Re: [assunnah] solat belakang imam tabligh
Wa'alaikumussalam Inysa'Allah sah-sah saja... Kalaulah seseorang memaksakan diri untuk tidak sholat kecuali di belakang imam yang bertakwa dan wara’, konsekwensinya adalah harus mencari tahu dulu keimanan tiap imam yang akan di ikuti tiap mau sholat, dan ini akan menyulitkan, sementara agama ini adalah mudah, Allah berfirman: [وما جعل عليكم في الدين من حرج] “Dan Dia tidak pernah menjadikan atas kalian di dalam agama kesulitan” (22:78) Di nukil dari fatwa Bin Baz, Wallahu'alam Wassalam On Jun 4, 2012, at 11:07 AM, JamilahS wrote: Assalamualaikum Ini ada soalan.Sah atau tidak solat belakang imam yang beliau itu seorang tabligh?Kebetulan,di masjid itu ada ramai jemaah tabligh. Solatnya zahirnya sama macam ahlisunnah waljamaah.Jadi,sah tidak solat jemaah belakang imam tabligh?Shukran. jamilahsalim Malaysia
[assunnah] Tempat Akad Nikah sesuai sunnah
Assalamu'alaikum dimana sebenarnya tempat melakukan akad nikah yang sesuai sunnah karena saya pernah membaca artikel bahwa lebih afdhal di lakukan di masjid karena adanya dalil yang mengatakan tersebut tapi saya juga pernah mendengar ceramah lebih afdhal di rumah pengantin pria...Manakah yang shahih? Jazakallahu haris
[assunnah] Tanya : fatwa amar maruf nahi mungkar
Saya hendak bertanya, adakah saudara sekalian mengetahui fatwa ulama berkaitan dengan amar ma'ruf nahi mungkar, yang menyatakan apabila si tamu tidak sengaja menemukan khamr yang disembunyikan oleh tuan rumah ketika bertamu syaikh menjawab tidak boleh dibuang, namun diberi garam lebih baik. Hal ini mengindikasikan bahwa amar maruf nahi mungkar hanya kepada sesuatu yang nampak. Saya pernah membaca artikel atau mendengar ceramah seorang ustadz mengenai ini, namun file tersebut hilang. Apabila rekan sekalian punya transkrip lengkap mengenai ini, tolong bisa di posting. Hal ini sangat membantu. Saya ucapkan terima kasih. Abu Azka __ This email has been scanned by the Symantec Email Security.cloud service. For more information please visit http://www.symanteccloud.com __
[assunnah] OOT : Tanya Wedding Organizer di Bandung
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Saya berencana untuk menikah insyaAllah dalam waktu dekat ini. Saya ingin bertanya pada sahabat semua adakah yang punya informasi tentang wedding organizer yang sesuai Sunnah Mohon bantuannya bila ada informasi tentang wedding organizer tersebut,bisa langsung japri ke saya barchia_edw...@yahoo.com Syukran Edward Wassalamu'alaikum Warohmatullahi wabarokatuh. Website anda http://www.almanhaj.or.id Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/assunnah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: assunnah-dig...@yahoogroups.com assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[assunnah] Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua
KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN PAHALANYA Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas http://almanhaj.or.id/content/404/slash/0 Di Antara Fadhilah (Keutamaan) Berbakti Kepada Kedua Orang Tua. Pertama. Bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama. Dengan dasar diantaranya yaitu hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu dia berkata : سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ : اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ : قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ : بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ : قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ : اَلْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah [Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9] Dengan demikian jika ingin kebajikan harus didahulukan amal-amal yang paling utama di antaranya adalah birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua). Kedua. Bahwa ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu HIbban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu 'anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, رِضَا الرَبِّ فِى رِضَا الوَالِدِ و سُخْطُ الرَبِّ فِى سُخْطِ الوَالِدِ Ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)] Ketiga. Bahwa berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami yaitu dengan cara bertawasul dengan amal shahih tersebut. Dengan dasar hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dari Ibnu Umar, dia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata pada yang lain, 'Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan'. Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu diantara mereka berkata, Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dapati kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anaku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena Engkau ya Allah, bukakanlah. Maka batu yang menutupi pintu gua itupun bergeser [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim (2473) (100) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil A'mal] Ini menunjukkan bahwa perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yang pernah kita lakukan, dapat digunakan untuk bertawassul kepada Allah ketika kita mengalami kesulitan, Insya Allah kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yang dialami seseorang saat ini diantaranya karena perbuatan durhaka kepada kedua orang tuanya. Kalau kita mengetahui, bagaimana beratnya orang tua kita telah bersusah payah untuk kita, maka perbuatan 'Si Anak' yang 'bergadang' untuk memerah susu tersebut belum sebanding dengan jasa orang tuanya ketika mengurusnya sewaktu kecil. 'Si Anak' melakukan pekerjaan tersebut tiap hari dengan tidak ada perasaan bosan dan lelah atau yang lainnya. Bahkan ketika kedua orang tuanya sudah tidur, dia rela menunggu keduanya bangun di pagi hari meskipun anaknya menangis. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan kedua orang tua harus didahulukan daripada kebutuhan anak kita sendiri dalam rangka berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan berbakti kepada orang tua harus didahulukan dari pada berbuat baik kepada istri sebagaimana
[assunnah] Re: OOT: Tanya: Masalah Waktu Kerja
Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh, Kalo berdasar peraturan yang ana tau, tiap pekerja berhak untuk cuti 12 hari pertahunnya akhi. Ini ana copykan salinan peraturannya. Ketentuan mengenai cuti karyawan mengacu pada UU 13/2003 pasal 79 sbb: 1. Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh. 2. Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja; b. istirahat mingguan 1 (satu) hari minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; c. cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; dan d. istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunanannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun. 3. Pelaksanaan waktu istirahat tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. 4. Hak istirahat panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d hanya berlaku bagi pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan tertentu. 5. Perusahaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Keputusan Menteri. Sedang pengkhususan seperti yang antum tanyakan, ana belum tahu tentang hal itu. Barakallaahu fiikum --- In assunnah@yahoogroups.com, Abu Hanif abu.hanief@... wrote: ana mau tanya, ada gak peraturan pengkhususan untuk tenaga kerja, misalnya si A bekerja di sebuah perusahaan swasta dengan hari kerja 5 hari. karena keluarganya berada di provinsi lain maka si A meminta bekerja dengan 6 hari kerja, setelah 4 bulan si A mengambil cuti dari kumulasi tambahan 1 hari kerja. wasalam syukron
[assunnah] Kajian salaf di seputaran BSD tangerang selatan
Asslmkum, Ikhwah sekalian mhn bantuan info, mengenai kajian salaf diseputar BSD city. Syukron. Wasslm. Abu Naifa Sent from Samsung tablet
[assunnah] Tanya : Uang penginapan
Assalamu'alaykum warohmatulloh Ana mau bertanya, berdosakah jika kita tidak menggunakan uang penginapan dinas kemudian kita memberikan kwitansi penggunaan uang penginapan dinas tersebut? Kondisinya ialah ana menginap dikediaman orang tua, sehingga uang penginapan ana berikan saja kepada orang tua sebagai ganti untuk perawatan rumahnya. Jazakallah khoiron Ibnu Haddan
[assunnah] Syaikh Al-Albani pun Menangis…
