Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-18 Terurut Topik madjmudin m
sekali lagi ini menarik Pak Poltak,
bahwa ternyata rezim sentralistis (one man show) kalau
tidak di managed dengan baik ternyata kelimpungan juga
untuk memakmurkan rakyatnya. ini yg perlu jadi
pelajaran bahwa jangan sampai orang yg memakai jargon
'kemandirian' ternyata dia tidak mampu mengelola modal
besar yg dia miliki.( Dutch deseases?)
kalau masalah cetak uang sih ...ini penyakit dunia
ketiga ...kayak di indonesia ...mungkin pernah dengar
kabar salah satu mantan petinggi ABRI yg terlibat
dalam pencetakan uang palsu dahulu?
cuma satu hal yg mungkin sedikit diametral ketika kita
terapkan di negara Singapura. Lee Kuan Yu bisa
dibilang sangat otoriter dalam hal kekuasaan
pemerintahan, tapi dia mampu memajukan ekonomi
negaranya...apakah berarti Lee Kuan Yu punya visi yg
lebih jelas ttg bagaimana mengelola negara? ( kalo
saya sih lebih prefer Lee Kuan Yu tidak di'ganggu'
oleh anak2nya yg minta jatah proyek jalan tol dan
mobnas :))

untuk kasus negara Iran, menarik juga untuk dicermati
pernyataan Pak Poltak ttg share sektor private yg
rendah terhadap perekonomian, berarti bisa dibilang
Iran masuk ke sisi negara yang Planned Economic dong
ya?...semuanya direncankan oleh negara?
atau apakah dia terkena dampak emargo yg cukup lama
...sehingga dia menderita kerugian tidak mendapatkan
gain dari adanya international trade?

--- Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Inflasi 29% yang saya tuliskan adalah posisi inflasi
 y-o-y terakhir 
 bulan lalu.
 Jadi setidaknya angka tersebut adalah angka paling
 up to date.
 
 Inflasi punya beberapa sumber - tetapi salah satu
 sumber yang paling 
 utama adalah defisit pemerintah.  Mengapa?  Karena
 cuma pemerintah 
 yang punya hak monopoli mencetak uang.  Ketika
 pendapatan pemerintah 
 lebih kecil daripada pengeluarannya - maka selisih
 tersebut ditutup 
 dengan mencetak uang.
 
 Supaya jumlah uang terkendali - maka bank sentral
 akan menyedot 
 uang yang berlebih itu lewat mekanisme pasar - di
 mana orang bisa 
 menukarkan uang mereka dengan obligasi pemerintah
 dengan imbalan 
 bunga.  (uang kartal secara riilnya adalah obligasi
 pemerintah tanpa bunga).
 
 Semakin banyak uang yang harus disedot - maka
 semakin tinggi bunga 
 yang harus ditawarkan oleh obligasi pemerintah. 
 Bila ternyata 
 ekonomi negara bersangkutan bertumbuhnya cepat -
 maka peminat 
 obligasi pemerintah akan juga meningkat baik dari
 dalam maupun luar 
 negeri sehingga beban bank sentral menjadi lebih
 ringan.  Bila 
 ekonomi bertumbuhnya terlalu lambat - maka efek
 buruknya akan menjadi berganda.
 
 atau bisa juga mungkin diperluas penjelasannya
 bagaimana negara Iran yg kaya minyak itu, tetapi
 kabarnya pengangguran juga tinggi?
 
 Kalau dilihat dari posisi budget pemerintah - maka
 Iran punya 
 ketergantungan yang sangat tinggi terhadap
 penerimaan dari minyak 
 mentah.  Ditambah dengan beban subsidi yang besar
 (hampir sepertiga 
 budget pemerintah) - maka fungsi pemerintah sebagai
 stimulus ekonomi 
 menjadi tumpul.  Pada ekonomi yang relatif terbuka -
 tumpulnya peran 
 pemerintah bisa dikompensasi oleh aktivitas sektor
 privat.  Tetapi 
 sektor privat tentunya memerlukan perdagangan yang
 luas.
 
 Nah faktor itu yang kurang dimiliki Iran. 
 
