bersama anaknya di
Pademangan. Namun karena sudah tua, pria asal Madura itu tidak kuat lagi
melakoni kerja pemulung yang berat. Ia kemudian beralih profesi menjadi
pengemis di sekitar Senen. Kakek ini lalu mengontrak rumah petak di Kampung
Gaplok, Senen. Biaya sewanya Rp 150 ribu per bulan termasuk listrik. Di sini ia
tinggal bersama dua orang cucunya yang juga menjadi peminta-minta. "Iya mau
bagaimana lagi? Itung-itung ada pemasukan tambahan," kata Cahyo soal cucunya.
Cucu Cahyo biasanya mangkal di Perempatan ITC Cempaka Putih. Mereka dibawa
orang yang lebih dewasa sehingga penghasilan pun dibagi dua. Dalam sehari
rata-rata cucu Cahyo membawa pulang Rp 70-90 ribu. Banyak uang tidak membuat
Cahyo lupa menabung. Uang itu biasanya kemudian dipakai untuk ongkos pulang
kampung. Bila pulang kampung, kakek ini memegang Rp 3 juta untuk biaya hidup
selama seminggu di sana.
Selain untuk ongkos, sisa tabungan dibelikan sapi. Kini setelah dua tahun
bekerja di Jakarta, Cahyo sudah bisa memiliki 8 ekor sapi. Setiap pulang
kampung, kakek ini membeli 3-4 ekor sapi.
Untuk merawat binatang ternak itu, si kakek membayar orang. "Setelah itu nanti
hasilnya dibagi dua dengan yang merawat. Itung-itung untuk bagi-bagi rezeki,"
katanya santai. Dengan penghasilan yang lumayan itu, jangan heran bila Cahyo
betah menjadi pengemis. Ia tidak kapok melakoni profesi tidak terhormat itu
meski sudah pernah ditangkap trantib.
Penangkapan itu terjadi beberapa bulan lalu. Saat itu Cahyo sedang berada di
depan bioskop Senen. Hari itu si kakek tidak membayar uang keamanan. Maka ia
pun dilaporkan dan ditangkap trantib. Untuk bisa bebas lagi, Cahyo terpaksa
harus membayar Rp 600 ribu. Kini Cahyo lebih berhati-hati. Ia telah menemukan
trik agar tidak tertangkap lagi. Setiap hari ia tidak lupa membayar uang
keamanan pada preman Senen. Hasilnya hingga kini tidak pernah ada masalah lagi
saat terjadi razia.
Keberadaan pengemis seperti Cahyo ini diketahui benar oleh Dinas Kesejahteraan
Sosial (Dinas Kesos) DKI Jakarta. Dalam razia, instansi yang dipimpin Syarif
Mustofa ini sering menemukan bukti pengemis bukan berasal dari orang miskin.
Syarif Mustofa pun lantas menyebut para pengemis sebagai pemalas. Mereka
pura-pura menjadi gelandangan di Jakarta, padahal di kampungnya mereka cukup
berada. "Saya membuktikan sendiri bahwa mereka orang berada, karena saya pernah
mengantar mereka sampai ke depan rumah?" kata Syarif.
Berdasarkan realitas itu, menurut Syarif, solusi paling tepat mengurangi jumlah
gepeng di Jakarta adalah dengan tidak menaruh belas kasihan pada kelompok ini.
Warga Jakarta diimbau tidak memberikan uang kepada para pengemis di jalanan.
Uang sebaiknya disumbangkan pada badan amal yang bisa dipertanggungjawabkan.
(iy)
Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses
using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bukopin
accept no liability for any loss or damage arising
from the use of this E-Mail or attachments.
[Non-text portions of this message have been removed]
Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED]
mailto:[EMAIL PROTECTED]
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/