Bls: [ac-i] Andi Makmur Makka: Kue Bugis
Tabek Lompo. Kemiripan alat musik dan kukis Bugis dengan Portugis seperti juga daerah lainnya. KIta telah lama dibayangi 'Pengindiaan tanpa pernah melihat dari ufuk sebelah sana. Kalau saja ada pembuktian mengenai penerimaan yang kita ambil dari India sepantasnya lebih kokoh agar jangan kita terus terus mengesankan diri seperti bayi umur sepekan yang menghirup cairan di sendok dari tangan ibu. Jangan jangan malah ini proses saling sumbang di mana pihak India lah yang membuktikan bahwa asal alat itu dari Malayu (Bugis dsb) di timur. Dengan memakai kata jangan jangan saya cuma ingin mengajak Bung Makmur melihat sosok Bugis sebagai kekuatan. Jadi tidak menaruhnya sebagai bendala kosong yang isi apa pun di dalamnya adalah pemberian budaya besar di benua Asia. Wassalam. Roell Sanre --- Pada Sen, 19/1/09, sangumang kusni meld...@yahoo.com.sg menulis: Dari: sangumang kusni meld...@yahoo.com.sg Topik: [ac-i] Andi Makmur Makka: Kue Bugis Kepada: artculture indonesia artculture-indonesia@yahoogroups.com, mediacare mediac...@cbn.net.id Tanggal: Senin, 19 Januari, 2009, 10:40 PM Dari Arsip Andi Makmr Makka The Habibie Center “BEPPA TELLO” KUE ORANG PORTUGIS (1) BEPPA tELLO Dituturkan : A.Makmur Makka Ketika saya belajar di Amerika Serikat, Kuntherra, wanita lajang teman sekelas saya dari Thailand pada suatu hari membuat kejutan kepada saya. Ia memberikan kepada saya kue Thailand kiriman dari keluarganya. Kue itu kecil berwarna kuning dan sangat manis karena memakai kuah dari gula yang bening. Kata Khunterra, kue itu kue tradisonal Thailand .. Ketika saya cicipi dan melihat bentuknya, kue itu tidak lain “Beppa Tello” berbagai bentuk, kue tradisonal orang Bugis. Bagi orang Bugis, “Beppa Tello” sering disajikan bilamana ada hajatan pengantin, atau disajikan kepada tamu-tamu khusus. Saya katakan kepada Kuntherra, kue ini sama dengan kue tradisional Bugis, tidak ada bedanya. Ia mulanya heran dan tidak percaya. Bagaimana mungkin, ada persama kue yang kami anggap sebagai kue tradisional daerah kami masing-masing. Thailand cukup jauh dari Sulawesi-Selatan. Namun kemudian, dia mengakui bahwa menurut orang tuanya, kue itu aslinya dari Portugis. Beberapa abad yang lalu, orang Portugis di Thailand mengajari orang Thailand membuatnya. Saya baru mengerti, tetapi kenapa sama dengan kami di Sulawesi -Selatan ? Thailand adalah negara Asia yang tidak pernah resmi dijajah oleh bangsa lain, termasuk bangsa Portugis. Tetapi Raja Thailand, dinasti Mongkut sampai Chulaalongkorn tahun 1800 sangat toleran dan bisa menerima bangsa apa saja dengan damai di kerajaan Thailand. Karena itu, Portugis walaupun tidak dalam kapasitas menjajah, Portugis pernah lama memengaruhi budaya kerajaan itu. Pada saat itulah kemungkinan sejumlah budaya bendawi dan tradisi Portugis diadaptasi di Thailand , termasuk “Beppa Tello” tadi. Di Indonesia para perantau Portugis sejak abad 15 sudah menjelajah Indonesia . Apalagi setelah Portugis yang menaklukkan Malaka, mengadakan hubungan dagang dengan Indonesia . Bahkan Portugis menduduki wilayah Indonesia , bermula dari Ambon . Di Suppa, Antoni de Payva malah pernah berhasil membaptis penguasa Suppa tahun 1543. Setelah itu, Portugis sangat dominan sebagai pedagang di seantero Sulawesi-Selatan. Mereka hanya terusik setelah Pelabuhan Bacukiki dipindahkan ke Somba Opu oleh Raja Gowa . Portugis juga menguasai bandar Parepare selain pengusaha Melayu dan Belanda. Pada masa itu pula, saya kira ada adopsi kebudayaan dan tradisi Portugis oleh penduduk lokal. Buktinya, “Beppa Tello” tadi.. Sejak dulu, saya percaya kita cukup banyak menerima kebudayaan luar, termasuk dari Portugis, kemudian dipindahkan dan diakui sebagai budaya dan tradisi kita sendiri. Saya tidak terlalu percaya bahwa budaya bendawi kita selalu asli dan kita ciptakan sendiri. Menurut Pelras , pada masa lalu , “perahu panjang” orang Portugis bisa lalu lalang dari Bone ke Sidenreng dan Wajo. ketika itu Sungai Saddang masih bermuara di Selat Makassar diantara Sawitto dan Suppa. Perahu Portugis ini dapat melayari Teluk Bone dengan melewati Sungai Cenrana. Bahwa ekspor hasil bumi yang berasal dari Sulawesi Selatan pada tahun 1511, dapat memenuhi semua kebutuhan orang Portugis di Malaka.. Pernyataan ini dikutip dari Pinto pengelana Portugis yang terkenal. Cukup dengan 6 cruzados atau senilai 1.800 rial Portugis atau bahasa Bugis “rella “, orang bisa membeli tiga ekor kerbau, dua puluh ekor babi, tiga puluh ekor kambing atau 360 ekor ayam. Mereka pun biasa mengangkut budak-budak yang mereka beli di Sulawesi Selatan untuk dibawa ke kawasan lain di Asia. Masih menurut Pelras, abad ke 17 di Makassar, masih ada komunitas dagang Portugis dan Mestizo, peranakan campuran Portugis dan pribumi..Setelah Portugis dikalahkan oleh Belanda di Malaka, makin banyak pengungsi Portugis datang ke Makassar , jumlahnya mencapai 3.000 jiwa. Mereka tinggal
[ac-i] Andi Makmur Makka: Kue Bugis
Dari Arsip Andi Makmr Makka The Habibie Center “BEPPA TELLO” KUE ORANG PORTUGIS (1) BEPPA tELLO Dituturkan : A.Makmur Makka Ketika saya belajar di Amerika Serikat, Kuntherra, wanita lajang teman sekelas saya dari Thailand pada suatu hari membuat kejutan kepada saya. Ia memberikan kepada saya kue Thailand kiriman dari keluarganya. Kue itu kecil berwarna kuning dan sangat manis karena memakai kuah dari gula yang bening. Kata Khunterra, kue itu kue tradisonal Thailand .. Ketika saya cicipi dan melihat bentuknya, kue itu tidak lain “Beppa Tello” berbagai bentuk, kue tradisonal orang Bugis. Bagi orang Bugis, “Beppa Tello” sering disajikan bilamana ada hajatan pengantin, atau disajikan kepada tamu-tamu khusus. Saya katakan kepada Kuntherra, kue ini sama dengan kue tradisional Bugis, tidak ada bedanya. Ia mulanya heran dan tidak percaya. Bagaimana mungkin, ada persama kue yang kami anggap sebagai kue tradisional daerah kami masing-masing. Thailand cukup jauh dari Sulawesi-Selatan. Namun kemudian, dia mengakui bahwa menurut orang tuanya, kue itu aslinya dari Portugis. Beberapa abad yang lalu, orang Portugis di Thailand mengajari orang Thailand membuatnya. Saya baru mengerti, tetapi kenapa sama dengan kami di Sulawesi -Selatan ? Thailand adalah negara Asia yang tidak pernah resmi dijajah oleh bangsa lain, termasuk bangsa Portugis. Tetapi Raja Thailand, dinasti Mongkut sampai Chulaalongkorn tahun 1800 sangat toleran dan bisa menerima bangsa apa saja dengan damai di kerajaan Thailand. Karena itu, Portugis walaupun tidak dalam kapasitas menjajah, Portugis pernah lama memengaruhi budaya