[ac-i] dokumentasikronik sairara: wahai tamapakul!

2008-02-21 Terurut Topik sangumang kusni
Dokumentasi Kronik Sairara:
   
   
  WAHAI TAMPAKUL!
   
   
   
  Ah, barangkali kau katakan  bahwa aku orang sangat memboyakkan.Bolak-balik 
membicarakan hal yang itu-itu saja. "Bosan deh!". "Bosan!"
   
   
  Jika benar kau berkata demikian,  Sai, maka jawabku: Coba lihat, apakah di 
negeri ini orang bukannya suka melupakann sadar menjadi pelupa sejenis 
kepikunan kotemporer karena masih dibayangi oleh mentalitas ketakutan dan cari 
selamat bagi selembar nyawa hingga sanggup mencampakkan nilai manusiawi,  
menohok dari belakang kawan seiring, selama lebih dari tigawarsa.  Kadar 
kemanusiaan anak negeri menjadi demikian merosot di balik penampilan jas 
berdasi dan mobil keren terbaru, sambil membanggakan gelar akademi luar negeri 
tapi masih tak bisa membebaskan dari mental budak mendewakan sarjana-sarjana 
panutan dari luar. Tidak bisa menjadi dirinya sebagaimana sarjana-sarjana  ilmu 
sosial Amerika Latin. Gelar kesarjanaan bukan tanda kemerdekaan 
intelektualitas. Sarjana budak! Apakah yang bisa diharapkan dari mereka kecuali 
menyemai budakisme yang mendapat lahan subur di tengah kerancuan nilai?  
"Bosan" , hanyalah pernyataan lain dari pola pikir dan mentalitas "mie instan", 
nilai
 yang masih dominan di negeri kita sehingga suka pada "having fun" dan segala 
yang bercorak narsistik sebagai putera-puteri globalisasi kapalistik serta 
warisan Orba. 
   
   
  Indonesia bukan Arab. Indonesia bukan Amerika, bukan Belanda [ingat yang 
disebut Hollands denken dan yang disebut Belanda Godong, jika mengguanak  
istilah orang Jawa Tengah, yang sarinya tidak lain dari  pola pikir dan 
mentalitas budak?], bukan pula  Eropa Barat. Indonesia adalah Indonesia dengan 
syarat sejarah, budaya dan psikhologis sendiri. Pendewaan asing, kukira, tidak 
lain menunjukkan kita belum menjadi diri sendiri, masih menjadi manusia dan 
sarjana "catatan kaki". Namanya saja merdeka tapi belum merdeka. Apakah kita 
memahami arti kemerdekaan  dan anak manusia seta putera-puteri bumi, ketika 
diri kita sendiri pun kita tidak mengerti. Kita tak obah manusia gelembung 
sabun, tak obah sebagai daun masih hijau rontok dari pohonnnya, melayang-layang 
di udara dan jatuh di tanah. Lalu diinjak sepatu para yang lewat. 
   
   
  Karena itu aku kira, meng-Arab-kan , meng-Amerika-kan Indonesia atas nama apa 
saja, termasuk nama Tuhan sekali pun akan merupakan anjuran dan tindakan yang 
membawa kita ke jurang petaka. Tidak akan pernah menjadikan diri kita sebagai 
Indonesia , putera-puteri dunia. Ujud dari ketidakmampuan menjadi diri sendiri, 
menjadi Indonesia. Ketidak mampuan menggunakan kepala sendiri. 
   
   
  Coba saja, kau lihat Sai, jauh sebelum kedatangan orang Arab dan orang Barat, 
etnik-etnik di kawasan nusantara punya tatanan nilai sendiri untuk mengelola 
masyarakat mereka. Tatanan nilai dan sistem ini kemudian sejalan dengan invasi, 
terutama invasi ekonomi berkendaraan sarana politik, termasuk yang disebut immu 
antropologi dan ethnologi, disebut sebagai "ragi usang",, "budaya jin" jika 
menggunakan istilah Kelompok Subud yang sekarang aktif di Kalteng, "budaya 
setan" , menurut istilah sementara Kristen cupet dan kristen-kristenan, disebut 
"musyrik" oleh Islam. Tujuannya? Untuk menaklukkan Dayak, Dayak disebut 
"musyrik", "Dajakers", "primitif". Rasa rendah diri dikembangkan dengan 
berbagai cara. Kolonialisme disebut sebagai "la mission sacrée" yang 
menempatkan penindasan, masakre sebagai tindak beradab dan  sebagai 
membudayakan bangsa-bangsa yang disebut primitif. Atas nama Yesus dan tancapan 
salib, begitu Colombus mendarat di daratan Amerika pada 1492, tanah Amerindian 
 pun sah menjadi milik Spanyol. Australia disebut sebagai "terra in cognita".  
Dengan seruan Allahuakbar, bom diledakkan tanpa pandang bulu siapa yang menjadi 
korban dan sengaja tidak perduli akan  dampak ekonominya pada mayoritas  
lapisan masyarakat , terutama kaum jelata.  Bom Tuhan mensahkan segalanya. 
Tuhan diajak melakukan pembunuhan dan kriminalitas. Republik dan Indonesia 
hanya sebanding dengan hapalan 2 X 2. 
   
   
  Kau hitung saja,Sai, secara garis besar dan manual. Tidak usah menggunakan 
mesin hitung, berapa anak negeri ini yang sekali pun tinggal di Indonesia tapi 
asing dari Indonesia? 
   
