Re: [Urang Sunda] Syeh Kuro
punten abdi rada teu nyambung yeuh... sanggeus maca artikel sajarah di handap ieu, na pikiran aya ngajorelat kieu: kumaha nya mun nami2 elit2 sunda eta misalna dijadikeun ID imel?. katinngalna teh mani keren, wibawa, kasep, sederhana jrrd.. nu jelas urang ulah ngotoran nami2 ieu... ampun teuing abdi Ki !!!.. taya lian meh loma dina cepil oge paninggal hehe.. oge terang sajarahna saha sih anu teh?... saha nami ieu teh sajarahna?... jrrd... sapertos misal aya ID: jalak pakuan, mojangk akank, jeung lain2 deui sakapeung gampang ngingetna jeung alus deuih, kadang gumujeung sorangan hehe.. alus euy... nami teh ciciren, identitas jiwa jeung kapribadian. atuh sugan2 kuring2 teh nu teu siga aki urang nu gede wibawa... teh sahantena tiasa nginget.. sanes hartosna nami nu sanes goreng !!... sumangga abdi mah sunda nu I Ketut Gedhe toleransi hehe...haha... mangga...etom ethom <[EMAIL PROTECTED]> wrote: apa bener yaaa... apakah syeh Kuro dengan syeh lukman itu sama? di mana pesantrennya syeh lukman dan dimana makamnya apakah ada hubungannya dengan yang di cirebon (syeh syarif hidayatuloh) makasih ah: Yayan Mulyana: : Mon Sep 26 17: 58: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED];, ":: Yayan Mulyana ::" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Islamisasi Dinasti Prabu SiliwangiOleh AHMAD MANSUR SURYANEGARAhttp://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1104/22/teropong/lainnya2.htmDINASTI Sang Prabu Siliwangi pada abad ke-15,menjadikan Islam sebagai agamanya secara aman dandamai. Diawali dengan sebab adanya pernikahan keduaSang Prabu Siliwangi dengan Subang Larang putri KiGedeng Tapa, Syah Bandar Cirebon. Subang Larang adalahsantri Syekh Kuro atau Syekh Hasanuddin denganpesantrennya di Karawang. Dinasti Sang Prabu Siliwangidari pernikahannya dengan Subang Larang, terlahirlahtiga orang putra putri. Pertama, PangeranWalangsungsang, kedua, Nyai Lara Santang dan ketigaRaja Sangara. Ketiga-tiganya masuk Islam.Pesantren Syekh KuroSyekh Kuro yang dikenal pula dengan nama SyekhHasanuddin, memegang peranan penting dalam masuknyapengaruh ajaran Islam ke keluarga Sang PrabuSiliwangi. Persahabatan Ki Gedeng Tapa dengan SyekhKuro, menjadikan putrinya, Subang Larang masantren diPesantren Syekh Kuro. Adapun kedudukan Ki Gedeng Tapaadalah sebagai Syahbandar di Cirebon. Menggantikan KiGedeng Sindangkasih setelah wafat. Ki Gedeng Tapadikenal pula dengan nama Ki Gedeng Jumajan Jati.Dalam Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari-CPCN karyaPangeran Arya Cirebon yang ditulis (1720) atas dasarNegarakerta Bumi, menuturkan bahwa Ki GedengSinangkasih memiliki kewenangan yang besar. Tidakhanya sebagai Syahbandar di Cirebon semata. Ternyatajuga memiliki kewenangan mengangkat menantunya, RadenPamanah Rasa sebagai Maharaja Pakwan Pajajaran dengangelar Sang Prabu Siliwangi.Adapun istri pertama Sang Prabu Siliwangi adalah NyiAmbet Kasih putri kandung Ki Gedeng Sindangkasih.Istri kedua, Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa.Isteri ketiga, Nyai Aciputih Putri dari Ki DampuAwang.Dari peristiwa pergantian kedudukan di atas ini,antara Ki Gedeng Tapa dan Sang Prabu Siliwangimemiliki kesamaan pewarisan. Keduanya memperolehkekuasaan berasal dari Ki Gedeng Sindangkasih setelahwafat. Hubungan antara keduanya dikuatkan denganpertalian pernikahan. Sang Prabu Siliwangimempersunting putri Ki Gedeng Tapa yakni