 



  __
Sent from Yahoo! Mail.
A Smarter Email http://uk.docs.yahoo.com/nowyoucan.html


Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-14 Terurut Topik Hok An
Bung Poltak,

pendapat Anda benar, tetapi saya ragu dengan kapasitas kelembagaan kita.
Sebab yang harus bagi2 BLT adalah kelembagaan negara, tetapi dikita
sistem kelembagaannya dibanyak tempat balita. Dari sisi pemikiran
masyarakat dan parpol yang ada pemerintah saja (yang ada kantor2
pemerintah, bukan kantor negara). Negara sebagai institusi pelayanan
publik belum mejadi infrastruktur yang effektiv. Akibatnya dana yang
harus dibagi seret alirannya dan kadang2 bocor di-mana2, karena bukan
dianggap hak penerima, tetapi sekedar belas kasihan.  Sistem negara kita
balita bukan dari segi volume, tetapi dari segi pemikiran dan struktur.
Seringkali ada macam2 struktur tumpah tindih sampai ada masalah
kekurangan meja untuk tempat kerja pejabat. Dengan kata lain masalah
kita adalah macetnya reformasi birokrasi.

Kemacetan ini mempersulit pilihan kebijaksanaan, sebab apa yang mau
dibikin terancam macet ditengah jalan. Proyek2 pemerintah maupun PEMDA
merangkak demikian lambat sehingga anggaran diakhir tahun banyak yang
tersisa. Kemacetan ini dizaman sekarang ini kalau mau gampang
diselesaikan, tetapi departemen dalam negeri kita kelihatannya tidak
punya mandat untuk itu, cuma sibuk bagi2 kabupaten menjadi unit2 yang
kecil2 saja.

Singkat kata supaya ada aparat effektiv sistem kabinet kita perlu
disederhanakan dan banyak departemen dan kantor2 perlu dilebur jadi
satu. Sebelum itu terjadi usaha kita putar otak cari jalan keluar agak
percuma sebab pelaksanaan tidak effektiv.

Salam

Hok An


Poltak Hotradero schrieb:

 At 04:11 PM 5/13/2008, you wrote:

 Berikut adalah diskusi dengan seorang teman di milis lain.
 Beberapa bagian telah saya edit sedikit.

 ==

 Yang gue gak setuju. BLT.
 Ngajarin orang jadi males.
 Gak mau usaha.
 Easy money.
 Mental pengemis.
 Gak heran jumlah pengemis di pinggir jalan jadi bertambah banyak.

 Saya rasa BLT adalah bentuk bantuan paling tepat. Mengapa? Karena
 alternatifnya nggak lebih baik.
 Dengan bentuk tunai - maka bantuan itu bisa berubah menjadi apa saja
 sesuai dengan kepentingan dan prioritas masing-masing penerima
 bantuan.

 Coba kita bayangkan kalau bantuan itu dalam bentuk barang (semisal
 beras atau paket sembako) -- akan jadi masalah. Mengapa? Karena ada
 ongkos transportasi, logistik, dan berbagai hal tetek bengek lainnya
 yang perlu ada, hanya sekadar untuk membagikan beras (atau paket
 sembako). Belum lagi birokrasinya. Ongkos ini siapa yang
 bayar? Kalau ternyata yang bayar pemerintah -- berarti itu akan
 dipotong dari jatah yang akan diterima masyarakat miskin.

 Itu baru dari sisi administrasi pembagian bantuan.
 Bagaimana dengan sisi penerimanya?

 Tidak semua orang butuh beras dalam jumlah sama. Demikian juga paket
 sembako lainnya.
 Di sisi lain, kebutuhan tiap orang berbeda-beda. Bisa kita bayangkan
 kalau sebuah keluarga menerima paket bantuan dari pemerintah dalam
 bentuk sembako -- padahal anaknya lagi sakit. Tentu buat mereka anak
 sakit itu mungkin lebih prioritas - dan bila demikian maka bisa saja
 paket sembako itu dijual, supaya dapat duit - dan selanjutnya duit
 itu dipakai untuk beli obat. Efektivitas bantuan akan turun
 drastis. Kalau memang akan berubah jadi duit dulu -- kenapa nggak
 dibagikannya duit saja?

 Supaya bantuan lebih optimal - maka bentuk terbaik adalah dalam
 bentuk tunai. Tidak ada ongkos transportasinya (berarti yang di
 gunung ataupun di kota akan terima sejumlah sama). Tidak ada ongkos
 logistiknya (karena dibagi / dibayar via kantor pos). Tidak ada
 ongkos birokrasinya. Alhasil bantuan itu bisa lebih utuh ketimbang
 dalam bentuk lain.

