RE: [assunnah]>>Tanya: Menjama' sholat<
Kalau jamak qosor dibolehkan tidak? Jadi tidak hanya menggabungkan namun sekaligus juga meringkas. On Sep 18, 2013 8:59 AM, "Abu Harits" wrote: > ** > > > From: purb...@yahoo.co.id > Date: Sun, 15 Sep 2013 12:03:27 +0800 >Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh > Tanya, bagaimana cara menjama' sholat yang benar? > Syuukron > muliaman purba > >> > > JAMA'. > Menjama' shalat adalah mengabungkan antara dua shalat (Dhuhur dan Ashar > atau Maghrib dan 'Isya') dan dikerjakan dalam waktu salah satunya. Boleh > seseorang melakukan jama'taqdim dan jama'ta'khir.[19] > > Jama' taqdim adalah menggabungkan dua shalat dan dikerjakan dalam waktu > shalat pertama, yaitu; Dhuhur dan Ashar dikerjakan dalam waktu Dhuhur, > Maghrib dan 'Isya' dikerjakan dalam waktu Maghrib. Jama' taqdim harus > dilakukan secara berurutan sebagaimana urutan shalat dan tidak boleh > terbalik. > > Adapun jama' ta'khir adalah menggabungkan dua shalat dan dikerjakan dalam > waktu shalat kedua, yaitu; Dhuhur dan Ashar dikerjakan dalam waktu Ashar, > Maghrib dan 'Isya'dikerjakan dalam waktu, Isya', Jama' ta'khir boleh > dilakukan secara berurutan dan boleh pula tidak berurutan akan tetapi yang > afdhal adalah dilakukan secara berurutan sebagaimana yang dilakukan oleh > Rasulullah shallallahuhu alaihi wa'ala alihi wasallam.[20] > > Menjama' shalat boleh dilakukan oleh siapa saja yang memerlukannya - baik > musafir atau bukan- dan tidak boleh dilakukan terus menerus tanpa udzur, > jadi dilakukan ketika diperlukan saja.[21] > > Termasuk udzur yang membolehkan seseorang untuk menjama' shalatnya dalah > musafir ketika masih dalan perjalanan dan belum sampai di tempat tujuan[22] > , turunnya hujan [23] , dan orang sakit.[24] > > Berkata Imam Nawawi rahimahullah:Sebagian imam (ulama) berpendapat bahwa > seorang yang mukim boleh menjama' shalatnya apabila di perlukan asalkan > tidak di jadikan sebagai kebiasaan."[25] > > Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata, bahwasanya Rasulullah > shallallahu alaihi wa'ala alihi wasallam menjama antara dhuhur dengan ashar > dan antara maghrib dengan isya' di Madinah tanpa sebab takut dan safar > (dalam riwayat lain; tanpa sebab takut dan hujan). Ketika ditanyakan hal > itu kepada Ibnu Abbas radhiallahu anhuma beliau menjawab: Bahwa Rasulullah > shallallahu alaihi wa'ala alihi wasallam tidak ingin memberatkan > ummatnya.[26] > Selengkapnya baca di > http://almanhaj.or.id/content/1336/slash/0/seputar-hukum-shalat-jama-dan-qashar/ > > .Menjama' Dua Shalat > Sebab-sebabnya: > > 1. Safar > Dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Jika Rasulullah Shallallahu > 'alaihi wa sallam bepergian sebelum matahari tergelincir, beliau akhirkan > Zhuhur hingga waktu 'Ashar. Beliau turun dari kendaraannya lalu menjama' > keduanya. Dan jika matahari sudah tergelincir sebelum melakukan perjalanan, > maka beliau shalat Zhuhur lalu naik kendaraan." [11] > > Dari Mu'adz Radhiyallahu anhu: "Saat terjadinya perang Tabuk, jika Nabi > Shallallahu 'alaihi wa salalm bepergian sebelum matahari tergelincir, > beliau akhirkan Zhuhur sampai waktu 'Ashar. Kemudian beliau menjama' kedua > shalat tersebut. Jika bepergian sesudah matahari tergelincir, beliau > menjama' shalat Zhuhur dengan 'Ashar lalu berangkat. Bila bepergian sebelum > Maghrib, beliau akhirkan Maghrib hingga menjama'nya dengan 'Isya. Bila > bepergian setelah Maghrib, beliau mengawalkan waktu 'Isya dan menjama'nya > dengan Maghrib." [12] > > Masih dari Mu’adz: "Para Sahabat pernah bepergian bersama Rasulullah > Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika perang Tabuk. Rasulullah Shallallahu > 'alaihi wa sallam menjama' shalat Zhuhur dengan 'Ashar, dan shalat Maghrib > dengan 'Isya'." Dia berkata lagi: "Pada suatu hari beliau mengakhirkan > shalat. Beliau keluar lalu shalat Zhuhur dan 'Ashar dengan dijama'. Setelah > itu beliau masuk. Tak lama kemudian beliau keluar lagi lalu shalat Maghrib > dan 'Isya dengan dijama'."[13] > > 2. Hujan > Dari Nafi' Radhiyallahu anhu, "Jika 'Abdullah Ibnu 'Umar Radhiyallahu > anhuma mengumpulkan para amir (gubernur) antara Maghrib dan 'Isya' ketika > hujan, maka dia menjama' shalat bersama mereka." > > Dari Hisyam bin 'Urwah: "Ayahnya -'Urwah-, Sa'id bin al-Musayyib, dan Abu > Bakar bin 'Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam bin al-Mughirah al-Makhzumi > pernah menjama' shalat Maghrib dengan 'Isya' pada suatu malam ketika hujan > turun. Mereka menjama' kedua shalat tersebut tanpa ada yang mengingkari." > [14] > > Dari Musa bin 'Uqbah, "Ketika turun hujan, ‘Umar bin 'Abdul 'Aziz pernah > menjama' shalat Maghrib dengan 'Isya' di akhir waktu. Sedangkan Sa'id bin > al-Musayyib, 'Urwah bin az-Zubair, Abu Bakar bin 'Abdurrahman, beserta para > ulama zaman itu bermakmum di belakangnya. Namun, mereka tidak mengingkari > perbuatan tersebut." [15] > > Dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu > 'alaihi wa sallam pernah menjama' shalat Zhuhur dengan 'Ashar, dan shalat > Maghrib dengan 'Isya', tidak dalam keadaan ta
RE: [assunnah]>>Tanya: Menjama' sholat<
From: purb...@yahoo.co.id Date: Sun, 15 Sep 2013 12:03:27 +0800 Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh Tanya, bagaimana cara menjama' sholat yang benar? Syuukron muliaman purba >> JAMA'. Menjama' shalat adalah mengabungkan antara dua shalat (Dhuhur dan Ashar atau Maghrib dan 'Isya') dan dikerjakan dalam waktu salah satunya. Boleh seseorang melakukan jama'taqdim dan jama'ta'khir.[19] Jama' taqdim adalah menggabungkan dua shalat dan dikerjakan dalam waktu shalat pertama, yaitu; Dhuhur dan Ashar dikerjakan dalam waktu Dhuhur, Maghrib dan 'Isya' dikerjakan dalam waktu Maghrib. Jama' taqdim harus dilakukan secara berurutan sebagaimana urutan shalat dan tidak boleh terbalik. Adapun jama' ta'khir adalah menggabungkan dua shalat dan dikerjakan dalam waktu shalat kedua, yaitu; Dhuhur dan Ashar dikerjakan dalam waktu Ashar, Maghrib dan 'Isya'dikerjakan dalam waktu, Isya', Jama' ta'khir boleh dilakukan secara berurutan dan boleh pula tidak berurutan akan tetapi yang afdhal adalah dilakukan secara berurutan sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahuhu alaihi wa'ala alihi wasallam.[20] Menjama' shalat boleh dilakukan oleh siapa saja yang memerlukannya - baik musafir atau bukan- dan tidak boleh dilakukan terus menerus tanpa udzur, jadi dilakukan ketika diperlukan saja.[21] Termasuk udzur yang membolehkan seseorang untuk menjama' shalatnya dalah musafir ketika masih dalan perjalanan dan belum sampai di tempat tujuan[22] , turunnya hujan [23] , dan orang sakit.[24] Berkata Imam Nawawi rahimahullah:Sebagian imam (ulama) berpendapat bahwa seorang yang mukim boleh menjama' shalatnya apabila di perlukan asalkan tidak di jadikan sebagai kebiasaan."[25] Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa'ala alihi wasallam menjama antara dhuhur dengan ashar dan antara maghrib dengan isya' di Madinah tanpa sebab takut dan safar (dalam riwayat lain; tanpa sebab takut dan hujan). Ketika ditanyakan hal itu kepada Ibnu Abbas radhiallahu anhuma beliau menjawab: Bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa'ala alihi wasallam tidak ingin memberatkan ummatnya.[26] Selengkapnya baca di http://almanhaj.or.id/content/1336/slash/0/seputar-hukum-shalat-jama-dan-qashar/ .Menjama' Dua Shalat Sebab-sebabnya: 1. Safar Dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bepergian sebelum matahari tergelincir, beliau akhirkan Zhuhur hingga waktu 'Ashar. Beliau turun dari kendaraannya lalu menjama' keduanya. Dan jika matahari sudah tergelincir sebelum melakukan perjalanan, maka beliau shalat Zhuhur lalu naik kendaraan." [11] Dari Mu'adz Radhiyallahu anhu: "Saat terjadinya perang Tabuk, jika Nabi Shallallahu 'alaihi wa salalm bepergian sebelum matahari tergelincir, beliau akhirkan Zhuhur sampai waktu 'Ashar. Kemudian beliau menjama' kedua shalat tersebut. Jika bepergian sesudah matahari tergelincir, beliau menjama' shalat Zhuhur dengan 'Ashar lalu berangkat. Bila bepergian sebelum Maghrib, beliau akhirkan Maghrib hingga menjama'nya dengan 'Isya. Bila bepergian setelah Maghrib, beliau mengawalkan waktu 'Isya dan menjama'nya dengan Maghrib." [12] Masih dari Mu’adz: "Para Sahabat pernah bepergian bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika perang Tabuk. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjama' shalat Zhuhur dengan 'Ashar, dan shalat Maghrib dengan 'Isya'." Dia berkata lagi: "Pada suatu hari beliau mengakhirkan shalat. Beliau keluar lalu shalat Zhuhur dan 'Ashar dengan dijama'. Setelah itu beliau masuk. Tak lama kemudian beliau keluar lagi lalu shalat Maghrib dan 'Isya dengan dijama'."[13] 2. Hujan Dari Nafi' Radhiyallahu anhu, "Jika 'Abdullah Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma mengumpulkan para amir (gubernur) antara Maghrib dan 'Isya' ketika hujan, maka dia menjama' shalat bersama mereka." Dari Hisyam bin 'Urwah: "Ayahnya -'Urwah-, Sa'id bin al-Musayyib, dan Abu Bakar bin 'Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam bin al-Mughirah al-Makhzumi pernah menjama' shalat Maghrib dengan 'Isya' pada suatu malam ketika hujan turun. Mereka menjama' kedua shalat tersebut tanpa ada yang mengingkari." [14] Dari Musa bin 'Uqbah, "Ketika turun hujan, ‘Umar bin 'Abdul 'Aziz pernah menjama' shalat Maghrib dengan 'Isya' di akhir waktu. Sedangkan Sa'id bin al-Musayyib, 'Urwah bin az-Zubair, Abu Bakar bin 'Abdurrahman, beserta para ulama zaman itu bermakmum di belakangnya. Namun, mereka tidak mengingkari perbuatan tersebut." [15] Dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menjama' shalat Zhuhur dengan 'Ashar, dan shalat Maghrib dengan 'Isya', tidak dalam keadaan takut maupun safar."[16] Dia juga berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menjama' shalat Zhuhur dengan 'Ashar dan shalat Maghrib dengan 'Isya di Madinah, tidak dalam keadaan takut maupun hujan." [17] Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma memberikan indikasi bahw
[assunnah] Tanya: Menjama' sholat
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh Tanya, bagaimana cara menjama' sholat yang benar? Syuukron muliaman purba