SubangLarang. Dengan demikian Sang Prabu Siliwangi adalahmenantu Ki Gedeng Tapa.Pernikahan di atas ini, mempunyai pengaruh yang besarterhadap kekuasaan politik yang sedang diemban olehSang Prabu Siliwangi. Tidaklah mungkin kelancarankehidupan Kerajaan Hindu Pajajaran, tanpa kerja samaekonomi dengan Syahbandar Cirebon, Ki Gedeng Tapa.Begitu pula sebaliknya, Ki Gedeng Tapa tidak mungkinaman kekuasaannya sebagai Syahbandar, bila tanpaperlindungan politik dari Sang Prabu Siliwangi. Gunamemperkuat power of relation antar keduanya, makadiikat dengan tali pernikahan.Pengaruh eksternalPengaruh islamisasi terhadap Dinasti Sang PrabuSiliwangi tidak dapat dilepaskan hubungan denganpengaruh Islam di luar negeri. Di Timur Tengah,Fatimiyah (1171) dan Abbasiyah (1258) memang sudahtiada digantikan oleh kekuasaan Mamluk di Mesir danMongol di Baghdad. Namun pada kelanjutan Dinasti KhuBilai Khan, Mongol pun memeluk Islam. Kemudianmembangun kekaisaran Mongol Islam di India.Perkembangan kekuasaan politik Islam di Timur Tengahdi bawah Turki semakin berjaya. Konstantinopel dapatdikuasainya (1453). Di Cina Dinasti Ming (1363-1644)memberikan kesempatan orang-orang Islam untuk dudukdalam pemerintahan. Antara lain Laksamana Muslim ChengHo ditugaskan oleh Kaisar Yung Lo memimpin misimuhibah ke-36 negara. Antara lain ke Timur Tengah danNusantara (1405-1430). Membawa pasukan muslim 27.000dengan 62 kapal. Demikian penuturan Lee Khoon Choy,dalam Indonesia Between Myth and Reality. Di CirebonLaksmana Cheng Ho membangun mercusuar. Di Semarangmendirikan Kelenteng Sam Po Kong.Misi muhibah Laksamana Cheng Ho tidak melakukanperampokan atau penjajahan. Bahkan memberikan b
RE: [Urang Sunda] Syeh Kuro
inkan berkantor di daerah Pangkalan. yaitu ; Raden Anom Wirasuta atau Panatayda I yang menjabat Bupati antara Tahun 1677 - 1721 M, berkantor di Waru dekat Loji, dan Radeb Martanegara atau Panatayuda III menjabat antara tahun 1732 - 1752 M, juga berkantor diWaru Pangkalan. Rupanya Masjid Agung yang telah direnovasi oleh Adipati Singaperbangsa, tidak lagi diadakan penambahan dimasa pemerintahan Bupaati Karawang II,III,dan IV. Pada masa Bupati V yaitu Raden Muhamad Soleh atau Panatayuda IV,Kantor bupati dipindahkan kembali ke Babakan kertayasa. Bupati V ini memerintah antara tahun 1752 - 1786 M, dikenal sebagai dalem Balon. Rupanya Bupati ini mendapat kehormatan "naik nalon". Dari pemerintahan Kolonial Belanda, dan pada waktu itu hal tersebut jarang terjadi.Ia termasuk pembina Masjid Agung, dan waktu meninggal Dunia ia dimakam kan dekat Masjid ini, tahun 1993 atas persetujuan para sesepuh, kerangka jenazahnya dipindahkan dan dimakamkan kembali dikomplek makam Bupati Karawang di Desa Manggung Jaya Cilamaya. Sejak masa Bupati Karawang VI sampai Bupati Karawang IX yakni antara tahun 1786 - 1827, tidak ada petunjuk dilakukannya perbaikan yang berarti apalagi perluasan bangunan dan sebagainya.Sebab sejak tahun 1827 para Bupati Karawang IX sampai bupati XXI atas kebijakan pemerintahan Kolonial Belanda tidak lagi berkantor dikota Karawang melainkan keWanayasa dan Purwakarta, Sehingga sapat dipahami apabila para Bupati yang berkedudukan di Wanayasa dan Purwakarta perhatiannya kurang terhadap pembinaan Masjid Agung secara langsung, kemunginan dipercayakan kepada wedana atau camat yang bertugas dikota Karawang. Setelahberlakunya Undang Undang no 14 tahun 1950 tentang pembentukan daerah daerah Kabupaten