[ac-i] Sie Jin Kwie, Potret Lelahnya Mengolah Teater

2010-05-03 Terurut Topik Roy Thaniago
Diambil dari 
http://roythaniago.wordpress.com/2010/04/22/sie-jin-kwie-potret-lelahnya-mengolah-teater/
 


Sie Jin Kwie, Potret Lelahnya Mengolah
Teater
Oleh: Roy Thaniago

Teater Koma, sebagai
salah satu kelompok teater di Indonesia yang punya umur panjang ini, berulah 
lagi. Kali ini ulahnya dikasih judul ‘Sie
Jin Kwie’. Pentas yang digelar di Graha Bhakti Budaya pada 5-21 Februari 2010
ini menjadi produksi ke-119 dalam usia 33 tahun Teater Koma.
 
LAKON Sie Jien Kwie, yang mengambil latar
di Cina ketika pemerintahan Dinasti Tang (618-907), memang menjadi pilihan
cerita yang menggembirakan di tengah berlangsungnya euforia perayaan
‘kembalinya’ masyarakat Cina di Indonesia. Bahwa terhitung sejak tahun 2000, di
mana pemerintah mencabut Inpres 14/1967 tentang pelarangan hal-hal yang berbau
Cina, kelompok etnis masyarakat ini kembali patut turut dicatat dalam sejarah
sebagai salah satu elemen yang membentuk Indonesia sebagai sebuah bangsa. 
Rupanya
Teater Koma pun turut ingin mencatatnya, sekaligus terlibat dalam perayaan ini.
Dan tahun ini tepat 1 dekade, di mana pemaknaan perayaan ini menjadi makin
mesra. Makin manis. Akankah lakonnya pun turut manis? 
 
Mungkin iya. Banyak penonton yang riang, dan semua media
meliput dengan girang, seolah tidak ada yang perlu dipersoalkan. Kenyataannya,
tidaklah harus demikian. Pujian yang berlebihan, hanya melahirkan seniman yang
mapan. Padahal, seniman harus terus gelisah, harus terus mencari. Ketika ia
berhenti mencari, ia sudah selesai sebagai seniman.
 
Bukan mencari-cari penyakit kalau tulisan ini mengambil
sikap berbeda dibanding ulasan-ulasan lain yang bergenit eluan tentang 
pementasan
Sie Jin Kwie. Pasalnya, di samping banyak hal positif (konsistensi berteater,
manajemen kelompok, regenerasi, kemampuan mengembangkan penonton, dan
produktivitas), demikianlah yang ada: pementasan ini memperlihatkan Teater Koma
yang kehabisan energi artistik. Inilah pementasan Teater Koma yang usang dan
tampak kelelahan.
 
Sie Jin Kwie Sebagai
Sejarah
 
Menyaksikan Sie Jin Kwie berarti membaca sejarah. Khususnya
sejarah bangsa Cina di jaman kerajaan. Sie Jin Kwie adalah seorang jendral
perang paling terkenal dari Dinasti Tang. Kisah tentangnya sudah menjadi cerita
klasik di Tiongkok, bahkan lebih sering dipahami sebagai mitos akibat 
dipopulerkan
lewat cerita fiksi yang didramatisir.
 
Sie Jin Kwie dalam dialek Mandarin dilafal Xue Ren Gui. Di
Indonesia, yang banyak dihuni pengucap berlidah Hokkian, ia dikenal sebagai Sie
Jin Kwie. Pada awalnya di Tiongkok, kisah ini ditulis oleh Tio Keng Jian, dan
kemudian disunting oleh Lo Koan Chung.
 
Adalah penerbit Kho Tjeng Bie yang punya andil dalam
mengenalkannya ke masyarakat Indonesia.
Dan Siauw Tik Kwie, yang punya nama lain Ki Oto Swastika, karena usahanya dalam
menyebarkan filsafat Ki Ageng Suryo Mentaram, semakin mempopulerkannya sebagai
komik dengan judul Sie Djin Koei yang dimuat secara bersambung di majalah
Star Weekly pada 1950-an. Pun di era 1990-an, Markus Aceng Setiawan kembali
mengangkat kisah Sie Jin Kwie untuk masyarakat Indonesia. Oleh N. Riantiarno, 
sutradara
Sie Jin Kwie, cerita ini ditulis ulang untuk kemudian ia sutradarai.
 
Pementasan lakon Sie Jin Kwie yang digelar Teater Koma kali ini,
adalah salah satu bagian dari trilogi yang kedua bagian lainnya akan
dipentaskan pada tahun-tahun pementasan berikutnya. Lakon berdurasi sekitar 4
jam ini, mengisahkan Sie Jin Kwie (Rangga Riantiarno), seorang pemuda dari
keluarga miskin yang akhirnya termashyur menjadi panglima perang dari Dinasti
Tang.
 
Dinasti Tang yang dikaisari oleh Lisibin (Prijo S. Winardi)
ini ditantang perang oleh Kerajaan Kolekok, yang merupakan salah satu daerah
kekuasaan Dinasti Tang. Tantangan perang ini dipimpin oleh Jendral Kaesobun
(Paulus Simangunsong), yang setelah sebelumnya melakukan kudeta dari Raja
Kolekok (Budi Suryadi). Dalam ancaman perang ini, Sie Jin Kwie hadir sebagai
pahlawan penyelamat dalam mimpi Lisibin, sang kaisar. Maka, segala cara Lisibin
tempuh untuk bisa bertemu dengan Sie Jin Kwie. Dari sinilah lika-liku
perjalanan Sie Jin Kwie memasuki istana menjadi pokok cerita yang disajikan.
 
Usang dan Lelah
 
Lakon ini, oleh Teater Koma, disajikan dengan alur yang amat
lambat dan bertele-tele. Ada kesan ingin menampilkan semua bagian cerita secara 
lengkap, sehingga sungkan
membuang adegan-adegan yang tidak perlu. Namun pilihan ini rupanya menampakkan
sajian lakon yang terengah-engah. Banyak adegan yang hanya memanjangkan durasi,
tapi tidak menambah esensi cerita. Pun bila dimaksudkan untuk memperkaya
cerita, strategi bertuturnya lebih banyak yang tidak berhasil.
 
Misalnya saja, keterengahan itu tampak dari pilihan plot
yang dibawakan dalam alur maju yang sangat kronologis. Penguasaan akan cerita
baru hadir ketika Sie Jin Kwie, sang tokoh utama, masuk panggung. Namun, Sie
Jin Kwie justru baru masuk belakangan setelah penonton diombang-ambingkan pada
penceritaan awal yang bertele-tele. Strategi bertutur ini sebenarnya bisa lebih
luwes 

[ac-i] SIARAN PERS: Teater Layar di Rutan Klas I Medaeng [1 Attachment]

2010-05-03 Terurut Topik hanif nashrullah




Salam Budaya,

 

Lakon “Rasanya Baru Kemarin” oleh narapidana/ penghuni Rutan Klas I
Medaeng yang tergabung dalam Kelompok Teater Layar diangkat berdasarkan
pengalaman para pemainnya itu sendiri. Mereka, terpidana berbagai kasus, yang
tergabung dalam kelompok teater ini, ada yang baru sekali masuk sel tahanan dan
ada yang berkali-kali, bahkan ada yang lebih dari lima
kali. 

Sutradara asal Teater Bengkel Muda
Surabaya, Zainuri, menggarapnya dalam seni pertunjukan yang empirik sehingga
pertunjukan ini bagian dari terapi penyadarannya. Namun para pemain beranggapan
bahwa ini bukan teater melainkan bagian dari media untuk mengungkap isi perasaan
yang selama ini dirasa tidak bisa keluar, sekaligus mengeluarkan air mata yang 
lama sudah
tidak bisa keluar atau bahkan dirasa sudah habis. 

Lakon ini akan dipentaskan, Kamis,
6 Mei 2010, pukul 13.00, di lingkup Rutan Klas 1 Medaeng, Jl. Letjen Sutoyo,
Medaeng, Waru, Sidoarjo. Sayangnya tertutup untuk umum karena pihak keamanan 
Rutan
belum siap mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk, semisal kemungkinan 
tahanan
yang berupaya melarikan diri saat acara berlangsung.

 

Surabaya, 1 Mei
2010

 

Hormat Kami,

a/n Panitia

Hanif Nashrullah

 


  

[ac-i] UU KIP Multiinterpretasi

2010-05-03 Terurut Topik wahyudi yudi
Penegak hukum tidak bisa langsung menyatakan seluruh
proses pemeriksaan sebagai rahasia.PEMBERLAKUAN
Un dang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(KIP) yang hari ini mulai diberlakukan masih mengandung sejumlah
problem. Sebab, masih ada pasal-pasal yang bersifat multiinterpretasi.
Prinsipnya UU itu adalah menjamin hak publik atas informasi,
sehingga
prinsipnya adalah jangan sampai UU itu justru membatasi atau mengurangi
akses publik atas informasi, tegas Ketua Umum Aliansi Jurnalis
Indonesia (AJI) Nezar Patria di Jakarta, kemarin.
 Ia menyoroti
ancaman pasal pidana dalam UU tersebut yang hanya mengurangi peluang
wartawan melakukan investigasi. Pers sudah ditakuti dengan ancaman
pidana, katanya.
 Demikian juga mengenai pengecualian kebebasan informasi dalam
bidang hukum, seperti bunyi Pasal 17 huruf a.

Aparat
penegak hukum jangan menggunakan pasal itu justru untuk menutup-nutupi
informasi seperti pemeriksaan atau penahanan, katanya.
 Anggota
Dewan Pers Agus Sudibyo mengingatkan, tidak semua penanganan perkara
tertutup bagi publik. Penegak hukum, menurutnya, terlebih dulu harus
membuktikan seberapa penting informasi tersebut sehingga sebaiknya
tidak diungkap ke publik.
Menurut dia, kasus-kasus yang termasuk pengecualian harus melalui
uji
kompetensi dan uji kepentingan publik terlebih dahulu. Penegak hukum
harus bisa membuktikan, jika informasi dibuka akan mengganggu proses
penegakan hukum. Jadi harus melalui proses uji, tidak bisa langsung
mengatakan informasi ini rahasia.
 Ketua Komisi Informasi Pusat
Ahmad Alamsyah Saragih seusai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menjelaskan, dengan pemberlakuan UU tersebut, masyarakat tidak bisa
mendapatkan informasi soal penanganan kasus hukum yang masih berjalan.
Yang paling sering terjadi, informasi berkaitan dengan proses
penegakan hukum. Selama proses hukum berjalan, penanganan perkara
tersebut tidak bisa diakses, katanya.
 Kecuali, sambungnya, kasus hukum itu sudah masuk ke proses dakwaan
di pengadilan.

Kalau itu kan terbuka untuk umum, jadi enggak apa-apa, kata Alamsyah.
Kemarin pagi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima tujuh
anggota
Komisi Informasi Pusat didampingi Menko Polhukam Djoko Suyanto,
Mensesneg Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, dan Men- kominfo
Tifatul Sembiring, Selain Ahmad, anggota Komi- si Informasi Pusat yang
hadir adalah Abdul Rahman Ma’mun, Aminudin, Ramli Amin Sim- bolon,
Henny S Widyaningsih, Do no Prasetyo, dan Usman Abdhali Watik. 
Ahmad
juga mengingatkan kepada seluruh badan publik untuk berhati-hati dalam
mem- berikan informasi. “Badan pub- lik mulai sekarang harus mengi-
dentifi kasi yang mana diberikan kepada masyarakat mana yang
dikecualikan,” ujarnya. 
ada ekses dan penyalahgunaan undang-undang yang mulia ini.
Oleh karena itu, kami berharap komisi bisa menjalankan tugas dengan
baik,” kata Presiden. 
Mengenai
kebutuhan aturan mengenai rahasia negara yang bia sanya menjadi
pasangan UU Keterbukaan Informasi, Pre siden mengatakan beberapa
peraturan tentang rahasia ne- gara sudah tercakup dalam UU Keterbukaan
Informasi. 
“Dalam UU ini juga tercakup ada chapter tentang
sebuah in- formasi, kepentingan militer dan kepentingan rahasia nega-
ra tidak bisa dibuka. Sehingga UU ini pun bila dijalankan de- ngan
benar, semua kepenting- an, kepenting an negara dan kepentingan ma
syarakat, bisa dipenuhi,” ka tanya. 
Koordinator Divisi Investi
gasi Indonesia Corruption Watch (ICW) Agus Sunaryanto berha- rap UU KIP
bisa memberi in- formasi publik dan mengurangi praktik korupsi. “Selama
ini ICW begitu sulit mendapat in formasi publik dari institusi publik. 
Informasi kami dapatkan dari whistle blower,” ungkap Agus. 
Mantan
Ketua Panitia Kerja DPR RUU KIP Arief Mudatsir Mandan mengatakan UU KIP
sebagai alat masyarakat un- tuk melawan ketertutupan bi- rokrasi.
(Ken/Rin/Mar/*/P-1)





http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2010/05/01/ArticleHtmls/01_05_2010_002_020.shtml?Mode=0





[ac-i] Launching MEDIA TK SENTRA [1 Attachment]

2010-05-03 Terurut Topik yudhistira massardi
Pada Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2010 ini
Siska dan Yudhistira ANM Massardi
Dengan bangga mempersembahkan untuk bangsa:
Edisi Perdana
MEDIA TK SENTRA
Majalah panduan para Guru TK/RA/PAUD  Orangtua

Kami bekerja di garis depan
Melaksanakan Paradigma Baru Pendidikan di Indonesia
Membangun Karakter dan Budi Pekerti
Memuliakan anak sebagai ciptaan Tuhan paling sempurna
Dengan Metode Sentra dari Sekolah Al-Falah Jakarta
Metode asal Amerika yang dijiwai Asmaul Husna
Kualitas internasional dengan jiwa-mulia Islam
Sudah teruji, sudah terbukti!


Bapak, Ibu
Sayangi anak-anakmu
Ketahui kebutuhan mereka
Pahami cara memberikannya
Media TK Sentra Panduannya


  

[ac-i] Lucunya Mantera Si Hantu Tangan

2010-05-03 Terurut Topik ahmadzeni
Lucunya Mantera Si Hantu Tangan 
Tuesday, 04 May 2010  
Cover mobile comic volume ke 08 karya NoeraSetelah ditinggal Pajidat, Rama 
Noera dan kawan hantunya kebingungan... Pintu 
raksasa perpustakaan Negeri Iblis masih tertutup. Pintu yang sudah tidak pernah 
terbuka selama 500 tahun! Ck... Ck...Dan 
ternyata pintu itu cuma bisa dibuka dengan mantera yang masih menjadi 
rahasia. Rama Noera harus menebak mantera pembuka pintu tersebut dengan batas 
tiga mantera saja... Apa yang akan dilakukan Rama dan teman-teman hantunya?... 
Bagi pengguna Indosat, Telkomsel, dan XL 
bisa langsung mengakses katalognya secara gratis melalui hape, alamatnya ada 
di: http://wap.keren.mobi/komik/comiccatalog.php. Atau pelanggan Indosat bisa 
mengetik sms REG KOMIK kirim ke 6767. Dan bisa juga untuk pelanggan Telkomsel 
dengan mengakses di *268# pilih 3 pilih 5 pilih 7. 
Tentang komik dan cerita lainnya ada di: www.pragatcomic.com


Terima kasih


 
ahmadzeni


Bersenang-senang dengan komik...
Di www.PragatComic.com
Info Prakarya  Cergam


  

[ac-i] Group Exhibition SOCCER FEVER, 10 - 22 Juni 2010, Galeri Canna

2010-05-03 Terurut Topik Asosiasi Galeri Senirupa Indonesia
*Galeri Canna *
mengundang anda pada sebuah pameran seni rupa bersama:


*SOCCER FEVER*



Di buka oleh:
*Bp. Dr. Andi Mallarangeng
*Menteri Pemuda dan Olahraga *
*

pembukaan:
Kamis, 10 Juni 2010,
19.00 / 7.00 pm


Kurator:

Afnan Malay  Wahyudin


di
*Galeri Canna*
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC 6
No.33-34 Kelapa Gading
Jakarta Utara 14240.
p. (62-21) 4522536, 4526429, 4534666
f. (62-21) 4534667
e. galeri.ca...@yahoo.com, ca...@cbn.net.id
www.galeri-canna.com




OPEN HOURS
Monday - Saturday 10 am - 6 pm.
Sunday 11 am - 4 pm. Public holiday CLOSED
This exhibition will be held until 22 June 2010




Galeri Canna
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC 6
No.33-34 Kelapa Gading
Jakarta Utara 14240.
p. (62-21) 4522536, 4526429, 4534666
f. (62-21) 4534667
e. galeri.ca...@yahoo.com, ca...@cbn.net.id
www.galeri-canna.com

OPEN HOURS
Monday - Saturday 10 am - 6 pm.
Sunday 11 am - 4 pm. Public holiday CLOSED
This exhibition will be held until 3 March 2010



*Jakarta** Art District (JAD)*
East Mall, Lower Ground
Grand Indonesia Shoping Town
Jl. MH. Thamrin No. 1 Jakarta .

OPEN HOURS
Monday - Sunday 10 am -10 pm











-- 
AGSI (Asosiasi Galeri Seni Rupa Indonesia) Secretariat.
(Art Galleries Association- AGA) Indonesia
GRAND INDONESIA SHOPPING TOWN, East Mal, LG, JAKARTA ART DISTRICT AREA
Jakarta 10310
Ph: +62 21 2358 1035
www.agsindonesia.com


[ac-i] MAKING LOVE : Duel Musik ALEXART vs GIWANG TOPO And Friends

2010-05-03 Terurut Topik Ahmad Jalidu
Making Love

Duel Musik ALEXART vs GIWANG TOPO And
Friends

Auditorium LIP, 14 Mei 2010 | 19.00 WIB

 

 

  Di
Jogja yang berjubel jutaan anak muda dan ratusan band “ganteng”, menonton band 
indie adalah hal yang bisa dibilang
biasa-biasa saja. Tidak hanya peristiwa menontonnya yang biasa-biasa saja,
tetapi sayangnya musik yang dimainkan pun biasa-biasa saja. Sementara itu, hal
yang tidak biasa akan Anda temukan dalam duel MAKING LOVE di Auditorium LIP 14 
Mei jam 19.00 WIB mendatang.

Ada
beberapa hal yang membuat pertunjukan ini layak tonton. Judul acara yang 
menyebut “duel” ini jelas
menunjukkan bahwa akan ada setidak-tidaknya dua kelompok yang akan saling
menunjukkan kehebatan masing-masing. Adalah ALEXART, sebuah band indie baru di 
Jogja yang dikomandani
Alex Suhendra, pemuda kelahiran Cirebon
yang selama ini lebih banyak berkutat di bidang teater. Keistimewaan ALEXART
adalah gaya
mereka yang menerjemahkan aliran Indie
sebagai sebuah konsep musik, bukan semata masalah label distribusi. Indie bagi 
mereka adalah “merdeka”,
tidak disetir oleh siapapun alias “semau gue”. Kedengarannya liar dan “norak”,
tapi bukankah yang demikian itu lebih sexy?.


Meski “semau gue” dan tidak peduli
dengan gaya pop
yang sedang lazim beredar, ALEXART tetap bicara cinta (tentu saja cinta yang 
semau gue). “Ini bukan karena mengejar
selera pasar, ini semata karena dorongan jiwa muda. Dan karena pasar juga
terdiri dari jutaan jiwa muda, kami ga takut musik kami ga laku. Pasti ada yang
suka, dan malahan bisa jadi semua suka.” tutur Alex Suhendra, pentolan
sekaligus pencipta seluruh lagu ALEXART ini dengan sangat yakin.  

Kelompok satu lagi yang akan
menandinginya adalah GIWANG TOPO And Friends. Nama ini barangkali belum banyak
dikenal. Mereka memang bukan sebuah kelompok band Indie yang sedang mengejar 
popularitas atau berulah demi
memancing lirikan label. Tapi jangan dulu menganggap enteng. Apakah berarti
musik mereka “berat”? tidak juga. Dari namanya jelas kelompok ini intinya
adalah Giwang Topo yang didukung oleh pemain tambahan lain pada bagian musik.
Giwang Topo juga mencipta sendiri lagu-lagunya. Tema yang diangkat lebih kepada
tema-tema sosial, potret kemanusiaan dan cinta yang lebih universal. Akibatnya,
lagu-lagu Giwang Topo terdengar lebih naratif tetapi dengan balutan musik yang
ia sebut sebagai ilustrative rock
ini, kita akan seperti mendengarkan puisi kemanusiaan yang sangat menyentuh. 
Konsep musik ini
bukannya mengada-ada atau mengejar beda, karena Giwang Topo memang dibesarkan
dalam suasana kerja musik ilustrasi. Sejak tahun 90-an ia aktif dalam berbagai
kelompok teater kampus dan independen sebagai ilustrator musik. Juga pada 
proyek-proyek audio visual di studio
PUSKAT. 

  Meski dari segi taste
dan soundscape keduanya berbeda, baik
ALEXART maupun GIWANG TOPO sama-sama mengalunkan musik dengan sentuhan yang
kaya akan emosi. Tidak sekedar menjual
susunan chord dan tampang, tetapi
keduanya berangkat dari sebuah prinsip bahwa lagu adalah suatu maksud atau
perasaan yang dituangkan dalam syair dan nada. Anda akan merasakan bahwa syair
dan musik benar-benar menyatu menjadikan lagu-lagu mereka terasa berharga. 
Mendengarkan
lagu-lagu ALEXART atau GIWANG TOPO And Friends, seperti meraih kembali kekayaan
musik sebagaimana tahun 80-90-an yang mampu membuat jantung Anda turut bergetar
tidak hanya sesaat. 

  Duel mereka ini akan dipermanis dengan kehadiran Chanceria
String Kwartet  yang terdiri 4 mahasiswa
jurusan musik Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk menyaksikan duel musik ini,
panitia memberi bandrol tiket seharga Rp 10.000,00. pemesanan tiket bisa
dilayani Adib - 085643186242.

 

 

ALEXART

Awalnya adalah Alex Suhendra
(vokal) dan Artina (gitar). Sepakat bermusik bersama pada 14 Februari 2009.
kemunculan pertama di depan publik mereka lakukan di program Senin Jogja
Akustik di Djambur Coffee. Desember 2009 bergabunglah musisi lain Joshua
(drum), Dwi Haryanto (Bass) dan kemudian Maday (gitar).  Lagu-lagu diciptakan 
oleh Alex Suhendra yang
mengaku banyak dipengaruhi oleh grup-grup lawas seperti Led Zepellin dan 
Nirvana.
Sebagai aktor teater, Alex Suhendra menilai bahwa sebuah band seharusnya
memiliki pukauan yang apik sebagaimana sebuah teater yang mampu membuat
penonton berpikir dan tidak sekedar menikmati lagu. Beberapa penampilan publik
yang perlu dicatat dalam perjalanan ALEXART adalah menjadi juara I dalam Indie 
Famous #3 di Caesar Cafe
(Desember 2009), Jogja Clothing Attack
di GOR UNY. ALEXART juga tampil sebagai band
pembuka konser GEISHA di Caesar Cafe (2010) dan tampil dalam Carnaval SCTV di 
Alun-alun utara Jogja
1 Mei 2010.

 

GIWANG
TOPO.

Lahir di Gunung Kidul 10 April
1974. dibesarkan pada masa kejayaan musik era 90-an. Pernah membentuk band pada 
tahun 90an dan gagal di
tengah jalan. Ia kemudian terjun ke dunia teater melalui Teater Soekma ABA YIPK
Jogja. Sejak 1993 – 2000 Giwang Topo terlibat dalam ilustrasi musik untuk
banyak pertunjukan teater baik bersama 

[ac-i] SIGIarts cordially invites you to the solo exhibition of Gede Mahendra Yasa, May 12th 2010 [2 Attachments]

2010-05-03 Terurut Topik Asosiasi Galeri Senirupa Indonesia
Discussion will be on May 22th 2010
Starts at 12 noon (lunch is provided)


Speaker:
Enin Supriyanto
Gede Mahendra Yasa
Bambang Sugiharto


-- 
SIGIarts Gallery
Jl. Mahakam 1 No. 11
Jakarta 12150
Ph: + 62 21 7260949
Fax: + 62 21 7261017
Mob: +62 852 85945170



-- 
AGSI (Asosiasi Galeri Seni Rupa Indonesia) Secretariat.
(Art Galleries Association- AGA) Indonesia
GRAND INDONESIA SHOPPING TOWN, East Mal, LG, JAKARTA ART DISTRICT AREA
Jakarta 10310
Ph: +62 21 2358 1035
www.agsindonesia.com


[ac-i] Pers Release Homage

2010-05-03 Terurut Topik Tujuh Bintang Art Space
H O M A G E
Tujuh Bintang Art Space
8 - 23 Mei 2010

Artists :
ACHMAD BASUKI | AGUNG SANTOSA | CIPTO PURNOMO | DANNY IRAWAN | ERIANTO | FERRY 
GABRIEL | HASTO EDI SETIAWAN | I KADEK AGUS ARDIKA | I WAYAN UPADANA | KHUSNA 
HARDIYANTO | M.WIRA PURNAMA | MIRANTI MINGGAR TRILIANI | NAWIR MC PITT | 
NUGROHO WIJAYATMO | ROCKA RADIPA
RONALD EFENDI | RONI AMMER | RUDI HENDRIATNO | WIBAWA ADI UTAMA | WIBAWA ADI 
UTAMA | YUDI IRAWAN

Curator :
Netok Sawiji_Rusnoto Susanto


Homage to Maestro ditafsir sebagai sebuah sikap penghormatan terhadap proses 
pencapaian terpuncak para maestro kita.  Karena pemikiran-pemikiran dan 
kreativitas maestro itulah spirit kreatif dipicu, subject matter 
diurai/diartikulasikan, wacana seni rupa digulirkan dan seni rupa diperjuangkan 
nilai estetikanya.  Maetro-maestro kita memperjuangkan sekaligus menegaskan 
kembali ideologi estetika semenjak masa perjuangan, revolusi, kemerdekaan 
hingga seni rupa kontemporer hiruk-pikuk kini menempatkannya pada 
pencapaian-pencapaian derajat sekaligus nilai inovatifnya.  Bagaimana sejarah 
seni rupa kita dipertunjukkan di hadapan kita ketika mereka merepresentasikan 
ketajaman intuisinya dengan perspektif individual yang tetap merespon jiwa 
jaman atas nilai-nilai local genius.

Alasan-alasan semacam inilah bingkai kuratorial ini intens di matangkan untuk 
meretaskan berbagai pemikiran-pemikiran segar dari para perupa peserta pameran 
dalam mendedikasikan proses perenungan, pemikiran dan olah kreatif sebagai 
representatif penghormatan terhadap maestro.  Artikulasi visual dalam konteks 
ini tentu tidak secara permukaam ditafsir, namun dicermati sebagai wujud 
persembahan nilai-nilai estetika untuk avant garde seni rupa kita.

Pameran ini diikuti beberapa peserta nominator dan pemenang Tujuh Bintang Art 
Awards 2009 yang lalu, dalam paket pameran ini secara berkala digelar di Tujuh 
Bintang Art Space sebagai serangkaian penghormatan dan penghargaan 
setingi-tingginya utk para maestro.  Yang tak kalah pentingnya adalah pameran 
ini sebagai bentuk penghargaan kami kepada para peserta nominator Tujuh Bintang 
Art Awards 2009.  Terima kasih kami sampaikan kepada para peserta pameran 
semoga dapat mempersembahkan karya-karya terbaiknya.

Silakan diapresiasi

More info :
www.tujuhbintang.com
blog.tujuhbintang.com





[ac-i] Akankah Terjadi Benturan?

2010-05-03 Terurut Topik wahyudi yudi
Akankah Terjadi Benturan?
Jumat, 27 Agustus 2004
Oleh: KH. Abdurrahman Wahid

Beberapa hari yang lalu, saat perjalanan pulang ke Ciganjur setelah tiba di 
Cengkareng dari Surabaya, penulis mendengarkan sebuah percakapan sangat menarik 
dalam sebuah siaran radio swasta, antara penyiar dengan Bambang Sulistomo. Ia 
adalah orang berani yang menyatakan pendapat secara terbuka. Ia tentu terkait 
dengan asal usul biologisnya, sebagai anak pejuang tak kenal kompromi, Bung 
Tomo. Sejak jaman pemerintahan Orde Baru ia melancarkan kritik terbuka ke 
alamat para penguasa yang tidak memperhatikan keadilan. Kali ini, ia berbuat 
demikian pula dengan mengkritik segala hal salah dalam cara kerja pemerintah 
kita. Tetapi kritik utamanya dialamatkan kepada pelaksanaan pemilihan umum kita 
tahun ini dari Undang-Undangnya, hingga sikap berbagai pihak terhadap Komisi 
Pemilihan Umum (KPU) disorotinya dengan tajam.

Sistem pemilu kita tahun ini, di matanya tidak lain adalah upaya mempertahankan 
status quo, di antara para aktor yang ingin melestarikan kekuasaan. Jadi 
bukannya untuk menciptakan sistem politik baru, yang bersemangat demokratis. 
Bahkan ada ucapanya yang benar-benar menimbulkan keprihatinan, karena pihak 
calon Presiden Megawati Soekarnoputri didukung oleh Polri, ia memperkirakan TNI 
yang aktif akan membela Susilo Bambang Yudoyono (SBY) mati-matian. Kalau 
pemihakan ini berujung pada pertentangan fisik secara horizontal, maka apa 
jadinya negeri kita dalam suasana seperti itu? Kesimpulan logis dari Bambang 
Sulistomo, sebagai peringatan dini yang disampaikan secara terbuka itu, mau 
tidak mau tentu menggelisahkan kita. Bagaimana kita akan menjaga integritas 
negara kita, baik secara fisik maupun secara spritual.

Tidak hanya penulis, sang penyiar yang bernama Hendro, juga merasakan 
kekhawatirkan seperti itu. Pandangan di atas tidak hanya dapat dinilai sebagai 
argumentasi psikologis belaka, melainkan juga oleh kaitannya yang kuat dengan 
kenyataan yang kita lihat sehari-hari. Apalagi sesampai di rumah, penulis 
mendapatkan cerita bahwa semalam sebelumnya, layar televisi menayangkan 
bagaimana Mendagri Hari Sabarno mengingatkan para kepala desa dan lurah di 
seluruh negara, agar jangan lupa membela Presiden Megawati dalam pemilu 
putaran kedua tanggal 20 September 2004 kelak. Ini jelas merupakan pelanggaran 
Undang-Undang (UU) yang dilakukan oleh seorang Menteri. Kalau memang ini tidak 
ditindak, jelas bahwa pelanggaran itu disetujui oleh Presiden.

Tetapi itu tidak aneh, karena keseluruhan proses pemilu tahun ini penuh dengan 
kecerobohan, kecurangan, manipulasi yang menguntungkan pihak-pihak yang ingin 
mempertahankan status quo. Kalau terjadi perbenturan antara pihak-pihak yang 
akan mendukung para calon tertentu, bisa saja terjadi adanya revolusi sosial 
yang kita takuti itu. Inilah yang ditakuti Bambang Sulistomo, dan juga oleh 
umunya para warga negara kita. Persoalannya dapatkah kita benar-benar 
menghindarkan hal itu? Penulis tidak merasa optimis dengan jawaban yang dapat 
dikemukakan. Bukankah KPU sendiri melanggar UU dan dibiarkan saja oleh semua 
pihak? UU No. 23/1992 tentang Kesehatan, No.4/1997 tentang Penyandang Cacat, 
No. 12/2003 tentang Pemilu Legislatif dan No.23/2003 tentang Pemilu Presiden, 
semuanya dilanggar oleh KPU, tanpa ada tindakan apa-apa dari seluruh negara.

Mendengar kegelisahan Bambang Sulistomo itu, penulis hanya dapat mengajukan 
sebuah pertanyaan: seriuskah ia dengan pernyataannya itu, ketika ia melupakan 
berbagai pelanggaran atas UU yang dikemukakan di atas? Dengan kata lain, reaksi 
sporadis terhadap apa yang dilakukan. Karenanya, konsentrasi perlawanan 
haruslah ditekankan pada penolakan tindakan –tindakan pelanggaran hukum. 
Walaupun elit politik dan DPR sebagai alat mereka yang selalu diperalat untuk 
membuat UU pemilu yang ada, bagaimanapun juga berpegang pada UU masih lebih 
baik dari berbagai pelanggaran yang dilakukan terhadapnya.

Itulah esensi dan permulaan dari berbagai jenis penolakan atas UU pemilu yang 
ada. Decorum menghasilkan pemilihan umum yang demokratis, bagaimanapun juga 
tidak dapat ditinggalkan oleh berbagai Undang-Undang itu. Jika kita bersatu 
menghadapinya atas dasar hal-hal minimum yang dapat dicapai, tentu akan 
memberikan hasil demi hasil awal yang kita ingini. Dalam hal itu berlaku 
kesediaan saling mengalah antara berbagai pihak menjadi sangat menentukan. Kita 
justru tidak harus meniru langkah-langkah yang diambil oleh mereka yang ingin 
menjaga status politik dan kekuasaan yang ada. Semua memiliki ambisi politik 
pribadi masing-masing, tapi hal itu dilakukan dengan cara memperhatikan 
kepentingan bersama.

Ada sesuatu yang sangat ironis, ketika pemelihara status quo kekuasaan dapat 
bersatu, padahal kepentingan mereka sangat bertengangan satu sama lain. 
Sedangkan pihak yang ingin membawa sistem politik yang baru justru tidak pernah 
bersatu dalam hal apapun. Bukankah mereka lalu akan dikalahkan terus menerus 
oleh pihak-pihak yang ingin