Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
sekali lagi ini menarik Pak Poltak, bahwa ternyata rezim sentralistis (one man show) kalau tidak di managed dengan baik ternyata kelimpungan juga untuk memakmurkan rakyatnya. ini yg perlu jadi pelajaran bahwa jangan sampai orang yg memakai jargon 'kemandirian' ternyata dia tidak mampu mengelola modal besar yg dia miliki.( Dutch deseases?) kalau masalah cetak uang sih ...ini penyakit dunia ketiga ...kayak di indonesia ...mungkin pernah dengar kabar salah satu mantan petinggi ABRI yg terlibat dalam pencetakan uang palsu dahulu? cuma satu hal yg mungkin sedikit diametral ketika kita terapkan di negara Singapura. Lee Kuan Yu bisa dibilang sangat otoriter dalam hal kekuasaan pemerintahan, tapi dia mampu memajukan ekonomi negaranya...apakah berarti Lee Kuan Yu punya visi yg lebih jelas ttg bagaimana mengelola negara? ( kalo saya sih lebih prefer Lee Kuan Yu tidak di'ganggu' oleh anak2nya yg minta jatah proyek jalan tol dan mobnas :)) untuk kasus negara Iran, menarik juga untuk dicermati pernyataan Pak Poltak ttg share sektor private yg rendah terhadap perekonomian, berarti bisa dibilang Iran masuk ke sisi negara yang Planned Economic dong ya?...semuanya direncankan oleh negara? atau apakah dia terkena dampak emargo yg cukup lama ...sehingga dia menderita kerugian tidak mendapatkan gain dari adanya international trade? --- Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: Inflasi 29% yang saya tuliskan adalah posisi inflasi y-o-y terakhir bulan lalu. Jadi setidaknya angka tersebut adalah angka paling up to date. Inflasi punya beberapa sumber - tetapi salah satu sumber yang paling utama adalah defisit pemerintah. Mengapa? Karena cuma pemerintah yang punya hak monopoli mencetak uang. Ketika pendapatan pemerintah lebih kecil daripada pengeluarannya - maka selisih tersebut ditutup dengan mencetak uang. Supaya jumlah uang terkendali - maka bank sentral akan menyedot uang yang berlebih itu lewat mekanisme pasar - di mana orang bisa menukarkan uang mereka dengan obligasi pemerintah dengan imbalan bunga. (uang kartal secara riilnya adalah obligasi pemerintah tanpa bunga). Semakin banyak uang yang harus disedot - maka semakin tinggi bunga yang harus ditawarkan oleh obligasi pemerintah. Bila ternyata ekonomi negara bersangkutan bertumbuhnya cepat - maka peminat obligasi pemerintah akan juga meningkat baik dari dalam maupun luar negeri sehingga beban bank sentral menjadi lebih ringan. Bila ekonomi bertumbuhnya terlalu lambat - maka efek buruknya akan menjadi berganda. atau bisa juga mungkin diperluas penjelasannya bagaimana negara Iran yg kaya minyak itu, tetapi kabarnya pengangguran juga tinggi? Kalau dilihat dari posisi budget pemerintah - maka Iran punya ketergantungan yang sangat tinggi terhadap penerimaan dari minyak mentah. Ditambah dengan beban subsidi yang besar (hampir sepertiga budget pemerintah) - maka fungsi pemerintah sebagai stimulus ekonomi menjadi tumpul. Pada ekonomi yang relatif terbuka - tumpulnya peran pemerintah bisa dikompensasi oleh aktivitas sektor privat. Tetapi sektor privat tentunya memerlukan perdagangan yang luas. Nah faktor itu yang kurang dimiliki Iran. __ Sent from Yahoo! Mail. A Smarter Email http://uk.docs.yahoo.com/nowyoucan.html
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
Bung Poltak, pendapat Anda benar, tetapi saya ragu dengan kapasitas kelembagaan kita. Sebab yang harus bagi2 BLT adalah kelembagaan negara, tetapi dikita sistem kelembagaannya dibanyak tempat balita. Dari sisi pemikiran masyarakat dan parpol yang ada pemerintah saja (yang ada kantor2 pemerintah, bukan kantor negara). Negara sebagai institusi pelayanan publik belum mejadi infrastruktur yang effektiv. Akibatnya dana yang harus dibagi seret alirannya dan kadang2 bocor di-mana2, karena bukan dianggap hak penerima, tetapi sekedar belas kasihan. Sistem negara kita balita bukan dari segi volume, tetapi dari segi pemikiran dan struktur. Seringkali ada macam2 struktur tumpah tindih sampai ada masalah kekurangan meja untuk tempat kerja pejabat. Dengan kata lain masalah kita adalah macetnya reformasi birokrasi. Kemacetan ini mempersulit pilihan kebijaksanaan, sebab apa yang mau dibikin terancam macet ditengah jalan. Proyek2 pemerintah maupun PEMDA merangkak demikian lambat sehingga anggaran diakhir tahun banyak yang tersisa. Kemacetan ini dizaman sekarang ini kalau mau gampang diselesaikan, tetapi departemen dalam negeri kita kelihatannya tidak punya mandat untuk itu, cuma sibuk bagi2 kabupaten menjadi unit2 yang kecil2 saja. Singkat kata supaya ada aparat effektiv sistem kabinet kita perlu disederhanakan dan banyak departemen dan kantor2 perlu dilebur jadi satu. Sebelum itu terjadi usaha kita putar otak cari jalan keluar agak percuma sebab pelaksanaan tidak effektiv. Salam Hok An Poltak Hotradero schrieb: At 04:11 PM 5/13/2008, you wrote: Berikut adalah diskusi dengan seorang teman di milis lain. Beberapa bagian telah saya edit sedikit. == Yang gue gak setuju. BLT. Ngajarin orang jadi males. Gak mau usaha. Easy money. Mental pengemis. Gak heran jumlah pengemis di pinggir jalan jadi bertambah banyak. Saya rasa BLT adalah bentuk bantuan paling tepat. Mengapa? Karena alternatifnya nggak lebih baik. Dengan bentuk tunai - maka bantuan itu bisa berubah menjadi apa saja sesuai dengan kepentingan dan prioritas masing-masing penerima bantuan. Coba kita bayangkan kalau bantuan itu dalam bentuk barang (semisal beras atau paket sembako) -- akan jadi masalah. Mengapa? Karena ada ongkos transportasi, logistik, dan berbagai hal tetek bengek lainnya yang perlu ada, hanya sekadar untuk membagikan beras (atau paket sembako). Belum lagi birokrasinya. Ongkos ini siapa yang bayar? Kalau ternyata yang bayar pemerintah -- berarti itu akan dipotong dari jatah yang akan diterima masyarakat miskin. Itu baru dari sisi administrasi pembagian bantuan. Bagaimana dengan sisi penerimanya? Tidak semua orang butuh beras dalam jumlah sama. Demikian juga paket sembako lainnya. Di sisi lain, kebutuhan tiap orang berbeda-beda. Bisa kita bayangkan kalau sebuah keluarga menerima paket bantuan dari pemerintah dalam bentuk sembako -- padahal anaknya lagi sakit. Tentu buat mereka anak sakit itu mungkin lebih prioritas - dan bila demikian maka bisa saja paket sembako itu dijual, supaya dapat duit - dan selanjutnya duit itu dipakai untuk beli obat. Efektivitas bantuan akan turun drastis. Kalau memang akan berubah jadi duit dulu -- kenapa nggak dibagikannya duit saja? Supaya bantuan lebih optimal - maka bentuk terbaik adalah dalam bentuk tunai. Tidak ada ongkos transportasinya (berarti yang di gunung ataupun di kota akan terima sejumlah sama). Tidak ada ongkos logistiknya (karena dibagi / dibayar via kantor pos). Tidak