Re: [wanita-muslimah] Heran
Yg saya tahu kisah ini saya dapat dari ibu saya sambil membacakan dongeng menjelang tidur. Berasal dari India. Ada gambarnya. Gak tau sapa menyontek sapa, buku alm ibu saya ini terbit tahun 40-an. Penuturan berbentuk puisi, ada lima atau enam orang Hindu yg buta mengelilingi seekor gajah besar. Saya pikir pengertian orang yg buta [ betulan nggak bisa lihat mungkin sejak lahir] dan orang yg ditutup matanya sangat berbeda 'cara pandangnya' Orang yg matanya ditutup mungkin sudah pernah melihat gajah meskipun cuma gambarnya. Tapi orang yg buta ? Sehingga orang yg ditutup matanya jika harus mendiskripsikan bentuk gajah akan tidak obyektif. Akan keluar pernyataan; 'tampaknya, sepertinya' Seperti seseorang yg melihat cuaca yg mendung di sianghari ; yg baru bangun tidur akan bilang , mungkin ini dah maghrib, kalo yg takut hujan, akan bilang hari akan hujan lebat. Padahal mungkin lagi gerhana. Betul tak? Sedangkan orang yg buta gak punya gambaran: mendung, senja, gerhana itu seperti apa? Orang yg buta juga melambangkan [ meskipun di kisah buku dongeng itu memang buta betulan] ketidaktahuan, kehampaan. Sedangkan mata yg ditutup justru melambangkan kepura-puraan. Lha wong sudah tau kok. Ibarat pepatah sudah gaharu candana pulo, alah tau batanya pulo Sudah gaharu cendana pula, sudah tau bertanya pula. Sehingga agama sering juga disebut sebagai upaya pencerahan-enlightenment, habis gelap terbitlah terang. Kalo sudah terang kemudian ditutup jadi gelap, artinya itu kan kemunduran atau zalim? Sesungguhnya hamba ini termasuk orang yg zalim [ al ambiyaa 87] :-)) Salam, l.meilany - Original Message - From: Dwi W. Soegardi To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Saturday, April 26, 2008 4:10 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Heran Mbak Mei, Kisah lebih lengkap tentang meraba-raba gajah bisa dibaca misalnya di wikipedia: Blind Men and an Elephant. Memang "orang2 buta" yang paling populer. Kisah ini diangkat oleh orang-orang bijak dari kalangan Hindu, Buddha sampai Sufi. Tapi saya pertama kali baca kisah ini justru dari buku teks Pengantar Semikonduktor :) Rupanya ada kesamaan antara para bijak cendekia dengan para ilmuwan dan insinyur :) Maulana Jalaluddin Rumi mempergunakan gajah di kamar gelap, bukannya orang buta. Dia mengumpamakan kamar gelap itu dengan lautan maha luas (ilmu pengetahuan) yang tidak ketahuan batas-batasnya. Saya memakai orang yang ditutup matanya. Mungkin karena saya pria sensiif (?) yang tidak tega mengeksploitir org buta :). Tapi bisa pula dimaksudkan sebagai pencari kebenaran yang tertutup kalbunya (entah ditutup sendiri atau tertutup oleh sebab-sebab lain). Gimana? Apakah uraian ini mensejajarkan saya dengan Maulana Rumi dan para ahli hikmah lainnya? Atau dengan Aa Gym? :) Nggak ah, saya cuma mau jadi insinyur semikonduktor sahaja. Salam, On 4/25/08, L.Meilany <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Yg tepat adalah contoh yg diberikan Pak Dwi, tentang sekelompok orang buta > [ benar2 buta bukan sekedar ditutup matanya] yg harus mendiskripsikan > tentang gimana bentuk gajah. > Contoh gajah dan orang2 buta ini juga sering dikisahkan oleh Aa Gym. > > Kebenaran sejati hanyalah milik Allah SWT. > Jadi kalo tafsiran kebenaran versi manusia ya bisa banyak sekali, gak cuma > ganda. > :-)) > > > Salam, > l.meilany > - Original Message - > From: Lina Dahlan > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, April 23, 2008 9:27 AM > Subject: [wanita-muslimah] Re: Heran > > > Lalu bagaimana membedakan orang gila dan orang waras, serta orang > jujur dan tidak jujur dalam hal menafsirkan suatu agama? > > Sebetulnya kalau pertanyaannya,"ini APA?". Seharusnya jawabannya > adalah "kertas". Bukan "warna putih, bentuk persegi empat". > > Ini perlunya berpikir dikotomis. Tidak mungkin ada Kebenaran ganda. > > wassalam, > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "total_sacrifice" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > ketika saya memegang kertas HVS lalu menanyakan pada para > siswa, "ini > > apa?" > > dijawab, > > murid 1, "kertas pak" betul > > murid 2, "warna putih pak" ... betul > > murid 3, "kertas HVS pak"... juga betul > > murid 4, "bentuk persegi empat pak"... juga betul > > sampai ada 10 murid yg menjawab dan semuanya betul.. lalu apa kita > > harus memaksakan bahwa kebenaran hanya satu? > > > > dalam agama kayaknya juga begitu, yg bisa kita pelajari hanya > tulisan, > > sedangkan penafsiran bisa lebih banyak dari kertas tadi dan > semuanya > > benar, kecuali orang gila dan tidak jujur
Re: [wanita-muslimah] Heran
ngga. coba baca lagi deh, kok tiba2 nanya begini? 2008/4/26 sriwening herpribadi <[EMAIL PROTECTED]>: > > Jadi menurut om Dwiseseorang setelah dapet gelar ustad...kemudian untuk > dapet gelar kyai dia harus nyantri lagi...lalu nyantri lagi untuk dapat gelar > ulamagitu yach? > > > > "Dwi W. Soegardi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Mengenai "hirarki" di kalangan syiah jelas ada. Lihat saja gelar > ulamanya: hujjatul islam, ayatullah, sampai grand ayatullah. Makanya > sekarang Muqtada al-Sadr nyantri lanjutan ke Qom, Iran untuk mencapai > tingkatan yang lebih tinggi, ayatullah. > > Di kalangan sunni bukannya tidak ada, walaupun tidak terlembaga. > Misalnya di kalangan ahli hadis dikenal sistem ijazah, nyantri kepada > ulama yang lebih senior, kalau selesai dikasih ijazah. Pernah para > kritikus Syekh Nasiruddin al-Albani mengritik beliau karena Syekh > al-Albani ngga punya ijazah dan ilmunya otodidak. > > Yang terdefinisi adalah tingkatan mujtahid, mulai dari yang paling > lihay, yang disebut mujtahid mutlak yang menyusun sendiri ushul > fiqhnya, dan tidak perlu merujuk orang lain, misalnya para imam > mazhab. Lha ulama2 yg di NU, MUI, Muhammadiyah dll itu ngikut > metodologinya para mujtahid mutlak, konon ada yg menganggap paling > banter di level 3 dari 5 tingkatan. Apalagi yang awam :) > Nah apa ini bukan hirarki? > > Salam, >
Re: [wanita-muslimah] Heran
Jadi menurut om Dwiseseorang setelah dapet gelar ustad...kemudian untuk dapet gelar kyai dia harus nyantri lagi...lalu nyantri lagi untuk dapat gelar ulamagitu yach? "Dwi W. Soegardi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mengenai "hirarki" di kalangan syiah jelas ada. Lihat saja gelar ulamanya: hujjatul islam, ayatullah, sampai grand ayatullah. Makanya sekarang Muqtada al-Sadr nyantri lanjutan ke Qom, Iran untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi, ayatullah. Di kalangan sunni bukannya tidak ada, walaupun tidak terlembaga. Misalnya di kalangan ahli hadis dikenal sistem ijazah, nyantri kepada ulama yang lebih senior, kalau selesai dikasih ijazah. Pernah para kritikus Syekh Nasiruddin al-Albani mengritik beliau karena Syekh al-Albani ngga punya ijazah dan ilmunya otodidak. Yang terdefinisi adalah tingkatan mujtahid, mulai dari yang paling lihay, yang disebut mujtahid mutlak yang menyusun sendiri ushul fiqhnya, dan tidak perlu merujuk orang lain, misalnya para imam mazhab. Lha ulama2 yg di NU, MUI, Muhammadiyah dll itu ngikut metodologinya para mujtahid mutlak, konon ada yg menganggap paling banter di level 3 dari 5 tingkatan. Apalagi yang awam :) Nah apa ini bukan hirarki? Salam, On 4/25/08, Muhammad Syafei <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, sriwening herpribadi > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Pak Guru ini bener2 aneheh tp ngga aneh diiing kalau merujuk > cara anda memberi pertanyaan ke murid2 anda dan juga cara anda menilai > jawaban2 murid2 anda itu...ingetkan soal kertas HVS. > > > > Siapapun boleh berpendapat koq...ngga ada larangan sama sekali > untuk berpendapat...dari orang berilmu, berilmu tapi pas2an, sampai > orang ngga berilmu juga boleh. > > > > Belum pernah saya dapat literatur baik dalam bahasa Indonesia > ataupun bahasa arab...inge! inge! bahasa arab ..yang menyatakan bahwa > istilah ustad & ulama menyatakan satu dengan lainnya menunjukan > tingkatan ilmu, apalagi istilah kyai yang ternyata cuma ada di > Indonesia. Omong2 soal kyai...saya jadi teringat seorang kawan yang > bertugas dipedalaman kalimantan...disana dia menemukan ada seorang > kyai tapi ngga bisa baca Qur'an..lantas kawanku itu tanya ke temannya > yang asli sana..." gimana bisa kyai itu mendapat titel kyai? "...jawab > temannya itu..." loh...kan beliau itu sudah bisa baca surat al-Fatihah > "...itu cerita kawanku...lain lagi di daerah Klaten-Jawa tengah tempat > ortuku..disana titel kyai bukan monopoli orang Islam..tapi juga > disandang oleh orang kristen dan hindu. > > > > Jadi menurut akyyuuu sich...kalau dikatakan ada hirarki antara > ustad-kyai-ulama jelas pendapat itu tanpa dasar ilmu...hanya satu ilmu > yang dia pakai...ilmu "gathuk-gathuk". > > > > Hal lainnya...harus anda ketahui bahwa beda antara pendapat dengan > fatwa...untuk berfatwa orang/lembaga harus kapabel artinya berdasarkan > ilmu. > > > > Jels? > > > > Lh .. jawaban di atas itu, khususnya alinea terakhir malah > menegaskan terbentuknya hierarki itu .. > > Gak merasa ya? walah ... > > Salam > > > > > > > Ary Setijadi Prihatmanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Oleh karena itu mbak, > > SIAPA SAJA boleh berfatwa atau tidak berfatwa. > > Tinggal kita pilih saja dalil mana yang mau kita ikuti. > > > > Pembatasan siapa saja yang boleh berpendapat itulah yang menyebabkan > terjadinya hierarki secara tidak disadari. > > > > - Original Message - > > From: sriwening herpribadi > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > > Sent: Friday, April 25, 2008 11:38 AM > > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Heran > > > > M. Syafei Wrote ==> Kedua .. secara tidak sadar kan hirarki emang > terbentuk, hanya memang tidak dilembagakan secara resmi seperti di > gereja (khususnya > > katholik). Saya tanya .. emangnya Mbak diperbolehkan memahami dan > > mengamalkan hasil kajian Mbak sendiri yang berbeda dengan ajaran > > ustadz/murrabi' dan fatwa ulama2 yang dianuti? > > === > > Baru kali ini saya temukan ada seorang muslim yang mengatakan adanya > hirarki antara ustad-kyai-ulama. > > > > Bagi saya pak Peisepemahaman & sepengamalan tentang sesuatu hal > dalam agama ini dengan para ustad ataupun ulama...bukan berarti saya > mengikuti mereka...yang saya ikuti adalah dalil2 yang mereka kemukakan > yaitu Qur'an & Sunnah. > > > > Dah ach...mau jumatan dulu. > > > > > > === > Milis Wanita Muslimah > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment > Yahoo! Groups Links > > > > -
Re: [wanita-muslimah] Heran
Mbak Mei, Kisah lebih lengkap tentang meraba-raba gajah bisa dibaca misalnya di wikipedia: Blind Men and an Elephant. Memang "orang2 buta" yang paling populer. Kisah ini diangkat oleh orang-orang bijak dari kalangan Hindu, Buddha sampai Sufi. Tapi saya pertama kali baca kisah ini justru dari buku teks Pengantar Semikonduktor :) Rupanya ada kesamaan antara para bijak cendekia dengan para ilmuwan dan insinyur :) Maulana Jalaluddin Rumi mempergunakan gajah di kamar gelap, bukannya orang buta. Dia mengumpamakan kamar gelap itu dengan lautan maha luas (ilmu pengetahuan) yang tidak ketahuan batas-batasnya. Saya memakai orang yang ditutup matanya. Mungkin karena saya pria sensiif (?) yang tidak tega mengeksploitir org buta :). Tapi bisa pula dimaksudkan sebagai pencari kebenaran yang tertutup kalbunya (entah ditutup sendiri atau tertutup oleh sebab-sebab lain). Gimana? Apakah uraian ini mensejajarkan saya dengan Maulana Rumi dan para ahli hikmah lainnya? Atau dengan Aa Gym? :) Nggak ah, saya cuma mau jadi insinyur semikonduktor sahaja. Salam, On 4/25/08, L.Meilany <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Yg tepat adalah contoh yg diberikan Pak Dwi, tentang sekelompok orang buta > [ benar2 buta bukan sekedar ditutup matanya] yg harus mendiskripsikan > tentang gimana bentuk gajah. > Contoh gajah dan orang2 buta ini juga sering dikisahkan oleh Aa Gym. > > Kebenaran sejati hanyalah milik Allah SWT. > Jadi kalo tafsiran kebenaran versi manusia ya bisa banyak sekali, gak cuma > ganda. > :-)) > > > Salam, > l.meilany > - Original Message - > From: Lina Dahlan > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, April 23, 2008 9:27 AM > Subject: [wanita-muslimah] Re: Heran > > > Lalu bagaimana membedakan orang gila dan orang waras, serta orang > jujur dan tidak jujur dalam hal menafsirkan suatu agama? > > Sebetulnya kalau pertanyaannya,"ini APA?". Seharusnya jawabannya > adalah "kertas". Bukan "warna putih, bentuk persegi empat". > > Ini perlunya berpikir dikotomis. Tidak mungkin ada Kebenaran ganda. > > wassalam, > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "total_sacrifice" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > ketika saya memegang kertas HVS lalu menanyakan pada para > siswa, "ini > > apa?" > > dijawab, > > murid 1, "kertas pak" betul > > murid 2, "warna putih pak" ... betul > > murid 3, "kertas HVS pak"... juga betul > > murid 4, "bentuk persegi empat pak"... juga betul > > sampai ada 10 murid yg menjawab dan semuanya betul.. lalu apa kita > > harus memaksakan bahwa kebenaran hanya satu? > > > > dalam agama kayaknya juga begitu, yg bisa kita pelajari hanya > tulisan, > > sedangkan penafsiran bisa lebih banyak dari kertas tadi dan > semuanya > > benar, kecuali orang gila dan tidak jujur yg bikin tafsiran. > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhammad Syafei" > > wrote: > > > > > > Wah .. posting Satriyo itu memang selalu "produktif" > dan "kontributif" > > > Terus berusaha ya nak .. :D > > > > > > Salam > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" wrote: > > > > > > > > Oo ... > > > > wah gitu tho pak, 'titik kebenaran' itu ada banyak ya, tidak > hanya > > > > satu? wah pantes, kalo lagi accupressure, titik kebenarannya > terasa > > > > sekali dan tidak hanya di satu tempat memang ... apalagi kalo > pas di > > > > titik yang mak nyu ... waahh mantep itu! > > > > gimana oom arcon, gaya saya sudah pas belum dengan cara anda > selama > > > > ini menanggapi posting, setidaknya posting saya? hehehe > > > > satriyo > > > > > > > > PS: dalam bahasa arab, kebenaran yang sejati dan satu-satunya > itu > > > > pake artikel 'al' jadi 'al-haq', juga dalam bahasa > inggris, 'the' > > > > menjadi 'the truth' (dan tanpa huruf besar pun sudah jelas > saya kira) > > > > dan bahasa lain yang sama kaidahnya juga demikian ... repotnya > di > > > > bahasa indonesia ini ... harus huruf kapital baru jelas! > > > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhammad Syafei" > > > > wrote: > > > > > > > > > > Titik kebenaran itu tidak hanya satu. Jika Anda masih > berminat untuk > > > > > melihat dan sharing titik2 kebenaran yang lain, tentu sangat > > > > diharapkan. > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > === > Milis Wanita Muslimah > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment > Yahoo! Groups Links > > > >
Re: [wanita-muslimah] Heran
Mengenai "hirarki" di kalangan syiah jelas ada. Lihat saja gelar ulamanya: hujjatul islam, ayatullah, sampai grand ayatullah. Makanya sekarang Muqtada al-Sadr nyantri lanjutan ke Qom, Iran untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi, ayatullah. Di kalangan sunni bukannya tidak ada, walaupun tidak terlembaga. Misalnya di kalangan ahli hadis dikenal sistem ijazah, nyantri kepada ulama yang lebih senior, kalau selesai dikasih ijazah. Pernah para kritikus Syekh Nasiruddin al-Albani mengritik beliau karena Syekh al-Albani ngga punya ijazah dan ilmunya otodidak. Yang terdefinisi adalah tingkatan mujtahid, mulai dari yang paling lihay, yang disebut mujtahid mutlak yang menyusun sendiri ushul fiqhnya, dan tidak perlu merujuk orang lain, misalnya para imam mazhab. Lha ulama2 yg di NU, MUI, Muhammadiyah dll itu ngikut metodologinya para mujtahid mutlak, konon ada yg menganggap paling banter di level 3 dari 5 tingkatan. Apalagi yang awam :) Nah apa ini bukan hirarki? Salam, On 4/25/08, Muhammad Syafei <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, sriwening herpribadi > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Pak Guru ini bener2 aneheh tp ngga aneh diiing kalau merujuk > cara anda memberi pertanyaan ke murid2 anda dan juga cara anda menilai > jawaban2 murid2 anda itu...ingetkan soal kertas HVS. > > > > Siapapun boleh berpendapat koq...ngga ada larangan sama sekali > untuk berpendapat...dari orang berilmu, berilmu tapi pas2an, sampai > orang ngga berilmu juga boleh. > > > > Belum pernah saya dapat literatur baik dalam bahasa Indonesia > ataupun bahasa arab...inge! inge! bahasa arab ..yang menyatakan bahwa > istilah ustad & ulama menyatakan satu dengan lainnya menunjukan > tingkatan ilmu, apalagi istilah kyai yang ternyata cuma ada di > Indonesia. Omong2 soal kyai...saya jadi teringat seorang kawan yang > bertugas dipedalaman kalimantan...disana dia menemukan ada seorang > kyai tapi ngga bisa baca Qur'an..lantas kawanku itu tanya ke temannya > yang asli sana..." gimana bisa kyai itu mendapat titel kyai? "...jawab > temannya itu..." loh...kan beliau itu sudah bisa baca surat al-Fatihah > "...itu cerita kawanku...lain lagi di daerah Klaten-Jawa tengah tempat > ortuku..disana titel kyai bukan monopoli orang Islam..tapi juga > disandang oleh orang kristen dan hindu. > > > > Jadi menurut akyyuuu sich...kalau dikatakan ada hirarki antara > ustad-kyai-ulama jelas pendapat itu tanpa dasar ilmu...hanya satu ilmu > yang dia pakai...ilmu "gathuk-gathuk". > > > > Hal lainnya...harus anda ketahui bahwa beda antara pendapat dengan > fatwa...untuk berfatwa orang/lembaga harus kapabel artinya berdasarkan > ilmu. > > > > Jels? > > > > Lh .. jawaban di atas itu, khususnya alinea terakhir malah > menegaskan terbentuknya hierarki itu .. > > Gak merasa ya? walah ... > > Salam > > > > > > > Ary Setijadi Prihatmanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Oleh karena itu mbak, > > SIAPA SAJA boleh berfatwa atau tidak berfatwa. > > Tinggal kita pilih saja dalil mana yang mau kita ikuti. > > > > Pembatasan siapa saja yang boleh berpendapat itulah yang menyebabkan > terjadinya hierarki secara tidak disadari. > > > > - Original Message - > > From: sriwening herpribadi > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > > Sent: Friday, April 25, 2008 11:38 AM > > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Heran > > > > M. Syafei Wrote ==> Kedua .. secara tidak sadar kan hirarki emang > terbentuk, hanya memang tidak dilembagakan secara resmi seperti di > gereja (khususnya > > katholik). Saya tanya .. emangnya Mbak diperbolehkan memahami dan > > mengamalkan hasil kajian Mbak sendiri yang berbeda dengan ajaran > > ustadz/murrabi' dan fatwa ulama2 yang dianuti? > > === > > Baru kali ini saya temukan ada seorang muslim yang mengatakan adanya > hirarki antara ustad-kyai-ulama. > > > > Bagi saya pak Peisepemahaman & sepengamalan tentang sesuatu hal > dalam agama ini dengan para ustad ataupun ulama...bukan berarti saya > mengikuti mereka...yang saya ikuti adalah dalil2 yang mereka kemukakan > yaitu Qur'an & Sunnah. > > > > Dah ach...mau jumatan dulu. > > > > > > === > Milis Wanita Muslimah > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment > Yahoo! Groups Links > > > >
Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran
Ada cafe yg menunya kebanyakan coklat. - death by chocolate. Penganan di cetak berbentuk peti mati. Masuk resto ini memang penerangannya kurang, cuma lilin2. Pramurianya berpakaian jubah, mukanya setengah tertutup seperti pakaian tukang sihir, topi lancip, warna hitam2. Musiknya juga musik yg suaranya serem2. Zaman sekarang sekedar mau jualan makanan musti kreatif. Salam, l.meilany - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 23, 2008 12:29 PM Subject: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran Setuju mas Ambon. Itu emang restoran gak berkelas. Kalo di Cimanggis itu namanya "restoran susan" ato restoran remang2 yang dulu pernah disergap ama team Buser...:-) Kalo orang seneng yang gelap2 berarti ada sesuatu yang mau disembunyikan...:-). Liat aja pemain sulap, seneng (eh harus kali ya?) pake bajunya yg gelap2 soalnya mau "menyilapkan mata" penonton. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Katagori kelas berapa restaurant yang tamunya makan dalam kegelapan? > > Kalau restauran tsb hanya berkelas biasa, mungkin ada saja yang tidak beres > dengan makanannya. > > - Original Message - > From: "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> > To: "Milis wm" > Sent: Wednesday, April 23, 2008 5:49 AM > Subject: Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran > > > > > > Belakangan ini malah ada bermunculan restoran yg menghidangkan makanan > > dalam gelap. Satu restoran dikerubungi kain hitam. Tidak boleh bawa > > lampu, senter, hp harus dititipkan. Jadi makan pun gelap gelapan gitu. > > > > Eksotis katanya ? > > > > Memangnya ada yg salah dgn itu ? Kok bikin pameran gajah di kegelapan, > > pakai dibilang salah. > > > > > > > > > > > > > > Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network > > > > -Original Message- > > From: "Tana Doang" <[EMAIL PROTECTED]> > > > > Date: Wed, 23 Apr 2008 11:41:44 > > To: > > Subject: Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran > > > > > > Ole sio sayange, itu orang Hindu (mudah-mudahan bikan MGA) mulai dengan > > langkah yang salah: an elephant exhibition in a dark house Sio, kok > > pameran di tempat gelap, kok bikin pameran ayam terbang: "ayam hitam > > terbang malam hinggap dipohon rimbun" > > Sio, itu yang pertama, yang kedua, kalaupun ada yang bikin pameran gajah > > atau ayam terbang seperti itu, ya yang ingin nonton pameran itu bawa lampu > > senter, atau lentera, atau pelita.. > > > > Salam > > La Tando > > > > +++++++++ + > > . > > > > - Original Message - > > From: Dwi W. Soegardi > > To: wanita-muslimah@ <mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > > yahoogroups.com > > Sent: Wednesday, April 23, 2008 10:54 AM > > Subject: Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran > > > > wah baru segitu dibilang ajaib. > > > > ok deh lebih lengkap lagi, biar tambah ajaib > > > > The Elephant in the dark, on the reconciliation of contrarieties > > > > SOME Hindus had brought an elephant for exhibition and placed it in a dark > > house. Crowds of people were going into that dark place to see the beat. > > Finding that ocular inspection was impossible, each visitor felt it with > > his > > palm in the darkness. > > > > The palm of one fell on the trunk. > > > > 'This creature is like a water-spout,' he said. > > > > The hand of another lighted on the elephant's ear. To him the > > beat was evidently like a fan. > > > > Another rubbed against its leg. > > > > 'I found the elephant's shape is like a pillar,' he said. > > > > Another laid his hand on its back. > > > > 'Certainly this elephant was like a throne,' he said. > > > > The sensual eye is just like the palm of the hand. The palm has not the > > means of covering the whole of the best. > > > > The eye of the Sea is one thing and the foam another. Let the foam go, and > > gaze with the eye of the Sea. Day and night foam-flecks are flung from the > > sea: of amazing! You behol
Re: [wanita-muslimah] Heran - Metodologi Mengukur Kebenaran!
mud Yunus tidak tepat terjemahannya "menjadikan" untuk kata "khalaqa". Menciptakan = khalaqa, menjadikan = ja'ala. Terjemahan Mohammed M. Pickthall "float" untuk "yasbahuwn" sudah hampir sama dengan makna aslinya "berenang", yaitu bersentuhan dengan fluida. Terjemahan Departemen Agama yang pakai sisipan "dari keduanya itu" yaitu dalam konteks memberikan penekanan pada kedua benda langit itu. Namun dengan penekanan itu, terjemahan tersebut sudah melanggar ilmu nahwu (tata-bahasa) dari segi tasrif (konyugasi, conjugation of Arabic verbs) "yasbahuwn". Karena seperti diketahui dalam bahasa Arab ada tiga tingkatan, mufrad (tunggal, singular), mutsanna (ganda, dual) dan jama' (tiga keatas). Kalau yang dimaksud hanya "dari keduanya itu", yaitu mutsanna, maka tasrifnya "yasbahaan". Secara keseluruhan terjemahan itu tidak ada yang murni tekstual, yaitu yasbahuwn berarti berenang. Mengapa mesti murni tekstual, silakan dibaca penjelasan berikut: *** Yasbahuwna berasal dari akar kata yang dibentuk oleh huruf-huruf Sin-Ba-ha, sabaha artinya berenang. Orang yang berenang mempunyai kecepatan relatif terhadap air yang direnanginya. Demikian pula benda-benda langit yang merenangi dukhan (fluida interstallair) yang memenuhi alam semesta. Benda-benda langit di samping mempunyai gerak bersama dengan dukhan mengedari pusat Milky Way, dalam kecepatan sudut yang sama besar, ibaratnya bintang-bintang itu hanyut dibawa arus fluida interstellair. Sedemikian jauh terjemahan "float" oleh Pickthal sudah mengena, namun benda-benda langit itu mempunyai pula gerak relatif terhadap dukhan, jadi ibarat orang berenang dalam gerakan arus laut. Matahari berenang dalam dukhan dengan laju relatif sekitar 24 km per detik. Matahari dibawa arus fluida interstallair mengedari pusat galaxy Milky Way dengan kecepatan tangensial 450 km per detik. Dalam sekali edar matahari memerlukan waktu sekitar 224-juta tahun. Sejak Allah SWT menjadikan matahari dari dukhan, baru 20 kali beredar keliling pusat Milky Way. Laju matahari yang berenang dalam dukhan itu tampaknya tidak tetap. Ada korelasi antara laju berenang dengan banyaknya dukhan yang disedot, yaitu makin lambat makin banyak dukhan yang disedot. Tidak jauh dari kutub utara orang mendapatkan di sana batu bara. Itu berarti pernah di tempat itu beriklim seperti iklim tropis dewasa ini. Itu menunjukkan bahwa pada era itu matahari berenang lebih lambat (kurang dari 24 km per detik), sehingga lebih banyak dukhan yang disedotnya, yang menyebabkan volume matahari membesar, lalu jarak antara bumi dengan matahari menjadi lebih dekat, sehingga suhu di permukaan bumi menjadi naik. Itulah penjelasan mengapa di kutub utara juga didapatkan batubara. Allah SWT sebagai Ar-Rabb, Maha Pengatur, berkehendak agar kita manusia ini dapat hidup di bumi di tatasurya ini. Bayangkan jika matahari mempunyai laju berenang hanya 2 sampai 3 km per detik, ia akan menjadi raksasa, seperti bintang raksasa sejenis matahari, yaitu. Betelgeuze, Razalgethi dan Epsilon Aurigae. Bumi ini yang pada mulanya berwujud fluida gas yang panas, tidak akan sempat menjadi fluida cair apalagi padat, karena matahari kian membesar, andaikata laju berenangnya hanya 2 sampai 3 km per detik. Artinya dalam keadaan itu jarak matahari dengan bumi kian dekat, bumi malahan makin panas, mana sempat membeku. Maka dalam proses menjadi raksasa itu akhirnya matahari akan melahap planet-planetnya. Kalau diameternya sudah sebesar raksasa Betelgeuze akan melahap bumi, sebesar raksasa Razalgethi akan melahap Saturnus dan 1,5 kali sebesar raksasa Epsilon Aurigae akan melahap Pluto. WaLlahu a'lamu bisshawab. *** Makassar, 18 Juni 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman] http://waii-hmna.blogspot.com/2006/06/732-masalah-terjemahan-s-al-anbiyaa.html ===== - Original Message - From: wawan wawan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 23, 2008 3:50 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Heran - Metodologi Mengukur Kebenaran! On 4/23/08, Ari Condro <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Ya ya ya. > > Dan hasilnya matahari mengelilingi bumi. Menarik, menarik :) mungkin si om ini cocok jadi wartawan berita koran. [lebih tepatnya milis WM ini juga sih] ajang pelemparan hal2 sisi jelek doang :) -- Matahari Mengedari Bumi? Selasa, 22 Mei 07 16:05 WIB Kirim teman Assalammua'laikum Wr Wb Segala puji bagi ALLAH SWT dan Semoga kesejahteraan selalu dilimpahkan bagi Muhammad Rasulullah Sallahu Alaihi Wassalam. Begitu pula kesehatan & kesejahteraan senantiasa dilimpahkanNYA kepada Ustadz, keluarga dan kita semua, muslimin & muslimat. Berdasarkan QS 14. 33 dan QS 36. 40, ada sebagian orang menterjemahkan dan menafsirkan bahwa Matahari ber
analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran
Inilah masalahnya, mas Afiff, buat sementara kalangan, 'agama' itu ya sama saja buat semua, artinya ketika seorang Anthony de Mello menyebut 'agama' maka buat pembaca muslim, misalnya, muncul asumsi 'Islam'. Padahal belum tentu. Di sini kan sangat penting untuk tahu siapa yang bicara. Di sini ada value ladden statements atau terminology yang akan bias bila dicemplungkan begitu saja ke budaya atau komunitas yang lain nali-nilainya. Buat kalangan muslim, tentu hal ini patut jadi pertimbangan, sehingga dalam membaca apa-apa yang datang dari 'luar' Islam, akan ada proses adap(ta)si kah, atau cukup adopsi saja, atau malah ditolak/rejeksi sama sekali karean bertentangan dengan Islam. salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhkito Afiff" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ada analogi lain ditulis oleh Anthony de Mello, kali ini antara > agama, bulan dan jari. Kira-kira masing-masing dari kita termasuk > yang mana? > > AGAMA DAN JARI > > "Kepercayaan agama," kata Sang Guru, "bukanlah pernyataan > akan Realitas, tetapi sebuah petunjuk, yang mengarahkan pada > sesuatu yang tetap merupakan suatu misteri. Misteri itu > melampaui pemahaman akal budi manusia. Pendeknya, > kepercayaan agama hanyalah sebuah jari yang menunjuk pada > bulan. > > Beberapa orang beragama tidak pernah beranjak lebih jauh > dari mengamati jari belaka. > > Yang lain malah asyik mengisapnya. > > Yang lain lagi menggunakan jari untuk mengucek mata. Inilah > orang-orang fanatik yang telah dibutakan oleh agama. > > Sangat jarang penganut agama yang cukup mengambil jarak dari > jari mereka untuk dapat melihat apa yang ditunjuk. Mereka > inilah yang, karena melampaui kepercayaan mereka, justru > dianggap sebagai penghujat." > > BULAN DAN JARI > > Sang Guru bertekad untuk menghancurkan secara sistematis > setiap doktrin, kepercayaan, dan konsep tentang yang ilahi, > karena hal-hal yang semula dimaksudkan sebagai petunjuk ini > sekarang malah dianggap sebagai penjelasan. > > Ia suka mengutip kata-kata bijak dari Timur: > > "Bila orang bijak menunjuk bulan, yang dilihat orang bodoh > adalah jari." > > (Berbasa-basi Sejenak, Anthony de Mello, Penerbit Kanisius, Cetakan > 1, 1997) > > - > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dwi W. > Soegardi" wrote: > > > > kalo gitu Anda termasuk salah satu ikutan yang meraba-raba gajah di > kamar > > gelap tersebut :-) > > > > > > 2008/4/22 wawan wawan : > > > > > kirain analogi buat agama. > > > terus itu analogi soal apaan om ? >
Re: [wanita-muslimah] Heran
Bung RW...lucu yach analogi saudara/i kita itu...Sebenernya masalahnya bukan pada "apa jawabannya" tapi yang bermasalah itu adalah " pertanyaannya " dan juga yang ngga kalah bermasalah adalah "orang kasih pertanyaannya seperti itu" Rye Woo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Memang sihh perumpaan ini sangat terlalu sederhana.. Tapi bisa juga di jwb dg sederhana. Buka saja matanya / ga usah di tutup trus berkata jujur.. kan beres urusannya : dia bisa menjelaskan gajah itu seperti apa dengan lengkap dan sempurna... Ato kalo dia buta ya tinggal yang melek menjelaskan gajah itu seperti apa... Unt perumpamaan anak kecil juga kurang pas jwbnya, Masa nanya ini apa(kertas HVS)?? jwbnya warna putih ato bentuk segi empat.. Artinyaa kan jwbn dg pertanyaan itu ga nyambung.. Jadi dg keodisi seperti itu, apakah pemahaman yg kurang lengkap/tidak pas itu akan dibiarkan aja?? tentu tidak kan,, kita akan berusaha mencoba mencari & memberikan jawaban yg paling tepat... Inipun cuma kasus sederhana yg belum tetntu bisa diambil unt perbanding.. Rgd "Dwi W. Soegardi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ada pula kasus klasik: orang yang ditutup matanya, meraba-raba gajah, dan mendeskripsikannya. Tentu yang pegang telinga, beda dengan yang meraba ekor, beda lagi yang memeluk kakinya. Semua dengan "benar" mendeskripsikan gajah sesuai dengan "pengalamannya" masing-masing. Salam, On 4/22/08, total_sacrifice <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > ketika saya memegang kertas HVS lalu menanyakan pada para siswa, "ini > apa?" > dijawab, > murid 1, "kertas pak" betul > murid 2, "warna putih pak" ... betul > murid 3, "kertas HVS pak"... juga betul > murid 4, "bentuk persegi empat pak"... juga betul > sampai ada 10 murid yg menjawab dan semuanya betul.. lalu apa kita > harus memaksakan bahwa kebenaran hanya satu? > > dalam agama kayaknya juga begitu, yg bisa kita pelajari hanya tulisan, > sedangkan penafsiran bisa lebih banyak dari kertas tadi dan semuanya > benar, kecuali orang gila dan tidak jujur yg bikin tafsiran. > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhammad Syafei" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Wah .. posting Satriyo itu memang selalu "produktif" dan "kontributif" > > Terus berusaha ya nak .. :D > > > > Salam > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" wrote: > > > > > > Oo ... > > > wah gitu tho pak, 'titik kebenaran' itu ada banyak ya, tidak hanya > > > satu? wah pantes, kalo lagi accupressure, titik kebenarannya terasa > > > sekali dan tidak hanya di satu tempat memang ... apalagi kalo pas di > > > titik yang mak nyu ... waahh mantep itu! > > > gimana oom arcon, gaya saya sudah pas belum dengan cara anda selama > > > ini menanggapi posting, setidaknya posting saya? hehehe > > > satriyo > > > > > > PS: dalam bahasa arab, kebenaran yang sejati dan satu-satunya itu > > > pake artikel 'al' jadi 'al-haq', juga dalam bahasa inggris, 'the' > > > menjadi 'the truth' (dan tanpa huruf besar pun sudah jelas saya kira) > > > dan bahasa lain yang sama kaidahnya juga demikian ... repotnya di > > > bahasa indonesia ini ... harus huruf kapital baru jelas! > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhammad Syafei" > > > wrote: > > > > > > > > Titik kebenaran itu tidak hanya satu. Jika Anda masih berminat untuk > > > > melihat dan sharing titik2 kebenaran yang lain, tentu sangat > > > diharapkan. > > > > > > > > > > > > === > Milis Wanita Muslimah > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment > Yahoo! Groups Links > > > > - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed] - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran
Ada analogi lain ditulis oleh Anthony de Mello, kali ini antara agama, bulan dan jari. Kira-kira masing-masing dari kita termasuk yang mana? AGAMA DAN JARI "Kepercayaan agama," kata Sang Guru, "bukanlah pernyataan akan Realitas, tetapi sebuah petunjuk, yang mengarahkan pada sesuatu yang tetap merupakan suatu misteri. Misteri itu melampaui pemahaman akal budi manusia. Pendeknya, kepercayaan agama hanyalah sebuah jari yang menunjuk pada bulan. Beberapa orang beragama tidak pernah beranjak lebih jauh dari mengamati jari belaka. Yang lain malah asyik mengisapnya. Yang lain lagi menggunakan jari untuk mengucek mata. Inilah orang-orang fanatik yang telah dibutakan oleh agama. Sangat jarang penganut agama yang cukup mengambil jarak dari jari mereka untuk dapat melihat apa yang ditunjuk. Mereka inilah yang, karena melampaui kepercayaan mereka, justru dianggap sebagai penghujat." BULAN DAN JARI Sang Guru bertekad untuk menghancurkan secara sistematis setiap doktrin, kepercayaan, dan konsep tentang yang ilahi, karena hal-hal yang semula dimaksudkan sebagai petunjuk ini sekarang malah dianggap sebagai penjelasan. Ia suka mengutip kata-kata bijak dari Timur: "Bila orang bijak menunjuk bulan, yang dilihat orang bodoh adalah jari." (Berbasa-basi Sejenak, Anthony de Mello, Penerbit Kanisius, Cetakan 1, 1997) - --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dwi W. Soegardi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > kalo gitu Anda termasuk salah satu ikutan yang meraba-raba gajah di kamar > gelap tersebut :-) > > > 2008/4/22 wawan wawan <[EMAIL PROTECTED]>: > > > kirain analogi buat agama. > > terus itu analogi soal apaan om ?
Re: [wanita-muslimah] Heran - Metodologi Mengukur Kebenaran!
On 4/23/08, Ari Condro <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Ya ya ya. > > Dan hasilnya matahari mengelilingi bumi. Menarik, menarik :) mungkin si om ini cocok jadi wartawan berita koran. [lebih tepatnya milis WM ini juga sih] ajang pelemparan hal2 sisi jelek doang :) -- Matahari Mengedari Bumi? Selasa, 22 Mei 07 16:05 WIB Kirim teman Assalammua'laikum Wr Wb Segala puji bagi ALLAH SWT dan Semoga kesejahteraan selalu dilimpahkan bagi Muhammad Rasulullah Sallahu Alaihi Wassalam. Begitu pula kesehatan & kesejahteraan senantiasa dilimpahkanNYA kepada Ustadz, keluarga dan kita semua, muslimin & muslimat. Berdasarkan QS 14. 33 dan QS 36. 40, ada sebagian orang menterjemahkan dan menafsirkan bahwa Matahari beredar di orbitnya dan mengitari bumi. Dan bumi tidak beredar, hanya berputar pada sumbunya. Intinya Bumi sebagai pusat edar dari tata-surya (planet) kita. Padahal, sepanjang pengetahuan saya bahwa Matahari-lah yang menjadi Pusat edar, dan bumi, bulan serta planet lainnya beredar diorbitnya dan mengedari Matahari. Mohon penjelasan hal tersebut di atas, dan terimakasih. Wassalammua'laikum Wr Wb. Syarif Hidayat syahid_383 Jawaban Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Setiap ulama tentu berhak untuk mengeluarkan pendapat dan fatwanya. Juga berhak untuk diikuti fatwa dan pendapatnya itu oleh umat Islam. Namun tidak ada satu pun manusia yang dijamin oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW selalu pasti benar dalam segala halnya. Bahkan para shahabat yang mulia dan dijamin masuk surga sekalipun, terkadang tidak saling sependapat dalam banyak masalah antara sesama mereka. Perbedaan pandangan di kalangan shahabat nabi SAW menunjukkan bahwa seseorang bisa saja punya pendapat yang berbeda dengan saudaranya, tanpa harus terjadi permusuhan atau saling ejek di antara mereka. Para ulama sejak masa salaf dahulu, banyak yang berbeda pendapat. Di antara mereka ada yang benar dalam ijtihad dan di antaranya ada yang salah. Bahkan Imam As-Syafi'i rahimahullah pernah mengoreksi pendapat-pendapatnya yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga ada dua qaul dalam mazhabnya, yaitu qaul qadim ketika beliau tinggal di Iraq dan qaul jadid ketika beliau tinggal di Mesir. Bahkan para ulama di level mujtahid mutlak sekalipun tidak pernah mewajibkan manusia untuk hanya berguru kepada dirinya sendiri saja. Bagi mereka, bila ada orang yang ingin berpendapat sebagaimana pendapat dirinya, boleh saja. Tapi bila menolak dan mengambil pendapat ulama lain, mereka ikhlas dan sama sekali tidak sakit hati. Bila di masa sekarang ini ada pendapat dan pandangan dari ulama tertentu yang barangkali tidak kita sejalan, tanpa mengurangi rasa hormat kepada beliau, boleh saja hal itu ditolak dan tidak berdosa. Asalkan ada pembanding dari pendapat ulama lainnya yang dirasa lebih kuat hujjahnya. Matahari Mengelilingi Bumi? Benar bahwa salah satu di antara ulama yang berpendapat bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi adalah Syeikh Al-Utsaimin. Keluasan ilmu beliau dan kedalamannya dalam masalah agama, tentu tidak perlu diragukan lagi. Namun bukan berarti beliau harus selalu benar dalam semua pendapatnya. Apalagi yang beliau sampaikan bukan terkait dengan masalah umurdiniyyah, melainkan tsaqafah umum terkait dengan sebuah fenomena alam yang di dalam Al-Quran disampaikan lewat isyarat. Bukan lewat pernyataan yang bersifat eksplisit. Artinya, kesalahan dalam memahami hal-hal seperti ini tidak berpengaruh pada masalah aqidah dan syariah, namun lebih kepada informasi tentang fenomena alam dan ilmu pengetahuan. Kalau kita teliti lebih dalam, sebenarnya di dalam Al-Quran tidak pernah ada ayat yang bunyinya secara tegas menyebutkan bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi. Penekanannya di sini pada kalimat: mengelilingi bumi. Kalau ayat yang menunjukkan bahwa matahari bergerak dan digerakkan oleh Allah SWT, memang banyak bertaburan di banyak tempat dalam Al-Quran. Akan tetapi tidak ada satupun yang menyebutkan dengan mengelilingi bumi. Yang ada hanya pernyataan bahwa matahari itu bergerak, beredar, terbit, terbenam, condong, pergi, datang dan sejenisnya. Semua pernyataan itu tentu tidak boleh kita tolak. Namun sekali lagi, Al-Quran tidak pernah menyebutkan bahwa matahari MENGELILINGI bumi. Tidak ada ayat yang bunyinya: asyamsu taduru haulal ardhi. Walhasil, secara zahir nash tidak ada pernyataan di dalam Al-Quran bahwa matahari mengelilingi bumi. Kalau pun matahari disebutkan telah bergerak dalam arti terbit, terbenam, condong dan sebagainya, tidak ada seorang muslim pun yang menolaknya. Karena zhahir nash memang mengatakan demikian. Perhatikan ayat-ayat berikut ini: Dan Dia telah menundukkan bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar; dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.(QS. Ibrahim: 33) Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.(QS. Yasin: 40) Ilmu pengetahuan sekarang ini tidak menafikan bahwa matahari b
Re: [wanita-muslimah] Heran - Metodologi Mengukur Kebenaran!
Ya ya ya. Dan hasilnya matahari mengelilingi bumi. Menarik, menarik :) Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: "Mas No" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wed, 23 Apr 2008 13:30:05 To: Subject: [wanita-muslimah] Heran - Metodologi Mengukur Kebenaran! PENGANTAR METODOLOGI adalah ilmu tentang metode. Dalam DUNIA TULISAN ILMIAH ada yang disebut “METODOLOGI PENULISAN”; berarti metodologi dalam hal ini menyangkut KAIDAH PENULISAN, artinya dalam penulisan karya ilmiah ada hal-hal yang perlu diTRAPkan seperti penggunaan kata yang tepat, keTEPATtan penempatan tanda baca, dll. BERAGAMA ISLAM Ilmu secara istilah artinya MA’RIFAT (pengetahuan). Seseorang yang beragama Islam memiliki tanggung jawab salah satunya adalah MENYEBARKAN Ilmu (ilmu agama). Dalam menyebarkan ilmu Islam WAJIB menerapkan METODOLOGI yang Haq. Tanpa metodologi yang Haq (dalam hal materi), maka KESESATAN yang didapat. -- Kebenaran itu hanya satu yaitu: Ayat-ayat Allah! Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al-Kitab untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka untuk dirinya sendiri; dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat dirinya, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka. (41) (QS: Az-Zumar) “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan YANG BUKAN jalan orang-orang mukmin (sahabat Nabi s.a.w.), Kami BIARKAN ia LELUASA terhadap KESESATAN yang telah dikuasainya dam Kami masukkan ia kedalam JAHANAM….(QS. An-Nissa:115) Dan hendaklah kamu MEMUTUSKAN perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan, berHATI-HATIlah kamu terhadap mereka, supaya mereka TIDAK MEMALINGkan kamu dari SEBAGIAN yang DITURUNkan Allah kepadamu. Jika mereka berPALING maka ketahuilah sesungguhnya Allah mengHENDAKi untuk meNIMPAkan MUSIBAH kepada mereka disebabkan sebagian DOSA-DOSA mereka. Dan sesungguhnya keBANYAKAN manusia adalah orang-orang FASIK.(49) Apakah HUKUM JAHILIAH yang mereka kehendaki dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang YAKIN?(50). (qs.alMa'idah:49-50) -- Mengukur Suatu Kebenaran (khususnya menafsirkan alQuran) Harus Memakai Metodologi! 1. HADITS (sebuah metodologi) As Sunnah (Hadits) berfungsi sebagai penjelas alQur’an, hal ini berdasarkan atas DALIL (hujah) berikut ini: “dan Kami turunkan kepadamu alQur’an,agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka san supaya mereka memikirkan.” (qs.anNahl:44) Rasul bersabda: “Sesungguhnya telah diberikan kepada saya alQur’an dan BERSAMAnya yang semisal.” (HR. alTirmidzi). 2. PEMAHAMAN SAHABAT (sebuah metodologi) PERINTAH MENGIKUTI SAHABAT adalah sebuah metodologi. Metodologi hal apa? Metodologi dalam hal MENDAPATKAN PEMAHAMAN DARI AYAT ALLAH atau HADITS yang HAQ (benar). Dalam menafsirkan alQur’an, HARUS MENGIKUTI penafsiran yang dilakukan oleh para Sahabat Nabi s.a.w.. Hal ini disebabkan para SAHABAT memiliki pemahaman yang sempurna dan ilmu yang shohih trhadap alQur’an, terlebih khusus pemuka para sahabat seperti Khulafa’urrasyidin, Abdullah Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas. Ibnu Taimiyah berkata: “Ketahuilah bahwa diantara penduduk Makkah yang PALING paham tentang TAFSIR alQur’an ialah SAHABAT Ibnu Abbas, seperti: Mujahid, Atha Ibnu Abi Rabbah, Ikrimah, Sa’id Ibnu Jabir, Thawus, dll. Ibnu Taimiyah selalu mengembalikan semua perkataan kepada dasarnya dan hanya mengikuti dalil dari alQuran, asSunnah dan perkataan ULAMA SALAFUSHOLIH (sahabat Muhammad s.a.w.), seperti SEMBOYAN Ibnu Taimiyah yaitu: AKU HANYALAH SEORANG PENGIKUT BUKAN PEMBUAT HAL YANG BARU.” (jika ada pernah mengatakan bahwa Ibnu Taimiyah pernah berbeda dengan pemahaman sahabat, hal itu perlu di koreksi kembali sumbernya.) Imam Malik berkata: “Paparkan (koreksilah) perkataanku dihadapan Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah.” Imam Asy Syafi’I berkata: “Bila hadits shohih (bertentangan dengan perkataanku), maka lemparkanlah saja perkataanku ke tempok.” Imam Ahmad juga berkata: “Jangan kamu gantungkan agamamu pada (pendapat) seseorang (yang ternyata bertentangan dengan alQur’an dan hadits). 3. ULAMA (sebuah metodologi) Mengikuti ulama adalah sebuah metodologi. Metodologi dalam hal apa? Metodologi dalam hal PENUNTUN untuk mendapatkan BERAGAMA YANG BENAR (tidak tersesat). Ibnu Taimiyah berkata: “Setelah menjadikan Allah kemudian Rasulnya sebagai pemimpin, KAUM MUSLIMIN WAJIB menjadikan orang-orang yang beriman sebagai pemimpin, sebagaimana yang dituturkan oleh alQur’an, khususnya para ulama dan PEWARIS PARA NABI.” Penutup! Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul
Re: [wanita-muslimah] Heran
Woo, sederhana saja, buat kita, perumpamaan ini memang over-simplifikasi permasalahan dan over-simplistik ... taap, buat yang mungkin saja 'logis' dan 'cerdas' ... tergantung satu dan lain hal ... namanya juga perumpamaan, buatan manusia lagi, woo ... wajarlah kalo compang camping ... :-) Salam 2008/4/23 Rye Woo <[EMAIL PROTECTED]>: > Memang sihh perumpaan ini sangat terlalu sederhana.. Tapi bisa juga di > jwb dg sederhana. > Buka saja matanya / ga usah di tutup trus berkata jujur.. kan beres > urusannya : dia bisa menjelaskan gajah itu seperti apa dengan lengkap dan > sempurna... Ato kalo dia buta ya tinggal yang melek menjelaskan gajah itu > seperti apa... > > Unt perumpamaan anak kecil juga kurang pas jwbnya, Masa nanya ini > apa(kertas HVS)?? jwbnya warna putih ato bentuk segi empat.. Artinyaa kan > jwbn dg pertanyaan itu ga nyambung.. Jadi dg keodisi seperti itu, apakah > pemahaman yg kurang lengkap/tidak pas itu akan dibiarkan aja?? tentu tidak > kan,, kita akan berusaha mencoba mencari & memberikan jawaban yg paling > tepat... > > Inipun cuma kasus sederhana yg belum tetntu bisa diambil unt perbanding.. > > Rgd > > > "Dwi W. Soegardi" <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > Ada pula kasus klasik: orang yang ditutup matanya, meraba-raba gajah, > dan mendeskripsikannya. > Tentu yang pegang telinga, beda dengan yang meraba ekor, beda lagi > yang memeluk kakinya. > Semua dengan "benar" mendeskripsikan gajah sesuai dengan > "pengalamannya" masing-masing. > > Salam, > > On 4/22/08, total_sacrifice <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: > > ketika saya memegang kertas HVS lalu menanyakan pada para siswa, "ini > > apa?" > > dijawab, > > murid 1, "kertas pak" betul > > murid 2, "warna putih pak" ... betul > > murid 3, "kertas HVS pak"... juga betul > > murid 4, "bentuk persegi empat pak"... juga betul > > sampai ada 10 murid yg menjawab dan semuanya betul.. lalu apa kita > > harus memaksakan bahwa kebenaran hanya satu? > > > > dalam agama kayaknya juga begitu, yg bisa kita pelajari hanya tulisan, > > sedangkan penafsiran bisa lebih banyak dari kertas tadi dan semuanya > > benar, kecuali orang gila dan tidak jujur yg bikin tafsiran. > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, > "Muhammad Syafei" > > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Wah .. posting Satriyo itu memang selalu "produktif" dan "kontributif" > > > Terus berusaha ya nak .. :D > > > > > > Salam > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, > "rsa" wrote: > > > > > > > > Oo ... > > > > wah gitu tho pak, 'titik kebenaran' itu ada banyak ya, tidak hanya > > > > satu? wah pantes, kalo lagi accupressure, titik kebenarannya terasa > > > > sekali dan tidak hanya di satu tempat memang ... apalagi kalo pas di > > > > titik yang mak nyu ... waahh mantep itu! > > > > gimana oom arcon, gaya saya sudah pas belum dengan cara anda selama > > > > ini menanggapi posting, setidaknya posting saya? hehehe > > > > satriyo > > > > > > > > PS: dalam bahasa arab, kebenaran yang sejati dan satu-satunya itu > > > > pake artikel 'al' jadi 'al-haq', juga dalam bahasa inggris, 'the' > > > > menjadi 'the truth' (dan tanpa huruf besar pun sudah jelas saya > kira) > > > > dan bahasa lain yang sama kaidahnya juga demikian ... repotnya di > > > > bahasa indonesia ini ... harus huruf kapital baru jelas! > > > > > > > > --- In > > > > wanita-muslimah@yahoogroups.com, > "Muhammad Syafei" > > > > wrote: > > > > > > > > > > Titik kebenaran itu tidak hanya satu. Jika Anda masih berminat > untuk > > > > > melihat dan sharing titik2 kebenaran yang lain, tentu sangat > > > > diharapkan. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > === > > Milis Wanita Muslimah > > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > > Kirim Posting > > mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > > Berhenti mailto:[EMAIL > > PROTECTED] > > Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL > > PROTECTED] > > Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL > > PROTECTED] > > > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment > > Yahoo! Groups Links > > > > > > > > > > - > Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it > now. > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > -- Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang now surely by Allah's remembrance are the hearts set at rest >> al-Ra'd [13]: 28 [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Heran - Metodologi Mengukur Kebenaran!
PENGANTAR METODOLOGI adalah ilmu tentang metode. Dalam DUNIA TULISAN ILMIAH ada yang disebut “METODOLOGI PENULISAN”; berarti metodologi dalam hal ini menyangkut KAIDAH PENULISAN, artinya dalam penulisan karya ilmiah ada hal-hal yang perlu diTRAPkan seperti penggunaan kata yang tepat, keTEPATtan penempatan tanda baca, dll. BERAGAMA ISLAM Ilmu secara istilah artinya MA’RIFAT (pengetahuan). Seseorang yang beragama Islam memiliki tanggung jawab salah satunya adalah MENYEBARKAN Ilmu (ilmu agama). Dalam menyebarkan ilmu Islam WAJIB menerapkan METODOLOGI yang Haq. Tanpa metodologi yang Haq (dalam hal materi), maka KESESATAN yang didapat. Kebenaran itu hanya satu yaitu: Ayat-ayat Allah! Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al-Kitab untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka untuk dirinya sendiri; dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat dirinya, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka. (41) (QS: Az-Zumar) “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan YANG BUKAN jalan orang-orang mukmin (sahabat Nabi s.a.w.), Kami BIARKAN ia LELUASA terhadap KESESATAN yang telah dikuasainya dam Kami masukkan ia kedalam JAHANAM….(QS. An-Nissa:115) Dan hendaklah kamu MEMUTUSKAN perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan, berHATI-HATIlah kamu terhadap mereka, supaya mereka TIDAK MEMALINGkan kamu dari SEBAGIAN yang DITURUNkan Allah kepadamu. Jika mereka berPALING maka ketahuilah sesungguhnya Allah mengHENDAKi untuk meNIMPAkan MUSIBAH kepada mereka disebabkan sebagian DOSA-DOSA mereka. Dan sesungguhnya keBANYAKAN manusia adalah orang-orang FASIK.(49) Apakah HUKUM JAHILIAH yang mereka kehendaki dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang YAKIN?(50). (qs.alMa'idah:49-50) Mengukur Suatu Kebenaran (khususnya menafsirkan alQuran) Harus Memakai Metodologi! 1. HADITS (sebuah metodologi) As Sunnah (Hadits) berfungsi sebagai penjelas alQur’an, hal ini berdasarkan atas DALIL (hujah) berikut ini: “dan Kami turunkan kepadamu alQur’an,agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka san supaya mereka memikirkan.” (qs.anNahl:44) Rasul bersabda: “Sesungguhnya telah diberikan kepada saya alQur’an dan BERSAMAnya yang semisal.” (HR. alTirmidzi). 2. PEMAHAMAN SAHABAT (sebuah metodologi) PERINTAH MENGIKUTI SAHABAT adalah sebuah metodologi. Metodologi hal apa? Metodologi dalam hal MENDAPATKAN PEMAHAMAN DARI AYAT ALLAH atau HADITS yang HAQ (benar). Dalam menafsirkan alQur’an, HARUS MENGIKUTI penafsiran yang dilakukan oleh para Sahabat Nabi s.a.w.. Hal ini disebabkan para SAHABAT memiliki pemahaman yang sempurna dan ilmu yang shohih trhadap alQur’an, terlebih khusus pemuka para sahabat seperti Khulafa’urrasyidin, Abdullah Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas. Ibnu Taimiyah berkata: “Ketahuilah bahwa diantara penduduk Makkah yang PALING paham tentang TAFSIR alQur’an ialah SAHABAT Ibnu Abbas, seperti: Mujahid, Atha Ibnu Abi Rabbah, Ikrimah, Sa’id Ibnu Jabir, Thawus, dll. Ibnu Taimiyah selalu mengembalikan semua perkataan kepada dasarnya dan hanya mengikuti dalil dari alQuran, asSunnah dan perkataan ULAMA SALAFUSHOLIH (sahabat Muhammad s.a.w.), seperti SEMBOYAN Ibnu Taimiyah yaitu: AKU HANYALAH SEORANG PENGIKUT BUKAN PEMBUAT HAL YANG BARU.” (jika ada pernah mengatakan bahwa Ibnu Taimiyah pernah berbeda dengan pemahaman sahabat, hal itu perlu di koreksi kembali sumbernya.) Imam Malik berkata: “Paparkan (koreksilah) perkataanku dihadapan Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah.” Imam Asy Syafi’I berkata: “Bila hadits shohih (bertentangan dengan perkataanku), maka lemparkanlah saja perkataanku ke tempok.” Imam Ahmad juga berkata: “Jangan kamu gantungkan agamamu pada (pendapat) seseorang (yang ternyata bertentangan dengan alQur’an dan hadits). 3. ULAMA (sebuah metodologi) Mengikuti ulama adalah sebuah metodologi. Metodologi dalam hal apa? Metodologi dalam hal PENUNTUN untuk mendapatkan BERAGAMA YANG BENAR (tidak tersesat). Ibnu Taimiyah berkata: “Setelah menjadikan Allah kemudian Rasulnya sebagai pemimpin, KAUM MUSLIMIN WAJIB menjadikan orang-orang yang beriman sebagai pemimpin, sebagaimana yang dituturkan oleh alQur’an, khususnya para ulama dan PEWARIS PARA NABI.” Penutup! Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. (20) Allah telah menetapkan, “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Maha Perkasa.(21) Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepad
Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran
Bukan menyembunyikan.. cuma rahasia.. itu saja.. :-p Kalau gak salah jaman dulu karena kurangnya makanan, ada pelaut yang cuma berani makan di malam hari.. jadi (kalaupun) ada cacing, belatung(?) di makanannya, gak bakal lihat.. Kalau jaman sekarang mirip Fear Factor, kali ya? :-P Wassalam, Irwan.K On Wed, Apr 23, 2008 at 12:29 PM, Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Setuju mas Ambon. Itu emang restoran gak berkelas. Kalo di Cimanggis > itu namanya "restoran susan" ato restoran remang2 yang dulu pernah > disergap ama team Buser...:-) > > Kalo orang seneng yang gelap2 berarti ada sesuatu yang mau > disembunyikan...:-). Liat aja pemain sulap, seneng (eh harus kali > ya?) pake bajunya yg gelap2 soalnya mau "menyilapkan mata" penonton. > > wassalam, > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com , > "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Katagori kelas berapa restaurant yang tamunya makan dalam > kegelapan? > > > > Kalau restauran tsb hanya berkelas biasa, mungkin ada saja yang > tidak beres > > dengan makanannya. > > > > - Original Message - > > From: "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> > > To: "Milis wm" > > > > > > Sent: Wednesday, April 23, 2008 5:49 AM > > Subject: Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran > > > > > > > > > > Belakangan ini malah ada bermunculan restoran yg menghidangkan > makanan > > > dalam gelap. Satu restoran dikerubungi kain hitam. Tidak boleh > bawa > > > lampu, senter, hp harus dititipkan. Jadi makan pun gelap gelapan > gitu. > > > > > > Eksotis katanya ? > > > > > > Memangnya ada yg salah dgn itu ? Kok bikin pameran gajah di > kegelapan, > > > pakai dibilang salah. > [Non-text portions of this message have been removed]
analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran
Setuju mas Ambon. Itu emang restoran gak berkelas. Kalo di Cimanggis itu namanya "restoran susan" ato restoran remang2 yang dulu pernah disergap ama team Buser...:-) Kalo orang seneng yang gelap2 berarti ada sesuatu yang mau disembunyikan...:-). Liat aja pemain sulap, seneng (eh harus kali ya?) pake bajunya yg gelap2 soalnya mau "menyilapkan mata" penonton. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Katagori kelas berapa restaurant yang tamunya makan dalam kegelapan? > > Kalau restauran tsb hanya berkelas biasa, mungkin ada saja yang tidak beres > dengan makanannya. > > - Original Message - > From: "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> > To: "Milis wm" > Sent: Wednesday, April 23, 2008 5:49 AM > Subject: Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran > > > > > > Belakangan ini malah ada bermunculan restoran yg menghidangkan makanan > > dalam gelap. Satu restoran dikerubungi kain hitam. Tidak boleh bawa > > lampu, senter, hp harus dititipkan. Jadi makan pun gelap gelapan gitu. > > > > Eksotis katanya ? > > > > Memangnya ada yg salah dgn itu ? Kok bikin pameran gajah di kegelapan, > > pakai dibilang salah. > > > > > > > > > > > > > > Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network > > > > -Original Message- > > From: "Tana Doang" <[EMAIL PROTECTED]> > > > > Date: Wed, 23 Apr 2008 11:41:44 > > To: > > Subject: Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran > > > > > > Ole sio sayange, itu orang Hindu (mudah-mudahan bikan MGA) mulai dengan > > langkah yang salah: an elephant exhibition in a dark house Sio, kok > > pameran di tempat gelap, kok bikin pameran ayam terbang: "ayam hitam > > terbang malam hinggap dipohon rimbun" > > Sio, itu yang pertama, yang kedua, kalaupun ada yang bikin pameran gajah > > atau ayam terbang seperti itu, ya yang ingin nonton pameran itu bawa lampu > > senter, atau lentera, atau pelita.. > > > > Salam > > La Tando > > > > + + > > . > > > > - Original Message - > > From: Dwi W. Soegardi > > To: wanita-muslimah@ <mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > > yahoogroups.com > > Sent: Wednesday, April 23, 2008 10:54 AM > > Subject: Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran > > > > wah baru segitu dibilang ajaib. > > > > ok deh lebih lengkap lagi, biar tambah ajaib > > > > The Elephant in the dark, on the reconciliation of contrarieties > > > > SOME Hindus had brought an elephant for exhibition and placed it in a dark > > house. Crowds of people were going into that dark place to see the beat. > > Finding that ocular inspection was impossible, each visitor felt it with > > his > > palm in the darkness. > > > > The palm of one fell on the trunk. > > > > 'This creature is like a water-spout,' he said. > > > > The hand of another lighted on the elephant's ear. To him the > > beat was evidently like a fan. > > > > Another rubbed against its leg. > > > > 'I found the elephant's shape is like a pillar,' he said. > > > > Another laid his hand on its back. > > > > 'Certainly this elephant was like a throne,' he said. > > > > The sensual eye is just like the palm of the hand. The palm has not the > > means of covering the whole of the best. > > > > The eye of the Sea is one thing and the foam another. Let the foam go, and > > gaze with the eye of the Sea. Day and night foam-flecks are flung from the > > sea: of amazing! You behold the foam but not the Sea. We are like boats > > dashing together; our eyes are darkened, yet we are in clear water. > > > > (Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi) > > > > Sebagai salah seorang buta yang ikutan meraba-raba gajah, > > saya memahami kisah tersebut sebagai proses pencarian kebenaran, > > lagian siapa yang menganalogikan gajah dengan agama dan tuhan? > > > > salam, > > DWS > > > > 2008/4/22 wawan wawan <[EMAIL PROTECTED] <mailto:hrn.milis% 40gmail.com> > > com>: > > > > > analogi2 yang aneh bin ajaib ... > > > > > > level DWS dan TS memakai analogi ajaib kayak gini untuk agama dan Tuhan > > > ??? > > > > > > On 4/23/08, Dwi W. Soegardi <[EMAIL PROTECTE
Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran
Katagori kelas berapa restaurant yang tamunya makan dalam kegelapan? Kalau restauran tsb hanya berkelas biasa, mungkin ada saja yang tidak beres dengan makanannya. - Original Message - From: "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> To: "Milis wm" Sent: Wednesday, April 23, 2008 5:49 AM Subject: Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran > > Belakangan ini malah ada bermunculan restoran yg menghidangkan makanan > dalam gelap. Satu restoran dikerubungi kain hitam. Tidak boleh bawa > lampu, senter, hp harus dititipkan. Jadi makan pun gelap gelapan gitu. > > Eksotis katanya ? > > Memangnya ada yg salah dgn itu ? Kok bikin pameran gajah di kegelapan, > pakai dibilang salah. > > > > > > > Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network > > -Original Message- > From: "Tana Doang" <[EMAIL PROTECTED]> > > Date: Wed, 23 Apr 2008 11:41:44 > To: > Subject: Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran > > > Ole sio sayange, itu orang Hindu (mudah-mudahan bikan MGA) mulai dengan > langkah yang salah: an elephant exhibition in a dark house Sio, kok > pameran di tempat gelap, kok bikin pameran ayam terbang: "ayam hitam > terbang malam hinggap dipohon rimbun" > Sio, itu yang pertama, yang kedua, kalaupun ada yang bikin pameran gajah > atau ayam terbang seperti itu, ya yang ingin nonton pameran itu bawa lampu > senter, atau lentera, atau pelita.. > > Salam > La Tando > > ++ > . > > - Original Message - > From: Dwi W. Soegardi > To: wanita-muslimah@ <mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > yahoogroups.com > Sent: Wednesday, April 23, 2008 10:54 AM > Subject: Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran > > wah baru segitu dibilang ajaib. > > ok deh lebih lengkap lagi, biar tambah ajaib > > The Elephant in the dark, on the reconciliation of contrarieties > > SOME Hindus had brought an elephant for exhibition and placed it in a dark > house. Crowds of people were going into that dark place to see the beat. > Finding that ocular inspection was impossible, each visitor felt it with > his > palm in the darkness. > > The palm of one fell on the trunk. > > 'This creature is like a water-spout,' he said. > > The hand of another lighted on the elephant's ear. To him the > beat was evidently like a fan. > > Another rubbed against its leg. > > 'I found the elephant's shape is like a pillar,' he said. > > Another laid his hand on its back. > > 'Certainly this elephant was like a throne,' he said. > > The sensual eye is just like the palm of the hand. The palm has not the > means of covering the whole of the best. > > The eye of the Sea is one thing and the foam another. Let the foam go, and > gaze with the eye of the Sea. Day and night foam-flecks are flung from the > sea: of amazing! You behold the foam but not the Sea. We are like boats > dashing together; our eyes are darkened, yet we are in clear water. > > (Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi) > > Sebagai salah seorang buta yang ikutan meraba-raba gajah, > saya memahami kisah tersebut sebagai proses pencarian kebenaran, > lagian siapa yang menganalogikan gajah dengan agama dan tuhan? > > salam, > DWS > > 2008/4/22 wawan wawan <[EMAIL PROTECTED] <mailto:hrn.milis%40gmail.com> > com>: > > > analogi2 yang aneh bin ajaib ... > > > > level DWS dan TS memakai analogi ajaib kayak gini untuk agama dan Tuhan > > ??? > > > > On 4/23/08, Dwi W. Soegardi <[EMAIL PROTECTED] > > <mailto:soegardi%40gmail.com> com> wrote: > > > > > > Ada pula kasus klasik: orang yang ditutup matanya, meraba-raba gajah, > > > dan mendeskripsikannya. > > > Tentu yang pegang telinga, beda dengan yang meraba ekor, beda lagi > > > yang memeluk kakinya. > > > Semua dengan "benar" mendeskripsikan gajah sesuai dengan > > > "pengalamannya" masing-masing. > > > > > > Salam, > . > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > === > Milis Wanita Muslimah > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Anak Muda Islam mailto:[EMA
Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran
Belakangan ini malah ada bermunculan restoran yg menghidangkan makanan dalam gelap. Satu restoran dikerubungi kain hitam. Tidak boleh bawa lampu, senter, hp harus dititipkan. Jadi makan pun gelap gelapan gitu. Eksotis katanya ? Memangnya ada yg salah dgn itu ? Kok bikin pameran gajah di kegelapan, pakai dibilang salah. Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: "Tana Doang" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wed, 23 Apr 2008 11:41:44 To: Subject: Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran Ole sio sayange, itu orang Hindu (mudah-mudahan bikan MGA) mulai dengan langkah yang salah: an elephant exhibition in a dark house Sio, kok pameran di tempat gelap, kok bikin pameran ayam terbang: "ayam hitam terbang malam hinggap dipohon rimbun" Sio, itu yang pertama, yang kedua, kalaupun ada yang bikin pameran gajah atau ayam terbang seperti itu, ya yang ingin nonton pameran itu bawa lampu senter, atau lentera, atau pelita.. Salam La Tando ++ . - Original Message - From: Dwi W. Soegardi To: wanita-muslimah@ <mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com> yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 23, 2008 10:54 AM Subject: Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran wah baru segitu dibilang ajaib. ok deh lebih lengkap lagi, biar tambah ajaib The Elephant in the dark, on the reconciliation of contrarieties SOME Hindus had brought an elephant for exhibition and placed it in a dark house. Crowds of people were going into that dark place to see the beat. Finding that ocular inspection was impossible, each visitor felt it with his palm in the darkness. The palm of one fell on the trunk. 'This creature is like a water-spout,' he said. The hand of another lighted on the elephant's ear. To him the beat was evidently like a fan. Another rubbed against its leg. 'I found the elephant's shape is like a pillar,' he said. Another laid his hand on its back. 'Certainly this elephant was like a throne,' he said. The sensual eye is just like the palm of the hand. The palm has not the means of covering the whole of the best. The eye of the Sea is one thing and the foam another. Let the foam go, and gaze with the eye of the Sea. Day and night foam-flecks are flung from the sea: of amazing! You behold the foam but not the Sea. We are like boats dashing together; our eyes are darkened, yet we are in clear water. (Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi) Sebagai salah seorang buta yang ikutan meraba-raba gajah, saya memahami kisah tersebut sebagai proses pencarian kebenaran, lagian siapa yang menganalogikan gajah dengan agama dan tuhan? salam, DWS 2008/4/22 wawan wawan <[EMAIL PROTECTED] <mailto:hrn.milis%40gmail.com> com>: > analogi2 yang aneh bin ajaib ... > > level DWS dan TS memakai analogi ajaib kayak gini untuk agama dan Tuhan > ??? > > On 4/23/08, Dwi W. Soegardi <[EMAIL PROTECTED] <mailto:soegardi%40gmail.com> > com> wrote: > > > > Ada pula kasus klasik: orang yang ditutup matanya, meraba-raba gajah, > > dan mendeskripsikannya. > > Tentu yang pegang telinga, beda dengan yang meraba ekor, beda lagi > > yang memeluk kakinya. > > Semua dengan "benar" mendeskripsikan gajah sesuai dengan > > "pengalamannya" masing-masing. > > > > Salam, . [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran
Ole sio sayange, itu orang Hindu (mudah-mudahan bikan MGA) mulai dengan langkah yang salah: an elephant exhibition in a dark house Sio, kok pameran di tempat gelap, kok bikin pameran ayam terbang: "ayam hitam terbang malam hinggap dipohon rimbun" Sio, itu yang pertama, yang kedua, kalaupun ada yang bikin pameran gajah atau ayam terbang seperti itu, ya yang ingin nonton pameran itu bawa lampu senter, atau lentera, atau pelita.. Salam La Tando ++ . - Original Message - From: Dwi W. Soegardi To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 23, 2008 10:54 AM Subject: Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran wah baru segitu dibilang ajaib. ok deh lebih lengkap lagi, biar tambah ajaib The Elephant in the dark, on the reconciliation of contrarieties SOME Hindus had brought an elephant for exhibition and placed it in a dark house. Crowds of people were going into that dark place to see the beat. Finding that ocular inspection was impossible, each visitor felt it with his palm in the darkness. The palm of one fell on the trunk. 'This creature is like a water-spout,' he said. The hand of another lighted on the elephant's ear. To him the beat was evidently like a fan. Another rubbed against its leg. 'I found the elephant's shape is like a pillar,' he said. Another laid his hand on its back. 'Certainly this elephant was like a throne,' he said. The sensual eye is just like the palm of the hand. The palm has not the means of covering the whole of the best. The eye of the Sea is one thing and the foam another. Let the foam go, and gaze with the eye of the Sea. Day and night foam-flecks are flung from the sea: of amazing! You behold the foam but not the Sea. We are like boats dashing together; our eyes are darkened, yet we are in clear water. (Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi) Sebagai salah seorang buta yang ikutan meraba-raba gajah, saya memahami kisah tersebut sebagai proses pencarian kebenaran, lagian siapa yang menganalogikan gajah dengan agama dan tuhan? salam, DWS 2008/4/22 wawan wawan <[EMAIL PROTECTED]>: > analogi2 yang aneh bin ajaib ... > > level DWS dan TS memakai analogi ajaib kayak gini untuk agama dan Tuhan > ??? > > On 4/23/08, Dwi W. Soegardi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Ada pula kasus klasik: orang yang ditutup matanya, meraba-raba gajah, > > dan mendeskripsikannya. > > Tentu yang pegang telinga, beda dengan yang meraba ekor, beda lagi > > yang memeluk kakinya. > > Semua dengan "benar" mendeskripsikan gajah sesuai dengan > > "pengalamannya" masing-masing. > > > > Salam, . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran
gak masyaaalllah om :) On 4/23/08, Dwi W. Soegardi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > kalo gitu Anda termasuk salah satu ikutan yang meraba-raba gajah di kamar > gelap tersebut :-) > > > 2008/4/22 wawan wawan <[EMAIL PROTECTED]>: > > > kirain analogi buat agama. > > terus itu analogi soal apaan om ? > > > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran
kalo gitu Anda termasuk salah satu ikutan yang meraba-raba gajah di kamar gelap tersebut :-) 2008/4/22 wawan wawan <[EMAIL PROTECTED]>: > kirain analogi buat agama. > terus itu analogi soal apaan om ? > > On 4/23/08, Dwi W. Soegardi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > Sebagai salah seorang buta yang ikutan meraba-raba gajah, > > saya memahami kisah tersebut sebagai proses pencarian kebenaran, > > lagian siapa yang menganalogikan gajah dengan agama dan tuhan? > > > > salam, > > DWS > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > === > Milis Wanita Muslimah > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment > Yahoo! Groups Links > > > > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran
kirain analogi buat agama. terus itu analogi soal apaan om ? On 4/23/08, Dwi W. Soegardi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sebagai salah seorang buta yang ikutan meraba-raba gajah, > saya memahami kisah tersebut sebagai proses pencarian kebenaran, > lagian siapa yang menganalogikan gajah dengan agama dan tuhan? > > salam, > DWS [Non-text portions of this message have been removed]
Re: analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran
wah baru segitu dibilang ajaib. ok deh lebih lengkap lagi, biar tambah ajaib The Elephant in the dark, on the reconciliation of contrarieties SOME Hindus had brought an elephant for exhibition and placed it in a dark house. Crowds of people were going into that dark place to see the beat. Finding that ocular inspection was impossible, each visitor felt it with his palm in the darkness. The palm of one fell on the trunk. 'This creature is like a water-spout,' he said. The hand of another lighted on the elephant's ear. To him the beat was evidently like a fan. Another rubbed against its leg. 'I found the elephant's shape is like a pillar,' he said. Another laid his hand on its back. 'Certainly this elephant was like a throne,' he said. The sensual eye is just like the palm of the hand. The palm has not the means of covering the whole of the best. The eye of the Sea is one thing and the foam another. Let the foam go, and gaze with the eye of the Sea. Day and night foam-flecks are flung from the sea: of amazing! You behold the foam but not the Sea. We are like boats dashing together; our eyes are darkened, yet we are in clear water. (Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi) Sebagai salah seorang buta yang ikutan meraba-raba gajah, saya memahami kisah tersebut sebagai proses pencarian kebenaran, lagian siapa yang menganalogikan gajah dengan agama dan tuhan? salam, DWS 2008/4/22 wawan wawan <[EMAIL PROTECTED]>: > analogi2 yang aneh bin ajaib ... > > level DWS dan TS memakai analogi ajaib kayak gini untuk agama dan Tuhan > ??? > > On 4/23/08, Dwi W. Soegardi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Ada pula kasus klasik: orang yang ditutup matanya, meraba-raba gajah, > > dan mendeskripsikannya. > > Tentu yang pegang telinga, beda dengan yang meraba ekor, beda lagi > > yang memeluk kakinya. > > Semua dengan "benar" mendeskripsikan gajah sesuai dengan > > "pengalamannya" masing-masing. > > > > Salam, > > > > > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Heran
Memang sihh perumpaan ini sangat terlalu sederhana.. Tapi bisa juga di jwb dg sederhana. Buka saja matanya / ga usah di tutup trus berkata jujur.. kan beres urusannya : dia bisa menjelaskan gajah itu seperti apa dengan lengkap dan sempurna... Ato kalo dia buta ya tinggal yang melek menjelaskan gajah itu seperti apa... Unt perumpamaan anak kecil juga kurang pas jwbnya, Masa nanya ini apa(kertas HVS)?? jwbnya warna putih ato bentuk segi empat.. Artinyaa kan jwbn dg pertanyaan itu ga nyambung.. Jadi dg keodisi seperti itu, apakah pemahaman yg kurang lengkap/tidak pas itu akan dibiarkan aja?? tentu tidak kan,, kita akan berusaha mencoba mencari & memberikan jawaban yg paling tepat... Inipun cuma kasus sederhana yg belum tetntu bisa diambil unt perbanding.. Rgd "Dwi W. Soegardi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ada pula kasus klasik: orang yang ditutup matanya, meraba-raba gajah, dan mendeskripsikannya. Tentu yang pegang telinga, beda dengan yang meraba ekor, beda lagi yang memeluk kakinya. Semua dengan "benar" mendeskripsikan gajah sesuai dengan "pengalamannya" masing-masing. Salam, On 4/22/08, total_sacrifice <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > ketika saya memegang kertas HVS lalu menanyakan pada para siswa, "ini > apa?" > dijawab, > murid 1, "kertas pak" betul > murid 2, "warna putih pak" ... betul > murid 3, "kertas HVS pak"... juga betul > murid 4, "bentuk persegi empat pak"... juga betul > sampai ada 10 murid yg menjawab dan semuanya betul.. lalu apa kita > harus memaksakan bahwa kebenaran hanya satu? > > dalam agama kayaknya juga begitu, yg bisa kita pelajari hanya tulisan, > sedangkan penafsiran bisa lebih banyak dari kertas tadi dan semuanya > benar, kecuali orang gila dan tidak jujur yg bikin tafsiran. > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhammad Syafei" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Wah .. posting Satriyo itu memang selalu "produktif" dan "kontributif" > > Terus berusaha ya nak .. :D > > > > Salam > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" wrote: > > > > > > Oo ... > > > wah gitu tho pak, 'titik kebenaran' itu ada banyak ya, tidak hanya > > > satu? wah pantes, kalo lagi accupressure, titik kebenarannya terasa > > > sekali dan tidak hanya di satu tempat memang ... apalagi kalo pas di > > > titik yang mak nyu ... waahh mantep itu! > > > gimana oom arcon, gaya saya sudah pas belum dengan cara anda selama > > > ini menanggapi posting, setidaknya posting saya? hehehe > > > satriyo > > > > > > PS: dalam bahasa arab, kebenaran yang sejati dan satu-satunya itu > > > pake artikel 'al' jadi 'al-haq', juga dalam bahasa inggris, 'the' > > > menjadi 'the truth' (dan tanpa huruf besar pun sudah jelas saya kira) > > > dan bahasa lain yang sama kaidahnya juga demikian ... repotnya di > > > bahasa indonesia ini ... harus huruf kapital baru jelas! > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhammad Syafei" > > > wrote: > > > > > > > > Titik kebenaran itu tidak hanya satu. Jika Anda masih berminat untuk > > > > melihat dan sharing titik2 kebenaran yang lain, tentu sangat > > > diharapkan. > > > > > > > > > > > > === > Milis Wanita Muslimah > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment > Yahoo! Groups Links > > > > - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
analogi ajaib was Re: [wanita-muslimah] Heran
analogi2 yang aneh bin ajaib ... level DWS dan TS memakai analogi ajaib kayak gini untuk agama dan Tuhan ??? On 4/23/08, Dwi W. Soegardi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ada pula kasus klasik: orang yang ditutup matanya, meraba-raba gajah, > dan mendeskripsikannya. > Tentu yang pegang telinga, beda dengan yang meraba ekor, beda lagi > yang memeluk kakinya. > Semua dengan "benar" mendeskripsikan gajah sesuai dengan > "pengalamannya" masing-masing. > > Salam, > > > On 4/22/08, total_sacrifice <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > ketika saya memegang kertas HVS lalu menanyakan pada para siswa, "ini > > apa?" > > dijawab, > > murid 1, "kertas pak" betul > > murid 2, "warna putih pak" ... betul > > murid 3, "kertas HVS pak"... juga betul > > murid 4, "bentuk persegi empat pak"... juga betul > > sampai ada 10 murid yg menjawab dan semuanya betul.. lalu apa kita > > harus memaksakan bahwa kebenaran hanya satu? > > > > dalam agama kayaknya juga begitu, yg bisa kita pelajari hanya tulisan, > > sedangkan penafsiran bisa lebih banyak dari kertas tadi dan semuanya > > benar, kecuali orang gila dan tidak jujur yg bikin tafsiran. > > > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Heran
Ada pula kasus klasik: orang yang ditutup matanya, meraba-raba gajah, dan mendeskripsikannya. Tentu yang pegang telinga, beda dengan yang meraba ekor, beda lagi yang memeluk kakinya. Semua dengan "benar" mendeskripsikan gajah sesuai dengan "pengalamannya" masing-masing. Salam, On 4/22/08, total_sacrifice <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > ketika saya memegang kertas HVS lalu menanyakan pada para siswa, "ini > apa?" > dijawab, > murid 1, "kertas pak" betul > murid 2, "warna putih pak" ... betul > murid 3, "kertas HVS pak"... juga betul > murid 4, "bentuk persegi empat pak"... juga betul > sampai ada 10 murid yg menjawab dan semuanya betul.. lalu apa kita > harus memaksakan bahwa kebenaran hanya satu? > > dalam agama kayaknya juga begitu, yg bisa kita pelajari hanya tulisan, > sedangkan penafsiran bisa lebih banyak dari kertas tadi dan semuanya > benar, kecuali orang gila dan tidak jujur yg bikin tafsiran. > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhammad Syafei" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Wah .. posting Satriyo itu memang selalu "produktif" dan "kontributif" > > Terus berusaha ya nak .. :D > > > > Salam > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" wrote: > > > > > > Oo ... > > > wah gitu tho pak, 'titik kebenaran' itu ada banyak ya, tidak hanya > > > satu? wah pantes, kalo lagi accupressure, titik kebenarannya terasa > > > sekali dan tidak hanya di satu tempat memang ... apalagi kalo pas di > > > titik yang mak nyu ... waahh mantep itu! > > > gimana oom arcon, gaya saya sudah pas belum dengan cara anda selama > > > ini menanggapi posting, setidaknya posting saya? hehehe > > > satriyo > > > > > > PS: dalam bahasa arab, kebenaran yang sejati dan satu-satunya itu > > > pake artikel 'al' jadi 'al-haq', juga dalam bahasa inggris, 'the' > > > menjadi 'the truth' (dan tanpa huruf besar pun sudah jelas saya kira) > > > dan bahasa lain yang sama kaidahnya juga demikian ... repotnya di > > > bahasa indonesia ini ... harus huruf kapital baru jelas! > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhammad Syafei" > > > wrote: > > > > > > > > Titik kebenaran itu tidak hanya satu. Jika Anda masih berminat untuk > > > > melihat dan sharing titik2 kebenaran yang lain, tentu sangat > > > diharapkan. > > > > > > > > > > > > === > Milis Wanita Muslimah > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment > Yahoo! Groups Links > > > >
[wanita-muslimah] Heran
Glacierassalamu'alaikum sdr. moderator saya inging bertanya: milis yang anda kelola ini milis untuk mencari titik kebenaran (sesuai alquram & hadits) atau milis obrolan yang TIDAK PERLU mencari TITIK kebenaran. saya lihat beberapa obrolan yang tidak bermutu tampil di milis ini, tapi tulisan yang sesuai tujuan islam (menyampaikan kebenaran dan membuka kesesatan) malah anda TIDAK BOLEH TAMPIL. saya tidak keberatan, anda menghapus email dari saya (tujuan saya hanya satu menyampaikan ilmu Allah), kalau toh ada yang tidak setuju, yang jelas Allah telah melihat usaha saya. Kalau milis ini bukan untuk mencari TITIK KEBENARAN, maka saya pun tidak berminat kembali, Allah memerintahkan untuk MENGHINDARI HAL-HAL SIA-SIA [EMAIL PROTECTED] accounting PT. Tri Wall Indonesia Kaw. Indt. Jababeka 1 Cikarang - Bekasi Telp.021-89105801, HP.081382593011 [Non-text portions of this message have been removed]