[ac-i] lingka : sansana bulan pambelum: aku tak kan sampai ke visaya, tetap di laut
Lingka: Sansana Bulan Pambelum AKU TAK KAN SAMPAI KE VISAYA, TETAP DI LAUT tak jauh memang visaya dan borneo tapi seperti sorga dan komunisme aku tak pernah kan sampai di sana harapan dan cinta sering serupa pulau fatamorgana sang kapitan lama dilelahkan samudera -- kemutlakan hanyalah impian sia-sia tidak senyata visaya dan kampunghalaman panas dingin musim kembaraku hanya kapitan tetap kapitan anak pinisi putera topan dikawal ajal berpeta harapan jentera tak lepas dari genggaman laut atau daratan wilayah pertarungan dan hidup niscaya sejak pengungsian nah, barangkali kau kemudian paham mengapa aku tak segan memberontak walau tak sampai ke visaya tak kujual jiwaku seharga kopra atau lateks ekspor karena itu aku masih saja seorang anak pinisi dan baris-baris begini terus kutulis bagai catatan harian sebelum malam mengakui laut memang rumah sejati dan nyawa pencari pantai misteri visaya di depan mata harapan tak semua tergenggam ke borneo pun aku tak tentu kembali tiba lambat menyaing gerak di pantai dan dermaga ada bayang-bayang samar selalu samar wajah laksaan kemungkinan Winter 2009 - JJ. Kusni Importing contacts has never been easier..Bring your friends over to Yahoo! Mail today! http://www.trueswitch.com/yahoo-sg
Re: [ac-i] REPOST: Nyadran
salah acara Nyadran yg terkenal di Jogja : Nyadran Wonolelo http://bintangtenggara.multiply.com/photos/album/64/Ziarah_Kubur_A_Devotional_Visit_ salam dp --- On Sat, 1/17/09, yohanes sutopo ysut...@telkom.net wrote: From: yohanes sutopo ysut...@telkom.net Subject: [ac-i] REPOST: Nyadran To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Date: Saturday, January 17, 2009, 3:43 AM Essay Nyadran Di kampung saya masih sering diadakan upacara nyadran. Meski frekuensinya sangat berkurang dibandingkan ketika saya masih kecil dulu. Dulu sewaktu saya masih kecil, setiap bulan 'Ruwah', hampir setiap rumah mengadakan kenduri untuk mengenang arwah anggota keluarga yang telah meninggal. Sehingga setiap bulan 'Ruwah', hampir tiap petang saya bisa makan daging ayam kampung yang direbus. Acara kenduri seperti itu sekarang berkurang sekali. Hanya masih tersisa satu dua keluarga yang bersedia mengadakannya. Sedangkan 'nyadran' adalah semacam kenduri juga yang biasa diadakan di tempat keramat. Di kampung kami terdapat dua tempat keramat ini: Sumur Kidul (sebuah sumur tua dengan pohon beringin besar ) dan Punden (yang dipercaya sebagai tempat peristarahatan Sunan Giri sewaktu singgah di kampung kami. Kini kampung di mana terdapat petilasan Sunan Giri tersebut diberi nama kampung Giren (kependekan dari 'Sunan Giri leren'). Setahun sekali pada peringatan hari bersih desa (sedekah bumi), orang-orang membawa ayam ingkung lengkap dengan nasi dan lauk-pauknya ke Punden. Di sana mereka akan saling berbagi: dan dengan demikian memulihkan harmoni (keselarasan) hubungan manusia dengan sesamanya, manusia dengan alam semesta, bahkan manusia dengan roh-roh gaib yang tidak kelihatan. Inti budaya Jawa adalah: Harmoni (keselarasan) . Keselamatan ditemukan di dalam harmoni. Sehingga kenduri disebut juga: slametan. Di dalam kenduri, orang sekampung berkumpul, dan berbagi makanan dari 'ambeng' yang sama: hubungan baik dipulihkan, harmoni kembali ditegakkan. Orang Jawa bukan saja merindukan harmoni dalam hubungan antar manusia tapi juga hubungan manusia dengan alam semesta, bahkan dengan roh-roh gaib yang tidak kelihatan: maka diberikanlah sesaji di tempat-tempat angker: sumur-sumur tua dan pohon-pohon besar. Mereka tidak bermaksud 'menyembah' roh-roh tersebut, tapi sekedar bermaksud memulihkan keselarasan dengan seluruh alam (termasuk dengan alam yang tidak kelihatan). Karena hanya di dalam keselarasan (harmoni) dapat ditemukan keselamatan. Jika harmoni ini terganggu maka timbulah bencana: banjir bandang, perang, kerusuhan, terorisme, sakit-penyakit. .. dan semua bentuk 'sengkala' lainnya. Walahualam. Salam, ys www.catatanrenungan .blogspot. com
[ac-i] 17 desember 2009
kamis malam 16 desember malam tahun baru.. diri ku sampai di kota yang sering di sanjung sanjung di nusantara ini setelah memasuki kota nya langkah ku arahkan ke Pendopo Nol kilometer. ku hempaskan ke letihan di atas sopa tua di pojok sambil menghirup ke sejukan sore itu, mungkin memang berbeda klo di bandingkan masa masa menir belanda menjadikan bandung sebagai kota peristirahatan, berdasar bukti bukti yang ada bebera meter dari sana tongkat kota bandung di tancapkan,. pojok atas bar keliatan poto poto para pemimpim bandung. tak berapa lama seorang pelayan menghampiri ku menyapa dengan senyuman khas tanah priangan, sambil menananyakan adakah sesuatu dapat di bantu. karna saya baru pertama kali dataeng ke pendopo 0 Km. saya diajak berkeling sambil memperkenalkan bandung pada saya, seakan akan semua nya telah di siapkan untuk saya. sambil mengucapkan terimaksih saya sampaikan pada nya klo saya mau minum kopi aja pelayan itu menanyakan apakah saya mau di ambil kan, aku mau bikin sendiri. saya coba bikin sendiri aja ujar ku silahkan bapak di sebelah sana di atas perapian ada 2 buah teko kedua telah berisi air panas.. di samping nya ada meja kecil, disana ada beraneka macam kopi di nusantara ini yup, saya melangkahkan kaki kesudut ruangan itu di ikututi pelayan tadi karan saya sedikit bingung memilih kopi nya pelayan tadi datang menghampiri, maaf adakah yang dapat saya bantu ujar nya oya saya mau coba kopi bandung sambil memperliat kan merek kopi nya kepada saya pelayan bertutur tentang proses kopi dan awal pendirian nya minum kopi sama pisang rebus di sore yang indah gerimis masih aja membasuh debu pada bunga bunga di pinggir jalan. sambil menghirup