[ac-i] Romantika Kota Gedhe
Romantika Kota Gedhe Untuk melihat foto dan artikel kota Gedhe klik ( http://alambudaya.blogspot.com/2007/10/kota-gedhe.html http://alambudaya.blogspot.com/2007/10/kota-gedhe.html ) Kota Gedhe salah satu lokasi kota kuno yang merupakan peninggalan kerajaan dan dan istana mataram islam yang masih tersisa dan terawat dengan baik di Yogyakarta, Kota Gedhe hanya berjarak 4 kilometer dari pusat kota jogja. Lokasi kota tua ini banyak dikenal orang dengan sebutan Kota Gedhe, untuk mencapai lokasi ini sangatlah mudah, karena hampir semua orang asli Yogya mengetahui Kota Gedhe ini termasuk tentunya Pemandu wisata. Untuk melakukan perjalanan ke Kota Gedhe ini dengan memakai angkutan umum kita dapat menaiki bis dari terminal Umbulharjo, dan dapat mencapai kesana kurang dari 25menit. Selain lokasi kota kuno yang terdapat di sini adalah banyaknya cinderamata Perak bakar yang dibuat langsung oleh pengrajin disana. Dan kita pun dapat melihat langsung cara pembuatan perak bakar oleh pengrajinnya. Yang sangat identik dan unik dari kota Gedhe adalah banyaknya pengrajin perak bakar disekitar Kota Gedhe yang menyandarkan hidupnya hanya dari Kerajinan perak bakar ini, dan yang paling menarik adalah pekerjaan ini adalah turun menurun karena dahulu kala pemenuhan perhiasan dan perlengkapan lainnya untuk kebutuhan Sultan, keluarga dan Kerajaan. Sehingga pekerjaan pengrajin perak merupakan wasiat yang diturunkan oleh nenek moyang mereka, sehingga sekarang dapat kita lihat banyaknya pengrajin dan toko perak bakar yang terdapat dipinggiran jalan Kota Gedhe. Ciri khas lainnya yang masih dipertahankan sampai sekarang adalah pekerjaan barang perak yang dikerjakan secara manual, sehingga barang perak yang terdapat dan dijual disini memiliki nilai jual seni yang tinggi. Karena dari jaman dahulu para pengrajin perak ini mengandalkan ketrampilan tangan , yang dimulai dari lempengan perak yang ditempa secara perlahan dan dikerjakan secara teliti. Bangunan bangunan tua yang terdapat dikota Gedhe merupakan saksi sejarah pernah adanya kerajaan mataram islam, dilokasi ini juga terdapat Kompleks pemakaman Keluarga Kerajaan Kota Gedhe atau yang biasa disebut Makam Sapto Renggono. Dimakam ini banyak aturan atau larangan yang tidak boleh dilanggar oleh orang luar, yang salah satunya tidak diperbolehkannya orang luar untuk melihat makam dalam kompleks pemakaman Sultan dan hanya keluarga dan kerabat dari kerajaan yang diperbolehkan untuk masuk. Dimakam ini disemayamkan Pendiri Kerajaan Mataram yang diberi gelar Penembahan Senopati yaitu leluhur atau nenek moyang dari Sultan-sultan. Untuk melihat foto dan artikel kota Gedhe klik ( http://alambudaya.blogspot.com/2007/10/kota-gedhe.html http://alambudaya.blogspot.com/2007/10/kota-gedhe.html )
[ac-i] Perlunya 'Forum Kebudayaan Indonesia'
Teman2 yang Peduli Budaya, Tentu kita tergelitik dgn berbagai tulisan yang dimuat Kompas Minggu tgl 22 2008 yang menyangkut kebudayaan Indonesia, utamanya yang berjudul *Secara Kultural Kita Sedang Kalah, *tulisan Frans Sartono yang mengulas pendapat Saini KM, yang budayawan, penyair, penulis drama, penulis esai yang memprihatinkan budaya bangsanya yang tengah jatuh dan kehilangan arah. ' *Karena dalam gelombang globalisasi, bangsa yang tidak punya karakter akan lenyap*', kata Saini. Saya berpendapat bahwa kita perlu mempunyai *Visi Budaya* yang jelas yang dipakai sebagai arah perjalanan (budaya) bangsa kita. Kelihatannya selam ini kita sibuk dan jalan sendiri-sendiri. masing-masing ungkin baik, tetapi kita kurang bersinergi. Meminjam judul sebuah sinetron terkenal, Ibarat Serpihah Mutiara Retak. Beberapa kalangan bahkan ada yang mengartikan dan meredusir seolah budaya itu hanyalah sebatas Seni-Budaya. Padahal unsur budaya lebih dari itu, mencakup pula antara lain adat istiadat dan bahkan teknologi. Hasil proses budaya inilah yang akan berupa peradaban suatu bangsa. Terus terang, saya bukan budayawan dan juga bukan pelaku industri budaya. Saya hanyalah satu diantara mereka-mereka yang peduli budaya bangsanya dan menggiatkan kegiatan budaya, khususnya budaya tradisional. Tahun lalu, tepatnya tanggal 5 Juli 2007 di Balai Kartini, Jakarta, kami bersama Lintas Budaya Nusantara dan Media Grup menyelenggarakan Sarasehan Budaya dalam rangka memperingati Kongres Kebudayaan Pertama yang diselenggarakan di Solo tanggal 5 Juli 1918, sepuluh tahun setelah lahirnya Boedi Oetomo. Konggres ini , walaupun pada tahap awal merupakan Konggres Kebudayaan Jawa, tetapi kemudian diperluas menjadi Kongres Kebudayaan Nasional pada tahun-tahun, yang kemudian berujung juga dengan diselenggarakannya Sumpah Pemuda 10 tahun kemudian. Sarasehean dibuka oleh menbudpar Jero wacik, menampilkan pembicara antara lain Dr. Edi Sedyawati, Jakob Oetama dan Christine Hakim. Salah satu butir kesimpulan adalah perlunya dibentuk 'Forum Kebudayaan Indonesia' untuk menggalang semua potensi budaya bangsa, tanpa harus mengilangkan identitas masing-masing. Untuk itulah, memanfaatkan momentum yang tepat, yaitu 100 Tahun Kebangkitan Nasional, 90 Tahun Konggres Kebudayaan Pertama dan 80 Tahun Sumpah Pemuda, kami bersama beberapa tokoh budaya dan mereka-mereka yang peduli budaya, akan membentuk *'Forum Kebudayaan Indonesia* pada tanggal 5 Juli 2008 pukul 10.00.Tempatnya adalah di Studio Radio Republik Indonesia, jalan Merdeka Barat Jakarta. Forum ini adalah Non-Politik, akan dipakai sebagai sarana komunikasi semua unsur budaya, tanpa mengurangi/meredusir identitas peran masing-masing, juga untuk membantu pemikiran-pemikiran mengenai visi budaya bangsa Indonesia ke depan. Harapanya, ke depan 'forum' ini dapat berkembang menjadi 'semacam KONI' untuk Kebudayaan Nasional Indonesia. mohon email ini disebarkan ke teman-teman yang poeduli budaya. Karena tempat terbatas, teman-teman yang berminat mohon mendafta ke * [EMAIL PROTECTED] *Mudah-mudahan forum ini bermanfaat. Jakarta, 24 Juni 2008 Salam Budaya Luluk Sumiarso Pembina Paguyuban Puspo Budoyo/ Ketua Yayasan Peduli Majapahit (Sekedar tambahan informasi, saat ini kami sedang melakukan upaya Rekonstruksi Kompleks Kraton Majapahit dalam rangka menyelamatkan Situs Trowulan, seiring dengan upaya yang dilakukan oleh Depbudpar. Kalau ada teman-teman yang berminat dan akan berkontribusi pemikiran dll, silahkan menghubungi kami di [EMAIL PROTECTED]).)
[ac-i] Peryataan Aksi Menolak diskriminasi Difabel di Universitas
Tolak Diskriminasi Difabel di Univeritas Hak asasi manusia merupakan punggung utama demokrasi. Jika ada yang membatasi dan merintagi hak asasi, itu sama saja merintagi demokrasi terinstalasi dengan baik di negeri ini. Demokrasi adalah harga mati bagi negara. Sebab, demokrasi melindungi dan menghargai setiap hak hingga yang paling minor sekalipun. Termasuk kaum difabel. Salah satu hak asasi manusia yang paling utama adalah hak pendidikan. Dalam negara kita dilindungi oleh UUD 45, UU No.39 tahun 1999 dan UU yang lainnya. Namun, realitas membuktikan bahwa kaum difabel hingga saat ini masih terlelap dalam sistem yang diskriminatif. Banyak institusi pendidikan yang masih menolak dan membeda-bedakan mereka. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merupakan salah satu universitas kenamaan di negeri ini. Keberadaan UNY selama ini sangat diskriminatif bagi kaum difabel. Banyak bukti dan kasus dimana setiap difabel yang hendak memilih memasuki jurusan tertentu dipaksa untuk mengambil jurusan PLB (Pendidikan Luar Biasa). Hal ini tentu sangat bertentangan dengan misi intalasi demokrai di Indonesia. Pendidikan walau bagaimanapun musti inklusif: menerima siapa saja, tanpa melihat batas ataupun identitas. Tanpa membeda-bedakan, warna kulit, bentuk tubuh, baik difabel maupun non-difabel. Hal yang demikian juga dikuatkan dengan deklarasi Salamanca dan konvensi hukum international hak asasi kaum difabel yang menegaskan bahwa setidaknya kaum difabel mempunyai hak yang sama dengan warga negara yang lain, termauk hak dalam dunia pendidikan. Pada tanggal 14 April 2008 kami megirimkan surat kepada pihak rektorat UNY untuk melakukan audiensi perihal kepentingan-kepentingan kaum difabel dan hak-hak pendidikan kaum difabel. Audensi ini kami maksudkan untuk memberi masukan dan mendialogkan bersama agar UNY menjadi kampus yang inklusif bagi semua. Akan tetapi, audiensi tersebut tidak berjalan. Karena pihak UNY berkali-kali membatalkan pertemuan dengan kami. Bahkan, kami sebelumnya sudah membuat janji untuk melakukan pertemuan, beberapa kaum difabel sudah ke sana untuk bertemu. Akan tetapi, pihak UNY membatalkan begitu saja tanpa memberikan keterangan sebelumnya. Padahal untuk menuju UNY dengan gedung yang tidak aksesibel, bukanlah hal yang mudah bagi kami: kesulitan, kecapekan, dan sunggguh sangat memungkinkan bagi kami dapat terpleset atau jatuh. Selanjutnya, kami juga telah melakukan konfirmasi untuk bertemu kembali, akan tetapi selalu saja pihak UNY tidak memberikan jawaban yang memuaskan, hanya untuk sekedar bertemu, berdialog dan klarifikasi atas apa-apa yang selama ini diperlakukan di UNY pada kaum difabel. Untuk itu, dengan ini kami Jaringan Kaum Difabel Yogyakarta menuntut 1. Agar UNY meminta maaf di depan publik atas berbagai perilaku diskriminatif terhadap yang telah dilakukan 2. Mengupayakan agar UNY menjadi kampus yang inklusif, tidak mebeda-bedakan dan menerima kaum difabel sebagai peserta didik beradasar kualitas dan kemampuannya. 3. Mengupayakan agar aksesibilitas bagi kaum difabl di UNY sebagaimana diatur oleh undang-undang Keputusan Menteri PU No. 468/KPTS/1998. 4. Meghapus peraturan yang menegaskan bahwa setiap difabel diharuskan masuk dalam PLB 5. Mengungkap kasus-kasus pelangaran hak asasi pendidikan yang telah dilakukan oleh UNY di masa yang lampau. Seperti mewajibkan setiap difabel masuk PLB dan seterusnya. Koordinator Lapangan Slamet Thohari (Amex) Kontak: 08156860197 Slamet Thohari (Amex) Yogyakarta
[ac-i] Ibu :)
Ibu.. Ini adalah tulisan yang sangat indah. Bacalah dengan lambat, cernalah setiap kata dan nikmati lah Jangan tergesa. Ini adalah harta karun Bagi yang beruntung masih mempunyai ibu, ini indah Bagi yang sudah tidak punya, ini lebih indah lagi Bagi para ibu, kamu akan mencintainya Sang ibu muda, melangkahkan kakinya di jalan kehidupan. ’Apakah jalannya jauh?’ tanyanya. Pemandunya menjawab: ’Ya, dan jalannya berat. Kamu akan jadi tua sebelum mencapai akhir perjalanan ini... Tapi akhirnya lebih bagus dari pada awalnya.’ Tetapi ibu muda itu sedang bahagia. Ia tidak percaya bahwa akan ada yang lebih baik Dari pada tahun-tahun ini. Karena itu dia main dengan anak-anaknya, mengumpulkan bunga-bunga untuk mereka Sepanjang jalan dan memandikan mereka di aliran sungai yang jernih. Mata hari bersinar atas mereka. Dan ibu muda itu berseru: ‘Tak ada yang bisa lebih indah daripada ini.’ Lalu malam tiba bersama badai. Jalannya gelap, anak-anak gemetar ketakutan dan ketakutan. Ibu itu memeluk mereka dan menyelimuti mereka dengan mantolnya. Anak-anak itu berkata: ’Ibu, kami tidak takut, karena ibu ada dekat. Tak ada yang dapat menyakiti kami.’ Dan fajar menjelang. Ada bukit menjulang di depan mereka. Anak-anak memanjat dan menjadi lelah. Ibunya juga lelah. Tetapi ia terus berkata kepada anak-anaknya: ’Sabar sedikit lagi, kita hampir sampai.’ Demikianlah anak-anak itu memanjat terus. Saat sampai di puncak, mereka berkata: ’Ibu, kami tak mungkin melakukannya tanpa ibu.’ (Embedded image moved to file: pic18442.gif) Dan sang ibu, saat ia berbaring malam hari dan menatap bintang-bintang, berkata: ’Hari ini lebih baik dari pada yang lalu. Karena anak-anakku sudah belajar daya tahan Menghadapi beban hidup. Kemarin malam aku memberi mereka keberanian. Hari ini saya Memberi mereka kekuatan.’ Keesokan harinya, ada awan aneh yang menggelapkan bumi. Awan perang, kebencian dan kejahatan. Anak-anak itu meraba-raba dan tersandung-sandung dalam gelap. Ibunya berkata: ‘Lihat keatas. Arahkan matamu kepada sinar.’ Anak-anak menengadah dan melihat diatas awan-awan ada kemuliaan abadi Yang menuntun mereka melalui kegelapan. Dan malam harinya ibu itu berkata: ’Ini hari yang terbaik. Karena saya sudah memperlihatkan Allah kepada anak-anakku. Hari berganti minggu, bulan, dan tahun. Ibu itu menjadi tua, dia kecil dan bungkuk. Tetapi anak-anaknya tinggi dan kuat dan berjalan dengan gagah berani. Saat jalannya sulit, mereka membopongnya; karena ia seringan bulu. Akhirnya mereka sampai ke sebuah bukit. Dan di kejauhan mereka melihat Sebuah jalan yang bersinar dan pintu gerbang emas terbuka lebar. Ibu berkata: ’Saya sudah sampai pada akhir perjalananku. Dan sekarang saya tahu, akhir ini lebih baik dari pada awalnya. Karena anak-anakku dapat berjalan sendiri dan anak-anak mereka ada di belakang mereka.’
[ac-i] Fw: [nasional-list] Fwd: suarapembaruan.com --- Kembalinya Para Seniman Terlarang
--- On Thu, 26/6/08, awind [EMAIL PROTECTED] wrote: From: awind [EMAIL PROTECTED] Subject: [nasional-list] Fwd: suarapembaruan.com --- Kembalinya Para Seniman Terlarang To: [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, 26 June, 2008, 4:22 AM http://www.suarapem baruan.com/ News/2008/ 06/25/Hiburan/ hib01.htm SUARA PEMBARUAN DAILY Kembalinya Para Seniman Terlarang SP/Ferry Kodrat Patung dua tentara zaman kemerdekaan bangsa Indonesia yang terbuat dari bahan semen dengan judul Trip, karya Sudjatmoko, dengan latar belakangnya lukisan karya Djoko Pekik yang berjudul Tak Seorang pun Berniat Pulang Walau Mati Menanti, menjadi salah satu karya yang dipamerkan dalam pameran seni rupa Sanggar Bumi Tarung di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 19-29 Juni. ezim Orde Baru (Orba) di bawah kepemimpinan presiden kedua RI, Soeharto, bukan saja telah memasung ke- bebasan para seniman (pelukis) untuk berekspresi, me-lainkan juga sudah mencabik-cabik hak asasi dan hati nurani untuk hidup bebas, apalagi dalam berkarya di atas kanvas. Selain penyiksaan di dalam tahanan, penghancuran terhadap jati diri seniman pun pernah dilakukan oleh rezim Orba. Setelah bergeloranya Gerakan 30 September oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), pemimpin negara ini mengalami salah kaprah dalam menilai arti kebebasan berekspresi dari para seniman. Para seniman yang dinilai revolusioner diciduk dan dijebloskan ke dalam tahanan. Karya-karya mereka pun dimusnahkan (dibakar). Sengsarakah mereka? Itu sudah pasti. Bukan hanya sengsara badan, melainkan juga psikis karena dalam tahanan, para seniman itu tidak bisa melakukan apa-apa, apalagi menarikan kuasnya di atas kanvas. Itulah yang dialami sekitar 30 lebih pelukis yang menjadi anggota Sanggar Bumi Tarung. Dari 30 lebih pelukis tersebut, tinggal 11 pelukis (yang lainnya meninggal dunia) yang masih hidup dan eksis di dunia seni rupa Indonesia, Djoko Pekik dan Amrus Natalsya. Apa yang dialami Djoko Pekik dan kawan-kawan jelas menyisakan traumatik yang berkepanjangan. Bahkan, sampai dalam era reformasi saat ini, para seniman itu masih trauma sekalipun seniman lain sudah bebas mengekspresikan perasaannya di atas kanvas. Pengalaman-pengalam an getir serta gejolak perasaan yang pernah dan masih dialami anggota Sanggar Bumi Tarung itulah yang menjadi titik balik kembalinya orang- orang terlarang. Kali ini mereka menggelar pameran seni rupa yang menampilkan sejumlah karya-karya seni Sanggar Bumi Tarung di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, hingga 29 Juni 2008. Pameran Sanggar Bumi Tarung memiliki arti sangat penting dalam sejarah seni rupa Indonesia. Tidak bisa juga dimungkiri bahwa para seniman yang menjadi anggota Sanggar Bumi Tarung yang berdiri tahun 1961 ini, merupakan pelaku sejarah seni rupa Indonesia, meskipun nama-nama dan keberadaan mereka tidak ada sama sekali dalam buku sejarah mengenai seni rupa Indonesia karena dianggap sebagai pemberontak. Bagi para seniman Sanggar Bumi Tarung, pameran di Galeri Nasional Indonesia ini adalah yang kedua kalinya. Sebelumnya, mereka menggelar pameran pertama berlangsung pada tahun 1962 di Galeri Budaya, Jakarta. Kebebasan Sekalipun masih tersisa trauma, Djoko Pekik mengaku tidak sakit hati. Demikian juga rekan-rekannya di Sanggar Bumi Tarung tidak dianggap sebagai pelaku sejarah seni rupa Indonesia. Bagi saya selaku seniman, yang terpenting adalah memiliki kebebasan dalam berkarya. Sebab, kebebasan para seniman dalam berkarya itu tidak bisa dihalang-halangi oleh kekuasaan. Hanya Tuhan yang bisa menghalangi kebebasan kami dalam berkarya, ujar Djoko kepada SP di Jakarta, baru-baru ini. Mengomentari era reformasi saat ini, Djoko Pekik masih menilai belum adanya kebebasan yang dimiliki para seniman. Menurut dia, reformasi yang dijalankan hanya kulitnya saja. Maksudnya, reformasi yang dibangun hanya untuk mengalahkan dan memenangkan seseorang. Akibatnya, orang yang sudah menang, kemudian dikalahkan, tetapi orang itu tidak terima. Reformasi apa itu? ujar dia. Sementara itu, rekannya, Misbach Tamrin menjelaskan, meskipun dia dan rekan-rekannya pernah dimarginalkan bahkan ditahan tanpa melalui proses hukum (persidangan) . Hingga kini, para anggota Sanggar Bumi Tarung tidak pernah lepas dari perhatian kami dalam ber- karya, yaitu mencintai rakyat kecil dan orang-orang yang dianiaya. Dalam memberikan sajian kepada masyarakat dalam pameran tersebut, ruang pameran utama Galeri Nasional Indonesia dibagi menjadi tiga bagian ruang pameran. Dinding dan lantai ruangan utama menyajikan lukisan-lukisan, patung, dan pahatan mengenai pengalaman para seniman yang teraniaya. Satu ruangan lagi berisi karya-karya para seniman yang memiliki kesan sebagai karya kontemporer revolusioner. Sementara itu, satu ruang lagi berisi mengenai lukisan-lukisan dan foto-foto karya seniman pada era 60-an, seperti lukisan Drinking Water karya Amrus Natalsya. Dari beberapa lukisan yang terpajang, terdapat satu lukisan yang dibuat Djoko
[ac-i] Historical Island Adventure: Liburan ke Pulau Onrust!
Dear All, Berikut ini adalah Agenda Historia dalam bulan Juli, Mohon untuk disebarkan. Karena acara ini dalam rangka HUT Jakarta ke-481th. Mohon maaf jika kurang berkenan.\, dan abaikan saja. Atas kebaikan teman-teman kami ucapkan terima kasih. Salam Historia, Asep Kambali, KHI. ARUNG SEJARAH MARITIM Onrust, Kelor, Cipir Bidadari* Island Minggu, 6 Juli 2008, Pkl.07.00-16.00 wib. (one day tour) HTM Rp. 135.000.- / peserta, terbatas hanya untuk 60 orang. Kegiatan tidak akan dilaksanakan jika peserta kurang dari 30 orang. So, buruan ajak teman-teman yang lain! TERMASUK pin unik; air mineral; transportasi kapal pp; t-shirt, tiket masuk lokasi [3 pulau], makalah/ handsout, tour guide nara sumber. TIDAK TERMASUK asuransi jiwa/kecelakaan; tiket masuk pulau Bidadari; makan siang; snack; transportasi menuju Muara Kamal. MEETING POINT Tempat Pelelangan Ikan / Pelabuhan Muara Kamal CATATAN TIPS Acara 100% di pulau, memadukan walking tour dengan mengarungi lautan; Untuk itu dipersilahkan membawa makanan (ringan+berat) dan obat-obatan pribadi secukupnya; Disarankan memakai pakaian casual, sandal gunung /sepatu kets dan gunakan sunblock. Sebagai tambahan bawa juga kamera/ handycam/ recorder/ handuk kecil/ topi lebar/ sun glass/ paying/jas hujan, bila prlu pelampung pribadi, dll. Karena kegiatan banyak dilakukan di dalam pulau bersejarah dan lautan, maka perlu berhati-hati dalam beraktivitas, tidak pisah dengan rombongan, dan tidak berkata-kata yang sombong. Semua peserta dilarang mengambil, memindahkan, merusak, mencorat-coret barang-barang/ benda-benda bersejarah yang ada di setiap pulau. CARA PEMBAYARAN Silahkan telepon ke no. di bawah untuk mendapatkan no. urut. Kemudian transfer sesuai no. urut Anda ke: Acc. 697-0109-160. an. ASEP KAMBALI, BCA Cab. Kartini Jakarta Pusat. Pendaftaran dan Pembayaran TUTUP 3 Juli 2008, pkl. 21.00 wib. Bukti Transfer dibawa pada hari H untuk Registrasi Ulang. Siapa cepat bayar, dialah fix sbg peserta. Contoh: Donny peserta no. urut 25, maka membayar dgn cara transfer Rp. 135.025. INFO LENGKAP PENDAFTARAN KOMUNITAS HISTORIA INDONESIA Telp: 021.7044.7220, Mobile: 0818.0807.3636; Email: [EMAIL PROTECTED]; Millist: http://grousp.yahoo.com/group/komunitashistoria Website: http://komunitashistoria.blogspot.com BURUAN DAFTAR NANTI GAK KEBAGIAN...! Peserta yang sudah daftar:1.Mimi, 2.Novi, 2.Teman Mimi, 4.Teman Mimi, 5.Teman Mimi, 6.Teman Mimi, 7.Teman Mimi, 8.Teman Mimi, 9.Teman Mimi, 10.Teman Mimi, 11. ...
Re: [ac-i] Perlunya 'Forum Kebudayaan Indonesia'
Saya hanya penggiat budaya (bukan budayawan) Kebetulan saat ini menjabat sebgaia Dirjen Migas, Dep ESDM. Salam, Luluk 2008/6/26 safrullah sanre [EMAIL PROTECTED]: Salam dan bahagia. Saya minat untuk datang. Biasanya dengar Mas Luluk dalam birokrasi pusat kekuasaan. Kalau salah ataukah telah pensiun haraplah maafkan daku. Kalaua boleh kirim undangan SAFRULLAH SANRE Jalan Belibis i No. 14 Makassar 90124. (Ketua Dewan Kesenian Sulawesi Selatan) --- On *Mon, 6/23/08, luluk sumiarso [EMAIL PROTECTED]* wrote: From: luluk sumiarso [EMAIL PROTECTED] Subject: [ac-i] Perlunya 'Forum Kebudayaan Indonesia' To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Date: Monday, June 23, 2008, 5:24 PM Teman2 yang Peduli Budaya, Tentu kita tergelitik dgn berbagai tulisan yang dimuat Kompas Minggu tgl 22 2008 yang menyangkut kebudayaan Indonesia, utamanya yang berjudul *Secara Kultural Kita Sedang Kalah, *tulisan Frans Sartono yang mengulas pendapat Saini KM, yang budayawan, penyair, penulis drama, penulis esai yang memprihatinkan budaya bangsanya yang tengah jatuh dan kehilangan arah. ' *Karena dalam gelombang globalisasi, bangsa yang tidak punya karakter akan lenyap*', kata Saini. Saya berpendapat bahwa kita perlu mempunyai *Visi Budaya* yang jelas yang dipakai sebagai arah perjalanan (budaya) bangsa kita. Kelihatannya selam ini kita sibuk dan jalan sendiri-sendiri. masing-masing ungkin baik, tetapi kita kurang bersinergi. Meminjam judul sebuah sinetron terkenal, Ibarat Serpihah Mutiara Retak. Beberapa kalangan bahkan ada yang mengartikan dan meredusir seolah budaya itu hanyalah sebatas Seni-Budaya. Padahal unsur budaya lebih dari itu, mencakup pula antara lain adat istiadat dan bahkan teknologi. Hasil proses budaya inilah yang akan berupa peradaban suatu bangsa. Terus terang, saya bukan budayawan dan juga bukan pelaku industri budaya. Saya hanyalah satu diantara mereka-mereka yang peduli budaya bangsanya dan menggiatkan kegiatan budaya, khususnya budaya tradisional. Tahun lalu, tepatnya tanggal 5 Juli 2007 di Balai Kartini, Jakarta, kami bersama Lintas Budaya Nusantara dan Media Grup menyelenggarakan Sarasehan Budaya dalam rangka memperingati Kongres Kebudayaan Pertama yang diselenggarakan di Solo tanggal 5 Juli 1918, sepuluh tahun setelah lahirnya Boedi Oetomo. Konggres ini , walaupun pada tahap awal merupakan Konggres Kebudayaan Jawa, tetapi kemudian diperluas menjadi Kongres Kebudayaan Nasional pada tahun-tahun, yang kemudian berujung juga dengan diselenggarakannya Sumpah Pemuda 10 tahun kemudian. Sarasehean dibuka oleh menbudpar Jero wacik, menampilkan pembicara antara lain Dr. Edi Sedyawati, Jakob Oetama dan Christine Hakim. Salah satu butir kesimpulan adalah perlunya dibentuk 'Forum Kebudayaan Indonesia' untuk menggalang semua potensi budaya bangsa, tanpa harus mengilangkan identitas masing-masing. Untuk itulah, memanfaatkan momentum yang tepat, yaitu 100 Tahun Kebangkitan Nasional, 90 Tahun Konggres Kebudayaan Pertama dan 80 Tahun Sumpah Pemuda, kami bersama beberapa tokoh budaya dan mereka-mereka yang peduli budaya, akan membentuk *'Forum Kebudayaan Indonesia* pada tanggal 5 Juli 2008 pukul 10.00.Tempatnya adalah di Studio Radio Republik Indonesia, jalan Merdeka Barat Jakarta. Forum ini adalah Non-Politik, akan dipakai sebagai sarana komunikasi semua unsur budaya, tanpa mengurangi/meredusi r identitas peran masing-masing, juga untuk membantu pemikiran-pemikiran mengenai visi budaya bangsa Indonesia ke depan. Harapanya, ke depan 'forum' ini dapat berkembang menjadi 'semacam KONI' untuk Kebudayaan Nasional Indonesia. mohon email ini disebarkan ke teman-teman yang poeduli budaya. Karena tempat terbatas, teman-teman yang berminat mohon mendafta ke *pedulimajapahit@ gmail.com [EMAIL PROTECTED] *Mudah-mudahan forum ini bermanfaat. Jakarta, 24 Juni 2008 Salam Budaya Luluk Sumiarso Pembina Paguyuban Puspo Budoyo/ Ketua Yayasan Peduli Majapahit (Sekedar tambahan informasi, saat ini kami sedang melakukan upaya Rekonstruksi Kompleks Kraton Majapahit dalam rangka menyelamatkan Situs Trowulan, seiring dengan upaya yang dilakukan oleh Depbudpar. Kalau ada teman-teman yang berminat dan akan berkontribusi pemikiran dll, silahkan menghubungi kami di *pedulimajapahit@ gmail.com[EMAIL PROTECTED] *).)