Afwan, hanya ingin berbagi.. Pernah suatu kali browsing2, bertemu dengan e-book Kumpulan Kamus Cela Albani (kurang lebih demikian judulnya), ingin sekali untuk mengunduhnya waktu itu -penasaran apa sih isinya-. Namun Alhamdulillah tidak jadi, karena ana yakin isinya tak lebih dari syubhat-syubhat dari orang-orang yang benci dengan dakwah Sunnah.. Namun, judul e-book tersebut tetap saja mengganggu pikiran ana. Pada pagi ini, -qadarullah- saya mencari di Yufid dengan kata kunci Rasulullah menangis, ternyata saya temukan tulisan di salah satu website berikut : Syaikh Al-Albani pun Menangis… Percakapan ini terjadi antara *Syaikh Albani* *rahimahullah *dan seorang wanita dari algeria [didengar dari rekaman suaranya, kemungkinan besar komunikasi ini terjadi melalui telpon, atau ketika diadakannya ceramah oleh Syaikh. [wanita] : Ya Syaikh! Saya mempunyai berita! [Syaikh] : Saya berharap Allah merahmatimu dengan berita bagus. [wanita] : Salah satu akhwat pernah bermimpi, dan saya akan memberitahukannya kepada engkau. [Syaikh] : Saya berharap dia melihat sesuatu yang baik. [Wanita] : Ya Syaikh! apakah jika seseorang ingin menceritakan mimpinya kemudian mengatakan “Saya harap kamu melihat sesuatu yang bagus dan berharap itu bagus” Apakah itu sesuai dengan sunnah?” [Syaikh] : Tidak, ucapan ini tidak ada dalam sunnah, tapi tidak mengapa mengucapkannya [Wanita]: Seorang teman bermimpi, dalam mimpi itu iya berada dalam sebuah ruangan, yang didalam ruangan itu ada jalan. Dan diatas jalan ini dia melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam [ia mengenalnya dari ciri-cirinya]. Dan dia melihatku berdiri didepan Rasulullah, dan melihat Rasulullah senyum kepadaku, dan aku pun senyum kepada Rasulullah . Kemudian aku memanggil memanggil teman tersebut, dan berkata kepadanya “mendekatlah kemari kepada kami”. Dia pun mendekat dan bertanya kepadaku, siapakah orang yang engkau lihat ini?” Kemudian aku berkata; “Lihatlah kepada orang yang melihat kepadaku ini” , dia pun melihat Rasulullah. Rasulullah kemudian tersenyum, dan meneruskan perjalanannya di atas jalan tersebut. Kami kemudian berjalan bersama (aku dan teman yang menceritakan mimpi ini). Dan ketika kami sedang berjalan, kami melihat seorang Syaikh yang juga sedang berjalan pada jalan yang sama. Kami pun mengucapkan “Assalamualaikum” Syaikh tersebut kemudian menjawab “Waalaikumsalam Warrahmatullah wa barakatuh” Kemudian Syaikh tersebut bertanya kepada kami “Apakah kalian melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam? Kami menjawab “ya, kami melihat beliau” Temanku kemudian bertanya kepadaku “Siapakah Syaikh ini?” Akupun berkata kepadanya *“Ini adalah Syaikh Albani”* [akhir dari mimpi] Wanita yang bercerita itu kemudian berkata “Aku berdoa kepada Allah untuk menjadikan mimpi ini menjadi kabar baik untuk mu Ya Syaikh, dan aku ingin memberitahu , semoga ini menjadi berita baik – insya allah, bahwa engkau telah berjalan di atas jalan sunnah ya Syaikh. Insya allah ta’ala . “bagaimana pendapatmu Syaikh?” Disini Syaikh tidak mengatakan apapun, air mata beliau terlihat mulai bercucuran dan beliau rahimahullah pun menangis. [tangisan ini sempat terekam selama 2 menit, sebelum kemudian beliau menyuruh orang-orang yang berada disekitar beliau untuk meninggalkan beliau sendiri] [mohon maaf jika ada kesalahan terjemahan, diambil dari http://www.youtube.com/watch?v=01dxgcAm7_c ] Allahu Akhbar... sumber : http://moslemsunnah.wordpress.com/2009/03/01/syaikh-al-albani-pun-menangis/ -- *Abu Yazid Abdul Hamid (Victor Johnson)*
[assunnah] Hukum Mengangkat Tangan Dalam Berdo'a
HUKUM MENGANGKAT TANGAN DALAM BERDO'A Oleh Syaikh Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al Abbad http://almanhaj.or.id/content/3271/slash/0 Mengangkat kedua tangan dalam berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, termasuk adab yang agung. Demikian terdapat di banyak hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagian ulama menggolongkannya ke dalam hadits mutawatir secara makna. Di dalam Tadribur Rawi Syarh Taqrib Imam Nawawi, ketika mencontohkan hadits-hadits yang mutawatir secara maknawi, Imam Suyuthi rahimahullah berkata : ”Diriwayatkan dari Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sekitar seratus hadits berisi tentang do'a dengan mengangkat tangan. Saya mengumpulkannya dalam satu juz tersendiri, namun dengan masalah yang beragam. Memang dalam setiap masalah tersebut, haditsnya tidak mutawatir. Namun bila dikumpulkan, maka menjadi mutawatir”. (2/180). Di dalam kitab Shahih-nya, Imam Bukhari rahimahullah membuat bab tentang mengangkat tangan dalam berdo'a. Dia membawakan beberapa hadits, yaitu dari Abu Musa Al Asy'ari, dia berkata : دَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثمُ َّرَفَعَ يَدَيْهِ وَرَأَيْتُ بَيَاضَ إِبْطَيْهِ Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a, kemudian mengangkat kedua tangannya, sehingga aku melihat putih kedua ketiak Beliau. [1]. Hadits Ibnu Umar, dia berkata: رَفَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ وَقَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَبْرَأُ إِلَيْكَ مِمَّا صَنَعَ خَالِدٌ Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya lantas berdo'a, ”Wahai, Allah. Aku berlepas diri kepadaMu dari apa yang diperbuat Khalid (bin Walid).” [2] Hadits Anas bin Malik, dari Nabi: عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْتُ بَيَاضَ إِبْطَيْهِ Bahwa Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya, sehingga aku melihat putih kedua ketiaknya. [3]. . Di dalam Syarah Bukhari (Fatthul Bari), Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengisyaratkan, bahwa hadits yang semakna dengan hadits-hadits ini banyak sekali. Lalu ia menyebutkan sebagiannya, diantaranya tentang hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu: قَدِمَ الطُفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو الدَّوْسِي النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَارَسُوْلَ اللهِ إِنَّ دَوْسًا عَصَتْ فَادْعُ اللهَ عَلَيْهَا فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا Thufail bin 'Amr Ad Dausi mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata,”Wahai, Rasulullah. Sesungguhnya kabilah Daus telah durhaka. Berdo'alah kepada Allah agar melaknat mereka,” maka Beliau menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya, ”Wahai, Allah. Berilah petunjuk kepada kabilah Daus.” (Hadits ini dikeluarkan Imam Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad, dan termaktub pula dalam Shahihain tanpa kalimat mengangkat kedua tangannya.[4]. Hadits Jabir bin Abdillah, bahwa Thuafil bin 'Amr, hijrah lalu mengisahkan laki-laki yang berhijrah bersamanya disebutkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: ”Wahai, Allah. Karena perbuatan kedua tangannya, maka ampunilah dia,” lalu beliau mengangkat kedua tangannya. Al Hafizh berkata: ”Sanadnya shahih.” Dikeluarkan juga oleh Muslim.[5] Hadits dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia melihat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a sambil mengangkat kedua tangannya: “Wahai, Allah. Aku hanyalah manusia biasa …”.[6] Al Hafizh berkata,”Sanadnya shahih.” Selanjutnya, Al Hafizh berkata,”Diantara hadits-hadits shahih dalam masalah ini, yaitu hadits yang dikeluarkan oleh Al Bukhari dalam kitab Juz Rof'ul Yadain: “Aku melihat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya mendo'akan Utsman”[7]. Dikeluarkan pula oleh Muslim dari hadits Abdurrahman bin Samurah dalam kisah gerhana: “Aku (Abdurrahman) sampai kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan Beliau berdo'a sambil mengangkat kedua tangannya.”[8] Hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma dalam kisah gerhana, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya.[9] Dari ‘Aisyah pula, ketika Rasulullah mendo'akan para sahabat yang dikubur di Baqi, ”Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya tiga kali.”[10] Dari hadits Abu Hurairah yang panjang dalam peristiwa fathu Makkah disebutkan,”Beliau mengangkat kedua tangannya, kemudian mulai berdo'a.”[11] Hadits Abu Humaid dalam kisah Ibnu Lubtiyyah,”Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam lantas mengangkat kedua tangannya sampai kulihat putih kedua ketiaknya, Beliau berucap,’Wahai, Allah. Bukankah aku telah menyampaikan (risalah Mu)’.”[12] Hadits Abdullah bin Amr: “Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan ucapan Nabi Ibrahim dan Nabi Isa, lantas mengangkat kedua tangannya, (sembari) berucap: ‘Wahai, Allah. Umatku’.” [13] Dalam hadits Umar Radhiyallahu anhu, disebutkan bahwa “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, jika turun wahyu kepadanya akan terdengar dari dekat wajah Beliau seperti suara dengungan tawon. Suatu hari wahyu turun kepada Beliau, kemudian rasa berat