   
  Wahai! Ini adalah suatu kewahaian yang tidak membanggakan siapa pun. Kecuali 
narsis yang bernegeri di diri sendiri. Siap jadi apa pun. Karena tak punya 
prinsip manusiawi. Sementara Robinson Crosoe hampir gila sendiri karena hidup 
sendiri. Jangan lihat jas dan dasi, jangan lihat gincu dan rok mengkilap serta 
dandanan mereka. Bangkai tetap bau sekali pun dibungkus dengan sutera mengkilap 
jenis apa pun. Alam akan mencatat sejarah dan bertutur  jujurkepada mereka yang 
kemudian bertanya dan mencari. Gejala tidak pernah bisa membantah  hakekat. 
Membiarkan diri dicengkram oleh penampilan semu hakekat begini, kukira,  Sai, 
kau akan terperangkap oleh dunia masyarakat  pertunjukan [la société de 
spectacle]. Dunia semu. Sedihnya, menjadi 

Re: [ac-i] Merti Dusun Grintingan di antara Merbabu - Merapi

2008-02-21 Terurut Topik sukarto karto
Tanya sedikit :
Apakah tidak keliru menyebut harinya y
23 Jumat Kliwon, 24 Sabtu legi, 24 Minggu pahing Februari 08.
Atau kalender saya yang eror yaaa

Guyoo aja lhooo...
mbah karto/[EMAIL PROTECTED]


On 2/21/08, kalangankalangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Merti Dusun Grintingan di antara Merbabu - Merapi
>
> Hajatan budaya tradisi komunitas `merti dusun' / `saparan' / `bersih
> desa' akan diadakan di dukuh Grintingan, desa Lencoh, kecamatan Selo,
> kabupaten Boyolali pada tanggal 23 dan 24 Pebruari 2008 (Sabtu Kliwon
> dan Minggu Legi, bulan Sapar).
> Hari Sabtu akan dilakukan pemasangan sesaji mulai tengah hari. Hari
> Minggu acara kesenian berupa pertunjukan seni rakyat `Sawung Galing'
> oleh kelompok seni komunitas lokal Sawung Gunung mulai sekitar jam
> 15.00 hingga tengah malam.
> >
> >
> >
> >
> Info ini diteruskan oleh :
> Lembaga Media Aksi Komunitas
> "KALANGAN"
>
> kekuatan seni budaya lokal
> pendidikan luar sekolah
> sumber daya manusia
> berdikari-swakelola-gotongroyong
> untuk pribadi merdeka
> untuk kebersamaan merdeka
>
> Sekretariat :
> Dusun Karang Balong RT02 RW05, ds. Bener, kec. Tengaran,
> kab. Semarang, Jateng, Indonesia
> Kontak :
> 081804206772 (didotklasta harimurti)
> 081914580100 (rebecca meckelburg)
>
> 
>


[ac-i] Kenapa Iklan Dimusuhi?

2008-02-21 Terurut Topik Hanny Kardinata
Benang kusut seputar dampak iklan pada masyarakat dan kebudayaan, didasarkan
pada kenyataan bahwa iklan memiliki pengaruh pada perilaku individu, sosial
bahkan kesenjangan sosial. Kekhawatiran umum terutama bersendi pada pendapat
bahwa motivasi memperoleh keuntungan merupakan motif utama dari aktivitas
periklanan yang dengan sendirinya akan menyebabkan manipulasi-manipulasi
informasi dan menimbulkan kultur konsumtif.
Kenyataan semacam itu dipertegas lagi lewat kritiknya Guy Debord yang
dikemas dalam *Society of the Spectacle. *Menurut pemikir Perancis seperti
disitir Yasraf Amir Piliang (1998:300) mengatakan, iklan, televisi, media
cetak dan pameran dagang, kini tidak lagi sekadar wacana untuk
mengkomunikasikan produk dan trend baru. Tetapi lebih berkembang menjadi
sebentuk tontonan massa. Maka, wacana produksi dan konsumsi di kota-kota
besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bandung, adalah
sebuah teater konsumerisme. Dengan mal sebagai panggung katedralnya, iklan
sebagai media komunikasinya, konsumen sebagai aktornya dan gaya hidup
sebagai temanya.

Pada gilirannya, perang melawan iklan pun meletus. Masing-masing kubu
berseteru untuk mempertahankan kepentingannya sendiri. Lalu para pemasang
iklan dituduh sebagai *creator of dissatisfaction.* Karena iklan yang
dirancang membentuk *unreal picture* terhadap kehidupan sehari-hari.

Pertanyaannya kemudian, haruskah iklan dilenyapkan? Simak selanjutnya
bahasan Sumbo Tinarbuko "Kenapa Iklan Dimusuhi?" di situs
DGI
.




-- 
Vote for *World Silent Day* (March 21, 2008), here: World Silent
Day
. 

Sign up for  *Earth Hour* (March 29, 2008) with me by visiting: Earth
Hour and
join the movement.


[ac-i] jurnal sairara: vonis terhadap bersihar lubis

2008-02-21 Terurut Topik sangumang kusni
Jurnal Sairara:
   
   
  VONIS TERHADAP BERSIHAR LUBIS 
   
   
   
  Pasa  20 Pebruari 2008 14:22 "Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Depok 
menjatuhkan vonis hukuman satu bulan penjara dengan masa percobaan tiga bulan 
bagi Bersihar Lubis", mantan wartawan TEMPO, Jakarta.
   
  Bersihar dijatuhi vonis demikian  lantaran tulisannya dianggap menghina 
Kejaksaan Agung. Menurut laporan Media [20 Februari 2008], "Teriakan cemoohan 
langsung terlontar dari puluhan wartawan dalam ruang sidang. Bahkan tim 
pengacara Bersihar langsung interupsi usai dakwaan. Mereka menilai vonis satu 
bulan penjara yang dijatuhkan terhadap Bersihar adalah bentuk otoriter penguasa 
terhadap kebebasan berpendapat".
   
   
  "Vonis ini lebih ringan dibanding tuntutan jaksa delapan bulan penjara", 
tulis wartawan Media. Sementara wakil dari Koran Tempo, Bambang Harimurti 
menandaskan vonis ini akan makin mendorong para jurnalis untuk menuntut 
penghapusan pasal 207 KUHP tentang Penghinaan Terhadap Institusi.
   
   
  "Bersihar dihukum karena menghina Kejagung melalui tulisan opininya di Koran 
Tempo edisi 17 Maret 2007 berjudul "Kisah Interogator yang Dungu". Tulisan ini 
adalah tanggapan Bersihar terkait pelarangan beredarnya novel Pramoedya Ananta 
Toer serta buku sejarah sekolah menengah pertama dan atas".
   
   
  Bersihar, yang merasa kecewa dengan putusan tersebut berniat untuk melakukan 
banding.


   
  "Saya merasa kecewa dengan putusan hakim. Bersama kuasa hukum secepatnya 
setelah menerima salinan putusan maka akan mengajukan banding," kata Bersihar, 
usai sidang di PN Depok, Rabu (20/2).
   
   
  Vonis tersebut lebih ringan dibandingkan dengan tuntutan Jaksa delapan bulan 
penjara karena melanggar pasal 207 KUHP.
  
 
  Bersihar menjelaskan, kata `dungu` itu bukan sepenuhnya berasal dari dirinya 
langsung melainkan kutipan dari Joesoef Isak. Tujuan tulisan itu adalah sebagai 
kritik atas masalah sejarah terkait pelarangan beredarnya novel Pramoedya 
Ananta Toer serta buku sejarah SMP dan SMU. "Tidak ada saksi dan alat bukti 
yang telah membuktikan kata dungu itu ditujukan kepada Kejaksaan Agung," 
jelasnya.
  

Ketua Majelis Hakim PN Depok, Suwidya mengatakan, Bersihar secara sah dan 
meyakinkan telah menghina institusi Kejaksaan Agung melalui tulisan opininya di 
Koran Tempo Edisi 17 Maret 2007 berjudul "Kisah Interogator yang Dungu".

Suwidya berharap, dengan putusan tersebut pada masa yang akan datang pendapat 
dari masyarakat dapat disalurkan secara bermartabat dan elegan, sehingga tidak 
menyalahi aturan hukum.


  Kuasa hukum Bersihar dari LBH Pers, Hendrayana, mengatakan bahwa putusan 
tersebut sangat ambigu dan merobek-robek rasa keadilan, serta membawa dampak 
terhadap kebebasan pers. "Seharusnya tulisan opini dibalas dengan opini tidak 
dengan hukuman bagi seorang penulisnya," jelasnya.

Putusan tersebut, menurut Hendrayana, merupakan kriminalisasi pers. Tulisan 
opini Bersihar pada dasarnya merupakan kritikan bukan menghina institusi negara.

Hendrayana mengatakan, pihaknya bakal melakukan judicial review terhadap pasal 
207 KUHP yang sudah tidak tepat lagi diterapkan bagi kasus-kasus serupa yang 
akan datang. Demikian laporan Majalah Gatra, Jakarta yang terbit minggu ini.
   
   
  Dari laporan di atas ada beberapa   masalah yang menarik perhatianku yaitu 
keteguhan Bersihar, solidaritas orang seprofesi, sikap pemegang kekuasaan 
[Dalam hal ini kekuasaan yudikatif], sikap terhadap kritik, kemampuan berbahasa.
   
   
  1. Bersihar Terus Bertarung:
   
  Sekali pun Majelis Hakim Pengadilan Negeri Depok telah menjatuhkan hukuman 
penjara 1 bulan dengan masa percobaan tiga bulan, Bersihar dengan kepala tegak 
memprotes hal yang dikatakan oleh kuasa hukum Bersihar dari LBH Pers, 
Hendrayana, sebagai "putusan tersebut sangat ambigu dan merobek-robek rasa 
keadilan, serta membawa dampak terhadap kebebasan pers" karena  "Seharusnya 
tulisan opini dibalas dengan opini tidak dengan hukuman bagi seorang 
penulisnya," 
   
   
  Bersihar bukan hanya tidak menyerah tapi akan meneruskan pertarungan dengan 
naik banding . Kasus Bersihar, kiranya berintikan masalah keadilan dan 
kebebasan berpendapat. Kebebasan melaporkan peristiwa, jika kita sepakat bahwa 
masalah mendapatkan informasi merupakan hak bagi semua orang. Untuk melanjutkan 
pertarungan membela keadilan, hak berpendapat dan memberi informasi serta 
menolak kriminalisasi pers,  Bersihar segera ingin melakukan naik banding. 
Semangat bertarung menggunakan jalur hukum ini, kukira, punya arti sendiri 
untuk sebuah negara yang menyebut diri sebagai Republik dan Indonesia.  Apalgi 
di tengah kekerasan masih dijadikan jalan pintas menyelesaikan konflik. Orang 
Baduy  sebelum Republik Indonesia berdiri saja sudah  punya tradisi sederhana 
tapi mendasar: "Dilarang untuk melarang".  Semangat bertarung yang ditunjukkan 
oleh Bersihar adalah sejajar dengan tradisi leluhur berbagai etnik di tanahair, 
sesuai pula dengan hukum primer bahwa "di mana ada penindasan
 m

[ac-i] Diskusi YJP: Demokrasi ala Feminis, Gadis Arivia, Musdah Mulia, Nur Iman Subono

2008-02-21 Terurut Topik MGR
http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=agenda%7C-58%7CX

UNDANGAN

  Diskusi Yayasan Jurnal Perempuan

  Demokrasi ala Feminis

  Pembicara: Gadis Arivia, Musdah Mulia, Nur Iman Subono
   Moderator: Dewi Setyarini
  

  Jumat, 22 Februari 2008
  Pukul 15.00-17.00  WIB
  Yayasan Jurnal Perempuan
  Jl. Tebet Barat VIII No. 27 Jakarta Selatan 12810
  Telp 021. 8370-2005  

  Demokrasi di Indonesia adalah peluang bagi setiap pihak untuk menyalurkan 
aspirasinya. Tak terkecuali bagi mereka yang memanfaatkan prosedur demokrasi 
yang pada akhirnya beriktikad membunuh demokrasi. Seperti munculnya Perda-perda 
dan undang-undang yang diskriminatif, khususnya terhadap perempuan, yang 
mayoritas berbasis syariat. 

Sedangkan demokrasi di negeri ini baru dimaknai sebagai penguasaan dan 
kemenangan terhadap prosedur demokrasi yang juga dihitung sebagai target dari 
tercapainya proses demokratisasi. Melalui penguasaan dan kemenangan itu segala 
bentuk peraturan yang diskriminatif seolah-olah lahir dari rahim demokrasi. Tak 
ada riwayat bagi kelompok minoritas yang tidak mungkin bisa menang dalam 
“demokrasi yang maskulin” macam ini: yang lebih mementingkan kemenangan dan 
menciptakan konsituen sebanyak-banyaknya dan sekuat-kuatnya. 

Sedangkan para feminis memandang demokrasi adalah peluang bagi terciptanya 
kepedulian, tolak-ukur demokrasi bukanlah kemenangan dan penguasaan, namun 
tercapainya tatanan masyarakat yang bebas dari diskriminasi, kesetaraan (tak 
ada yang mayoritas dan minoritas) dan pengakuan terhadap keragaman. 

Untuk bahasan lebih lanjut tentang tema ini, ikuti diskusi Yayasan Jurnal 
Perempuan yang menghadirkan pembicara: Gadis Arivia (Pendiri Yayasan Jurnal 
Perempuan), Musdah Muliah (Ketua Umum ICRP) dan Nur Iman Subono (Pendiri 
Yayasan Jurnal Perempuan, Pemimpin Redaksi Jurnal Demokrasi Sosial)

  Untuk informasi lebih lanjut kontak:
  Nur Azizah
  0818-064-884-63
  e-mail: [EMAIL PROTECTED]

  Diskusi ini tidak memungut biaya sedikit pun, selain datang untuk diskusi 
anda bisa juga mendapatkan terbitan Yayasan Jurnal Perempuan: jurnal, buku, 
kliping tentang isu perempuan (dari tahun 1996), video, kaset untuk program 
radio jurnal perempuan, dll



   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[ac-i] Gelar & Dialog Tari: Bedhaya Bengawan Solo

2008-02-21 Terurut Topik infomataya
Gelar dan Dialog Tari
24 Februari 2008, pk. 19.30 wib
Pendhapa Wisma Seni TBJT
Jl. Ir. Sutami 57 Surakarta

Bedhaya Bengawan Solo
karya: Djarod B. Darsono – STUDIO TaKsu Solo

Pendekatan Training dalam
Ruang Penciptaan
Karya: Fajar Satriadi


pembahas:
Wahyu Santoso Prabowo & Sri Hadi Bismo

Kerjasama Taman Budaya Jawa Tengah dan Komunitas Wisma Seni




[ac-i] Laporan dari Washington DC(21-2-2008)

2008-02-21 Terurut Topik Yuno Baswir
Subject:  [forum-iki] Laporan-Gebrakan Seni Kalatida (GSK) Memperingati Hari 
HAMKA di depan KBRI
Washington DC 17 Februari 2008
Date: Wed, 20 Feb 2008 02:12:27 -0500
From: Tomy Nasution <[EMAIL PROTECTED]>
IMAAM NET <[EMAIL PROTECTED]>
   
  
Laporan-Gebrakan Seni Kalatida (GSK) Memperingati Hari HAMKA di depan KBRI 
Washington DC Minggu, 17 Februari 2008, pukul 3:00 sore,  dalam suhu yang 
dingin,  tepat di depan gedung KBRI Washington DC,  Gerakan Seni Kalatida (GSK) 
yang dilakukan oleh Yuno Baswir mulai bekerja memasang segala 
perlengkapan/atribut untuk memperingati hari HAMKA, dibantu oleh rekan Nina 
Marzoeki.Ada Kain ulos yang dihamparkan di pagar, yang walaupun berasal dari 
Sumatra Utara tapi cukup mewakili asal kelahiran beliau, Maninjau, Sumatra 
Barat.
   
  Ada sebungkus sampah di plastik yang digantung di pagar ,  melambangkan 
nilai-nilai yang jelek, sifat-sifat buruk manusia, yang harus dibuang dari 
dalam diri kita sehingga kita menjadi suci bersih, sesuai dengan 
nilai-nilai/pesan-pesan yang diwariskan oleh HAMKA dalam karya-karyanya. 
Kemudian aku, Tomy Nasution datang membantu mereka. Ada foto-foto beliau yang 
ditempelkan di pagar, mengenakan kopiah dan sarung yang dibalut di leher yang 
memang menjadi ciri khas beliau, dengan raut wajah yang ramah dan menampakkan 
kesejukan.
   
  Tak berselang lama,  suara Nina Marzoeki  yang mengalun,  diiringi nada-nada 
petikan gitar tua-peninggalan kawan kita bung Ramadhan Pohan,  yang kumainkan, 
mulai membacakan puisi-puisinya Rendra.Saatitu juga, seniman Yuno Baswir, 
spontan menyapu sebuah kanvas dengan warna dominan merah  yang bertulisan " 
HAMKA  1908-2008 ".Berikutnya giliran seniman kita dengan suara khasnya yang 
tebal dan lantang namun mengalun merdu, menyanyikan sebuah lagu karyanya 
sendiri berjudul " Merpati-Merpati " (secara kebetulan, saat itu juga 
sekelompok burung terbang rendah berarak seakan menyambut lagu 
tersebut).Kemudian bung Yuno membacakan puisi, juga karyanya sendiri berjudul " 
Flora dan Fauna ".Lalu dia membacakan puisi-puisinya Kahlil Gibran ditemani 
nada-nada yang kumainkan melalui gitar.
   
  Selanjutnya bung Yuno membacakan sebuah monolog yang mengajak kita untuk 
mengubah cara pandang,  tidak hanya selalu dari sisi yang sama, tapi lihat juga 
dari sisi lain (sekelompok burung tersebut muncul lagi).Seorang anak kecil jika 
dilihat dari atas atau dari pandangan orang dewasa akan terlihat kecil.Namun 
jika kita berbaring sejajar dengan kaki anak kecil itu di bawah dan melihatnya 
ke atas, maka yang terlihat adalah seorang raksasa yang tinggi 
besar.Selanjutnya dikisahkan dengan para seniman yang gelisah akan kedatangan 
para kolektor, kurator, dan penggila karya-karya seni yang  akan membeli 
karya-karya mereka.Di benak mereka mulai bermunculan angka-angka yang fantastis 
jumlahnya.Mereka mulai sibuk memasang harga-harga pada karya-karya 
mereka.Mereka juga siap untuk membuat karya-karya yang sudah dipesan oleh para 
kolektor dan kurator.Seniman-seniman tersebut tidak memikirkan lagi untuk 
membuat suatu karya yang original, murni, bermutu tinggi, dan lepas dari 
permintaan
 pasar/uang.Hal-hal tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang 
diajarkan/diingatkan oleh HAMKA melalui karya-karyanya, ceramah-ceramahnya dan 
tercermin dalam kehidupan/kepribadian beliau yang religius, dan sarat akan 
nilai-nilai kebaikan, seperti  ; luhur, bersahaja, santun, mental yang kuat, 
jujur, ringan tangan, dan lain   sebagainya.Sehinggatidak mengherankan, jika 
guratan-guratan pena yang dihasilkan beliau sangat indah struktur bahasanya, 
dan mengandung makna  tersirat yang sangat
dalam.Karena memang sumber inspirasi beliau berasal dari
Al-Qur'an.Sudahmenjadi pemandangan yang biasa jika para pendengar
ceramahnya selalu .Seperti halnya nabi Muhammad SAW yang sangat
memikirkan/mengkhawatirkan nasib umatnya menjelang kepergian beliau
menghadap Rabbnya, maka HAMKApun meninggalkan karya-karya yang bernilai dan 
bermutu tinggi untuk mempersiapkan generasi berikutnya.
  Di penghujung monolog yang dibacakan Yuno, seorang kawan, uda Wir bergabung 
mengiringi dengan memainkan saluang (alat musik tiup dari Sumatra Barat).Acara 
peringatan ini terus bergulir dengan bergabungnya kawan-kawan kita yang lain, 
Nani dan Afdal,  yang bernyanyi bersama kita semua, menyanyikan lagu-lagu " 
Onde-Onde ", " Kambanglah Bungo ", " Tanah Airku Indonesia ", dan lagu-lagu 
lainnya. 
   
  Dinginnya udara menjadi berkurang kurasakan karena hangatnya suasana, 
walaupun sebenarnya masih dingin kurasakan, maklum asli orang 
Indonesia!!Hahaha!!Menjelang magrib acara inipun selesai.
   
  Kesanku acara ini terkemas dengan baik dan berjalan dengan
lancar.Mantap!!.Jangan khawatir, acara ini terabadikan dalam foto dan
video.Namun seperti kata bung Yuno, shaa  
(pangkal) 
sukses y….
   
  Membunuh seorang manusia, sama saja dengan membunuh semua manusia di muka 
bumi ini.
  Menyelamatkan seorang manusia, sama saja dengan menye

[ac-i] Re: Gelar & Dialog Tari: Bedhaya Bengawan Solo

2008-02-21 Terurut Topik mediacare
> *
>
> Gelar dan Dialog Tari
> *
>
> 24 Februari 2008, pk. 19.30 wib
>
> Pendhapa Wisma Seni TBJT
>
> Jl. Ir. Sutami 57 Surakarta
> *
>
> Bedhaya Bengawan Solo
> *
>
> karya: Djarod B. Darsono – STUDIO TaKsu Solo
> *
>
> Pendekatan Training dalam
> *
>
> Ruang Penciptaan
>
> Karya: Fajar Satriadi
>
>
>
> pembahas:
>
> Wahyu Santoso Prabowo & Sri Hadi Bismo
>
> Kerjasama Taman Budaya Jawa Tengah dan Komunitas Wisma Seni
>



[ac-i] Laku Seribu atau Sepuluh Ribu

2008-02-21 Terurut Topik Anwar Holid
Laku Seribu atau Sepuluh Ribu
-
>> Anwar Holid

ORANG bisa bilang apa saja tentang buku yang laris atau seret, dan 
mungkin pendapat kontradiktif itu sama-sama benar dari sudut pandang 
masing-masing. Segi positif buku laris ialah ia menggairahkan pasar 
dan menjanjikan kesuksesan bagi setiap orang yang terlibat 
menggarapnya. Buku bisa laris dengan caranya sendiri, dan terkadang 
tetap seret meski seratus satu cara sudah dilakukan untuk membuatnya 
laku. 

Orang perbukuan sering terheran-heran kenapa sebuah judul bisa laku 
tapi juga kerap takjub kenapa usaha membuat buku laris gagal. Bila 
sudah sulit cari alasan kenapa buku laris, mereka baru menganggap 
buku itu sebagai "berkah penulis" atau "rezeki penulis", biar 
pembicaraan selesai. 