dilingkungan Propinsi Jawa Barat maka kabupaten Karawang terpisah dari kabupaten Purwakarta dan Ibukotanya kembali di Karawang. Sedangkan BUpati Karawang masa itu dijabat oleh Raden Tohir Mangkudijoyo yang memerintah tahun 1950 - 1959, pada tahun 1950 atas persetujuan para Ulama dan Umat Islam, Mesjid Agung diperluas pada arah bagian depan dengan bangunan permanen ukuran 13 x 20 m ditambah menara ukuran kecil dan satu Kubah ukuran 3 x 3 m dengan tinggi 12 m, atap dari seng adapun luas tanah mesjd termasuk makam adalah 2.230 m. -Original Message- From: urangsunda@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of :: Yayan Mulyana :: Sent: Tuesday, 27 September, 2005 7:58 AM To: kisunda@yahoogroups.com; urangsunda@yahoogroups.com Subject: [Urang Sunda] Syeh Kuro Islamisasi Dinasti Prabu Siliwangi Oleh AHMAD MANSUR SURYANEGARA http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1104/22/teropong/lainnya2.htm DINASTI Sang Prabu Siliwangi pada abad ke-15, menjadikan Islam sebagai agamanya secara aman dan damai. Diawali dengan sebab adanya pernikahan kedua Sang Prabu Siliwangi dengan Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa, Syah Bandar Cirebon. Subang Larang adalah santri Syekh Kuro atau Syekh Hasanuddin dengan pesantrennya di Karawang. Dinasti Sang Prabu Siliwangi dari pernikahannya dengan Subang Larang, terlahirlah tiga orang putra putri. Pertama, Pangeran Walangsungsang, kedua, Nyai Lara Santang dan ketiga Raja Sangara. Ketiga-tiganya masuk Islam. Pesantren Syekh Kuro Syekh Kuro yang dikenal pula dengan nama Syekh Hasanuddin, memegang peranan penting dalam masuknya pengaruh ajaran Islam ke keluarga Sang Prabu Siliwangi. Persahabatan Ki Gedeng Tapa dengan Syekh Kuro, menjadikan putrinya, Subang Larang masantren di Pesantren Syekh Kuro. Adapun kedudukan Ki Gedeng Tapa adalah sebagai Syahbandar di Cirebon. Menggantikan Ki Gedeng Sindangkasih setelah wafat. Ki Gedeng Tapa dikenal pula dengan nama Ki Gedeng Jumajan Jati. Dalam Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari-CPCN karya Pangeran Arya Cirebon yang ditulis (1720) atas dasar Negarakerta Bumi, menuturkan bahwa Ki Gedeng Sinangkasih memiliki kewenangan yang besar. Tidak hanya sebagai Syahbandar di Cirebon semata. Ternyata juga memiliki kewenangan mengangkat menantunya, Raden Pamanah Rasa sebagai Maharaja Pakwan Pajajaran dengan gelar Sang Prabu Siliwangi. Adapun istri pertama Sang Prabu Siliwangi adalah Nyi Ambet Kasih putri kandung Ki Gedeng Sindangkasih. Istri kedua, Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa. Isteri ketiga, Nyai Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang. Dari peristiwa pergantian kedudukan di atas ini, antara Ki Gedeng Tapa dan Sang Prabu Siliwangi memiliki kesamaan pewarisan. Keduanya memperoleh kekuasaan berasal dari Ki Gedeng Sindangkasih setelah wafat. Hubungan antara keduanya dikuatkan dengan pertalian pernikahan. Sang Prabu Siliwangi mempersunting putri Ki Gedeng Tapa yakni Subang Larang. Dengan demikian Sang Prabu Siliwangi adalah menantu Ki Gedeng Tapa. Pernikahan di atas ini, mempunyai pengaruh yang besar terhadap kekuasaan politik yang sedang diemban oleh Sang Prabu Siliwangi. Tidaklah mungkin kelancaran kehidupan Kerajaan Hindu Pajajaran, tanpa kerja sama ekonomi dengan Syahbandar Cirebon, Ki
Re: [Urang Sunda] Syeh Kuro