 Soal pengemis - fenomena ini muncul karena memang profesi sebagai
 pengemis masih lebih menguntungkan daripada menjadi tukang sampah
 atau tukang sapu jalan misalnya. Barrier entry-nya sangat
 rendah. Terlampau rendah.

 Ekonom Tyler Cowen membahas mengenai fenomena pengemis ini secara
 gamblang dan elegan. Ada di buku Discovering Your Inner Economist.

 Soal subsidi bbm, ini kesalahan kebijakan.
 Kita ekspor minyak mentah. Refinery di luar negri jadi bensin,
 solar, minyak tanah dll.
 Yang mengilang dan ngekspor perusahaan minyak asing.
 Kita ekspor bahan mentah. Impor lagi sudah jadi produk jadi.
 Terang aja tekor.

 Indonesia juga punya kok refinery. Tuh di Balongan.
 Tapi refinery ini pegang rekor dunia, sebagai refinery termahal di
 dunia (ongkos pembuatannya 2x lipat refinery ukuran sama) sekaligus
 juga sebagai refinery yang paling sering out of service (turun mesin
 kira-kira 3 sampai 4 kali setahun). Kenapa bisa begitu? Karena
 korupsi. Sulit percaya kalau Ginandjar Kartasasmita nggak tau (atau
 nggak terlibat).

 Ada refinery lain yang lebih kecil yaitu di Cilacap dan
 Balikpapan. Refinerynya bikinan perusahaan asing. Dan beroperasi
 normal. Tapi jelas nggak cukup -- karena konsumsi dalam negeri naik
 terus. Namanya juga barang subsidi -- ya pasti konsumsinya juga seenak
 udel.

 Jangan keburu anti asing - sebelum melihat kenyataan bahwa yang
 paling pintar ngejarah ekonomi itu 

Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-14 Terurut Topik EKO KERTAJAYA

penjelasan yg mengena, chavez tentu jauh lebih tahu.
kita tunggu bersama lima tahun lagi, venezuela atau
indonesia yg terjerembab. yg integral atau yg partial
dlm memanage problem yg akan kolaps.

---Original Message---

From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Wednesday, May 14, 2008 13:13:19
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

At 12:46 PM 5/14/2008, you wrote:

bagi saya, akan lebih obyektif jika melihat juga sisi yg lain.
inlasi, economic growt, etc adalah indikator pakem kinerja
ekonomi suatu negara. text book bahuela sampe kini gak
ada perubahan. tidak fair lah menilai chaves cuma dari sisi
ini.

=
Text Book jaman baheula...?
Apa saya nggak salah baca?
Saya mungkin terlalu gegabah -- tapi saya berpendapat bahwa anda 
salah pilih text book -- kalau memang kita mau bicara soal ekonomi negara.

Inflasi itu masalah yang relevan dan akan selalu relevan selama masih 
ada benda bernama duit.
Mengapa? Karena duit itu terkait dengan daya beli masyarakat.

Semakin berharga suatu mata uang - semakin diminati orang sekalipun 
tingkat bunganya kecil.
Semakin tidak berharga suatu mata uang - semakin dijauhi orang 
sekalipun bunganya setinggi langit.

Lalu apa penentu bunga? Ya tingkat inflasi.

Dengan tingkat inflasi 29% - berarti Chavez sudah sukses memiskinkan 
setiap pemegang mata uang Bolivar sehingga daya beli uang tersebut 
terkuras hampir sepertiganya PER TAHUN.

Ini efeknya sama dengan memberlakukan pajak (siluman) sebesar 
29%...! (Belum lagi ditambah dengan pajak resmi).

Kalau sebuah pemerintah tidak peduli pada mata uangnya sendiri -- apa 
lagi yang mereka pedulikan?



 
Messages in this topic (5) Reply (via web post) | Start a new topic 
Messages 
=
Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games 
atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. 
http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
=
Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. 
Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas.
=
Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
-
Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting 
sebelumnya 
 
Change settings via the Web (Yahoo! ID required) 
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to 
Traditional 
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe Recent Activity
  a..  9New Members
Visit Your Group 
Y! Messenger
Files to share?

Send up to 1GB of

files in an IM.

Need traffic?
a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=13ouea9is/M=493064.12016308.12445700.8674578/D=groups/S=1705043695:NC/Y=YAHOO/EXP=1210752922/L=/B=JYk3AULaX9A-/J=1210745722999140/A=3848644/R=0/SIG=131l83flq/*http://searchmarketing.yahoo.com/arp/srcINCREDI_LINK_PLACEHOLDER_8182
 



PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK. DISCLAIMER:

This email and any files transmitted with it are confidential and
intended solely for the use of the individual or entity to whom they
are addressed. If you have received this email in error please notify
the system manager. This message contains confidential information
and is intended only for the individual named. If you are not the
named addressee you should not disseminate, distribute or copy this
e-mail. Please notify the sender immediately by e-mail if you have
received this e-mail by mistake and delete this e-mail from your
system. If you are not the intended recipient you are notified that
disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on
the contents of this information is strictly prohibited.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 02:02 PM 5/14/2008, you wrote:

Bung Poltak,

pendapat Anda benar, tetapi saya ragu dengan kapasitas kelembagaan kita.
Sebab yang harus bagi2 BLT adalah kelembagaan negara, tetapi dikita
sistem kelembagaannya dibanyak tempat balita. Dari sisi pemikiran
masyarakat dan parpol yang ada pemerintah saja (yang ada kantor2
pemerintah, bukan kantor negara). Negara sebagai institusi pelayanan
publik belum mejadi infrastruktur yang effektiv. Akibatnya dana yang
harus dibagi seret alirannya dan kadang2 bocor di-mana2, karena bukan
dianggap hak penerima, tetapi sekedar belas kasihan. Sistem negara kita
balita bukan dari segi volume, tetapi dari segi pemikiran dan struktur.
Seringkali ada macam2 struktur tumpah tindih sampai ada masalah
kekurangan meja untuk tempat kerja pejabat. Dengan kata lain masalah
kita adalah macetnya reformasi birokrasi.


Bung Hok An,

Saya pun punya keraguan yang sama terhadap kapasitas kelembagaan di 
negara kita, TETAPI kalau BLT sebagai sebuah bentuk subsidi hidup, 
harus dilakukan - maka memang lebih baik dalam bentuk tunai dan 
dibayarkan lewat kantor pos dan hanya bisa dicairkan oleh penerima 
bersangkutan yang identitasnya sudah tercantum dalam daftar penerima 
yang sudah disusun.  Mungkin itu cara terbaik sekalipun tidak sempurna.

Betul bahwa memang dana tersebut bisa saja bocor, dan pada program 
BLT yang lalu - hal itu pun terjadi.  Tetapi ketimbang harus 
disalurkan dalam bentuk lain dan melewati birokrasi seperti yang ada 
seperti sekarang ini -- saya kira bentuk tunai masih lebih baik.

Soal efisiensi kabinet rasanya sudah pernah saya tulis.
APBN kita terlalu banyak habis untuk membayar PNS dan perlengkapan kerjanya.




Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 02:40 PM 5/14/2008, you wrote:

penjelasan yg mengena, chavez tentu jauh lebih tahu.
kita tunggu bersama lima tahun lagi, venezuela atau
indonesia yg terjerembab. yg integral atau yg partial
dlm memanage problem yg akan kolaps.


Begini saja deh.
Kalau inflasi Indonesia naik sampai 29% sementara inflasi Venezuela 
bisa turun sampai cuma 9% saya akan akui bahwa Chavez lebih cerdas 
dalam soal ekonomi dibanding pimpinan Indonesia manapun.

Deal?



Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-14 Terurut Topik Hok An

Bung Poltak,

Kalau betul mau, memang BLT bisa dibagi tanpa birokrasi banyak dengan
effektiv dan sederhana.
Misalnya pakai sistem stempel yang tidak mudah hilang.

Dalam pengalman Jerman sesudah PDII ternyata menggelontor duit mempunyai
effek luar biasa positif untuk menanamkan optimisme
sehingga waktu itu walaupun uang dipotong, pedagang2 memajang barangnya
kembali, pasar gelap hilang dan penduduk belanja sehingga ekonomi bisa
start up.
Aksi G. Bush akhir2 ini kurang effektiv, mungkin jumlahnya tidak cukup.