Simak ucapan Curtis Sittenfeld, novel debutnya Prep versi hardcover 
secara mengejutkan terjual lebih dari 133.000 kopi di AS per Mei 
2007, sedangkan versi paperback laku 329.000 kopi. Novel itu berkisah 
tentang perkembangan jiwa remaja yang tumbuh di sekolah asrama. Waktu 
belum selesai menulis, teman-teman dia meledek. "Buku tentang sekolah 
asrama sudah banyak, kenapa kamu menulis itu lagi?" Tapi setelah 
bukunya jadi best seller, dia dengar orang meremehkan buku 
itu. "Jelas saja buku itu laris, itu kan buku tentang sekolah 
asrama!" Dia hanya mesem menyimak itu. Faktanya, buku kedua dia (The 
Man of My Dreams) penjualannya lebih seret, meski diterbitkan dengan 
mengandalkan kesuksesan yang sudah barusan dia raih. Prakiraan dan 
rencana untuk buku kedua itu meleset jauh dibandingkan uang muka yang 
dia terima.

Penerbit mencintai buku, tapi mereka juga melihat buku sebagai 
komoditas. Penerbit dituntut bisa menjual dan mereka suka buku yang 
punya pesan pemasaran jelas. Karena itu penerbit senang dengan segala 
bentuk jaminan yang bisa membuat terbitan mereka laku, baik judul 
tersebut baru menang sayembara penulisan, diangkat sebagai film, 
masuk dalam berbagai daftar "buku terbaik", dipuji-puji oleh kritikus 
yang disegani atau diulas media terkemuka, jadi topik hangat di 
berbagai milis dan blog.

Penerbit terus berusaha seakurasi mungkin mengetahui selera pasar, 
tujuannya agar mereka secara persis bisa menyediakan buku yang 
dibutuhkan calon pembeli, memproduksi buku sebanyak-banyaknya karena 
tahu bahwa pasar bakal menyerapnya. Mereka memperhatikan dinamika 
pasar, bertanya pada pemerhati buku, mendeteksi sedini mungkin ke 
ceruk dan kelompok pasar khusus, bahkan kalau perlu melakukan 
gebrakan pasar dan melontarkan isu kontroversial. Penerbit berusaha 
mengetahui selera konsumen, yang kerap merupakan misteri besar yang 
menarik namun sulit dan pelik untuk dipecahkan, sebab pertaruhan 
penerbit memang di penjualan. Begitu gagal memancing dengan umpan 
judul yang mereka lempar, bisnis segera bermasalah. Begitu penjualan 
turun, imbasnya bisa terasa sampai ke bawah-bawah.

Menjadikan buku laris memang persoalan yang patut dipecahkan. Kalau 
satu judul bisa laku ratusan ribu kopi, kenapa judul lain perlu 
menunggu satu tahun untuk terjual seribu kopi? Semua orang akan 
girang bila dagangannya laris, dan bakal manyun menghadapi barang 
yang menumpuk di gudang. Demi melempangkan jalan agar laris, penerbit 
menempuh berbagai cara, mulai dari yang biasa hingga mengejutkan. 
Mereka tahu bahwa buku laris itu dipengaruhi banyak faktor. Tapi 
kalau diselisik, penerbit yang bisa mendayakan berbagai faktor itu 
hanya sedikit; itu jelas dipengaruhi oleh kemampuan penerbit. Misal, 
sejauh ini hanya satu-dua penerbit Indonesia yang mampu beriklan 
secara rutin di media massa, antara lain GPU bareng sesama kawan di 
KKG, mengiklankan "Book of the Month." Meski begitu kini semua 
penerbit bisa beriklan lebih murah, ialah lewat milis ataupun blog.

Ahmad Taufiq dari Ufuk Press menyatakan setidaknya ada tiga faktor 
yang bisa membuat sebuah judul laku, pertama, reference's group; 
kedua, word of mouth (getok tular); ketiga, buku yang "menggedor" 
pembaca. Begitu satu judul memenuhi salah satu faktor---idealnya 
memenuhi semua, bisa dijamin buku tersebut bakal dicari-cari orang. 

Sayang kita sering dengar berita penerbit bisa malas-malasan 
mendukung buku bila mereka kehilangan feeling bahwa judul tersebut 
bakal laris. Kejadian menjengkelkan itu bisa menimpa siapa saja. 
Penerbit sering membiarkan satu judul bertarung sendirian di toko, 
melepaskan mereka menjalani tes pasar. Kalau sukses akan dicetak 
ulang, kalau gagal tinggal ditunggu pulang. Padahal fakta porsi 
terbesar keuntungan finansial buku jatuh ke penerbit, bukan penulis; 
wajar bila penerbit yang mestinya mau mengusahakan agar produknya 
laku. Mau berhasil menjual seribu atau sepuluh ribu, jelas bergantung 
banyak pada keputusan penerbit bersangkutan. 

ORANG bisa mereka-reka jawaban apa pun untuk setiap keberhasilan dan 
kegagalan sebuah buku. Sebagian orang mengaku kepalanya mau pecah 
kebingungan menjual tiga ribu kopi dalam setengah tahun, namun 
sebagian lagi ternyata 

[ac-i] Merti Dusun Grintingan di antara Merbabu - Merapi

2008-02-21 Terurut Topik kalangankalangan
Merti Dusun Grintingan di antara Merbabu - Merapi

Hajatan budaya tradisi komunitas `merti dusun' / `saparan' / `bersih
desa' akan diadakan di dukuh Grintingan, desa Lencoh, kecamatan Selo,
kabupaten Boyolali pada tanggal 23 dan 24 Pebruari 2008 (Sabtu Kliwon
dan Minggu Legi, bulan Sapar). 
Hari Sabtu akan dilakukan pemasangan sesaji mulai tengah hari. Hari
Minggu acara kesenian berupa pertunjukan seni rakyat `Sawung Galing'
oleh kelompok seni komunitas lokal Sawung Gunung mulai sekitar jam
15.00 hingga tengah malam.
>
>
>
>
Info ini diteruskan oleh :
Lembaga Media Aksi Komunitas
"KALANGAN"

kekuatan seni budaya lokal
pendidikan luar sekolah
sumber daya manusia
berdikari-swakelola-gotongroyong
untuk pribadi merdeka
untuk kebersamaan merdeka

Sekretariat :
Dusun Karang Balong RT02 RW05, ds. Bener, kec. Tengaran,
kab. Semarang, Jateng, Indonesia
Kontak :
081804206772 (didotklasta harimurti)
081914580100 (rebecca meckelburg)




Re: [ac-i] GANDUNG JOGJA ART TRIP

2008-02-21 Terurut Topik mulia nurhasan
Salam Pak Abdul,

Terimakasih infonya, saya catat.
Adakah program khusus batik journey di Indonesia, atau mungkin Jogja, Solo, 
Bali?

Kebetulan ibu angkat saya disini mantan pembatik satu satunya di Norwegia. 
Beliau sudah mbatik selama 10 tahun, tapi harus berhenti karena satu dan lain 
hal. Namun koleksi batiknya masih banyak sekali.

Sayangnya beliau belum pernah ke Indionesia. Beliau belajar mbatik dari 
Belanda. Saya sangat ingin merencanakan batik jouney untuk beliau. Mohon info 
terkait, alamat industri batik, musium batik (selain musim tekstil Jakarta, ada 
kah?) dan lain lainnya.

Terimakasih sebelumnya
Mulia


- Original Message 
From: abdul malik <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; 
artculture-indonesia@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; 
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; 
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, February 19, 2008 7:45:57 AM
Subject: [ac-i] GANDUNG JOGJA  ART TRIP


Teman-teman,
 
 GANDUNG JOGJA ART TRIP merupakan program terbaru dari
 seorang pengemudi becak asli Jogja. Anda akan
 menemukan sebuah pengalaman paling menakjubkan ketika
 anda bertandang ke kota Yogyakarta bersama Gandung.
 
 Bila anda ingin menikmati petualangan mengunjungi
 galeri,museum dan studio seniman di Jogja maka anda
 tinggal kontak ke Hp: 
 no Hp: 0819.0423.237781
 
 Durasi tak terbatasi dan anda bisa memulai perjalanan
 anda dari lokasi dimana anda saat itu berada. GANDUNG
 JOGJA ART TRIP akan menjemput anda.
 
 PROFILE TOUR GUIDE:
 
 GANDUNG a.k.a Wahyudiono merupakan seorang pengemudi
 becak yang handal dan mempunyai ragam pengalaman sejak
 dirinya berumur 10 tahun. Tahun 1979 dirinya mulai
 mencoba mengendarai becak milik ayahnya yang juga
 berprofesi sama. 
 
 Ketika pukul 3 dinihari Gandung kecil, dengan becak
 ayahnya mulai mangkal di sebuah perempatan jalan
 Wirobrajan Yogyakarta hingga pukul 6 pagi. Setelahnya
 Gandung akan mandi dan berangkat sekolah. 
 Sekolah SD INPRES Tegal Mulyo 2 Yogyakarta dia
 tinggalkan hingga kelas 6.
 
 Menurutnya baca tulis telah dikuasai itu sudah lebih
 dari cukup. Toh, mencari alamat untuk penumpang dan
 menghitung uang sudah dapat dikuasainya.
 
 Diusia 39 tahun ini Gandung ingin menawarkan jasanya
 pada pecinta wisata seni dan budaya yang ingin
 mengunjungi kota tua jogja ini.
 
 Ketika ditanya berapa penghasilan dalam rentang satu
 hari dirinya sulit untuk mengatakannya. Menurutnya
 pendapatan paling minimal saja sulit apalagi yang
 maksimal. Namun dirinya menghendaki 3 anaknya bisa
 melampaui dirinya dalam menempuh pendidikan. 
 
 Bersama istri yang kini menjadi pekerja manual loundry
 untuk baju tetangganya, anak lelaki pertamanya kini
 sedang menempuh SMP PGRI Sonopakis kelas 1. Anak
 perempuan kedua di SD Taman sari III klas 5, anak
 perempuan ketiganya kini di SD Taman Sari III klas 4.
 
 Sejak tahun 1999, Gandung telah bisa mempunyai
 becaknya sendiri. Ada tga paguyuban becak perhotelan
 yang dia ikuti. Dari Hotel NATAPUTRA, hotel ANDIKA
 PUTRA, dan hotel ASRI dirinya menggantungkan limpahan
 penumpang. 
 
 Pengalaman bertumbuh dengan atmosfir seni telah
 dimulai sejak umur 5 tahun sejak tahun 1974. Kampus
 ASRI [Akademi Seni Rupa Indonesia ] yang berlokasi di
 Gampingan menjadi halaman bermain dirinya. Sehingga
 Gandung mengetahui dari dekat calon-calon seniman yang
 sedang menempuh pendidikan di kampus tersebut.
 
 Untuk anda yang ingin menggunakan jasa becaknya
 silahkan hubungi di mobile phone.
 
 GANDUNG
 no Hp: 0819.0423.237781
 bila ingin bertemu lebih baik bila anda salingberjanji
 di 
 Jogja National Museum
 Jl. Amri Yahya 1 Yogyakarta
   
  
Looking for last minute shopping deals?  
Find them fast with Yahoo! Search.

  











  

Be a better friend, newshound, and 
know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.  
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ 


[ac-i] Konse Jazz Michiel Borstlap

2008-02-21 Terurut Topik infomataya
Undangan
Invitation

Konser Jazz
MICHIEL BORSTLAP
ELDORADO CONCERT
Michiel Borstlap : Keyboards
Boudewijn Lucas : Bass guitar
Erick Kogger : Drums
Sanne Van Hek : Trumpet
Rabu, 5 Maret 2008
19:30 WIB
Teater Besar ISI Surakarta
Jl.Ki Hajar Dewantara 19
Jebres, Solo

Undangan & Informasi
Fafa : 08122627611

Program ini terselenggara berikut kerjasama
UPT Ajang Gelar ISI Surakarta Bening Arts Management Erasmus Huis




[ac-i] Kabar dari Washington DC re: UlTah HAMKA

2008-02-21 Terurut Topik Yuno Baswir
Salam hangat!
-y
===
Duta Mardhin(tokoh masyarakat Indonesia di DC)
melaporkan:
  From   dutamardin umar <[EMAIL PROTECTED]>  
Sent  Sunday, February 17, 2008 0:51 am 
To  iki <[EMAIL PROTECTED]> 
Subject  [forum-iki] Puisi Itu Sudah Mulai Dibaca 
   
   
  Sobat,
  Malam ini, 16 Februari 2008, di rumah keluarga H. Hasan Husein,
sajak itu sudah mulai dibaca. Yang memulai siapa lagi kalau
bukan seniman serba bisa Yuno Baswir.
   
  Sebenarnya hajatan dimalam itu dipasang niat untuk temu
silaturahmi sambil syukuran setelah selamat kembali dari
menunaikan ibadah haji dan arisan Bundo Kandung. Namun
kehadiran Uda Yuno yang saat ini sedang mendobrak
Washington, DC sayang untuk dilewatkan begitu saja.
   
  Tentu dia tidak menolak todongan itu. Maka mengalirlah
3 puisi yaitu Kata Nenekku yang dibuat oleh Yuno di 1994 dan
dibacakan didepan umum untuk pertama kalinya pada peresmian
Madrasah Indonesia di Bethesda, MD pada Maret 1996.
Sajak ini berkisah kegusaran nenek akan carut marut bangsa.
Namun si cucu merespon bahwa masih ada sisi positif untuk
digantungkan harapan masa depan. Puisi kedua "AKU" oleh
Chairil Anwar dibacakan oleh Yuno tanpa teks. Sajak ketiga
adalah "Lae Pohan" oleh Yuno Baswir dibuat 10 Februari 2008.
Sebagai ungkapan kerinduan pada seorang kawan di Jakarta
yang entah kenapa mulai aktif juga di milis ini. Pertanyaan
"entah kenapa" ini berasal dari mulut sdra Yuno sendiri lho
  Uda Yuno mengingatkan hadirin akan ulangtahun kelahiran
Buya HAMKA yang ke 100 tahun pada besok 17 Februari 2008.
Sekalian berharap kita bisa meniru Buya akan kepiawaian
tokoh ini dalam merangkai kata-kata yang akhirnya beujud
pada puluhan buku dan novel yang enak dibaca dan perlu
  Wah malam ini hadirin yang memadati rumah Haji Hasan
tak kurang 50 orang sangat dimanjakan, baik lambungnya
dengan beragam makanan maupun jiwanya dengan pesan
pesan bernas puisi. Kepuasan hadirin juga tercermin pada
ajakan nyonya rumah Hj. Syafrida untuk menyumbang $5
untuk bantuan pendidikan anak yatim, yang direspon dengan
baik. Dana terkumpul sebesar $235.
   
  Arisan bulan berikutnya dirumah Uni Lis di Herndon tanggal
22 Maret 2008. Pertemuan ini terbuka untuk khalayak ramai,
baik peserta arisan maupun bukan. Insya Allah Uda Yuno
bisa hadir pula dengan puisinya.
  Wassalam
duta
  -- 
---
Alam Terkembang Menjadi Guru
www.west-sumatra.com
   

   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[ac-i] 89.2 FM Green Radio: Selamatkan Jakarta dengan Bakau

2008-02-21 Terurut Topik MGR
http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detail&cat=news&id=38


89.2 FM Green Radio: Selamatkan Jakarta dengan Bakau
Sabtu 23 Februari 2008, Komunitas Utan Kayu, melalui Radio Utan 
Kayu akan mengadakan kegiatan tanam bakau sebanyak 200 bibit. Acara tersebut 
merupakan perayaan ulang tahun Radio Utan Kayu yang kedua. 

Lokasi penanaman pohon bakau akan berlangsung di Taman Wisata Alam Angke pada 
pukul 8 pagi. Sementara para peserta yang akan ikut serta menanam berkumpul 
bersama di komplek Komunitas Utan Kayu Jalan Utan Kayu No 68H Jakarta Timur 
pukul 7 pagi. Selain tanam bakau, acara tersebut akan diisi dengan soft 
launching nama baru Radio Utan Kayu menjadi 89,2 FM Green Radio, The Eco 
Lifestyle of Jakarta.

Kegiatan ini bertema “Selamatkan Jakarta dengan Bakau” bekerjasama dengan 
Jakarta Green Monster dan didukung oleh Perusahaan Listrik Negara, Kementrian 
Lingkungan Hidup, Departemen Kelautan dan Perikanan, XLcomindo, dan Bluescope 
Steel.
  
 89,2 FM Green Radio, The Eco Lifestyle of Jakarta, adalah metamorfosa dari 
Radio Utan Kayu. Alasan memilih nama baru sebagai Green Radio, menurut Nita 
Roshita Kepala Bagian Program 89.2 FM Green Radio, “kami ingin melayani publik 
Jakarta dengan memberi perhatian lebih pada upaya menyelamatkan manusia dan 
lingkungannya. Kami risau dengan banjir yang makin parah di ibu kota. Kami 
turut dalam kecemasan dunia, atas perubahan iklim dan pemanasan global.”
 
89,2 FM Green Radio, The Eco Lifestyle of Jakarta menyediakan diri untuk 
menjawab kebutuhan masyarakat Jakarta untuk hidup yang lebih nyaman di 
lingkungan urban. Nyaman dalam kehidupan sosial, politik maupun dengan 
lingkungan yang semakin hijau. Radio ini akan aktif untuk memajukan gerakan 
hijau, pemberdayaan dan toleransi dalam semua aspek kehidupan.
  
 Kontak 
 Nita Roshita
 89,2 FM Green Radio, The Eco Lifestyle of Jakarta
 Jl. Utan Kayu No 68H Jakarta
 e-mail: [EMAIL PROTECTED]
   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.