kerajaan itu. Pada saat itulah kemungkinan sejumlah budaya bendawi dan tradisi Portugis diadaptasi di Thailand , termasuk “Beppa Tello” tadi. Di Indonesia para perantau Portugis sejak abad 15 sudah menjelajah Indonesia . Apalagi setelah Portugis yang menaklukkan Malaka, mengadakan hubungan dagang dengan Indonesia . Bahkan Portugis menduduki wilayah Indonesia , bermula dari Ambon . Di Suppa, Antoni de Payva malah pernah berhasil membaptis penguasa Suppa tahun 1543. Setelah itu, Portugis sangat dominan sebagai pedagang di seantero Sulawesi-Selatan. Mereka hanya terusik setelah Pelabuhan Bacukiki dipindahkan ke Somba Opu oleh Raja Gowa . Portugis juga menguasai bandar Parepare selain pengusaha Melayu dan Belanda. Pada masa itu pula, saya kira ada adopsi kebudayaan dan tradisi Portugis oleh penduduk lokal. Buktinya, “Beppa Tello” tadi.. Sejak dulu, saya percaya kita cukup banyak menerima kebudayaan luar, termasuk dari Portugis, kemudian dipindahkan dan diakui sebagai budaya dan tradisi kita sendiri. Saya tidak terlalu percaya bahwa budaya bendawi kita selalu asli dan kita ciptakan sendiri. Menurut Pelras , pada masa lalu , “perahu panjang” orang Portugis bisa lalu lalang dari Bone ke Sidenreng dan Wajo. ketika itu Sungai Saddang masih bermuara di Selat Makassar diantara Sawitto dan Suppa. Perahu Portugis ini dapat melayari Teluk Bone dengan melewati Sungai Cenrana. Bahwa ekspor hasil bumi yang berasal dari Sulawesi Selatan pada tahun 1511, dapat memenuhi semua kebutuhan orang Portugis di Malaka.. Pernyataan ini dikutip dari Pinto pengelana Portugis yang terkenal. Cukup dengan 6 cruzados atau senilai 1.800 rial Portugis atau bahasa Bugis “rella “, orang bisa membeli tiga ekor kerbau, dua puluh ekor babi, tiga puluh ekor kambing atau 360 ekor ayam. Mereka pun biasa mengangkut budak-budak yang mereka beli di Sulawesi Selatan untuk dibawa ke kawasan lain di Asia. Masih menurut Pelras, abad ke 17 di Makassar, masih ada komunitas dagang Portugis dan Mestizo, peranakan campuran Portugis dan pribumi..Setelah Portugis dikalahkan oleh Belanda di Malaka, makin banyak pengungsi Portugis datang ke Makassar , jumlahnya mencapai 3.000 jiwa. Mereka tinggal dan mendirikan gereja sendiri di Barobboso (sebelah selatan Somba Opu). Seorang pedagang Portugis ternama waktu itu Fransisco Vicera de Figueredo di Makassar di kenal dengan nama “ We Hera” . Karaeng Patingaloang, intelektual kerajaan Gowa yang terkenal, dikabarkan sangat fasih berbahasa Portugis, Jika seseorang hanya mendengar suaranya berbicara dalam bahasa Portugis, orang itu akan menyangka Karaeng Patingalloang adalah orang Portugis. Hal ini, memberikan gambaran betapa fasihnya intelektual Kerajaan Gowa yang juga ahli perbintangan ini dalam bahasa asing. Menurut Alif Danya Munsy dalam buku “ 9 dari 10 kata Bahasa Indonesia adalah Asing”. Pengaruh bahasa Portugis dalam bahasa Indonesia antara lain kata : beranda dari “veranda”, meja “meza”, peluru “pelor”, kasta “casta”, nenas “ananas”, garpu “ garfo”. Termasuk kata lemari, kemeja, kereta, martil, lentera , mentega, nyonya, dan seabrek lagi bahasa Indonesia ditiru dari bahas Portugis. Betapa banyak peninggalan budaya Portugis yang kita serap dan gunakan sampai sekarang ini. Tidak hanya di Sulawesi-Selatan, tetapi juga di beberapa