ada ongkos birokrasinya. Alhasil bantuan itu bisa lebih utuh ketimbang dalam bentuk lain. Soal pengemis - fenomena ini muncul karena memang profesi sebagai pengemis masih lebih menguntungkan daripada menjadi tukang sampah atau tukang sapu jalan misalnya. Barrier entry-nya sangat rendah. Terlampau rendah. Ekonom Tyler Cowen membahas mengenai fenomena pengemis ini secara gamblang dan elegan. Ada di buku Discovering Your Inner Economist. Soal subsidi bbm, ini kesalahan kebijakan. Kita ekspor minyak mentah. Refinery di luar negri jadi bensin, solar, minyak tanah dll. Yang mengilang dan ngekspor perusahaan minyak asing. Kita ekspor bahan mentah. Impor lagi sudah jadi produk jadi. Terang aja tekor. Indonesia juga punya kok refinery. Tuh di Balongan. Tapi refinery ini pegang rekor dunia, sebagai refinery termahal di dunia (ongkos pembuatannya 2x lipat refinery ukuran sama) sekaligus juga sebagai refinery yang paling sering out of service (turun mesin kira-kira 3 sampai 4 kali setahun). Kenapa bisa begitu? Karena korupsi. Sulit percaya kalau Ginandjar Kartasasmita nggak tau (atau nggak terlibat). Ada refinery lain yang lebih kecil yaitu di Cilacap dan Balikpapan. Refinerynya bikinan perusahaan asing. Dan beroperasi normal. Tapi jelas nggak cukup -- karena konsumsi dalam negeri naik terus. Namanya juga barang subsidi -- ya pasti konsumsinya juga seenak udel. Jangan keburu anti asing - sebelum melihat kenyataan bahwa yang paling pintar ngejarah ekonomi itu
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
penjelasan yg mengena, chavez tentu jauh lebih tahu. kita tunggu bersama lima tahun lagi, venezuela atau indonesia yg terjerembab. yg integral atau yg partial dlm memanage problem yg akan kolaps. ---Original Message--- From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Wednesday, May 14, 2008 13:13:19 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat At 12:46 PM 5/14/2008, you wrote: bagi saya, akan lebih obyektif jika melihat juga sisi yg lain. inlasi, economic growt, etc adalah indikator pakem kinerja ekonomi suatu negara. text book bahuela sampe kini gak ada perubahan. tidak fair lah menilai chaves cuma dari sisi ini. = Text Book jaman baheula...? Apa saya nggak salah baca? Saya mungkin terlalu gegabah -- tapi saya berpendapat bahwa anda salah pilih text book -- kalau memang kita mau bicara soal ekonomi negara. Inflasi itu masalah yang relevan dan akan selalu relevan selama masih ada benda bernama duit. Mengapa? Karena duit itu terkait dengan daya beli masyarakat. Semakin berharga suatu mata uang - semakin diminati orang sekalipun tingkat bunganya kecil. Semakin tidak berharga suatu mata uang - semakin dijauhi orang sekalipun bunganya setinggi langit. Lalu apa penentu bunga? Ya tingkat inflasi. Dengan tingkat inflasi 29% - berarti Chavez sudah sukses memiskinkan setiap pemegang mata uang Bolivar sehingga daya beli uang tersebut terkuras hampir sepertiganya PER TAHUN. Ini efeknya sama dengan memberlakukan pajak (siluman) sebesar 29%...! (Belum lagi ditambah dengan pajak resmi). Kalau sebuah pemerintah tidak peduli pada mata uangnya sendiri -- apa lagi yang mereka pedulikan? Messages in this topic (5) Reply (via web post) | Start a new topic Messages = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. = Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya Change settings via the Web (Yahoo! ID required) Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe Recent Activity a.. 9New Members Visit Your Group Y! Messenger Files to share? Send up to 1GB of files in an IM. Need traffic? a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=13ouea9is/M=493064.12016308.12445700.8674578/D=groups/S=1705043695:NC/Y=YAHOO/EXP=1210752922/L=/B=JYk3AULaX9A-/J=1210745722999140/A=3848644/R=0/SIG=131l83flq/*http://searchmarketing.yahoo.com/arp/srcINCREDI_LINK_PLACEHOLDER_8182 PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK. DISCLAIMER: This email and any files transmitted with it are confidential and intended solely for the use of the individual or entity to whom they are addressed. If you have received this email in error please notify the system manager. This message contains confidential information and is intended only for the individual named. If you are not the named addressee you should not disseminate, distribute or copy this e-mail. Please notify the sender immediately by e-mail if you have received this e-mail by mistake and delete this e-mail from your system. If you are not the intended recipient you are notified that disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
At 02:02 PM 5/14/2008, you wrote: Bung Poltak, pendapat Anda benar, tetapi saya ragu dengan kapasitas kelembagaan kita. Sebab yang harus bagi2 BLT adalah kelembagaan negara, tetapi dikita sistem kelembagaannya dibanyak tempat balita. Dari sisi pemikiran masyarakat dan parpol yang ada pemerintah saja (yang ada kantor2 pemerintah, bukan kantor negara). Negara sebagai institusi pelayanan publik belum mejadi infrastruktur yang effektiv. Akibatnya dana yang harus dibagi seret alirannya dan kadang2 bocor di-mana2, karena bukan dianggap hak penerima, tetapi sekedar belas kasihan. Sistem negara kita balita bukan dari segi volume, tetapi dari segi pemikiran dan struktur. Seringkali ada macam2 struktur tumpah tindih sampai ada masalah kekurangan meja untuk tempat kerja pejabat. Dengan kata lain masalah kita adalah macetnya reformasi birokrasi. Bung Hok An, Saya pun punya keraguan yang sama terhadap kapasitas kelembagaan di negara kita, TETAPI kalau BLT sebagai sebuah bentuk subsidi hidup, harus dilakukan - maka memang lebih baik dalam bentuk tunai dan dibayarkan lewat kantor pos dan hanya bisa dicairkan oleh penerima bersangkutan yang identitasnya sudah tercantum dalam daftar penerima yang sudah disusun. Mungkin itu cara terbaik sekalipun tidak sempurna. Betul bahwa memang dana tersebut bisa saja bocor, dan pada program BLT yang lalu - hal itu pun terjadi. Tetapi ketimbang harus disalurkan dalam bentuk lain dan melewati birokrasi seperti yang ada seperti sekarang ini -- saya kira bentuk tunai masih lebih baik. Soal efisiensi kabinet rasanya sudah pernah saya tulis. APBN kita terlalu banyak habis untuk membayar PNS dan perlengkapan kerjanya.
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
At 02:40 PM 5/14/2008, you wrote: penjelasan yg mengena, chavez tentu jauh lebih tahu. kita tunggu bersama lima tahun lagi, venezuela atau indonesia yg terjerembab. yg integral atau yg partial dlm memanage problem yg akan kolaps. Begini saja deh. Kalau inflasi Indonesia naik sampai 29% sementara inflasi Venezuela bisa turun sampai cuma 9% saya akan akui bahwa Chavez lebih cerdas dalam soal ekonomi dibanding pimpinan Indonesia manapun. Deal?
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
Bung Poltak, Kalau betul mau, memang BLT bisa dibagi tanpa birokrasi banyak dengan effektiv dan sederhana. Misalnya pakai sistem stempel yang tidak mudah hilang. Dalam pengalman Jerman sesudah PDII ternyata menggelontor duit mempunyai effek luar biasa positif untuk menanamkan optimisme sehingga waktu itu walaupun uang dipotong, pedagang2 memajang barangnya kembali, pasar gelap hilang dan penduduk belanja sehingga ekonomi bisa start up. Aksi G. Bush akhir2 ini kurang effektiv, mungkin jumlahnya tidak cukup. Mengenai masalah aparat birokrasi kita diantara tentara saja ada yang hilang kesabarannya. Disa dilihat dari buku Saurip Kadi yang dibicarakan di: http://www.mail-archive.com/[EMAIL PROTECTED]/msg00821.htm Salam Hok An Poltak Hotradero schrieb: At 02:02 PM 5/14/2008, you wrote: Bung Poltak, pendapat Anda benar, tetapi saya ragu dengan kapasitas kelembagaan kita. Sebab yang harus bagi2 BLT adalah kelembagaan negara, tetapi dikita sistem kelembagaannya dibanyak tempat balita. Dari sisi pemikiran masyarakat dan parpol yang ada pemerintah saja (yang ada kantor2 pemerintah, bukan kantor negara). Negara sebagai institusi pelayanan publik belum mejadi infrastruktur yang effektiv. Akibatnya dana yang harus dibagi seret alirannya dan kadang2 bocor di-mana2, karena bukan dianggap hak penerima, tetapi sekedar belas kasihan. Sistem negara kita balita bukan dari segi volume, tetapi dari segi pemikiran dan struktur. Seringkali ada macam2 struktur tumpah tindih sampai ada masalah kekurangan meja untuk tempat kerja pejabat. Dengan kata lain masalah kita adalah macetnya reformasi birokrasi. Bung Hok An, Saya pun punya keraguan yang sama terhadap kapasitas kelembagaan di negara kita, TETAPI kalau BLT sebagai sebuah bentuk subsidi hidup, harus dilakukan - maka memang lebih baik dalam bentuk tunai dan dibayarkan lewat kantor pos dan hanya bisa dicairkan oleh penerima bersangkutan yang identitasnya sudah tercantum dalam daftar penerima yang sudah disusun. Mungkin itu cara terbaik sekalipun tidak sempurna. Betul bahwa memang dana tersebut bisa saja bocor, dan pada program BLT yang lalu - hal itu pun terjadi. Tetapi ketimbang harus disalurkan dalam bentuk lain dan melewati birokrasi seperti yang ada seperti sekarang ini -- saya kira bentuk tunai masih lebih baik. Soal efisiensi kabinet rasanya sudah pernah saya tulis. APBN kita terlalu banyak habis untuk membayar PNS dan perlengkapan kerjanya.
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
At 12:39 PM 5/14/2008, you wrote: menarik nih Bung Poltak, informasi bahwa setelah Hugo Chavez berkuasa inflasi jadi 29% itu saya kira belum terlalu banyak orang yg tahu. tapi mungkin kiranya berkenan bung poltak menjelaskan kajian ekonominya hubungan antara naiknya Hugo Chavez dengan meningkatnya inflasi? Inflasi 29% yang saya tuliskan adalah posisi inflasi y-o-y terakhir bulan lalu. Jadi setidaknya angka tersebut adalah angka paling up to date. Inflasi punya beberapa sumber - tetapi salah satu sumber yang paling utama adalah defisit pemerintah. Mengapa? Karena cuma pemerintah yang punya hak monopoli mencetak uang. Ketika pendapatan pemerintah lebih kecil daripada pengeluarannya - maka selisih tersebut ditutup dengan mencetak uang. Supaya jumlah uang terkendali - maka bank sentral akan menyedot uang yang berlebih itu lewat mekanisme pasar - di mana orang bisa menukarkan uang mereka dengan obligasi pemerintah dengan imbalan bunga. (uang kartal secara riilnya adalah obligasi pemerintah tanpa bunga). Semakin banyak uang yang harus disedot - maka semakin tinggi bunga yang harus ditawarkan oleh obligasi pemerintah. Bila ternyata ekonomi negara bersangkutan bertumbuhnya cepat - maka peminat obligasi pemerintah akan juga meningkat baik dari dalam maupun luar negeri sehingga beban bank sentral menjadi lebih ringan. Bila ekonomi bertumbuhnya terlalu lambat - maka efek buruknya akan menjadi berganda. atau bisa juga mungkin diperluas penjelasannya bagaimana negara Iran yg kaya minyak itu, tetapi kabarnya pengangguran juga tinggi? Kalau dilihat dari posisi budget pemerintah - maka Iran punya ketergantungan yang sangat tinggi terhadap penerimaan dari minyak mentah. Ditambah dengan beban subsidi yang besar (hampir sepertiga budget pemerintah) - maka fungsi pemerintah sebagai stimulus ekonomi menjadi tumpul. Pada ekonomi yang relatif terbuka - tumpulnya peran pemerintah bisa dikompensasi oleh aktivitas sektor privat. Tetapi sektor privat tentunya memerlukan perdagangan yang luas. Nah faktor itu yang kurang dimiliki Iran.