apa bener yaaa... apakah syeh Kuro dengan syeh lukman itu sama? di mana pesantrennya syeh lukman dan dimana makamnya apakah ada hubungannya dengan yang di cirebon (syeh syarif hidayatuloh) makasih ah: Yayan Mulyana: : Mon Sep 26 17: 58: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED];, ":: Yayan Mulyana ::" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Islamisasi Dinasti Prabu SiliwangiOleh AHMAD MANSUR SURYANEGARAhttp://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1104/22/teropong/lainnya2.htmDINASTI Sang Prabu Siliwangi pada abad ke-15,menjadikan Islam sebagai agamanya secara aman dandamai. Diawali dengan sebab adanya pernikahan keduaSang Prabu Siliwangi dengan Subang Larang putri KiGedeng Tapa, Syah Bandar Cirebon. Subang Larang adalahsantri Syekh Kuro atau Syekh Hasanuddin denganpesantrennya di Karawang. Dinasti Sang Prabu Siliwangidari pernikahannya dengan Subang Larang, terlahirlahtiga orang putra putri. Pertama, PangeranWalangsungsang, kedua, Nyai Lara Santang dan ketigaRaja Sangara. Ketiga-tiganya masuk Islam.Pesantren Syekh KuroSyekh Kuro yang dikenal pula dengan nama SyekhHasanuddin, memegang peranan penting dalam masuknyapengaruh ajaran Islam ke keluarga Sang PrabuSiliwangi. Persahabatan Ki Gedeng Tapa dengan SyekhKuro, menjadikan putrinya, Subang Larang masantren diPesantren Syekh Kuro. Adapun kedudukan Ki Gedeng Tapaadalah sebagai Syahbandar di Cirebon. Menggantikan KiGedeng Sindangkasih setelah wafat. Ki Gedeng Tapadikenal pula dengan nama Ki Gedeng Jumajan Jati.Dalam Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari-CPCN karyaPangeran Arya Cirebon yang ditulis (1720) atas dasarNegarakerta Bumi, menuturkan bahwa Ki GedengSinangkasih memiliki kewenangan yang besar. Tidakhanya sebagai Syahbandar di Cirebon semata. Ternyatajuga memiliki kewenangan mengangkat menantunya, RadenPamanah Rasa sebagai Maharaja Pakwan Pajajaran dengangelar Sang Prabu Siliwangi.Adapun istri pertama Sang Prabu Siliwangi adalah NyiAmbet Kasih putri kandung Ki Gedeng Sindangkasih.Istri kedua, Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa.Isteri ketiga, Nyai Aciputih Putri dari Ki DampuAwang.Dari peristiwa pergantian kedudukan di atas ini,antara Ki Gedeng Tapa dan Sang Prabu Siliwangimemiliki kesamaan pewarisan. Keduanya memperolehkekuasaan berasal dari Ki Gedeng Sindangkasih setelahwafat. Hubungan antara keduanya dikuatkan denganpertalian pernikahan. Sang Prabu Siliwangimempersunting putri Ki Gedeng Tapa yakni SubangLarang. Dengan demikian Sang Prabu Siliwangi adalahmenantu Ki Gedeng Tapa.Pernikahan di atas ini, mempunyai pengaruh yang besarterhadap kekuasaan politik yang sedang diemban olehSang Prabu Siliwangi. Tidaklah mungkin kelancarankehidupan Kerajaan Hindu Pajajaran, tanpa kerja samaekonomi dengan Syahbandar Cirebon, Ki Gedeng Tapa.Begitu pula sebaliknya, Ki Gedeng Tapa tidak mungkinaman kekuasaannya sebagai Syahbandar, bila tanpaperlindungan politik dari Sang Prabu Siliwangi. Gunamemperkuat power of relation antar keduanya, makadiikat dengan tali pernikahan.Pengaruh eksternalPengaruh islamisasi terhadap Dinasti Sang PrabuSiliwangi tidak dapat dilepaskan hubungan denganpengaruh Islam di luar negeri. Di Timur Tengah,Fatimiyah (1171) dan Abbasiyah (1258) memang sudahtiada digantikan oleh kekuasaan Mamluk di Mesir danMongol di Baghdad. Namun pada kelanjutan Dinasti KhuBilai Khan, Mongol pun memeluk Islam. Kemudianmembangun kekaisaran Mongol Islam di India.Perkembangan kekuasaan politik Islam di Timur