Re: [ac-i] Undangan Kuliah Orang Islam dalam Karya Pramoedya
mbak maaf kami mungkin tidak bisa datang. tapi lain kali kami tentu tetap berharap ada undangan jika ada aktivitas di sini. Terima kasih kerja samanya. Salam, Brigitta - Original Message - From: MGR To: salih...@yahoogroups.com Sent: Friday, March 06, 2009 9:32 AM Subject: [ac-i] Undangan Kuliah Orang Islam dalam Karya Pramoedya RANGKAIAN KULIAH TENTANG “STEREOTIPE DALAM SENI” Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer Sabtu, 7 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, Pembicara Abd Hadi WM (Penyair dan Dosen di Universitas Paramadina) === MOHON KONFIRMASI Kawan-kawan yang budiman Kami berharap konfirmasi anda sekali lagi untuk keperluan: menyiapkan tempat (acara akan digelar di ruang serba guna salihara yang hanya memuat 70 orang) namun dari undangan melalui facebook sudah lebih 170 orang yang ingin datang, kemungkinan besar akan dipindanh ke teater salihara yang berkapasitas 230 orang. Selain itu menyiapkan penggandaan makalah nanti. Untuk itu, kami berharap anda mengirimkan konfirmasi lagi ke email gun...@salihara.org atau mengirim pesan pendek ke Asty di 0817-999-5057 Sekian dan terima kasih Mohamad Guntur Romli Stereotipe adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan negatif yang dapat memicu beragam interpretasi. Namun keduanya jauh dari kebenaran. Jenis-jenis stereotipe mudah kita jumpai dalam masyarakat yang majemuk. Stereotipe yang negatif memiliki tingkatan: dari sebab pengamatan yang dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun steotipe yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa menyebabkan benturan hingga kekerasan. Dalam “Rangkain Kuliah tentang Stereotipe” ini, jenis-jenis stereotipe yang secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai dari sebab-musabab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan untuk tujuan apa ia dibangun. Dalam tema “Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer” akan diteliti bagaimana Pramoedya membangun watak dan citra orang Islam, terutama dalam novel-novelnya: Arus Balik, Gadis Pantai dan Midah. Sedangkan dalam “Orang China dalam Sastra Hindia-Belanda”, akan diulas bagaimana orang China digambarkan dalam karya-karya literatur era Kolonial. Dalam “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat”, akan diperiksa gambaran hingga imaji para pelukis Barat dalam merekonstruksi orang Bali, khususnya kalangan perempuannya. Orang Bali yang identik dengan eksotisme dan erotisme. Dan dalam kuliah “Orang Belanda dalam Film-film Indonesia”, akan dikaji bagaimana sutradara hingga sineas Indonesia menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda dalam film-film mereka. Orang Belanda yang sering muncul dengan tingkah polah yang amoral: mabuk, berjudi, main perempuan, dan lain-lain. Sabtu, 7 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer” pembicara Abd Hadi WM (Penyair dan Dosen di Universitas Paramadina) Sabtu, 14 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang China dalam Sastra Hindia-Belanda”, pembicara Widjajanti Dharmowijono (Dosen di Akademi Bahasa 17 Agustus 1945 Semarang) Sabtu, 21 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat” pembicara Jean Couteau (Budayawan dari Prancis lebih dari 24 tahun mendalami seni budaya Bali, telah menulis lebih dari 15 judul buku dalam bahasa Inggris, Prancis dan Indonesia). Sabtu, 28 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Belanda dalam Film-film Indonesia” pembicara Eric Sasono (Kritikus film dan pengelola situs rumahfilm.org) Komunitas Salihara Jalan Salihara No 16 (dekat Universitas Nasional) Pasar Minggu, Jakarta Selatan http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=5id=36item_id=585 -- Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain!
Bls: [ac-i] telah terbit PROSES SASTRA # 2 / Maret
Salam dan Selamat.. Kalu boleh tanya, gimana car mendapatkna soft copy nya? --- Pada Jum, 6/3/09, helmi haska helmiha...@yahoo.com menulis: Dari: helmi haska helmiha...@yahoo.com Topik: [ac-i] telah terbit PROSES SASTRA # 2 / Maret Kepada: artculture-indonesia@yahoogroups.com Tanggal: Jumat, 6 Maret, 2009, 1:48 PM Terbit PROSES SASTRA #2/Maret Inilah zine underground sastra pertama di Indonesia, yang digarap secara gotong-royong. Para penulis menyumbang dengan sukarela esai/puisi/prosa. Untuk bulan Maret mengusung tema Sastra dan Erotisme. Para kontributor, antara lain: Esai Utama: Indonesia, Erotisme, Globalisasi: ARUS BALIK ATAU ARUS SURUT oleh Marshall Clark Sajak-sajak Binhad Nurrohmat Profil : JOKPIN oleh Fahri Salam Untuk mendapatkan zine ini hubungi: Redaksi/sirkulasi: Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin Taman Ismail Marzuki Jl. Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Kedai Buku I-Boekoe-Tjitro Jl. Veteran I/Monas, Jakarta Pusat Kedai Buku Cak Tarno Stasiun Kereta Api Universitas Indonesia, Depok Harga Rp.10.000 (pengganti ongkos cetak) New Email names for you! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! ___ Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru. Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions..yahoo.com/newdomains/id/
[ac-i] Panti Asuhan Budi Luhur dan Aroma Korupsi Sang Bupati
Dua hari yang lalu, gedung baru untuk Panti Asuhan Budi Luhur yang pernah menjadi rumah saya dalam waktu yang cukup lama akhirnya diresmikan juga. Saya mengetahuinya dari sebuah postingan dalam sebuah milis yang saya ikuti. Ketika membacanya emosi saya langsung tersulut dan menyemburkannya kepada Nasaruddin, bupati yang bertanggung jawab atas penjualan lahan dan pembangunan gedung baru Panti Asuhan ini. Tulisan saya tersebut langsung ditanggapi oleh seorang miliser bernama Aulia, yang langsung menggurui saya dengan mengatakan Bang Win, kita justru sebaliknya mesti bersyukur, pemda mau ngurus anak2 yatim itu. Kalo bukan pemda dan kita, siapa lagi yang mau ngurus. 120 anak yatim itu mestinya jg tanggung jawab kita bersama. Dan itu bukan jumlah yang sedikit. Apayang udah kita lakukan buat mereka??? Ada yang berani jawab??? Saya merasa miris membaca tulisan yang begitu mengagungkan Pemda ini, apalagi ketika dia mengatakan SEHARUSNYA kita bersyukur karena pemda mau ngurus 120 anak yatim itu. Ucapan ini mengingatkan saya pada Harmoko, menteri penerangan di masa orde baru dulu yang terkenal dengan ucapan khasnya menurut petunjuk bapak presiden. Menurut saya, tulisan ini jelas adalah propaganda murahan dan menyesatkan khas pemerintahan di masa lalu, yang terbiasa memanipulasi fakta untuk membodoh-bodohi rakyatnya. Indikasi adanya pembodohan ini terlihat jelas dari pernyataannya yang mengatakan bahwa anak-anak yatim itu diurusin oleh Pemda. Melalui kata-kata ini penulis ini seolah-olah mengatakan anak-anak Panti Asuhan itu bisa hidup karena kebaikan hati pemda di bawah pimpinan Nasaruddin sebagai bupati. Pernyataan ini jelas sesat, karena dari dulu itu anak yatim di Panti Asuhan itu dibiayai oleh Depsos, mungkin kali ini sudah ada dana khusus ke sana dari pemda tapi itu bukan dana dari kantong pribadi mereka. Sudah ada dana khusus yang memang sudah HAK anak-anak yatim itu. Ketika dia katakan 120 anak yatim itu adalah jumlah yang banyak ini juga sesat. 120 adalah jumlah yang sangat sedikit untuk ukuran kabuapten dengan jumlah penduduk sebanyak Aceh Tengah. Buktinya sedikitnya jumlah 120 adalah fakta bahwa di Aceh Tengah masih banyak Panti Asuhan Non Pemerintah yang menampung anak-anak yatim dari kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah yang tidak mampu ditampung oleh Panti Asuhan Budi Luhur. Jadi kalaulah PEMDA yang dia puja-puja itu mengeluarkan uang 1,8 milyar itu niatnya memang tulus untuk membantu anak yatim. Maka uang itu jelas akan jauh lebih berguna jika digunakan untuk menambah kapasitas Panti yang sekarang cuma mampu menampung 120 orang anak itu. Dengan uang sebanyak itu sebenarnya PEMDA yang sangat dia banggakan itu bisa membangun beberapa gedung sederhana di bagian tanah panti yang sudah mereka jual ke BPD Aceh Tengah. Itu kalau PEMDA mau menambah kuantitas pelayanan. Kalau Pemda mau menambah kualitas, dana sebanyak itu bisa dijadikan dana abadi untuk menunjang pendidikan anak-anak panti yang berprestasi supaya bisa kuliah sampai di perguruan tinggi. Katakan dari dana sebesar itu bisa didapatkan keuntungan 1% saja sebulannya. Maka akan ada uang 18 juta per bulan, yang lebih dari cukup untuk membiayai sepuluh orang anak Panti yang berprestasi sampai tamat kuliah. Sehingga tidak seperti sekarang, anak-anak Panti yang berprestasi harus menunggu kebaikan para dermawan untuk bisa melanjutkan kuliahnya dan beresiko gagal di tengah jalan karena kekurangan pasokan dana. Hal seperti ini pernah terjadi belum lama ini terhadap seorang alumni Panti Asuhan ini yang bernama Mukti yang diterima di ITB (Institut Teknologi Bandung) tapi terpaksa D.O di semester 5 karena ketiadaan biaya. Tapi kenapa pilihan-pilihan seperti yang saya katakan itu tidak diambil oleh PEMDA yang sangat dibanggakan oleh Aulia yang mengomentari tulisan saya ini?...jawabannya adalah karena kalau peruntukan uang tersebut untuk menambah kapasitas panti, proyeknya terlalu kecil. Sehingga dari uang yang 1,8 milyar itu, bupati dan para TIM SUKSES yang dulu membantunya menjadi bupati tidak akan mendapatkan apa-apa. Kalau digunakan untuk menambah kapasitas panti, uang tersebut tidak akan bisa dialokasikan untuk membuat proyek fisik berskala besar yang pengerjaannya diberikan kepada para kontraktor yang dulu menjadi TIM SUKSES Bupati Nasaruddin, pimpinan PEMDA Aceh Tengah yang begitu dibanggakan oleh yang mengomentari tulisan saya ini. Lalu ketika dia bertanya, Apa yang udah kita lakukan buat mereka??? Ada yang berani jawab???...ya jelas saya sebagai mantan penghuni Panti Asuhan Budi Luhur yang tahu persis detail isi dapur panti asuhan ini berani menjawabnya. Jawaban pertama saya terhadap pertanyaannya ini adalah pertanyaan ini salah. Kesalahan pertanyaan ini terletak pada kata KITA yang dia gunakan dalam pertanyaan tersebut, Ketika Aulia mengatakan KITA berarti yang dia maksudkan adalah dia sendiri dan semua orang yang membaca tulisannya. Padahal masalah yang dia tanyakan tersebut
Re: Bls: [ac-i] undangan pameran Imagined Portraits
asyik juga pak mikke bila jadi buku yang agak tebal koleksi self potret se-indonesia. aku mau support apapaun itu lewat Surabaya.Kapan itu aku juga liat self potarait para pelukis eropa (yang macem-macem) koleksi diantara kolegaku di Surabaya. Ciamik Pak. Ayo bikin yang versi indonesianya. salam -Original Message- From: mikke susanto dan_mi...@yahoo.com To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Date: Thu, 5 Mar 2009 17:33:39 +0700 (ICT) Subject: Bls: [ac-i] undangan pameran Imagined Portraits selamat ya Heru... kapan2 kirimi aku kurasimu tentang self potret ini... siapa tahu kita bisa bikin buku tentang Self potret dari kurasi2 kita... aku tunggu kurasi da nkatalogmu... MIKKE SUSANTO FSR ISI YOGYAKARTA Jl.Parangtritis Km. 6,5 Yogyakarta --- Pada Rab, 4/3/09, Heru Hikayat setiaph...@yahoo.com menulis: Dari: Heru Hikayat setiaph...@yahoo.com Topik: [ac-i] undangan pameran Imagined Portraits Kepada: artculture-indonesia@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 4 Maret, 2009, 12:05 AM Imagined Portraits Pameran karya-karya potret Adhya Ranadireksa, Budi Adi Nugroho, Cinanti Astria Johansyah, George Timorason, Henrycus Napitsunargo, Muhammad Reggie Aquara, Roy Voragen, Sally Texania, Tisa Granicia 9 – 14 Maret 2009 Pembukaan 9 Maret 2009 pk. 19.30 Galeri Soemardja FSRD ITB Jl. Ganesha 10 Bandung Potret dalam pengertian sederhana adalah gambar representasi dari orang. Dengan demikian potret berhubungan dengan identitas seseorang atau orang-orang. Namun apakah selalu ada korespondensi yang mulus antara gambar dan apa yang direpresentasikan? Bagaimana kiranya pola hubungan itu? Para perupa dalam pameran ini diajak menjelajahi kemungkinan- kemungkinan hubungan antara gambar potret dan apa yang direpresentasikanny a. Hasilnya adalah sejumlah hubungan yang barangkali tidak selalu terperhatikan andai tidak ditampilkan melalui seni. Karya-karya dalam pameran ini meliputi disiplin seni lukis, fotografi, patung, dan keramik, menunjukan bahkan konstruksi fiksi berperan dalam membentuk representasi dari manusia. (Heru Hikayat - kurator pameran) Apakah demonstrasi turun ke jalan itu hal yang wajar? [http://id.answers.yahoo.com/question/index;_ylt=ArVePPHO1ZycmPLF76FARzLJRAx.;_ylv=3?qid=20080413223411AAeeuR2] Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger [http://sg.rd.yahoo.com/id/messenger/trueswitch/mailtagline/*http://id.messenger.yahoo.com/invite/] Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang!
[ac-i] Tahun 2009 M waktu bumi
Friends, berikut percakapan antara seorang rekan (D) di Vienna, Austria, dan saya (L) di Jakarta. Semoga bermanfaat. + D = Begitulah, Mas Leo, Memang konsep agama agama Ibrahim dari suku suku Semit, yakni Yahudi (Thora dan Talmud), Kristen (Injil) dan Islam (Quran) mempunyai struktur yang sama, yakni dari apa yang diungkapkan Musa, Ibrahim, Yesus sampai Muhammad, yang percaya adanya wahyu melalui nabi nabi, orang yang bernubuat. Semua kisah, kidung, pesan, perintah, larangan, dikemas dalam bentuk pesan yang disampaikan melalui wahyu. The Ibrahimic religions. Sangat berbeda dengan sudut pandang falsafah leluhur kita dari Asia: India, Tiongkok, Jepang, Indonesia... Allah dalam budaya suku suku Semit dipercayai sebagai pribadi yang bicara, seolah bapak tua (pasti bukan ibu atau anak muda), melalui perantara. Apa yang diucapkan diimani sebagai dogma yang tak boleh di utik utik. Nah, kalau apa yang Dia katakan berbeda penyampaiannya, maka jadi ramai, seperti yang dialami manusia 2000 tahun terakhir. Kepada umat yang satu disampaikan pesan lain daripada pesan pada umat kedua, ketiga dst. Ini menyebabkan terus terusan terjadi kisruh, yang sering bersenjata, antara umat ketiga agama ini. Kata Allah, memang hanya dikenal dalam lingkup budaya berbahasa Arab, dan juga digunakan oleh kaum Nasrani di Arab. Kristus yang menggunakan bahasa Aram, tak mengenal istilah ini. Juga orang Yahudi mengenal kata YHWH, bukan Allah. Tidak saja itu, apa yang dipesankan Allah (=God) dalam ketiga agama ini juga berbeda. God dalam budaya Israil tak mengenal Yesus, juga Muhammad. Umat Nasrani mengimani God berwujud tiga (Trinitas), dan God dalam Islam mengutus Muhammad, yang tak dikenal dalam agama agama lain, dan tak ada istilah trinitas. Dalam agama agama dan kepercayaan di Asia, yang diwariskan oleh leluhur kita, tak ada God yang berdiri di langit dan berkata apa apa, juga tak ada utusan berbentuk malaikat siapapun. Dari Tao sampai Buddha ditekankan, keIlahian ada dalam alam semesta, yang bermanifestasi dalam diri kita semua, tiap insan. Kebaikan dan keluhuran kita lakukan, bukan atas perintah siapa siapa, namun demi keluhuran itu sendiri. Karena sesuatu yang baik, adalah baik (terlepas siapa yang mengatakannya). Karena disini tak ada yang katanya, diperintahkan dari langit, maka tak ada mutlak mutlakan, tak ada eyel eyelan. Juga tak ada takdir, yang jlegerrr... diputuskan dari langit, yang ada, adalah wujud dari tiap tindakan kita sendiri. Baik atau buruk. L = Iyalah, memang seperti itu realitanya, agama-agama semitik itu memiliki tradisi nubuah, berucap atas nama Tuhan. Dan lucunya, agama-agama semitik juga menutup sendiri tradisi nubuah itu setelah periode tertentu. Agama Yahudi bilang bahwa nubuah telah selesai setelah kitab suci di-buku-kan (di- baku-kan). Kristen juga begitu. Islam juga begitu. Pedahal, aktifitas nubuah berlangsung terus. Walaupun kitab-kitab suci agama-agama semit itu telah di-baku-kan, kegiatan nubuah berjalan terus sampai saat ini dan, tentu saja, sampai kapanpun. Bernubuah is to prophesy, as simple as that. Tradisi-tradisi non semitik memiliki juga aktifitas serupa dengan nama berbeda. Di Jawa ada kegiatan dawuh, berbicara atas nama orang yg telah meninggal. Pedahal yg berbicara si manusia itu sendiri, yg mungkin tapping ke memory manusia lain atau bahkan ke memory milik alam atau Tuhan. D = Betul juga. Budaya Kejawen juga mengenal konsep wahyu atau dawuh, dimana dipercaya oleh seorang pelaku kebathinan (sing nglakoni), bahwa ada wangsit, yang mengatakan ini itu, atau ini itu akan terjadi. Ini pada dasarnya juga nubuat. Ini biasanya, setelah orang mendatangi situs situs gaib, makam keramat, prasasti purba, sumur, pohon atau yang lain. Beda utama dengan struktur kepercayaan suku suku Semit atau agama agama Ibrahimist, Yahudi, Kristen dan Islam, wahyu ini sangat amat mutlak dan dipercaya datang langsung dari God, berlaku untuk selamanya. Dalam budaya Kejawen ini sangat individual, dan tidak di-baku-kan. Disini unsurnya adalah percaya, dimana seringkali memang lebih comfortable percaya yang gaib gaib, daripada berpikir kritis. Dalam sejarah kita banyak contoh konfrontasi antara yang gaib gaib ini dan fenomena nalaryah. Perang Diponegoro, misalnya, dimana dipercaya Diponegoro mendapatkan wahyu macam macam, memiliki kekuatan gaib untuk mengusir Belanda. Belanda menghadapi Diponegoro dengan konsep taktis militer, yang juga dipergunakan dalam Perang Napoleon. Artilerie medan ternyata mengalahkan kekuatan gaib. L = My point is, kegiatan ber-nubuah atau prophesying itu berjalan terus sampai saat ini dan sampai kapanpun manusia hidup di atas bumi. Kita semua bisa naik ke kesadaran tinggi yg adanya di diri kita dan ber-nubuah tentang apa yg harus kita lakukan. Di kesempatan lain saya pernah bilang bahwa presiden pertama NKRI itu seorang nabi. Sukarno was prophesying when he said: Gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang di langit! Dari mana