Mengenai masalah aparat birokrasi kita diantara tentara saja ada yang
hilang kesabarannya.
Disa dilihat dari buku Saurip Kadi yang dibicarakan di:
http://www.mail-archive.com/[EMAIL PROTECTED]/msg00821.htm

Salam

Hok An

Poltak Hotradero schrieb:

 At 02:02 PM 5/14/2008, you wrote:

 Bung Poltak,
 
 pendapat Anda benar, tetapi saya ragu dengan kapasitas kelembagaan
 kita.
 Sebab yang harus bagi2 BLT adalah kelembagaan negara, tetapi dikita
 sistem kelembagaannya dibanyak tempat balita. Dari sisi pemikiran
 masyarakat dan parpol yang ada pemerintah saja (yang ada kantor2
 pemerintah, bukan kantor negara). Negara sebagai institusi pelayanan
 publik belum mejadi infrastruktur yang effektiv. Akibatnya dana yang
 harus dibagi seret alirannya dan kadang2 bocor di-mana2, karena bukan

 dianggap hak penerima, tetapi sekedar belas kasihan. Sistem negara
 kita
 balita bukan dari segi volume, tetapi dari segi pemikiran dan
 struktur.
 Seringkali ada macam2 struktur tumpah tindih sampai ada masalah
 kekurangan meja untuk tempat kerja pejabat. Dengan kata lain masalah
 kita adalah macetnya reformasi birokrasi.

 Bung Hok An,

 Saya pun punya keraguan yang sama terhadap kapasitas kelembagaan di
 negara kita, TETAPI kalau BLT sebagai sebuah bentuk subsidi hidup,
 harus dilakukan - maka memang lebih baik dalam bentuk tunai dan
 dibayarkan lewat kantor pos dan hanya bisa dicairkan oleh penerima
 bersangkutan yang identitasnya sudah tercantum dalam daftar penerima
 yang sudah disusun. Mungkin itu cara terbaik sekalipun tidak sempurna.

 Betul bahwa memang dana tersebut bisa saja bocor, dan pada program
 BLT yang lalu - hal itu pun terjadi. Tetapi ketimbang harus
 disalurkan dalam bentuk lain dan melewati birokrasi seperti yang ada
 seperti sekarang ini -- saya kira bentuk tunai masih lebih baik.

 Soal efisiensi kabinet rasanya sudah pernah saya tulis.
 APBN kita terlalu banyak habis untuk membayar PNS dan perlengkapan
 kerjanya.







Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 12:39 PM 5/14/2008, you wrote:

menarik nih Bung Poltak, informasi bahwa setelah Hugo
Chavez berkuasa inflasi jadi 29% itu saya kira belum
terlalu banyak orang yg tahu. tapi mungkin kiranya
berkenan bung poltak menjelaskan kajian ekonominya
hubungan antara naiknya Hugo Chavez dengan
meningkatnya inflasi?


Inflasi 29% yang saya tuliskan adalah posisi inflasi y-o-y terakhir 
bulan lalu.
Jadi setidaknya angka tersebut adalah angka paling up to date.

Inflasi punya beberapa sumber - tetapi salah satu sumber yang paling 
utama adalah defisit pemerintah.  Mengapa?  Karena cuma pemerintah 
yang punya hak monopoli mencetak uang.  Ketika pendapatan pemerintah 
lebih kecil daripada pengeluarannya - maka selisih tersebut ditutup 
dengan mencetak uang.

Supaya jumlah uang terkendali - maka bank sentral akan menyedot 
uang yang berlebih itu lewat mekanisme pasar - di mana orang bisa 
menukarkan uang mereka dengan obligasi pemerintah dengan imbalan 
bunga.  (uang kartal secara riilnya adalah obligasi pemerintah tanpa bunga).

Semakin banyak uang yang harus disedot - maka semakin tinggi bunga 
yang harus ditawarkan oleh obligasi pemerintah.  Bila ternyata 
ekonomi negara bersangkutan bertumbuhnya cepat - maka peminat 
obligasi pemerintah akan juga meningkat baik dari dalam maupun luar 
negeri sehingga beban bank sentral menjadi lebih ringan.  Bila 
ekonomi bertumbuhnya terlalu lambat - maka efek buruknya akan menjadi berganda.



atau bisa juga mungkin diperluas penjelasannya
bagaimana negara Iran yg kaya minyak itu, tetapi
kabarnya pengangguran juga tinggi?