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
At 11:35 AM 5/14/2008, you wrote: Great post, I admire the clarity of your thought process. This is one of the smartest post in this milist. I especially love this line : Hmmm kalau Hugo Chavez jadi presiden Indonesia - maka angka inflasi di Indonesia bukan 8,9% -- tapi 29%... Sama seperti angka inflasi yang sekarang ada di Venezuela. Thank you for reading my postings. I can ask nothing more.
[Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
At 04:11 PM 5/13/2008, you wrote: Berikut adalah diskusi dengan seorang teman di milis lain. Beberapa bagian telah saya edit sedikit. == Yang gue gak setuju. BLT. Ngajarin orang jadi males. Gak mau usaha. Easy money. Mental pengemis. Gak heran jumlah pengemis di pinggir jalan jadi bertambah banyak. Saya rasa BLT adalah bentuk bantuan paling tepat. Mengapa? Karena alternatifnya nggak lebih baik. Dengan bentuk tunai - maka bantuan itu bisa berubah menjadi apa saja sesuai dengan kepentingan dan prioritas masing-masing penerima bantuan. Coba kita bayangkan kalau bantuan itu dalam bentuk barang (semisal beras atau paket sembako) -- akan jadi masalah. Mengapa? Karena ada ongkos transportasi, logistik, dan berbagai hal tetek bengek lainnya yang perlu ada, hanya sekadar untuk membagikan beras (atau paket sembako). Belum lagi birokrasinya. Ongkos ini siapa yang bayar? Kalau ternyata yang bayar pemerintah -- berarti itu akan dipotong dari jatah yang akan diterima masyarakat miskin. Itu baru dari sisi administrasi pembagian bantuan. Bagaimana dengan sisi penerimanya? Tidak semua orang butuh beras dalam jumlah sama. Demikian juga paket sembako lainnya. Di sisi lain, kebutuhan tiap orang berbeda-beda. Bisa kita bayangkan kalau sebuah keluarga menerima paket bantuan dari pemerintah dalam bentuk sembako -- padahal anaknya lagi sakit. Tentu buat mereka anak sakit itu mungkin lebih prioritas - dan bila demikian maka bisa saja paket sembako itu dijual, supaya dapat duit - dan selanjutnya duit itu dipakai untuk beli obat. Efektivitas bantuan akan turun drastis. Kalau memang akan berubah jadi duit dulu -- kenapa nggak dibagikannya duit saja? Supaya bantuan lebih optimal - maka bentuk terbaik adalah dalam bentuk tunai. Tidak ada ongkos transportasinya (berarti yang di gunung ataupun di kota akan terima sejumlah sama). Tidak ada ongkos logistiknya (karena dibagi / dibayar via kantor pos). Tidak ada ongkos birokrasinya. Alhasil bantuan itu bisa lebih utuh ketimbang dalam bentuk lain. Soal pengemis - fenomena ini muncul karena memang profesi sebagai pengemis masih lebih menguntungkan daripada menjadi tukang sampah atau tukang sapu jalan misalnya. Barrier entry-nya sangat rendah. Terlampau rendah. Ekonom Tyler Cowen membahas mengenai fenomena pengemis ini secara gamblang dan elegan. Ada di buku Discovering Your Inner Economist. Soal subsidi bbm, ini kesalahan kebijakan. Kita ekspor minyak mentah. Refinery di luar negri jadi bensin, solar, minyak tanah dll. Yang mengilang dan ngekspor perusahaan minyak asing. Kita ekspor bahan mentah. Impor lagi sudah jadi produk jadi. Terang aja tekor. Indonesia juga punya kok refinery. Tuh di Balongan. Tapi refinery ini pegang rekor dunia, sebagai refinery termahal di dunia (ongkos pembuatannya 2x lipat refinery ukuran sama) sekaligus juga sebagai refinery yang paling sering out of service (turun mesin kira-kira 3 sampai 4 kali setahun). Kenapa bisa begitu? Karena korupsi. Sulit percaya kalau Ginandjar Kartasasmita nggak tau (atau nggak terlibat). Ada refinery lain yang lebih kecil yaitu di Cilacap dan Balikpapan. Refinerynya bikinan perusahaan asing. Dan beroperasi normal. Tapi jelas nggak cukup -- karena konsumsi dalam negeri naik terus. Namanya juga barang subsidi -- ya pasti konsumsinya juga seenak udel. Jangan keburu anti asing - sebelum melihat kenyataan bahwa yang paling pintar ngejarah ekonomi itu ternyata orang kita sendiri juga... Seandainya Hugo Chavez adalah presiden Indonesia, bukan venezuela... Hmmm kalau Hugo Chavez jadi presiden Indonesia - maka angka inflasi di Indonesia bukan 8,9% -- tapi 29%... Sama seperti angka inflasi yang sekarang ada di Venezuela. Coba anda pilih, mending mana inflasi 9% atau 29%...? (Kalau diukur berdasarkan performa ekonomi, mungkin orang Venezuela lebih pingin punya presiden SBY ketimbang Hugo Chavez) Buat saya sih ukuran becus atau tidaknya seorang pemimpin - bukan diukur dari seberapa kencang atau seberapa sering dia ngomong. Itu cuma ilusi dan propaganda. Pakai saja ukuran performa ekonomi. Salah satu diantaranya adalah angka inflasi.
Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat
Great post, I admire the clarity of your thought process. This is one of the smartest post in this milist. I especially love this line : Hmmm kalau Hugo Chavez jadi presiden Indonesia - maka angka inflasi di Indonesia bukan 8,9% -- tapi 29%... Sama seperti angka inflasi yang sekarang ada di Venezuela. --- Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: At 04:11 PM 5/13/2008, you wrote: Berikut adalah diskusi dengan seorang teman di milis lain. Beberapa bagian telah saya edit sedikit. == Yang gue gak setuju. BLT. Ngajarin orang jadi males. Gak mau usaha. Easy money. Mental pengemis. Gak heran jumlah pengemis di pinggir jalan jadi bertambah banyak. Saya rasa BLT adalah bentuk bantuan paling tepat. Mengapa? Karena alternatifnya nggak lebih baik. Dengan bentuk tunai - maka bantuan itu bisa berubah menjadi apa saja sesuai dengan kepentingan dan prioritas masing-masing penerima bantuan. Coba kita bayangkan kalau bantuan itu dalam bentuk barang (semisal beras atau paket sembako) -- akan jadi masalah. Mengapa? Karena ada ongkos transportasi, logistik, dan berbagai hal tetek bengek lainnya yang perlu ada, hanya sekadar untuk membagikan beras (atau paket sembako). Belum lagi birokrasinya. Ongkos ini siapa yang bayar? Kalau ternyata yang bayar pemerintah -- berarti itu akan dipotong dari jatah yang akan diterima masyarakat miskin. Itu baru dari sisi administrasi pembagian bantuan. Bagaimana dengan sisi penerimanya? Tidak semua orang butuh beras dalam jumlah sama. Demikian juga paket sembako lainnya. Di sisi lain, kebutuhan tiap orang berbeda-beda. Bisa kita bayangkan kalau sebuah keluarga menerima paket bantuan dari pemerintah dalam bentuk sembako -- padahal anaknya lagi sakit. Tentu buat mereka anak sakit itu mungkin lebih prioritas - dan bila demikian maka bisa saja paket sembako itu dijual, supaya dapat duit - dan selanjutnya duit itu dipakai untuk beli obat. Efektivitas bantuan akan turun drastis. Kalau memang akan berubah jadi duit dulu -- kenapa nggak dibagikannya duit saja? Supaya bantuan lebih optimal - maka bentuk terbaik adalah dalam bentuk tunai. Tidak ada ongkos transportasinya (berarti yang di gunung ataupun di kota akan terima sejumlah sama). Tidak ada ongkos logistiknya (karena dibagi / dibayar via kantor pos). Tidak ada ongkos birokrasinya. Alhasil bantuan itu bisa lebih utuh ketimbang dalam bentuk lain. Soal pengemis - fenomena ini muncul karena memang profesi sebagai pengemis masih lebih menguntungkan daripada menjadi tukang sampah atau tukang sapu jalan misalnya. Barrier entry-nya sangat rendah. Terlampau rendah. Ekonom Tyler Cowen membahas mengenai fenomena pengemis ini secara gamblang dan elegan. Ada di buku Discovering Your Inner Economist. Soal subsidi bbm, ini kesalahan kebijakan. Kita ekspor minyak mentah. Refinery di luar negri jadi bensin, solar, minyak tanah dll. Yang mengilang dan ngekspor perusahaan minyak asing. Kita ekspor bahan mentah. Impor lagi sudah jadi produk jadi. Terang aja tekor. Indonesia juga punya kok refinery. Tuh di Balongan. Tapi refinery ini pegang rekor dunia, sebagai refinery termahal di dunia (ongkos pembuatannya 2x lipat refinery ukuran sama) sekaligus juga sebagai refinery yang paling sering out of service (turun mesin kira-kira 3 sampai 4 kali setahun). Kenapa bisa begitu? Karena korupsi. Sulit percaya kalau Ginandjar Kartasasmita nggak tau (atau nggak terlibat). Ada refinery lain yang lebih kecil yaitu di Cilacap dan Balikpapan. Refinerynya bikinan perusahaan asing. Dan beroperasi normal. Tapi jelas nggak cukup -- karena konsumsi dalam negeri naik terus. Namanya juga barang subsidi -- ya pasti konsumsinya juga seenak udel. Jangan keburu anti asing - sebelum melihat kenyataan bahwa yang paling pintar ngejarah ekonomi itu ternyata orang kita sendiri juga... Seandainya Hugo Chavez adalah presiden Indonesia, bukan venezuela... Hmmm kalau Hugo Chavez jadi presiden Indonesia - maka angka inflasi di Indonesia bukan 8,9% -- tapi 29%... Sama seperti angka inflasi yang sekarang ada di Venezuela. Coba anda pilih, mending mana inflasi 9% atau 29%...? (Kalau diukur berdasarkan performa ekonomi, mungkin orang Venezuela lebih pingin punya presiden SBY ketimbang Hugo Chavez) Buat saya sih ukuran becus atau tidaknya seorang pemimpin - bukan diukur dari seberapa kencang atau seberapa sering dia ngomong. Itu cuma ilusi dan propaganda. Pakai saja ukuran performa ekonomi. Salah satu diantaranya adalah angka inflasi. = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: