[ac-i] Romantika Kota Gedhe

2008-06-26 Terurut Topik jn_82

Romantika Kota Gedhe

Untuk melihat foto dan artikel kota Gedhe klik

( http://alambudaya.blogspot.com/2007/10/kota-gedhe.html
http://alambudaya.blogspot.com/2007/10/kota-gedhe.html  )

Kota Gedhe salah satu lokasi kota kuno yang merupakan peninggalan
kerajaan dan dan istana mataram islam yang masih tersisa dan terawat
dengan baik di Yogyakarta, Kota Gedhe hanya berjarak 4 kilometer dari
pusat kota jogja. Lokasi kota tua ini banyak dikenal orang dengan
sebutan Kota Gedhe, untuk mencapai lokasi ini sangatlah mudah, karena
hampir semua orang asli Yogya mengetahui Kota Gedhe ini termasuk
tentunya Pemandu wisata. Untuk melakukan perjalanan ke Kota Gedhe ini
dengan memakai angkutan umum kita dapat menaiki bis dari terminal
Umbulharjo, dan dapat mencapai kesana kurang dari 25menit. Selain lokasi
kota kuno yang terdapat di sini adalah banyaknya cinderamata Perak bakar
yang dibuat langsung oleh pengrajin disana. Dan kita pun dapat melihat
langsung cara pembuatan perak bakar oleh pengrajinnya.

Yang sangat identik dan unik dari kota Gedhe adalah banyaknya pengrajin
perak bakar disekitar Kota Gedhe yang menyandarkan hidupnya hanya dari
Kerajinan perak bakar ini, dan yang paling menarik adalah pekerjaan ini
adalah turun menurun karena dahulu kala pemenuhan perhiasan dan
perlengkapan lainnya untuk kebutuhan Sultan, keluarga dan Kerajaan.
Sehingga pekerjaan pengrajin perak merupakan wasiat yang diturunkan oleh
nenek moyang mereka, sehingga sekarang dapat kita lihat banyaknya
pengrajin dan toko perak bakar yang terdapat dipinggiran jalan Kota
Gedhe.

Ciri khas lainnya yang masih dipertahankan sampai sekarang adalah
pekerjaan barang perak yang dikerjakan secara manual, sehingga barang
perak yang terdapat dan dijual disini memiliki nilai jual seni yang
tinggi. Karena dari jaman dahulu para pengrajin perak ini mengandalkan
ketrampilan tangan , yang dimulai dari lempengan perak yang ditempa
secara perlahan dan dikerjakan secara teliti.

Bangunan – bangunan tua yang terdapat dikota Gedhe merupakan saksi
sejarah pernah adanya kerajaan mataram islam, dilokasi ini juga terdapat
Kompleks pemakaman Keluarga Kerajaan Kota Gedhe atau yang biasa disebut
Makam Sapto Renggono. Dimakam ini banyak aturan atau larangan yang tidak
boleh dilanggar oleh orang luar, yang salah satunya tidak
diperbolehkannya orang luar untuk melihat makam dalam kompleks pemakaman
Sultan dan hanya keluarga dan kerabat dari kerajaan yang diperbolehkan
untuk masuk. Dimakam ini disemayamkan Pendiri Kerajaan Mataram yang
diberi gelar Penembahan Senopati yaitu leluhur atau nenek moyang dari
Sultan-sultan.

Untuk melihat foto dan artikel kota Gedhe klik

( http://alambudaya.blogspot.com/2007/10/kota-gedhe.html
http://alambudaya.blogspot.com/2007/10/kota-gedhe.html  )



[ac-i] Perlunya 'Forum Kebudayaan Indonesia'

2008-06-26 Terurut Topik luluk sumiarso
Teman2 yang Peduli Budaya,

Tentu kita tergelitik dgn berbagai tulisan yang dimuat Kompas Minggu tgl 22
2008 yang menyangkut kebudayaan Indonesia, utamanya yang berjudul
*Secara Kultural Kita Sedang Kalah, *tulisan Frans Sartono yang mengulas
pendapat Saini KM, yang budayawan, penyair, penulis drama, penulis esai yang
memprihatinkan budaya bangsanya yang tengah jatuh dan kehilangan arah. '
*Karena dalam gelombang globalisasi, bangsa yang tidak punya karakter
akan lenyap*', kata Saini.

Saya berpendapat bahwa kita perlu mempunyai *Visi Budaya* yang jelas yang
dipakai sebagai arah perjalanan (budaya) bangsa kita. Kelihatannya selam ini
kita sibuk dan jalan sendiri-sendiri. masing-masing  ungkin baik, tetapi
kita kurang bersinergi. Meminjam judul sebuah sinetron terkenal, Ibarat
Serpihah Mutiara Retak. Beberapa kalangan bahkan ada yang mengartikan dan
meredusir seolah budaya itu hanyalah sebatas Seni-Budaya. Padahal unsur
budaya lebih dari itu, mencakup pula antara lain adat istiadat dan bahkan
teknologi. Hasil proses budaya inilah yang akan berupa peradaban suatu
bangsa.

Terus terang, saya bukan budayawan dan juga bukan pelaku industri budaya.
Saya hanyalah satu diantara mereka-mereka yang peduli budaya bangsanya dan
menggiatkan kegiatan budaya, khususnya budaya tradisional. Tahun lalu,
tepatnya tanggal 5 Juli 2007 di Balai Kartini, Jakarta, kami bersama Lintas
Budaya Nusantara dan Media Grup menyelenggarakan Sarasehan Budaya dalam
rangka memperingati Kongres Kebudayaan Pertama yang diselenggarakan di Solo
tanggal 5 Juli 1918, sepuluh tahun setelah lahirnya Boedi Oetomo. Konggres
ini , walaupun pada tahap awal merupakan Konggres Kebudayaan Jawa, tetapi
kemudian diperluas menjadi Kongres Kebudayaan Nasional pada tahun-tahun,
yang kemudian berujung juga dengan diselenggarakannya Sumpah Pemuda 10 tahun
kemudian. Sarasehean dibuka oleh menbudpar Jero wacik, menampilkan pembicara
antara lain Dr. Edi Sedyawati, Jakob Oetama dan Christine Hakim. Salah satu
butir kesimpulan adalah perlunya dibentuk 'Forum Kebudayaan Indonesia' untuk
menggalang semua potensi budaya bangsa, tanpa harus mengilangkan identitas
masing-masing.

Untuk itulah, memanfaatkan momentum yang tepat, yaitu 100 Tahun Kebangkitan
Nasional, 90 Tahun Konggres Kebudayaan Pertama dan 80 Tahun Sumpah Pemuda,
kami bersama beberapa tokoh budaya dan mereka-mereka yang peduli budaya,
akan membentuk *'Forum Kebudayaan Indonesia* pada tanggal 5 Juli 2008 pukul
10.00.Tempatnya adalah di Studio Radio Republik Indonesia, jalan Merdeka
Barat Jakarta. Forum ini adalah Non-Politik, akan dipakai sebagai sarana
komunikasi semua unsur budaya, tanpa mengurangi/meredusir identitas peran
masing-masing, juga untuk membantu pemikiran-pemikiran mengenai visi budaya
bangsa Indonesia ke depan. Harapanya, ke depan 'forum' ini dapat berkembang
menjadi 'semacam KONI' untuk Kebudayaan Nasional Indonesia.

mohon email ini disebarkan ke teman-teman yang poeduli budaya. Karena tempat
terbatas, teman-teman yang berminat mohon mendafta ke *
[EMAIL PROTECTED]

*Mudah-mudahan forum ini bermanfaat.

Jakarta, 24 Juni 2008

Salam Budaya
Luluk Sumiarso
Pembina Paguyuban Puspo Budoyo/
Ketua Yayasan Peduli Majapahit

(Sekedar  tambahan informasi, saat ini kami sedang melakukan upaya
Rekonstruksi Kompleks Kraton Majapahit dalam rangka menyelamatkan Situs
Trowulan, seiring dengan upaya yang dilakukan oleh Depbudpar. Kalau ada
teman-teman yang berminat dan akan berkontribusi pemikiran dll, silahkan
menghubungi kami di [EMAIL PROTECTED]).)


[ac-i] Peryataan Aksi Menolak diskriminasi Difabel di Universitas

2008-06-26 Terurut Topik Slamet Thohari


Tolak Diskriminasi Difabel di Univeritas

 

 

Hak asasi manusia merupakan
punggung utama demokrasi.  Jika ada yang
membatasi dan merintagi hak asasi, itu sama saja merintagi demokrasi
terinstalasi dengan baik di negeri ini. Demokrasi adalah harga mati bagi negara.
Sebab, demokrasi melindungi dan menghargai setiap hak hingga yang paling minor
sekalipun. Termasuk kaum difabel. Salah satu hak asasi manusia yang paling
utama adalah hak pendidikan. Dalam negara kita dilindungi oleh UUD 45, UU No.39
tahun 1999 dan UU yang lainnya. Namun, 
realitas membuktikan bahwa kaum difabel hingga saat ini masih terlelap
dalam sistem yang diskriminatif. Banyak institusi pendidikan yang masih menolak
dan membeda-bedakan mereka. 

    Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
merupakan salah satu universitas kenamaan di negeri ini. Keberadaan UNY selama
ini sangat diskriminatif bagi kaum difabel. Banyak bukti dan kasus dimana
setiap difabel yang hendak memilih memasuki jurusan tertentu dipaksa untuk
mengambil jurusan PLB (Pendidikan Luar Biasa). Hal ini tentu sangat
bertentangan dengan misi intalasi demokrai di Indonesia. Pendidikan walau 
bagaimanapun musti inklusif:
menerima siapa saja, tanpa melihat batas ataupun identitas. Tanpa
membeda-bedakan, warna kulit, bentuk tubuh, baik difabel maupun non-difabel. Hal
yang demikian juga dikuatkan dengan deklarasi Salamanca dan konvensi hukum 
international hak asasi kaum
difabel yang menegaskan bahwa setidaknya kaum difabel mempunyai hak yang sama
dengan warga negara yang lain, termauk hak dalam dunia pendidikan.  

    Pada tanggal 14 April 2008 kami
megirimkan surat kepada pihak rektorat UNY untuk melakukan audiensi
perihal kepentingan-kepentingan kaum difabel dan hak-hak pendidikan kaum
difabel. Audensi ini kami maksudkan untuk memberi masukan dan mendialogkan
bersama agar UNY menjadi kampus yang inklusif bagi semua. Akan tetapi, audiensi
tersebut tidak berjalan. Karena pihak UNY berkali-kali membatalkan
pertemuan dengan kami. Bahkan, kami sebelumnya sudah membuat janji untuk
melakukan pertemuan, beberapa kaum difabel sudah ke sana untuk bertemu. Akan 
tetapi, pihak UNY membatalkan
begitu saja tanpa memberikan keterangan sebelumnya. Padahal untuk menuju UNY
dengan gedung yang tidak aksesibel, bukanlah hal yang mudah bagi kami:
kesulitan, kecapekan, dan sunggguh sangat memungkinkan bagi kami dapat
terpleset atau jatuh. 

Selanjutnya, kami juga telah melakukan konfirmasi untuk
bertemu kembali, akan tetapi selalu saja pihak UNY tidak memberikan jawaban
yang memuaskan, hanya untuk sekedar bertemu, berdialog dan klarifikasi atas
apa-apa yang selama ini diperlakukan di UNY pada kaum difabel. Untuk itu,
dengan ini kami Jaringan Kaum Difabel Yogyakarta menuntut

1.   
Agar UNY meminta
maaf di depan publik atas berbagai perilaku diskriminatif terhadap yang telah
dilakukan

2.   
Mengupayakan agar
UNY menjadi kampus yang inklusif, tidak mebeda-bedakan dan menerima kaum
difabel sebagai peserta didik beradasar kualitas dan kemampuannya.

3.   
Mengupayakan agar
aksesibilitas bagi kaum difabl di UNY sebagaimana diatur oleh undang-undang 
Keputusan
Menteri PU No. 468/KPTS/1998.

4.   
Meghapus peraturan
yang menegaskan bahwa setiap difabel diharuskan masuk dalam PLB

5.   
Mengungkap
kasus-kasus pelangaran hak asasi pendidikan yang telah dilakukan oleh UNY di
masa yang lampau. Seperti mewajibkan setiap difabel masuk PLB dan seterusnya. 

 

Koordinator Lapangan 
Slamet Thohari (Amex) Kontak: 08156860197

Slamet Thohari (Amex) Yogyakarta


  

[ac-i] Ibu :)

2008-06-26 Terurut Topik ella wijt
Ibu..

  Ini adalah tulisan yang sangat indah.                                    
  Bacalah dengan lambat, cernalah setiap kata dan nikmati lah              
  Jangan tergesa. Ini adalah harta karun                                    
                                                                            
  Bagi yang beruntung masih mempunyai ibu, ini indah                        
  Bagi yang sudah tidak punya, ini lebih indah lagi                        
  Bagi para ibu, kamu akan mencintainya
 
  Sang ibu muda, melangkahkan kakinya di jalan kehidupan.                  
  ’Apakah jalannya jauh?’ tanyanya.                                        
  Pemandunya menjawab: ’Ya, dan jalannya berat.                            
  Kamu akan jadi tua sebelum mencapai akhir perjalanan ini...              
  Tapi akhirnya lebih bagus dari pada 
awalnya.’   

  Tetapi ibu muda itu sedang bahagia. Ia tidak percaya bahwa akan ada yang  
  lebih baik                                                                
  Dari pada tahun-tahun ini.                                                
  Karena itu dia main dengan anak-anaknya, mengumpulkan bunga-bunga untuk  
  mereka                                                                    
  Sepanjang jalan dan memandikan mereka di aliran sungai yang jernih.      
  Mata hari bersinar atas mereka. Dan ibu muda itu berseru:                
  ‘Tak ada yang bisa lebih indah daripada ini.’
  
  Lalu malam tiba bersama badai.                                            
  Jalannya gelap, anak-anak gemetar ketakutan dan ketakutan.                
  Ibu itu memeluk mereka dan menyelimuti mereka dengan mantolnya.          
  Anak-anak itu berkata: ’Ibu, kami tidak takut, karena ibu ada dekat.      
  Tak ada yang dapat menyakiti kami.’  
 
  Dan fajar menjelang. Ada bukit menjulang di depan mereka. Anak-anak      
  memanjat dan                                                              
  menjadi lelah. Ibunya juga lelah. Tetapi ia terus berkata kepada          
  anak-anaknya:                                                            
  ’Sabar sedikit lagi, kita hampir sampai.’ Demikianlah anak-anak itu      
  memanjat terus.                                                          
  Saat sampai di puncak, mereka berkata: ’Ibu, kami tak mungkin            
  melakukannya tanpa ibu.’                                                  
  (Embedded image moved to file: pic18442.gif)                              
  Dan sang ibu, saat ia berbaring malam hari dan menatap bintang-bintang,  
  berkata:                                                                  
  ’Hari ini lebih baik dari pada yang lalu. Karena anak-anakku sudah        
  belajar daya tahan                                                        
  Menghadapi beban hidup. Kemarin malam aku memberi mereka keberanian. Hari 
  ini saya                                                                  
  Memberi mereka kekuatan.’
   
  Keesokan harinya, ada awan aneh yang menggelapkan bumi.                  
  Awan perang, kebencian dan kejahatan.                                    
  Anak-anak itu meraba-raba dan tersandung-sandung dalam gelap.            
  Ibunya berkata: ‘Lihat keatas. Arahkan matamu kepada sinar.’              
  Anak-anak menengadah dan melihat diatas awan-awan ada kemuliaan abadi    
  Yang menuntun mereka melalui kegelapan.                                  
  Dan malam harinya ibu itu berkata: ’Ini hari yang terbaik.                
  Karena saya sudah memperlihatkan Allah kepada anak-anakku.

 Hari berganti minggu, bulan, dan tahun.  
  Ibu itu menjadi tua, dia kecil dan bungkuk.                
    Tetapi anak-anaknya tinggi dan kuat dan berjalan dengan gagah berani.  
    Saat jalannya sulit, mereka membopongnya; karena ia seringan bulu.    
  Akhirnya mereka sampai ke sebuah bukit. Dan di kejauhan mereka melihat  
      Sebuah jalan yang bersinar dan pintu gerbang emas terbuka lebar.      
          Ibu berkata: ’Saya sudah sampai pada akhir perjalananku.          
      Dan sekarang saya tahu, akhir ini lebih baik dari pada awalnya.      
                Karena anak-anakku dapat berjalan sendiri dan              
                  anak-anak mereka ada di belakang mereka.’

[ac-i] Fw: [nasional-list] Fwd: suarapembaruan.com --- Kembalinya Para Seniman Terlarang

2008-06-26 Terurut Topik sangumang kusni


--- On Thu, 26/6/08, awind [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: awind [EMAIL PROTECTED]
Subject: [nasional-list] Fwd: suarapembaruan.com --- Kembalinya Para Seniman 
Terlarang
To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, 26 June, 2008, 4:22 AM







http://www.suarapem baruan.com/ News/2008/ 06/25/Hiburan/ hib01.htm
 
SUARA PEMBARUAN DAILY 


Kembalinya Para Seniman Terlarang
 
SP/Ferry Kodrat 
Patung dua tentara zaman kemerdekaan bangsa Indonesia yang terbuat dari bahan 
semen dengan judul Trip, karya Sudjatmoko, dengan latar belakangnya lukisan 
karya Djoko Pekik yang berjudul Tak Seorang pun Berniat Pulang Walau Mati 
Menanti, menjadi salah satu karya yang dipamerkan dalam pameran seni rupa 
Sanggar Bumi Tarung di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 19-29 Juni. 
ezim Orde Baru (Orba) di bawah kepemimpinan presiden kedua RI, Soeharto, bukan 
saja telah memasung ke- bebasan para seniman (pelukis) untuk berekspresi, 
me-lainkan juga sudah mencabik-cabik hak asasi dan hati nurani untuk hidup 
bebas, apalagi dalam berkarya di atas kanvas. 
Selain penyiksaan di dalam tahanan, penghancuran terhadap jati diri seniman pun 
pernah dilakukan oleh rezim Orba. Setelah bergeloranya Gerakan 30 September 
oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), pemimpin negara ini mengalami salah kaprah 
dalam menilai arti kebebasan berekspresi dari para seniman. 
Para seniman yang dinilai revolusioner diciduk dan dijebloskan ke dalam 
tahanan. Karya-karya mereka pun dimusnahkan (dibakar). 
Sengsarakah mereka? Itu sudah pasti. Bukan hanya sengsara badan, melainkan juga 
psikis karena dalam tahanan, para seniman itu tidak bisa melakukan apa-apa, 
apalagi menarikan kuasnya di atas kanvas. 
Itulah yang dialami sekitar 30 lebih pelukis yang menjadi anggota Sanggar Bumi 
Tarung. Dari 30 lebih pelukis tersebut, tinggal 11 pelukis (yang lainnya 
meninggal dunia) yang masih hidup dan eksis di dunia seni rupa Indonesia, Djoko 
Pekik dan Amrus Natalsya. 
Apa yang dialami Djoko Pekik dan kawan-kawan jelas menyisakan traumatik yang 
berkepanjangan. Bahkan, sampai dalam era reformasi saat ini, para seniman itu 
masih trauma sekalipun seniman lain sudah bebas mengekspresikan perasaannya di 
atas kanvas. 
Pengalaman-pengalam an getir serta gejolak perasaan yang pernah dan masih 
dialami anggota Sanggar Bumi Tarung itulah yang menjadi titik balik kembalinya 
orang- orang terlarang. Kali ini mereka menggelar pameran seni rupa yang 
menampilkan sejumlah karya-karya seni Sanggar Bumi Tarung di Galeri Nasional 
Indonesia, Jakarta, hingga 29 Juni 2008. 
Pameran Sanggar Bumi Tarung memiliki arti sangat penting dalam sejarah seni 
rupa Indonesia. Tidak bisa juga dimungkiri bahwa para seniman yang menjadi 
anggota Sanggar Bumi Tarung yang berdiri tahun 1961 ini, merupakan pelaku 
sejarah seni rupa Indonesia, meskipun nama-nama dan keberadaan mereka tidak ada 
sama sekali dalam buku sejarah mengenai seni rupa Indonesia karena dianggap 
sebagai pemberontak. 
Bagi para seniman Sanggar Bumi Tarung, pameran di Galeri Nasional Indonesia ini 
adalah yang kedua kalinya. Sebelumnya, mereka menggelar pameran pertama 
berlangsung pada tahun 1962 di Galeri Budaya, Jakarta. 

Kebebasan 
Sekalipun masih tersisa trauma, Djoko Pekik mengaku tidak sakit hati. Demikian 
juga rekan-rekannya di Sanggar Bumi Tarung tidak dianggap sebagai pelaku 
sejarah seni rupa Indonesia. Bagi saya selaku seniman, yang terpenting adalah 
memiliki kebebasan dalam berkarya. Sebab, kebebasan para seniman dalam berkarya 
itu tidak bisa dihalang-halangi oleh kekuasaan. Hanya Tuhan yang bisa 
menghalangi kebebasan kami dalam berkarya, ujar Djoko kepada SP di Jakarta, 
baru-baru ini. 
Mengomentari era reformasi saat ini, Djoko Pekik masih menilai belum adanya 
kebebasan yang dimiliki para seniman. Menurut dia, reformasi yang dijalankan 
hanya kulitnya saja. Maksudnya, reformasi yang dibangun hanya untuk mengalahkan 
dan memenangkan seseorang. Akibatnya, orang yang sudah menang, kemudian 
dikalahkan, tetapi orang itu tidak terima. Reformasi apa itu? ujar dia. 
Sementara itu, rekannya, Misbach Tamrin menjelaskan, meskipun dia dan 
rekan-rekannya pernah dimarginalkan bahkan ditahan tanpa melalui proses hukum 
(persidangan) . Hingga kini, para anggota Sanggar Bumi Tarung tidak pernah 
lepas dari perhatian kami dalam ber- karya, yaitu mencintai rakyat kecil dan 
orang-orang yang dianiaya. 
Dalam memberikan sajian kepada masyarakat dalam pameran tersebut, ruang pameran 
utama Galeri Nasional Indonesia dibagi menjadi tiga bagian ruang pameran. 
Dinding dan lantai ruangan utama menyajikan lukisan-lukisan, patung, dan 
pahatan mengenai pengalaman para seniman yang teraniaya. Satu ruangan lagi 
berisi karya-karya para seniman yang memiliki kesan sebagai karya kontemporer 
revolusioner. Sementara itu, satu ruang lagi berisi mengenai lukisan-lukisan 
dan foto-foto karya seniman pada era 60-an, seperti lukisan Drinking Water 
karya Amrus Natalsya. 
Dari beberapa lukisan yang terpajang, terdapat satu lukisan yang dibuat Djoko 

[ac-i] Historical Island Adventure: Liburan ke Pulau Onrust!

2008-06-26 Terurut Topik Asep Kambali
Dear All, 

Berikut ini adalah Agenda Historia dalam bulan Juli, Mohon untuk disebarkan. 
Karena acara ini dalam rangka HUT Jakarta ke-481th. Mohon maaf jika kurang 
berkenan.\, dan abaikan saja.

Atas kebaikan teman-teman kami ucapkan terima kasih.

Salam Historia,

Asep Kambali, KHI.


ARUNG SEJARAH MARITIM
   Onrust, Kelor, Cipir  Bidadari* Island
   Minggu, 6 Juli 2008, Pkl.07.00-16.00 wib. (one day tour)

   HTM Rp. 135.000.- / peserta, terbatas hanya untuk 60 orang.
Kegiatan tidak akan dilaksanakan jika peserta kurang dari 30 orang. So, buruan 
ajak teman-teman yang lain!
  TERMASUK pin
unik; air mineral; transportasi kapal pp; t-shirt, tiket masuk lokasi
[3 pulau], makalah/ handsout, tour guide  nara sumber.
  TIDAK TERMASUK asuransi jiwa/kecelakaan; tiket masuk pulau Bidadari; makan 
siang; snack; transportasi menuju Muara Kamal.
  MEETING POINT Tempat Pelelangan Ikan / Pelabuhan Muara Kamal
  CATATAN  TIPS
Acara 100% di pulau, memadukan walking tour dengan mengarungi lautan;   Untuk 
itu dipersilahkan membawa makanan (ringan+berat) dan obat-obatan pribadi 
secukupnya; Disarankan memakai pakaian casual, sandal gunung /sepatu kets dan 
gunakan sunblock. Sebagai
tambahan bawa juga kamera/ handycam/ recorder/ handuk kecil/ topi
lebar/ sun glass/ paying/jas hujan, bila prlu pelampung pribadi, dll. Karena
kegiatan banyak dilakukan di dalam pulau bersejarah dan lautan, maka
perlu berhati-hati dalam beraktivitas, tidak pisah dengan rombongan,
dan tidak berkata-kata yang sombong.  Semua
peserta dilarang mengambil, memindahkan, merusak, mencorat-coret
barang-barang/ benda-benda bersejarah yang ada di setiap pulau.
  CARA PEMBAYARAN
Silahkan
telepon ke no. di bawah untuk mendapatkan no. urut. Kemudian transfer
sesuai no. urut Anda ke: Acc. 697-0109-160. an. ASEP KAMBALI, BCA Cab.
Kartini Jakarta Pusat. Pendaftaran dan Pembayaran TUTUP 3 Juli 2008,
pkl. 21.00 wib. Bukti Transfer dibawa pada hari H untuk Registrasi
Ulang. Siapa cepat bayar, dialah fix sbg peserta. Contoh: Donny peserta no. 
urut 25, maka membayar dgn cara transfer Rp. 135.025.
INFO LENGKAP  PENDAFTARAN
KOMUNITAS HISTORIA INDONESIA
Telp: 021.7044.7220, Mobile: 0818.0807.3636;
Email: [EMAIL PROTECTED];
Millist: http://grousp.yahoo.com/group/komunitashistoria
Website: http://komunitashistoria.blogspot.com   


BURUAN DAFTAR NANTI GAK KEBAGIAN...!
Peserta yang sudah daftar:1.Mimi, 2.Novi, 2.Teman Mimi, 4.Teman Mimi, 5.Teman 
Mimi, 6.Teman Mimi, 7.Teman Mimi, 8.Teman Mimi, 9.Teman Mimi, 10.Teman Mimi, 
11. ...




  

Re: [ac-i] Perlunya 'Forum Kebudayaan Indonesia'

2008-06-26 Terurut Topik luluk sumiarso
Saya hanya penggiat budaya (bukan budayawan)
Kebetulan saat ini menjabat sebgaia Dirjen Migas, Dep ESDM.
Salam,
Luluk


2008/6/26 safrullah sanre [EMAIL PROTECTED]:

   Salam dan bahagia.
 Saya minat untuk datang. Biasanya dengar Mas Luluk dalam birokrasi pusat
 kekuasaan. Kalau salah ataukah telah pensiun haraplah maafkan daku. Kalaua
 boleh kirim undangan
 SAFRULLAH SANRE
 Jalan Belibis i No. 14 Makassar 90124.
 (Ketua Dewan Kesenian Sulawesi Selatan)


 --- On *Mon, 6/23/08, luluk sumiarso [EMAIL PROTECTED]* wrote:

 From: luluk sumiarso [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [ac-i] Perlunya 'Forum Kebudayaan Indonesia'
 To: artculture-indonesia@yahoogroups.com
 Date: Monday, June 23, 2008, 5:24 PM


 Teman2 yang Peduli Budaya,

 Tentu kita tergelitik dgn berbagai tulisan yang dimuat Kompas Minggu tgl 22
 2008 yang menyangkut kebudayaan Indonesia, utamanya yang berjudul
 *Secara Kultural Kita Sedang Kalah, *tulisan Frans Sartono yang mengulas
 pendapat Saini KM, yang budayawan, penyair, penulis drama, penulis esai yang
 memprihatinkan budaya bangsanya yang tengah jatuh dan kehilangan arah. '
 *Karena dalam gelombang globalisasi, bangsa yang tidak punya karakter
 akan lenyap*', kata Saini.

 Saya berpendapat bahwa kita perlu mempunyai *Visi Budaya* yang jelas yang
 dipakai sebagai arah perjalanan (budaya) bangsa kita. Kelihatannya selam ini
 kita sibuk dan jalan sendiri-sendiri. masing-masing  ungkin baik, tetapi
 kita kurang bersinergi. Meminjam judul sebuah sinetron terkenal, Ibarat
 Serpihah Mutiara Retak. Beberapa kalangan bahkan ada yang mengartikan dan
 meredusir seolah budaya itu hanyalah sebatas Seni-Budaya. Padahal unsur
 budaya lebih dari itu, mencakup pula antara lain adat istiadat dan bahkan
 teknologi. Hasil proses budaya inilah yang akan berupa peradaban suatu
 bangsa.

 Terus terang, saya bukan budayawan dan juga bukan pelaku industri budaya.
 Saya hanyalah satu diantara mereka-mereka yang peduli budaya bangsanya dan
 menggiatkan kegiatan budaya, khususnya budaya tradisional. Tahun lalu,
 tepatnya tanggal 5 Juli 2007 di Balai Kartini, Jakarta, kami bersama Lintas
 Budaya Nusantara dan Media Grup menyelenggarakan Sarasehan Budaya dalam
 rangka memperingati Kongres Kebudayaan Pertama yang diselenggarakan di Solo
 tanggal 5 Juli 1918, sepuluh tahun setelah lahirnya Boedi Oetomo. Konggres
 ini , walaupun pada tahap awal merupakan Konggres Kebudayaan Jawa, tetapi
 kemudian diperluas menjadi Kongres Kebudayaan Nasional pada tahun-tahun,
 yang kemudian berujung juga dengan diselenggarakannya Sumpah Pemuda 10 tahun
 kemudian. Sarasehean dibuka oleh menbudpar Jero wacik, menampilkan pembicara
 antara lain Dr. Edi Sedyawati, Jakob Oetama dan Christine Hakim. Salah satu
 butir kesimpulan adalah perlunya dibentuk 'Forum Kebudayaan Indonesia' untuk
 menggalang semua potensi budaya bangsa, tanpa harus mengilangkan identitas
 masing-masing.

 Untuk itulah, memanfaatkan momentum yang tepat, yaitu 100 Tahun Kebangkitan
 Nasional, 90 Tahun Konggres Kebudayaan Pertama dan 80 Tahun Sumpah Pemuda,
 kami bersama beberapa tokoh budaya dan mereka-mereka yang peduli budaya,
 akan membentuk *'Forum Kebudayaan Indonesia* pada tanggal 5 Juli 2008
 pukul 10.00.Tempatnya adalah di Studio Radio Republik Indonesia, jalan
 Merdeka Barat Jakarta. Forum ini adalah Non-Politik, akan dipakai sebagai
 sarana komunikasi semua unsur budaya, tanpa mengurangi/meredusi r identitas
 peran masing-masing, juga untuk membantu pemikiran-pemikiran mengenai visi
 budaya bangsa Indonesia ke depan. Harapanya, ke depan 'forum' ini dapat
 berkembang menjadi 'semacam KONI' untuk Kebudayaan Nasional Indonesia.

 mohon email ini disebarkan ke teman-teman yang poeduli budaya. Karena
 tempat terbatas, teman-teman yang berminat mohon mendafta ke *pedulimajapahit@
 gmail.com [EMAIL PROTECTED]

 *Mudah-mudahan forum ini bermanfaat.

 Jakarta, 24 Juni 2008

 Salam Budaya
 Luluk Sumiarso
 Pembina Paguyuban Puspo Budoyo/
 Ketua Yayasan Peduli Majapahit

 (Sekedar  tambahan informasi, saat ini kami sedang melakukan upaya
 Rekonstruksi Kompleks Kraton Majapahit dalam rangka menyelamatkan Situs
 Trowulan, seiring dengan upaya yang dilakukan oleh Depbudpar. Kalau ada
 teman-teman yang berminat dan akan berkontribusi pemikiran dll, silahkan
 menghubungi kami di *pedulimajapahit@ gmail.com[EMAIL PROTECTED]
 *).)