Kalau dilihat dari posisi budget pemerintah - maka Iran punya 
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap penerimaan dari minyak 
mentah.  Ditambah dengan beban subsidi yang besar (hampir sepertiga 
budget pemerintah) - maka fungsi pemerintah sebagai stimulus ekonomi 
menjadi tumpul.  Pada ekonomi yang relatif terbuka - tumpulnya peran 
pemerintah bisa dikompensasi oleh aktivitas sektor privat.  Tetapi 
sektor privat tentunya memerlukan perdagangan yang luas.

Nah faktor itu yang kurang dimiliki Iran. 



Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-14 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 11:35 AM 5/14/2008, you wrote:


Great post,
I admire the clarity of your thought process.

This is one of the smartest post in this milist.

I especially love this line :

  Hmmm kalau Hugo Chavez jadi presiden Indonesia -
  maka angka inflasi
  di Indonesia bukan 8,9% -- tapi 29%... Sama seperti
  angka inflasi
  yang sekarang ada di Venezuela.
 


Thank you for reading my postings.
I can ask nothing more.



[Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-13 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 04:11 PM 5/13/2008, you wrote:

Berikut adalah diskusi dengan seorang teman di milis lain.
Beberapa bagian telah saya edit sedikit.

==

Yang gue gak setuju. BLT.
Ngajarin orang jadi males.
Gak mau usaha.
Easy money.
Mental pengemis.
Gak heran jumlah pengemis di pinggir jalan jadi bertambah banyak.


Saya rasa BLT adalah bentuk bantuan paling tepat.  Mengapa?  Karena 
alternatifnya nggak lebih baik.
Dengan bentuk tunai - maka bantuan itu bisa berubah menjadi apa saja 
sesuai dengan kepentingan dan prioritas masing-masing penerima bantuan.

Coba kita bayangkan kalau bantuan itu dalam bentuk barang (semisal 
beras atau paket sembako) -- akan jadi masalah.  Mengapa?  Karena ada 
ongkos transportasi, logistik, dan berbagai hal tetek bengek lainnya 
yang perlu ada, hanya sekadar untuk membagikan beras (atau paket 
sembako).  Belum lagi birokrasinya.  Ongkos ini siapa yang 
bayar?  Kalau ternyata yang bayar pemerintah -- berarti itu akan 
dipotong dari jatah yang akan diterima masyarakat miskin.

Itu baru dari sisi administrasi pembagian bantuan.
Bagaimana dengan sisi penerimanya?

Tidak semua orang butuh beras dalam jumlah sama.  Demikian juga paket 
sembako lainnya.
Di sisi lain, kebutuhan tiap orang berbeda-beda.  Bisa kita bayangkan 
kalau sebuah keluarga menerima paket bantuan dari pemerintah dalam 
bentuk sembako -- padahal anaknya lagi sakit.  Tentu buat mereka anak 
sakit itu mungkin lebih prioritas - dan bila demikian maka bisa saja 
paket sembako itu dijual, supaya dapat duit - dan selanjutnya duit 
itu dipakai untuk beli obat.  Efektivitas bantuan akan turun 
drastis.  Kalau memang akan berubah jadi duit dulu -- kenapa nggak 
dibagikannya duit saja?

Supaya bantuan lebih optimal - maka bentuk terbaik adalah dalam 
bentuk tunai.  Tidak ada ongkos transportasinya (berarti yang di 
gunung ataupun di kota akan terima sejumlah sama).   Tidak ada ongkos 
logistiknya (karena dibagi / dibayar via kantor pos).  Tidak ada 
ongkos birokrasinya.  Alhasil bantuan itu bisa lebih utuh ketimbang 
dalam bentuk lain.

Soal pengemis - fenomena ini muncul karena memang profesi sebagai 
pengemis masih lebih menguntungkan daripada menjadi tukang sampah 
atau tukang sapu jalan misalnya.  Barrier entry-nya sangat 
rendah.  Terlampau rendah.

Ekonom Tyler Cowen membahas mengenai fenomena pengemis ini secara 
gamblang dan elegan.  Ada di buku Discovering Your Inner Economist.


Soal subsidi bbm, ini kesalahan kebijakan.
Kita ekspor minyak mentah. Refinery di luar negri jadi bensin, 
solar, minyak tanah dll.
Yang mengilang dan ngekspor perusahaan minyak asing.
Kita ekspor bahan mentah. Impor lagi sudah jadi produk jadi.
Terang aja tekor.

Indonesia juga punya kok refinery.  Tuh di Balongan.
Tapi refinery ini pegang rekor dunia, sebagai refinery termahal di 
dunia (ongkos pembuatannya 2x lipat refinery ukuran sama) sekaligus 
juga sebagai refinery yang paling sering out of service (turun mesin 
kira-kira 3 sampai 4 kali setahun).  Kenapa bisa begitu?  Karena 
korupsi.  Sulit percaya kalau Ginandjar Kartasasmita nggak tau (atau 
nggak terlibat).

Ada refinery lain yang lebih kecil yaitu di Cilacap dan 
Balikpapan.  Refinerynya bikinan perusahaan asing.  Dan beroperasi 
normal.  Tapi jelas nggak cukup -- karena konsumsi dalam negeri naik 
terus.  Namanya juga barang subsidi -- ya pasti konsumsinya juga seenak udel.

Jangan keburu anti asing - sebelum melihat kenyataan bahwa yang 
paling pintar ngejarah ekonomi itu ternyata orang kita sendiri juga...


Seandainya Hugo Chavez adalah presiden Indonesia, bukan venezuela...

Hmmm kalau Hugo Chavez jadi presiden Indonesia - maka angka inflasi 
di Indonesia bukan 8,9% -- tapi 29%...  Sama seperti angka inflasi 
yang sekarang ada di Venezuela.

Coba anda pilih, mending mana inflasi 9% atau 29%...?

(Kalau diukur berdasarkan performa ekonomi, mungkin orang Venezuela 
lebih pingin punya presiden SBY ketimbang Hugo Chavez)

Buat saya sih ukuran becus atau tidaknya seorang pemimpin - bukan 
diukur dari seberapa kencang atau seberapa sering dia ngomong.  Itu 
cuma ilusi dan propaganda.

Pakai saja ukuran performa ekonomi.
Salah satu diantaranya adalah angka inflasi.




Re: [Keuangan] Antar kenaikan BBM, SBY dan Demokrat

2008-05-13 Terurut Topik Wawan Taufiq Nasich

Great post,
I admire the clarity of your thought process.

This is one of the smartest post in this milist.

I especially love this line :

 Hmmm kalau Hugo Chavez jadi presiden Indonesia -
 maka angka inflasi 
 di Indonesia bukan 8,9% -- tapi 29%...  Sama seperti
 angka inflasi 
 yang sekarang ada di Venezuela.


--- Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote:

 At 04:11 PM 5/13/2008, you wrote:
 
 Berikut adalah diskusi dengan seorang teman di milis
 lain.
 Beberapa bagian telah saya edit sedikit.
 
 ==
 
 Yang gue gak setuju. BLT.
 Ngajarin orang jadi males.
 Gak mau usaha.
 Easy money.
 Mental pengemis.
 Gak heran jumlah pengemis di pinggir jalan jadi
 bertambah banyak.
 
 
 Saya rasa BLT adalah bentuk bantuan paling tepat. 
 Mengapa?  Karena 
 alternatifnya nggak lebih baik.
 Dengan bentuk tunai - maka bantuan itu bisa berubah
 menjadi apa saja 
 sesuai dengan kepentingan dan prioritas
 masing-masing penerima bantuan.
 
 Coba kita bayangkan kalau bantuan itu dalam bentuk
 barang (semisal 
 beras atau paket sembako) -- akan jadi masalah. 
 Mengapa?  Karena ada 
 ongkos transportasi, logistik, dan berbagai hal
 tetek bengek lainnya 
 yang perlu ada, hanya sekadar untuk membagikan beras
 (atau paket 
 sembako).  Belum lagi birokrasinya.  Ongkos ini
 siapa yang 
 bayar?  Kalau ternyata yang bayar pemerintah --
 berarti itu akan 
 dipotong dari jatah yang akan diterima masyarakat
 miskin.
 
 Itu baru dari sisi administrasi pembagian bantuan.
 Bagaimana dengan sisi penerimanya?
 
