[assunnah] >>Beberapa Karakteristik Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah<

2012-11-11 Terurut Topik Prada Aisyah
BEBERAPA KARAKTERISTIK ‘AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH[1]

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
http://almanhaj.or.id/content/3423/slash/0/beberapa-karakteristik-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jamaah/

Sesungguhnya orang yang mau berfikir obyektif, jika ia mau melakukan
perbandingan antara berbagai keyakinan yang ada di antara ummat
manusia saat ini, niscaya ia menemukan beberapa karakteristik dan
ciri-ciri dari ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang merupakan ‘aqidah
Islamiyyah yang haqq (benar) berbeda dengan lainnya.

Di antara karakter dan ciri-ciri ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah:

1. Keotentikan Sumbernya.
Hal ini karena ‘aqidah Ahlus Sunnah semata-mata hanya bersandarkan
kepada Al-Qur-an, hadits dan ijma’ para ulama Salaf serta penjelasan
dari mereka. Ciri ini tidak terdapat pada aliran-aliran mutakallimin
(pengagung ilmu kalam), ahli bid’ah dan kaum Shufi yang selalu
bersandar kepada akal dan pemikiran atau ke-pada kasyaf, ilham, wujud
dan sumber-sumber lain yang berasal dari manusia yang lemah. Mereka
jadikan hal tersebut sebagai patokan atau sandaran di dalam
masalah-masalah yang ghaib.

Sedangkan Ahlus Sunnah selalu berpegang teguh kepada Al-Qur-an dan
Hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ijma’ Salafush Shalih
dan penjelasan-penjelasan dari mereka. Jadi: ‘aqidah apa saja yang
bersumber dari selain Al-Qur-an, hadits, ijma’ Salaf dan penjelasan
mereka itu, maka termasuk kesesatan dan kebid’ahan.[2]

2. Berpegang Teguh Kepada Prinsip Berserah Diri Kepada Allah Dan
Kepada Rasul-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam.
‘Aqidah adalah masalah yang ghaib, dan hal yang ghaib itu hanya tegak
dan bersandar kepada kepasrahan (taslim) serta keyakinan sepenuhnya
(mutlak) kepada Allah (dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Maksudnya, hal tersebut adalah apa yang diberitakan Allah dan
Rasul-Nya (wajib diterima dan diyakini sepenuhnya). Taslim merupakan
ciri dan sifat kaum beriman yang karenanya mereka dipuji oleh Allah,
seraya berfirman:

الم ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ

“Alif Laam Miim. Kitab Al-Qur-an ini tidak ada keraguan padanya,
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka beriman kepada yang
ghaib...” [Al-Baqarah: 1-3]

Perkara ghaib itu tidak dapat diketahui atau dijangkau oleh akal. Oleh
karena itu, Ahlus Sunnah membatasi diri di dalam masalah ‘aqidah
kepada berita dan wahyu yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
Rasul-Nya. Hal ini sangat berbeda dengan ahli bid’ah dan mutakallimin
(ahli kalam). Mereka memahami masalah yang ghaib itu dengan berbagai
dugaan. Tidak mungkin mereka mengetahui masalah-masalah ghaib. Mereka
tidak melapangkan akal-nya[3] dengan taslim, berserah diri kepada
Allah dan Rasul-Nya, dan tidak pula menyelamatkan ‘aqidah mereka
dengan ittiba’ dan mereka menghalangi kaum Muslimin awam berada pada
fitrah yang telah Allah fitrahkan kepada mereka.[4]

3. Sejalan Dengan Fitrah Yang Suci Dan Akal Yang Sehat.
Hal itu karena ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jam’ah berdiri di atas prinsip
ittiba’ (mengikuti), iqtida’ (meneladani) dan berpedoman kepada
petunjuk Allah, bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
‘aqidah generasi terdahulu (Salaful Ummah). ‘Aqidah Ahlus Sunnah
bersumber dari sumber fitrah yang suci dan akal yang sehat serta
pedoman yang lurus. Betapa sejuknya sumber rujukan ini. Sedangkan
‘aqidah dan keyakinan golongan yang lain itu hanya berupa khayalan dan
dugaan-dugaan yang membutakan fitrah dan membingungkan akal belaka.[5]

4. Mata Rantai Sanadnya Sampai Kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam, Para Sahabatnya Dan Para Tabi’in Serta Para Imam Yang
Mendapatkan Petunjuk.
Tidak ada satu prinsip pun dari prinsip-prinsip ‘aqidah Ahlus Sunnah
wal Jama’ah yang tidak mempunyai dasar atau sanad atas qudwah (contoh)
dari para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in serta para Imam yang
mendapatkan petunjuk hingga hari Kiamat. Hal ini sangat berbeda dengan
‘aqidah kaum mubtadi‘ah (ahli bid’ah) yang menyalahi kaum Salaf di
dalam ber-‘aqidah. ‘Aqidah mereka merupakan hal yang baru (bid’ah)
tidak mempunyai sandaran dari Al-Qur-an dan As-Sunnah, ataupun dari
para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Tabi’in. Oleh
karena itu, mereka berpegang kepada kebid’ahan sedangkan setiap bid’ah
adalah sesat.[6]

5. Jelas Dan Gamblang.
‘Aqidah Ahlus Sunnah mempunyai ciri khas yaitu gamblang dan jelas,
bebas dari kontradiksi dan ketidakjelasan, jauh dari filsafat, serta
kerumitan kata dan maknanya, karena ‘aqidah Ahlus Sunnah bersumber
dari firman Allah yang sangat jelas, yang tidak datang kepadanya
kebathilan (kepalsuan), baik dari depan mau-pun dari belakang, dan
bersumber dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
beliau tidak pernah berbicara dengan hawa nafsunya. Sedangkan ‘aqidah
dan keyakinan yang lainnya berasal dari ramuan yang dibuat oleh
manusia atau ta’-wil dan tahrif mereka terhadap teks-teks syar’i.
Sungguh sangat jauh perbedaan sumber dari ‘aqidah Ahlus Su

[assunnah] >>Beberapa Karakteristik Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah<

2005-06-14 Terurut Topik fatimah





 
Senin, 30 Mei 2005 11:01:16 WIBKategori : Aqidah 
Ahlus Sunnah  BEBERAPA KARAKTERISTIK ‘AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL 
JAMA’AHOleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir 
JawasSesungguhnya orang yang mau berfikir obyektif, jika ia mau 
melakukan perbandingan antara berbagai keyakinan yang ada di antara umat manusia 
saat ini, niscaya ia menemukan beberapa karakteristik dan ciri-ciri dari ‘aqidah 
Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang merupakan ‘aqidah Islamiyah yang haq (benar) 
berbeda dengan lainnya. Karakter Dan Ciri-Ciri Itu 
Diantaranya:[1]. Keotentikan Sumbernya.Hal ini karena ‘aqidah 
Ahlus Sunnah semata-mata hanya bersandarkan kepada al-Qur-an, hadits dan ijma’ 
para ulama Salaf serta penjelasan dari mereka. Ciri ini tidak terdapat pada 
aliran-aliran Mutakalimin, ahli bid’ah dan kaum Sufi yang selalu bersandar 
kepada akal dan pemikiran atau kepada kasyaf, ilham, wujud dan sumber-sumber 
lain yang berasal dari manusia yang lemah. Mereka jadikan hal tersebut sebagai 
patokan atau sandaran di dalam masalah-masalah yang ghaib. Padahal ‘aqidah itu 
semuanya ghaib.Sedangkan Ahlus Sunnah selalu berpegang teguh al-Qur-an 
dan Hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Ijma’ Salafush Shalih dan 
penjelasan-penjelasan dari mereka. Jadi, ‘aqidah apa saja yang bersumber dari 
selain al-Qur-an, hadits, ijma’ Salaf dan penjelasan mereka itu, maka adalah 
termasuk kesesatan dan kebid’ahan.[1].[2]. Berpegang Teguh Kepada 
Prinsip Berserah Diri Kepada Allah Dan Kepada Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wa 
SallamSebab ‘aqidah adalah masalah yang ghaib, dan hal yang ghaib itu 
hanya tegak dan bersandar kepada kepasrahan (taslim) dan keyakinan sepenuhnya 
(mutlak) kepada Allah (dan Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam). Maksudnya, 
hal tersebut adalah apa yang diberitakan Allah dan Rasul-Nya (wajib diterima dan 
diyakini sepenuhnya. Taslim merupakan ciri dan sifat kaum beriman yang karenanya 
mereka dipuji oleh Allah, seraya berfirman:"Artinya : Alif Laam Mim. 
Kitab al-Qur'an ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang 
bertakwa, (yaitu) mereka beriman kepada yang ghaib..."[Al-Baqarah: 
1-3]Perkara ghaib itu tidak dapat diketahui atau dijangkau oleh akal, 
maka oleh karena itu Ahlus Sunnah membatasi diri di dalam masalah ‘aqidah kepada 
berita dan wahyu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Hal ini sangat berbeda 
dengan Ahli bid’ah dan Ahli Kalam (mutakalimin). Mereka memahami masalah yang 
ghaib itu dengan berbagai dugaan. Tidak mungkin mereka mengetahui 
masalah-masalah ghaib. Mereka tidak melapangkan akalnya [2]. dengan taslim, 
berserah diri kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tidak pula menyelamatkan ‘aqidah 
mereka dengan ittiba’ dan mereka tidak membiarkan kaum Muslimin awam berada pada 
fitrah yang telah Allah fitrahkan kepada mereka.[3][3]. Sejalan Dengan 
Fitrah Yang Suci Dan Akal Yang Sehat.Hal itu karena ‘aqidah Ahlus Sunnah 
wal Jam’ah berdiri di atas prinsip ittiba’ (mengikuti), iqtidha’ (meneladani) 
dan berpedoman kepada petunjuk Allah, bimbingan Rasulullah Shallallahu 'alaihi 
wa sallam dan ‘aqidah generasi terdahulu (Salaful Ummah). ‘Aqidah Ahlus Sunnah 
bersumber dari sumber fitrah yang suci dan akal yang sehat itu sendiri serta 
pedoman yang lurus. Betapa sejuknya sumber rujukan ini. Sedangkan ‘aqidah dan 
keyakinan golongan yang lain itu hanya berupa khayalan dan dugaan-dugaan yang 
membutakan fitrah dan membingungkan akal belaka.[4].[4]. Mata Rantai 
Sanadnya Sampai Kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Para 
Shahabatnya Dan Para Tabi’in Serta Para Imam Yang Mendapatkan 
PetunjukTidak ada satu dasar pun dari dasar-dasar ‘aqidah Ahlus Sunnah 
wal Jama’ah yang tidak mempunyai dasar atau sanad atas qudwah (contoh) dari para 
Shahabat, Tabi’in dan para Imam yang mendapatkan petunjuk hingga Hari Kiamat. 
Hal ini sangat berbeda dengan ‘aqidah kaum mubtadi‘ah (ahli bid’ah) yang 
menyalahi kaum Salaf di dalam ber‘aqidah. ‘aqidah mereka merupakan hal yang baru 
(bid’ah) tidak mempunyai sandaran dari al-Qur'an dan as-sunnah, ataupun dari 
para Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Tabi’in. Oleh karena itu, 
maka mereka berpegang kepada kebid’ahan sedangkan setiap bid’ah adalah 
kesesatan.[5][5]. Jelas Dan Gamblang.‘Aqidah Ahlus Sunnah 
mempunyai ciri khas yaitu gamblang dan jelas, bebas dari kontradiksi dan 
ketidakjelasan, jauh dari filsafat dan kerumitan kata dan maknanya, karena 
‘aqidah Ahlus Sunnah bersumber dari firman Allah yang sangat jelas yang tidak 
datang kepadanya kebatilan (kepalsuan) baik dari depan maupun dari belakang, dan 
bersumber dari sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak pernah 
berbicara dengan hawa nafsunya. Sedangkan ‘aqidah dan keyakinan yang lainnya 
berasal dari ramuan yang dibuat oleh manusia atau ta’wil dan tahrif mereka 
terhadap teks-teks syar’i. Sungguh sangat jauh perbedaan sumber dari ‘aqidah 
Ahlus Sunnah dan kelompok yang lainnya. ‘Aqidah Ahlus Sunnah adalah tauqifiyah 
(berdasarkan dalil/nash) dan bersifat ghaib, tidak ada