Tengahdi bawah Turki semakin berjaya. Konstantinopel dapatdikuasainya (1453). Di Cina Dinasti Ming (1363-1644)memberikan kesempatan orang-orang Islam untuk dudukdalam pemerintahan. Antara lain Laksamana Muslim ChengHo ditugaskan oleh Kaisar Yung Lo memimpin misimuhibah ke-36 negara. Antara lain ke Timur Tengah danNusantara (1405-1430). Membawa pasukan muslim 27.000dengan 62 kapal. Demikian penuturan Lee Khoon Choy,dalam Indonesia Between Myth and Reality. Di CirebonLaksmana Cheng Ho membangun mercusuar. Di Semarangmendirikan Kelenteng Sam Po Kong.Misi muhibah Laksamana Cheng Ho tidak melakukanperampokan atau penjajahan. Bahkan memberikan bantuanmembangun sesuatu yang diperlukan oleh wilayah yangdidatanginya. Seperti Cirebon dengan mercusuarnya.Oleh karena itu, kedatangan Laksamana Cheng Hodisambut gembira oleh Ki Gedeng Tapa sebagaiSyahbandar Cirebon.Perubahan tatanan dunia politik dan ekonomi yangdipengaruhi oleh Islam seperti di atas, berdampakbesar dalam keluarga Sang Prabu Siliwangi. Terutamasekali pengaruhnya terhadap Ki Gedeng Tapa sebagaiSyahbandar di Cirebon.Karena sangat banyak kapal niaga muslim yang berlabuhdi pelabuhan Cirebon, kapal niaga dari India Islam,Timur Tengah Islam dan Cina Islam. Pembangunanmercusuar di pelabuhan Cirebon memungkinkan tumbuhnyarasa simpati Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar Cirebonterhadap Islam. Dapat dilihat dari putrinya SubangLarang, sebelum dinikahkan dengan Sang PrabuSiliwangi, dipesantrenkan terlebih dahulu ke SyekhKuro. Di bawah kondisi keluarga dan pengaruh eksternalyang demikian ini, putra putri Sang Prabu Siliwangimencoba leb
[Urang Sunda] Syeh Kuro
Islamisasi Dinasti Prabu Siliwangi Oleh AHMAD MANSUR SURYANEGARA http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1104/22/teropong/lainnya2.htm DINASTI Sang Prabu Siliwangi pada abad ke-15, menjadikan Islam sebagai agamanya secara aman dan damai. Diawali dengan sebab adanya pernikahan kedua Sang Prabu Siliwangi dengan Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa, Syah Bandar Cirebon. Subang Larang adalah santri Syekh Kuro atau Syekh Hasanuddin dengan pesantrennya di Karawang. Dinasti Sang Prabu Siliwangi dari pernikahannya dengan Subang Larang, terlahirlah tiga orang putra putri. Pertama, Pangeran Walangsungsang, kedua, Nyai Lara Santang dan ketiga Raja Sangara. Ketiga-tiganya masuk Islam. Pesantren Syekh Kuro Syekh Kuro yang dikenal pula dengan nama Syekh Hasanuddin, memegang peranan penting dalam masuknya pengaruh ajaran Islam ke keluarga Sang Prabu Siliwangi. Persahabatan Ki Gedeng Tapa dengan Syekh Kuro, menjadikan putrinya, Subang Larang masantren di Pesantren Syekh Kuro. Adapun kedudukan Ki Gedeng Tapa adalah sebagai Syahbandar di Cirebon. Menggantikan Ki Gedeng Sindangkasih setelah wafat. Ki Gedeng Tapa dikenal pula dengan nama Ki Gedeng Jumajan Jati. Dalam Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari-CPCN karya Pangeran Arya Cirebon yang ditulis (1720) atas dasar Negarakerta Bumi, menuturkan bahwa Ki Gedeng Sinangkasih memiliki kewenangan yang besar. Tidak hanya sebagai Syahbandar di Cirebon semata. Ternyata juga memiliki kewenangan mengangkat menantunya, Raden Pamanah Rasa sebagai Maharaja Pakwan Pajajaran dengan gelar Sang Prabu Siliwangi. Adapun istri pertama Sang Prabu Siliwangi adalah Nyi Ambet Kasih putri kandung Ki Gedeng Sindangkasih. Istri kedua, Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa. Isteri