 Tidak semua orang butuh beras dalam jumlah sama. 
 Demikian juga paket 
 sembako lainnya.
 Di sisi lain, kebutuhan tiap orang berbeda-beda. 
 Bisa kita bayangkan 
 kalau sebuah keluarga menerima paket bantuan dari
 pemerintah dalam 
 bentuk sembako -- padahal anaknya lagi sakit.  Tentu
 buat mereka anak 
 sakit itu mungkin lebih prioritas - dan bila
 demikian maka bisa saja 
 paket sembako itu dijual, supaya dapat duit - dan
 selanjutnya duit 
 itu dipakai untuk beli obat.  Efektivitas bantuan
 akan turun 
 drastis.  Kalau memang akan berubah jadi duit dulu
 -- kenapa nggak 
 dibagikannya duit saja?
 
 Supaya bantuan lebih optimal - maka bentuk terbaik
 adalah dalam 
 bentuk tunai.  Tidak ada ongkos transportasinya
 (berarti yang di 
 gunung ataupun di kota akan terima sejumlah sama).  
 Tidak ada ongkos 
 logistiknya (karena dibagi / dibayar via kantor
 pos).  Tidak ada 
 ongkos birokrasinya.  Alhasil bantuan itu bisa lebih
 utuh ketimbang 
 dalam bentuk lain.
 
 Soal pengemis - fenomena ini muncul karena memang
 profesi sebagai 
 pengemis masih lebih menguntungkan daripada menjadi
 tukang sampah 
 atau tukang sapu jalan misalnya.  Barrier entry-nya
 sangat 
 rendah.  Terlampau rendah.
 
 Ekonom Tyler Cowen membahas mengenai fenomena
 pengemis ini secara 
 gamblang dan elegan.  Ada di buku Discovering Your
 Inner Economist.
 
 
 Soal subsidi bbm, ini kesalahan kebijakan.
 Kita ekspor minyak mentah. Refinery di luar negri
 jadi bensin, 
 solar, minyak tanah dll.
 Yang mengilang dan ngekspor perusahaan minyak
 asing.
 Kita ekspor bahan mentah. Impor lagi sudah jadi
 produk jadi.
 Terang aja tekor.
 
 Indonesia juga punya kok refinery.  Tuh di Balongan.
 Tapi refinery ini pegang rekor dunia, sebagai
 refinery termahal di 
 dunia (ongkos pembuatannya 2x lipat refinery ukuran
 sama) sekaligus 
 juga sebagai refinery yang paling sering out of
 service (turun mesin 
 kira-kira 3 sampai 4 kali setahun).  Kenapa bisa
 begitu?  Karena 
 korupsi.  Sulit percaya kalau Ginandjar Kartasasmita
 nggak tau (atau 
 nggak terlibat).
 
 Ada refinery lain yang lebih kecil yaitu di Cilacap
 dan 
 Balikpapan.  Refinerynya bikinan perusahaan asing. 
 Dan beroperasi 
 normal.  Tapi jelas nggak cukup -- karena konsumsi
 dalam negeri naik 
 terus.  Namanya juga barang subsidi -- ya pasti
 konsumsinya juga seenak udel.
 
 Jangan keburu anti asing - sebelum melihat kenyataan
 bahwa yang 
 paling pintar ngejarah ekonomi itu ternyata orang
 kita sendiri juga...
 
 
 Seandainya Hugo Chavez adalah presiden Indonesia,
 bukan venezuela...
 
 Hmmm kalau Hugo Chavez jadi presiden Indonesia -
 maka angka inflasi 
 di Indonesia bukan 8,9% -- tapi 29%...  Sama seperti
 angka inflasi 
 yang sekarang ada di Venezuela.
 
 Coba anda pilih, mending mana inflasi 9% atau
 29%...?
 
 (Kalau diukur berdasarkan performa ekonomi, mungkin
 orang Venezuela 
 lebih pingin punya presiden SBY ketimbang Hugo
 Chavez)
 
 Buat saya sih ukuran becus atau tidaknya seorang
 pemimpin - bukan 
 diukur dari seberapa kencang atau seberapa sering
 dia ngomong.  Itu 
 cuma ilusi dan propaganda.
 
 Pakai saja ukuran performa ekonomi.
 Salah satu diantaranya adalah angka inflasi.
 
 
 
 
 
 =
 Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social
 interactive sambil bermain games atau just have fun
 together. Compulsory bagi new members start 1 Jan
 2008.
 http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
 =
 Perhatian: