Re: [ac-i] Malaysia Mencuri Lagi

2008-10-12 Terurut Topik VInsensius Arif
Ganyang Malaysia
 


--- On Sun, 10/12/08, Clip on Studio <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Clip on Studio <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [ac-i] Malaysia Mencuri Lagi
To: artculture-indonesia@yahoogroups.com
Date: Sunday, October 12, 2008, 1:37 AM









 
Setelah lagu Rasa Sayange, Batik dan Reog diklaim sebagai karya bangsa Malaysia 
, kini rapper Malaysia Joe Farizal mencuri lirik rapper Indonesia Saykoji, 
Mamorah dan RAM.   Baca selengkapnya di http://ketikataku. wordpress. com
 

 
"

 Jatuh cinta itu seperti apa ya rasanya? 
Temukan jawabannya di Yahoo Answers!"  














  

Re: Bls: [ac-i] ruu pornografi dan kekerasan wacana

2008-09-19 Terurut Topik VInsensius Arif
YANG MERASA NABI DUKUNG RUU PORNOGRAFI







--- On Tue, 9/16/08, didik elpambudi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> From: didik elpambudi <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Bls: [ac-i] ruu pornografi dan kekerasan wacana
> To: artculture-indonesia@yahoogroups.com
> Date: Tuesday, September 16, 2008, 4:31 AM
> muslim yang mana Bung Tio? ada banyak muslim di jagat raya
> ini? atau anda merasa andalah yang paling benar? Hebat
> betul. Tidak samakah sikap anda itu dengan firaun?
> Tolak RUU Pornografi! Tolak campur tangan pemerintah di
> urusan pribadi! 
> tabik
> didik l. pambudi
> 
> --- Pada Sel, 16/9/08, iman tio <[EMAIL PROTECTED]>
> menulis:
> Dari: iman tio <[EMAIL PROTECTED]>
> Topik: Bls: [ac-i] ruu pornografi dan kekerasan wacana
> Kepada: artculture-indonesia@yahoogroups.com
> Tanggal: Selasa, 16 September, 2008, 10:21 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> jika anda muslim dukung RUU Pornografi !
> 
> --- Pada Ming, 14/9/08, Hudan Hidayat  yahoo.com> menulis:
> 
> Dari: Hudan Hidayat 
> Topik: [ac-i] ruu pornografi dan kekerasan wacana
> Kepada: jurnalperempuan@ yahoogroups. com,
> "Forum-Pembaca- [EMAIL PROTECTED] ps.com FPK"
> ,
> "Apresiasi Sastra"  yahoogroups. com>, "artculture indonesia"
> ,
> "bhinneka tinggal ika"  [EMAIL PROTECTED] com>
> Tanggal: Minggu, 14 September, 2008, 10:34 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> Bahasa bekerja sama dengan huruf yang saling mendekat. 
> 
> Begitulah huruf a dari kerumunannya mendekati kepada huruf
> k dan mengambil u untuk kelengkapan dirinya: aku. 
> 
> Aku sebagai fungsi yang menamai, sebagai sesuatu yang
> ditandai: manusia. Tapi segera: aku manusia meretak dan
> melubang dalam ranah filsafat: apakah aku itu? Apakah
> manusia itu? 
> 
> Meretak dan melubang dalam aku yang menginginkan
> kekuasaannya, sebagai individu yang diatur, dengan
> menitipkannya kepada representasi kekuasaan bernama
> demokrasi. Sebuah ranah yang sering dikhianati dengan
> menggunakan medium klaim. 
> 
> Klaim atas nama banyak orang tanpa adanya mekanisme
> referendum untuk sebuah regulasi. 
> 
> Katakanlah regulasi yang bernama ruu pornografi. 
> 
> Sudahkah kita menanyai semua orang dalam mekanisme
> referendum untuk soal ini? Bagaimana kalau hasil referendum
> sebagian besar orang menolak? 
> 
> Tentulah uu itu kelak akan kehilangan legitimasinya.
>  
> 
> Tapi bagaimana kalau sebagian kecil saja yang menolak –
> kecil itu bisa dibaca jutaan di tengah 250 jutaan manusia
> Indonesia misalnya. 
> 
> Adakah hak uu itu untuk memaksakan aturannya kepada mereka
> yang menolak? 
> 
> Maka bahasa di sini menimbulkan soal kepatuhan orang
> terhadap undang undang.. 
> 
> Orang yang sebagian kecil itu, kalau tidak mau mematuhi
> undang undang, apa jadinya? Tentulah demokrasi adalah hasil
> suara terbanyak. Tapi mana referendumnya? 
> 
> Hanya klaim dari repsentasi orang yang mengatas namakan
> mewakili semua orang. Saat sedikit orang hendak menyampaikan
> suaranya, kanal kanal menjadi mampat. 
> 
> Sumbatan saluran ini tak pernah dihitung dalam arus besar
> bernama demokrasi.. 
> 
> Maka bahasa melubang dan meretak ke dalam makna demokrasi. 
> 
> Apakah sesungguhnya demokrasi? Bagaimana demokrasi mencari
> jalan keluar bagi aspirasi sedikit orang, di tengah adagium
> demokrasi itu sendiri: kekuasaan di tangan
>  rakyat.
> 
> karena itu, tidakkah demokrasi itu sudah bergerak ke arah
> demo kerasi - sebuah pamer kekerasan wacana dari banyak
> orang kepada sedikit orang.
> 
> hudan
> 
>  _ _ _ _
> _ _
> Nama baru untuk Anda! 
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru
> @ymail dan @rocketmail. 
> Cepat sebelum diambil orang lain!
> http://mail. promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/
> 
> 
> Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru  
>  Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru
> @ymail dan @rocketmail. br>
> Cepat sebelum diambil orang lain!
>   
> 
> 
> 
>   
>
>   
>   
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>   
> 
> 
>   
>   
> 
> 
>  
> ___
> Cari tahu ramalan bintang kamu - Yahoo! Indonesia Search.
> http://id.search.yahoo.com/search?p=%22ramalan+bintang%22&cs=bz&fr=fp-top


  


Re: [ac-i] Bls: ayat ayat cinta novel meloagama - Sindrom Ayat-ayat Cinta

2008-09-19 Terurut Topik VInsensius Arif
Ini bukan karya seni, ini kampanye

Masak orang pindah AGAMA jadi karya seni, di bikin film lg.

Kenapa gak bikin karya yang benar2 dari hati kita sendiri, bukan karna dorongan 
dari MAYORITAS.




--- On Wed, 9/17/08, Hudan Hidayat <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> From: Hudan Hidayat <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [ac-i] Bls: ayat ayat cinta novel meloagama - Sindrom Ayat-ayat  
> Cinta
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Cc: [EMAIL PROTECTED], "[EMAIL PROTECTED] FPK" <[EMAIL PROTECTED]>, 
> "artculture indonesia" , "bhinneka 
> tinggal ika" <[EMAIL PROTECTED]>, "religion spritituality" <[EMAIL PROTECTED]>
> Date: Wednesday, September 17, 2008, 1:39 AM
> saya belum membaca novel yang dibahas damhuri ini. tapi saya
> sudah membaca novel ayat ayat cinta. tapi walau saya belum
> membacanya, kerincian damhuri mengungkap novel ini membuat
> saya bisa menebak nebak, novel jenis apakah yang sedang
> dibicarakan damhuri ini.
> 
> budi darma dulu pernah mengatakan sejumlah novel sebagai
> melodrama. yakni novel yang berkeras memaksakan kejadian
> terhadap tokoh tokohnya. pemaksaan demi untuk mencapai efek
> tertentu. dulu pengarang novel belenggu itu mengatakan
> persoalan sastra indonesia dengan sebuah pertanyaan: mengapa
> pengarang modern suka mematikan tokohnya? lalu dijawabnya
> sendiri: untuk membangkitkan kesan kesedihan secara puncak
> kepada pembacanya. terakhir yang konsisten berkata seperti
> ini dan menimbulkan wacana sastra (koran) adalah nirwan
> dewanto: betapa pengarang demi sejumlah ideal memaksakan
> kehendaknya kepada tokohnya. orang banyak terhenyak kaget.
> seolah barang yang disuarakan dewanto itu adalah wacana
> baru. padahal wacana serupa itu sudah disuarakan oleh arminj
> pane di dalam zaman pujangga baru.
> 
> tiga pendapat itu adalah senada. dari arminj pane, budi
> darma sampai nirwan dewanto mempunyai benang merah yang
> sama: betapa cerita dijadikan kendaraan belaka oleh ideal
> sang pengarang dalam memandang kehidupan.
> 
> puisi pun kalau terlalu banyak beban dan kering dengan
> penyampaian, akan menderita ketimpangan serupa itu. menjadi
> puisi yang kering. puisi yang kelewat besar pikirannya tapi
> kurus penyampaiannya. dari sudut bahasa kurang mencari
> bahasa. dari sudut ide pikiran gagal menyembunyikan diri ke
> dalam kalimat dan metapor.
> 
> menjadi puisi yang hambar. dikatakan esai bukan esai.
> dikatakan puisi bukan pula seni menyusun bahasa.
> 
> tetapi apakah bahasa dari seni puisi itu? lihatlah alam:
> diamnya mengandung misteri dan tanda tanya. besarnya membuat
> perasaan dan pikiran kita seolah langsung mengecil.
> eksistensinya membuat kita langsung diangkat dari dunia,
> tidak bisa tidak bertanya: aduh, siapakah sih pencipta alam
> ini? siapakah yang mengaduk dan membenturkannya ke dalam dua
> tegangan? dari mata air tenaga mana energi yang tak terkira
> kira ini berasal?
> 
> puisi yang hebat adalah puisi yang mempunyai tenaga
> sedemikian besar untuk menyedot kita ke dalam pusaran
> dirinya sehingga kita termenung.
> 
> bahasa seni menyusun puisi ini berlaku pula dalam dunia
> prosa. yakni bahasa dari seni menyusun cerita. cerita, nama
> lain dari deretan tokoh, perisitwa, tempat dan konflik atau
> pertalian di dalam plot kejadian atau hanya plot pikiran
> saja.
> 
> sehingga cerita di dalam cerita pendek atau novel menjadi
> sebuah cerita yang berayun ayun: cerita yang menghidu hidu
> kebenaran dan kebusukan sekaligus, dengan ayunan yang
> kencang atau setengah kencang. ayunan yang terlalu sering
> menimbulkan benturan daripada irama hidup yang tenang.
> benturan yang bisa kita baca sebagai benturan dalam
> peristiwa yang dialami tokoh secara nyata. maupun benturan
> keras di dalam jiwa tokoh itu sendiri.
> 
> saya menyebut ayat ayat cinta sebagai novel meloagama.
> bahwa agama di sana diratap-ratapi sebagai kehendak untuk
> manusia mengikut secara total agamanya. sehingga tokoh yang
> muncul bukan manusia lagi tapi manusia setengah manusia.
> setengah manusia adalah dia masih dicirikan oleh idiom idiom
> yang biasa melekat pada manusia. bisa bersedih dan bisa
> berduka. bisa marah pula. tapi sedih dan marahnya hanya
> dicangkokkan saja demi setengah manusia yang lain: manusia
> ide agama. manusia yang hendak mengikuti agama. dan agama di
> sini perlu digaris bawahi sebagai agama permukaan alias
> agama formal.
> 
> carilah ilmu, itulah nilai dari agama formal. tapi
> bagaimana mencari ilmu itu, itulah nilai dari agama
> penafsiran.
> 
> dan ayat ayat cinta foto kopi belaka dari pengkhotbah
> pengkotbah yang biasa kita jumpai di masjid masjid dan
> pengkajian: menyebarkan nilai nilai agama secara formal.
> agama yang belum kena dan tersentuh oleh tafsir.
> 
> lihatlah dunia nilai di dalam novel itu serupa dengan dunia
> nilai di dalam masjid: sebuah kehendak akan makna yang
> sempurna menjelma ke dalam hidup. makna dalam perspektif
> laku dan pikiran.
> 
> tapi tak satu pun kehendak novel itu untuk misalnya
> menjadikan makna mencari ilmu itu sebagai teka teki semesta.
> di ma

Re: Bls: [ac-i] ruu pornografi dan kekerasan wacana

2008-09-17 Terurut Topik VInsensius Arif
memilih Agama dan keyakinan aja DIBATASI

apalagi soal PORNOGRAFI... pasti TIDAK DIBENARKAN

Korupsi HALAL

Menindas Mayoritas DIHARUSKAN





--- On Mon, 9/15/08, iman tio <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> From: iman tio <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Bls: [ac-i] ruu pornografi dan kekerasan wacana
> To: artculture-indonesia@yahoogroups.com
> Date: Monday, September 15, 2008, 10:21 PM
> jika anda muslim dukung RUU Pornografi !
> 
> --- Pada Ming, 14/9/08, Hudan Hidayat
> <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
> 
> Dari: Hudan Hidayat <[EMAIL PROTECTED]>
> Topik: [ac-i] ruu pornografi dan kekerasan wacana
> Kepada: [EMAIL PROTECTED],
> "[EMAIL PROTECTED] FPK"
> <[EMAIL PROTECTED]>,
> "Apresiasi Sastra"
> <[EMAIL PROTECTED]>, "artculture
> indonesia"
> , "bhinneka
> tinggal ika"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Tanggal: Minggu, 14 September, 2008, 10:34 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Bahasa bekerja sama dengan huruf yang saling mendekat. 
> 
> Begitulah huruf a dari kerumunannya mendekati kepada huruf
> k dan mengambil u untuk kelengkapan dirinya: aku. 
> 
> Aku sebagai fungsi yang menamai, sebagai sesuatu yang
> ditandai: manusia. Tapi segera: aku manusia meretak dan
> melubang dalam ranah filsafat: apakah aku itu? Apakah
> manusia itu? 
> 
> Meretak dan melubang dalam aku yang menginginkan
> kekuasaannya, sebagai individu yang diatur, dengan
> menitipkannya kepada representasi kekuasaan bernama
> demokrasi. Sebuah ranah yang sering dikhianati dengan
> menggunakan medium klaim. 
> 
> Klaim atas nama banyak orang tanpa adanya mekanisme
> referendum untuk sebuah regulasi. 
> 
> Katakanlah regulasi yang bernama ruu pornografi. 
> 
> Sudahkah kita menanyai semua orang dalam mekanisme
> referendum untuk soal ini? Bagaimana kalau hasil referendum
> sebagian besar orang menolak? 
> 
> Tentulah uu itu kelak akan kehilangan legitimasinya. 
> 
> Tapi bagaimana kalau sebagian kecil saja yang menolak –
> kecil itu bisa dibaca jutaan di tengah 250 jutaan manusia
> Indonesia misalnya. 
> 
> Adakah hak uu itu untuk memaksakan aturannya kepada mereka
> yang menolak? 
> 
> Maka bahasa di sini menimbulkan soal kepatuhan orang
> terhadap undang undang. 
> 
> Orang yang sebagian kecil itu, kalau tidak mau mematuhi
> undang undang, apa jadinya? Tentulah demokrasi adalah hasil
> suara terbanyak. Tapi mana referendumnya? 
> 
> Hanya klaim dari repsentasi orang yang mengatas namakan
> mewakili semua orang. Saat sedikit orang hendak menyampaikan
> suaranya, kanal kanal menjadi mampat. 
> 
> Sumbatan saluran ini tak pernah dihitung dalam arus besar
> bernama demokrasi. 
> 
> Maka bahasa melubang dan meretak ke dalam makna demokrasi. 
> 
> Apakah sesungguhnya demokrasi? Bagaimana demokrasi mencari
> jalan keluar bagi aspirasi sedikit orang, di tengah adagium
> demokrasi itu sendiri: kekuasaan di tangan rakyat.
> 
> karena itu, tidakkah demokrasi itu sudah bergerak ke arah
> demo kerasi - sebuah pamer kekerasan wacana dari banyak
> orang kepada sedikit orang.
> 
> hudan
> 
>  _ _ _ _
> _ _
> Nama baru untuk Anda! 
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru
> @ymail dan @rocketmail. 
> Cepat sebelum diambil orang lain!
> http://mail. promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> ___
> Nama baru untuk Anda! 
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru
> @ymail dan @rocketmail. 
> Cepat sebelum diambil orang lain!
> http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/


  


Re: [ac-i] Miripkah foto Suprijadi dan Andaryoko Wisnu Prabu ?

2008-08-15 Terurut Topik VInsensius Arif



Kenapa Supriyadi jadi-jadian baru mulcul...
Klao katanya takut Jepang, bukankah Jepang meninggalkan Indonesia sejak 1945.
Kenapa baru sekarang??? Dari Andaryoko mungkin bisa dikorek keterangan kmudian 
dibandingkan dengan teman-teman X PETA.
 
Apa mungkin dikemudian hari Wiji Tukul, dkk akan ada yang mengaku kaya begini!