Re: [Keuangan] [oot] Pidato Presiden Menanggapi Kasus Century (II)
Demokrasi makin matang?? H mudah2an. tapi kayaknya sulit deh untuk sampai pada kesimpulan itu dengan melihat anggota koalisi masih tanpa malu-malu menduduki kursi pemerintahan sementara jelas-jelas tidak mempercayai wakil kepala pemerintahan. Mbok ya mundur dulu baru minta yang lain non aktif. Beda pandangan wajar tapi harus konsisten. Kritis harus, tapi dengan etika.. On 3/5/10, dyahanggitasari wrote: > > > > Justru pada saat ini DPR menunjukkan kualitas terbaiknya. Keberanian > menyuarakan suara konstituennya meskipun tergabung dalam koalisi menunjukkan > kematangan pola pikir wakil rakyat tersebut. Koalisi yang ada adalah koalisi > kebenaran tanpa harus takut akan kehilangan jabatan. > Sikap pandangan fraksi fraksi merefleksikan pula pandangan dari masyarakat. > Bahkan mereka yang ada di DPR bukanlah tokoh tokoh yang sembarangan. Salah > seorang professor yang duduk dalam jabatan Ketua Pansus jelas memberikan > bobot terhadap rekomendasi yang dihasilkan. > Demokrasi kita makin matang. Meskipun seorang tokoh internasional belum > tentu keputusan yang dihasilkan selalu baik. Repot sekali apabila masyarakat > harus membebek dan mengagung agungkan apapun keputusan pejabat hanya karena > dipuji puji dunia internasional bagaikan dewa tanpa cela. Masyarakatlah yang > akhirnya yang akan menilai. > > --- In > AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, > dedy_ar...@... wrote: > > > > > > Yaaach itulah wajah politisi2 kitaa... > > > > Salam > > > > Dedy arman > > > > PIN 249EAE42 > > > > -Original Message- > > From: gatot.a...@... > > Date: Fri, 5 Mar 2010 04:04:10 > > To: > > > > > > Subject: Re: [Keuangan] [oot] Pidato Presiden Menanggapi Kasus Century > (II) > > > > Jelas-jelas ini blunder banget. > > > > > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Kontrak Production Sharing
Bu Melita, sharing sedikit pemahaman saya ttg PSC: Porsi bagi hasil dihitung berdasarkan profit oil, atau jumlah produksi total dikurangi cost oil (cost recovery yang dinilai dalam bentuk inkind). Sehingga semakin besar cost recovery tentu mengurangi profit oil yang pada akhirnya mengurangi porsi pemerintah. Bahkan dalam beberapa PSC yang tidak mengenal 'pembatasan' cost recovery dalam bentuk FTP (First Tranche Petroleum), porsi bagian pemerintah pada tahun tertentu dapat saja nol karena seluruh hasil produksi diberikan kepada kontraktor dalam rangka 'mengganti' cost yang dikeluarkan, hence the term 'cost recovery'. Pajak hanya dibayarkan dari profit oil, sehingga semakin besar cost, semakin kecil profit, semakin kecil tax yang dibayarkan. Mudah2an akurat & bermanfaat. regards, On 2/10/10, Melita Setyowati wrote: > > > > Dear Expert di Milist AKI > > Saat ini saya baru saja belajar tentang Kontrak production sharing, dlm > bacaan saya, disebutkan porsi antara pemerintah : Konraktor adalah 85:15 > dengan persentase PPh yg ditentukan dlm kontrak, dan ada biaya yg > dikembalikan oleh pemerintah kepada kontraktor yg dinamakan cost recovery > yang dihitung dalam barrel oil bukan nominal dollar, yang ingin saya > tanyakan mengapa ketika cost recovery dari suatu kontraktor kontrak kerja > sama (KKKS) meningkat, porsi yg diterima pemerintah atas penambangan minyak > dan gas bumi berkurang? Saya kurang mengerti tentang hal itu. > > Bukankah kalau pemerintah sudah diberikan porsi 85%, dari hasil lifting > pemerintah tetap mendapat penghasilan yang lebih besar daripada kontraktor? > Satu lagi, apakah semakin besar cost recovery (sepanjang dalam batas yang > diperbolehkan) maka PPh badan yg dibayarkan akan semakin besar? > Mohon penjelasannya. Terima kasih banyak > > Salam > > Melita > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Bls: [Keuangan] Kutukan Sumber daya Alam? Devaluasi, Rakyat Venezuela Borong Barang Elektronik
Oh sorry mas. Maksud saya "... yang mengkritisi kapitialisme". Maaf juga saya tidak membaca sesuai konteks. Anyway, pikiran saya sederhana. menurut saya ideologi ekonomi saat ini tidak lagi relevan. Sosialisme maupiun kapitalisme dalam bentuk 'murni' terbukti akhirnya ambruk. Sosialisme sudah duluan pada awal 1990an dengan hancurnya Uni Sovyet dan negara-negara komunis utama. Korut & Cuba yang masih mempraktekkan sistem yang 'murni' saat ini statusnya sekarat, sementara negara komunis terbesar, China, bermanuver mempraktekkan 'ideologi' hybrid mutakhir, dengan tetap secara resmi mempertahankan label komunis dan melakukan perencanaan sentralistis, seraya berkompetisi di pasar global dengan menerima konsep-konsep pasar bebas. Kapitalisme 'murni' yang dipraktekkan wall street juga runtuh dengan krisis global. AKhirnya terbukti bahwa greed is not always great. Ideologi ekonomi tidak lagi relevan, karena sering hanya tinggal label. Secara awam, negara-negara eropa barat dipandang sebagai kubu kapitalis. Padahal di Itali & Norway misalnya perusahaan2 migasnya masih dimiliki oleh negara meski tidak lagi 100%. Di Inggris saya pernah dengar bahwa salah satu hukum propertinya dapat diinterpretasikan oleh para homeless sebagai hak untuk mendobrak masuk properti-properti yang tidak didiami oleh pemilknya secara fisik, mengingatkan pada konsep komunis ttg ketiadaan hak kepemilikan pribadi. Yang relevan adalah mewujudkan kebijakan-kebijakan nyata untuk menciptakan keseimbangan antara kekuasaan pasar dan kekuasaan negara karena tidak boleh salah satunya dibiarkan berkuasa terlalu dominan. Dan pencarian keseimbangan ini tidak pernah sama di lingkungan masyarakat manapun. Di Venezuela, neososialisme atau sosialisme merah muda yang dijalankan chavez tampaknya kekuasaan jauh lebih condong diberikan kepada negara, dan seperti akhir banyak cerita.. absolute power tends to corrupt absolutely.. salam, On 1/12/10, prastowo prastowo wrote: > > > > Maaf kalo saya salah. Kalau yg saya maksudkan sebaliknya. Einstein justru > tidak mengkritik sosialisme, ia bahkan mendukung sosialisme. Yang saya > maksudkan dg frase "tak punya kepala dan hati" adalah untuk menyangatkan > kutipan mas Lubeck dari Bertrand Russels. > semoga Anda menangkap maksudnya. > > Soal kritik-mengkritik itu wajar, sosialisme maupun kapitalisme awalnya > juga kritik, dan keduanya hidup dan besar karena kritik. Jika Anda punya > pandangan lain, silahkan disampaikan saja, tentu akan memperkaya. > > salam > > > Dari: r.masrr > > Kepada: > AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Terkirim: Sen, 11 Januari, 2010 19:34:47 > Judul: Re: Bls: [Keuangan] Kutukan Sumber daya Alam? Devaluasi, Rakyat > Venezuela Borong Barang Elektronik > > > Maksudnya siapapun yang mengkritisi sosialisme tak punya kepala & hati? > simplistis sekali. > > On 1/12/10, prastowo prastowo wrote: > > > > > > > > Dan, Albert Einstein, ilmuwan masyhur itu, di usia 69 tahun (artinya > > kepala dan hati tak punya lagi :-)) ), justru menulis artikel berjudul > 'Why > > Socialism?" di edisi perdana majalah Monthly Review tahun 1949, > > linknya http://www.monthlyr eview.org/ 598einstein. php > > > > salam > > > > > > > > _ _ __ > > Dari: lubeckym > > > Kepada: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com Indonesia% 40yahoogroups. com> > > > Terkirim: Sen, 11 Januari, 2010 18:32:07 > > Judul: Re: [Keuangan] Kutukan Sumber daya Alam? Devaluasi, Rakyat > Venezuela > > Borong Barang Elektronik > > > > > > ah mr arcon, bercanda ya..:-) > > ada yg pernah bilang,[aku lupa orangnya entah bertrand russell ato siapa] > > .."The man who is not a socialist at twenty has no heart, but if he is > > still a socialist at thirty he has no head"... > > > > kekekekkk.. > > > > peace, > > lubeck > > > > - Original Message - > > From: Ari Condro > > To: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com > > Sent: Tuesday, January 12, 2010 9:06 AM > > Subject: Re: [Keuangan] Kutukan Sumber daya Alam? Devaluasi, Rakyat > > Venezuela Borong Barang Elektronik > > > > lha ??? !!! > > lubeck bukannya termasuk ? > > > > btw, kalau inflasi di Iran, udah pada nggak heran lagi kan ? :) > > > > 2010/1/12 lubeckym : > > > Benar bung mr_w4w, ini kabar "gembira" buat para pendukung dan pemuja > > neososialisme ala amerika latin... > > > entah apalagi yg akan mereka katakan ttg berita ini.. > > > :-) > > > > > > salam, > > > lubeck > > > > -- > >
Re: Bls: [Keuangan] Kutukan Sumber daya Alam? Devaluasi, Rakyat Venezuela Borong Barang Elektronik
Maksudnya siapapun yang mengkritisi sosialisme tak punya kepala & hati? simplistis sekali. On 1/12/10, prastowo prastowo wrote: > > > > Dan, Albert Einstein, ilmuwan masyhur itu, di usia 69 tahun (artinya > kepala dan hati tak punya lagi :-)) ), justru menulis artikel berjudul 'Why > Socialism?" di edisi perdana majalah Monthly Review tahun 1949, > linknya http://www.monthlyreview.org/598einstein.php > > salam > > > > > Dari: lubeckym > > Kepada: > AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com > Terkirim: Sen, 11 Januari, 2010 18:32:07 > Judul: Re: [Keuangan] Kutukan Sumber daya Alam? Devaluasi, Rakyat Venezuela > Borong Barang Elektronik > > > ah mr arcon, bercanda ya..:-) > ada yg pernah bilang,[aku lupa orangnya entah bertrand russell ato siapa] > .."The man who is not a socialist at twenty has no heart, but if he is > still a socialist at thirty he has no head"... > > kekekekkk.. > > peace, > lubeck > > - Original Message - > From: Ari Condro > To: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com > Sent: Tuesday, January 12, 2010 9:06 AM > Subject: Re: [Keuangan] Kutukan Sumber daya Alam? Devaluasi, Rakyat > Venezuela Borong Barang Elektronik > > lha ??? !!! > lubeck bukannya termasuk ? > > btw, kalau inflasi di Iran, udah pada nggak heran lagi kan ? :) > > 2010/1/12 lubeckym : > > Benar bung mr_w4w, ini kabar "gembira" buat para pendukung dan pemuja > neososialisme ala amerika latin... > > entah apalagi yg akan mereka katakan ttg berita ini.. > > :-) > > > > salam, > > lubeck > > -- > salam, > Ari > > __ Information from ESET Smart Security, version of virus signature > database 4762 (20100111) __ > > The message was checked by ESET Smart Security. > > http://www.eset. com > > [Non-text portions of this message have been removed] > > Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! > http://id.mail.yahoo.com > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] PERPANJANGAN PRODUCTION SHARING CONTRACTS (PSC), PERLUKAH?
*PERPANJANGAN PRODUCTION SHARING CONTRACTS (PSC), PERLUKAH?* Meskipun kontribusinya kepada perekonomian nasional tidak lagi setinggi beberapa dekade lalu, sektor migas (minyak dan gas bumi) masih merupakan salah satu sektor yang sangat strategis. Sekitar 30% dari APBN dibiayai oleh pendapatan sektor migas dan migas masih merupakan sumber energi utama. Meski demikian, penguasaan nasional di sektor ini masih sangat rendah, terutama di sektor hulu yang merupakan mata rantai terpenting pasokan energi. Hal ini merupakan ironi mengingat Indonesia adalah penggagas sistem PSC (Production Sharing Contract) sebagai alternatif pengelolaan migas pada tahun 1960an dan kemudian berkembang menjadi sistem mainstream yang digunakan banyak negara penghasil migas. Berbeda dengan sistem konsesi yang umumnya digunakan di sektor pertambangan, sistem PSC bukan sekedar izin pengelolaan namun merupakan suatu sistem yang memiliki mekanisme sistematis agar dalam jangka panjang pengelolaan dapat dilakukan oleh negara pemilik sumber daya. Sistem PSC mensyaratkan kontrol manajemen negara pemilik sumberdaya alam pada berbagai level operasi perminyakan dalam bentuk evaluasi dan persetujuan mulai dari rencana kerja, anggaran biaya, pelaksanaan tender pengadaan barang hingga pelaksanaan operasi. Seluruh barang modal yang digunakan dalam operasi perminyakan menurut skema PSC menjadi milik negara, sehingga dapat tetap digunakan setelah berakhirnya kontrak. PSC juga mengatur pendidikan dan training tenaga-tenaga kerja Indonesia dari posisi pekerja operasional hingga eksekutif. Namun hampir setengah abad sejak PSC pertama diperkenalkan, dominasi asing pada sektor hulu di Indonesia masih sangat besar, bahkan dibandingkan dengan di negara-negara lain yang kemudian juga menerapkan sistem PSC. Migas yang diproduksikan oleh perusahaan nasional tidak sampai sepertiga dari total produksi nasional. Kondisi yang sangat memprihatinkan ini sebenarnya dapat segera mulai dibenahi, antara lain dengan mengkaji kembali kebijakan untuk memperpanjang kontrak-kontrak PSC yang akan segera habis periode kontraknya. PSC bukanlah izin usaha biasa. PSC merupakan sistem yang secara fundamental didesain untuk mengembangkan kemandirian nasional di sektor migas sesuai amanat pasal 33 Konstitusi, bukan sekedar untuk mendapatkan pendapatan negara yang besar dalam jangka pendek. Apabila yang menjadi pertimbangan hanyalah revenue, maka optimalisasi pendapatan negara dapat dilakukan dengan sistem konsesi. Hanya dengan menaikkan tingkat pajak atau royalti, Pemerintah dapat mendapatkan porsi yang lebih besar, baik dalam bentuk cash maupun in-kind migas. Pengawasan pun lebih mudah dilakukan, hanya di point of lifting, tidak perlu repot-repot mengawasi Cost Recovery di sepanjang rantai aktifitas operasi perminyakan. Pengendalian, keterlibatan dan pengawasan melekat yang dilakukan oleh Pemerintah melalui sistem PSC, yang menimbulkan ongkos yang cukup besar baik di sisi Pemerintah maupun perusahaan migas, memiliki tujuan strategis yang jauh lebih tinggi dari sekedar mendapatkan pendapatan pajak yang besar. Tujuan strategis itu adalah kemandirian pengelolaan migas, yang pada akhirnya akan memberikan nilai ekonomis yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ongkos yang harus dikeluarkan untuk kegiatan pengendalian, keterlibatan dan pengawasan yang melekat tersebut. Hal lain yang perlu dipahami mengenai esensi PSC adalah fungsinya sebagai alat manajemen resiko. Tahapan eksplorasi dalam industri migas memiliki resiko teknis dan investasi yang sangat tinggi. Pengeboran satu sumur eksplorasi untuk membuktikan adanya cadangan migas dapat menghabiskan jutaan dollar, bahkan untuk offshore biayanya dapat mencapai puluhan juta dollar. Potensi resiko ini sulit ditanggung oleh negara sehingga diundanglah investor untuk melakukan kegiatan beresiko tinggi tersebut, dengan ketentuan biaya-biaya yang terjadi dapat diganti melalui mekanisme cost recovery apabila ditemukan cadangan migas yang dapat diproduksikan secara komersial. Profil resiko ini jelas telah berubah setelah suatu blok migas dioperasikan selama puluhan tahun masa berlakunya suatu PSC. Cadangan migas telah terbukti bahkan diproduksikan dengan fasilitas produksi yang telah lengkap. Pada tahap ini kehadiran investor tidak lagi terlalu diperlukan karena resiko eksplorasi yang sangat tinggi sudah tidak lagi menjadi concern utama. Kalau begitu mengapa wacana pengoperasian aset-aset migas yang telah selesai masa kontrak PSCnya oleh perusahaan nasional masih menimbulkan debat berkepanjangan? Banyak mitos yang menyelubungi diskusi mengenai perpanjangan PSC. Mitos yang paling kuat adalah bahwa pengembangan blok migas memerlukan investasi besar yang tidak mampu dibiayai negara atau perusahaan nasional. Dalam tahapan eksplorasi argumen tersebut mungkin benar, namun untuk sebagian besar blok-blok migas yang telah berproduksi puluhan tahun, biaya operasi yang perlu dikeluarkan jauh di bawah pendapatan yang dihasilkan. Apabila perlu dilak