ketiga, Nyai Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang. Dari peristiwa pergantian kedudukan di atas ini, antara Ki Gedeng Tapa dan Sang Prabu Siliwangi memiliki kesamaan pewarisan. Keduanya memperoleh kekuasaan berasal dari Ki Gedeng Sindangkasih setelah wafat. Hubungan antara keduanya dikuatkan dengan pertalian pernikahan. Sang Prabu Siliwangi mempersunting putri Ki Gedeng Tapa yakni Subang Larang. Dengan demikian Sang Prabu Siliwangi adalah menantu Ki Gedeng Tapa. Pernikahan di atas ini, mempunyai pengaruh yang besar terhadap kekuasaan politik yang sedang diemban oleh Sang Prabu Siliwangi. Tidaklah mungkin kelancaran kehidupan Kerajaan Hindu Pajajaran, tanpa kerja sama ekonomi dengan Syahbandar Cirebon, Ki Gedeng Tapa. Begitu pula sebaliknya, Ki Gedeng Tapa tidak mungkin aman kekuasaannya sebagai Syahbandar, bila tanpa perlindungan politik dari Sang Prabu Siliwangi. Guna memperkuat power of relation antar keduanya, maka diikat dengan tali pernikahan. Pengaruh eksternal Pengaruh islamisasi terhadap Dinasti Sang Prabu Siliwangi tidak dapat dilepaskan hubungan dengan pengaruh Islam di luar negeri. Di Timur Tengah, Fatimiyah (1171) dan Abbasiyah (1258) memang sudah tiada digantikan oleh kekuasaan Mamluk di Mesir dan Mongol di Baghdad. Namun pada kelanjutan Dinasti Khu Bilai Khan, Mongol pun memeluk Islam. Kemudian membangun kekaisaran Mongol Islam di India. Perkembangan kekuasaan politik Islam di Timur Tengah di bawah Turki semakin berjaya. Konstantinopel dapat dikuasainya (1453). Di Cina Dinasti Ming (1363-1644) memberikan kesempatan orang-orang Islam untuk duduk dalam pemerintahan. Antara lain Laksamana Muslim Cheng Ho ditugaskan oleh Kaisar Yung Lo memimpin misi muhibah ke-36 negara. Antara lain ke Timur Tengah dan Nusantara (1405-1430). Membawa pasukan muslim 27.000 dengan 62 kapal. Demikian penuturan Lee Khoon Choy, dalam Indonesia Between Myth and Reality. Di Cirebon Laksmana Cheng Ho membangun mercusuar. Di Semarang mendirikan Kelenteng Sam Po Kong. Misi muhibah Laksamana Cheng Ho tidak melakukan perampokan atau penjajahan. Bahkan memberikan bantuan membangun sesuatu yang diperlukan oleh wilayah yang didatanginya. Seperti Cirebon dengan mercusuarnya. Oleh karena itu, kedatangan Laksamana Cheng Ho disambut gembira oleh Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar Cirebon. Perubahan tatanan dunia politik dan ekonomi yang dipengaruhi oleh Islam seperti di atas, berdampak besar dalam keluarga Sang Prabu Siliwangi. Terutama sekali pengaruhnya terhadap Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar di Cirebon. Karena sangat banyak kapal niaga muslim yang berlabuh di pelabuhan Cirebon, kapal niaga dari India Islam, Timur Tengah Islam dan Cina Islam. Pembangunan mercusuar di pelabuhan Cirebon memungkinkan tumbuhnya rasa simpati Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar Cirebon terhadap Islam. Dapat dilihat dari putrinya Subang Larang, sebelum dinikahkan dengan Sang Prabu Siliwangi, dipesantrenkan terlebih dahulu ke Syekh Kuro. Di bawah kondisi keluarga dan pengaruh eksternal yang demikian ini, putra putri Sang Prabu Siliwangi mencoba lebih mendalami Islam dengan berguru ke Syekh Datuk Kahfi dan Naik Haji. Gunung dan guru Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari kelanjutannya menuturkan, setiap dalam upaya pencarian guru pasti tempat tinggalnya ada di Gunung. Tampakn