Wa'alaikumus salaam warahmatullah wabarakaatuh,
Berikut ini adalah cuplikan tulisan tentang qunut shubuh karya Abdul Qadir
Jawas, semoga bermanfaat.
-
HADITS-HADITS TENTANG QUNUT SHUBUH DAN PENJELASANNYA
HADITS PERTAMA
Dari Anas bin Malik, ia berkata: Senantiasa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam berqunut pada shalat Shubuh sehingga beliau berpisah dari dunia (wafat).
Hadits ini telah diriwayatkan oleh: Imam Ahmad[1], 'Abdurrazzaq[2], Ibnu Abi
Syaibah[3], secara ringkas, ath-Thahawi[4], ad-Daruquthni[5], al-Hakim, dalam
kitab al-Arba'iin, al-Baihaqi[6], al-Baghawi[7], Ibnul Jauzi[8].
Semuanya telah meriwayatkan hadits ini dari jalan Abu Ja'far ar-Razi (yang
telah menerima hadits ini) dari Rubaiyyi' bin Anas, ia berkata: 'Aku pernah
duduk di sisi Anas bin Malik, lalu ada (seseorang) yang bertanya: 'Apakah
sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, pernah qunut selama
sebulan?' Kemudian Anas bin Malik menjawab: ...(Seperti lafazh hadits di
atas).
Keterangan:
Walaupun sebagian ulama ada yang meng-hasan-kan hadits di atas. Akan tetapi
yang benar adalah bahwa hadits ini derajatnya dha'if (lemah), hadits ini telah
dilemahkan oleh ulama para Ahli Hadits:
Imam Ibnu Turkamani yang memberikan ta'liq (ko-mentar) atas Sunan Baihaqi
membantah pernyataan al-Baihaqi yang mengatakan hadits itu shahih. Ia berkata:
Bagaimana mungkin sanadnya shahih? Sedang perawi yang meriwayatkan dari
Rubaiyyi', yaitu ABU JA'FAR 'ISA BIN MAHAN AR-RAZI masih dalam pembicaraan
(para Ahli Hadits):
[1]. Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam an-Nasa-i ber-kata: 'Ia bukan orang yang
kuat riwayatnya.'
[2]. Imam Abu Zur'ah berkata: 'Ia banyak salah.'
[3]. Imam al-Fallas berkata: 'Ia buruk hafalannya.'
[4]. Imam Ibnu Hibban menyatakan bahwa ia sering mem-bawakan hadits-hadits
munkar dari orang-orang yang masyhur.
[Lihat Sunan al-Baihaqi (I/202) dan periksa Mizaanul I'tidal III/319.] [9]
[5]. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata: Abu Ja'far ini telah dilemahkan
oleh Imam Ahmad dan imam-imam yang lainÂ… Syaikh kami Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah berkata kepadaku, 'Sanad hadits ini (hadits qunut Shubuh) sama dengan
sanad hadits (yang ada dalam Mustadrak al-Hakim (II/ 323-324): Tentang ma-salah
Ruh yang diambil perjanjian dalam surat 7 ayat 172, (yakni firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala):
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Rabb-mu mengeluarkan (keturunan anak-anak
Adam) dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): 'Bukankah Aku ini Rabb-mu?' Mereka menjawab: 'Betul (Engkau
Rabb kami), kami menjadi saksi.' (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
Kiamat kamu tidak mengatakan: 'Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (ke-Esaan Allah).'[Al-A'raaf: 172]
(Yakni) hadits Ubay bin Ka'ab yang panjang yang di-sebutkan di dalamnya: Dan
ruh Isa 'alaihis salam termasuk dari (kumpulan) ruh-ruh yang diambil
kesaksiannya pada zaman Adam, maka (Dia) kirimkan ruh tersebut kepada Maryam
'alaihas salam ketika ia pergi ke arah Timur, maka Allah kirimkan dengan rupa
seorang laki-laki yang tampan, maka dia pun hamil dengan orang yang mengajarkan
bi-cara, maka masuklah (ruh tersebut) ke dalam mulutnya. Jadi, yang dimaksud
adalah Isa dan yang mengajak bicara ibunya adalah 'Isa, bukan Malaikat, padahal
menurut ayat yang mengajak bicara adalah Malaikat, dalam surat Mar-yam ayat 19,
Allah berfirman:
Artinya : Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabb-mu, untuk
memberimu seorang anak laki-laki yang suci. [Maryam: 19]
Yang mengajak bicara bukan 'Isa, sebab hal ini mus-tahil dan hal ini merupakan
kesalahan yang jelas.
[Periksa: Zaadul Ma'aad (I/276), tahqiq: Syaikh Syu'aib al-Arnauth, cet.
Mu-assasah ar-Risalah, th. 1412 H]
Syaikhul Islam Ibnul Qayyim berkata: Maksud dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
ialah: Bahwa Abu Ja'far 'Isa bin Mahan ar-Razi adalah orang yang sering
memba-wakan hadits-hadits munkar. Yang tidak ada seorang pun dari Ahli Hadits
yang berhujjah dengannya ketika dia menyendiri (dalam periwayatannya).
Saya katakan: Dan di antara hadits-hadits itu ialah hadits qunut Shubuh
terus-menerus.
[6]. Al-Hafizh Ibnu Katsir ad-Damsyqiy asy-Syafi'i dalam kitab tafsirnya juga
menyatakan bahwa riwayat Abu Ja'far ar-Razi itu mungkar.
[7]. Al-Hafizh az-Zaila'i dalam kitabnya Nashbur Raayah (II/132) sesudah
membawakan hadits Anas di atas, ia berkata: Hadits ini telah dilemahkan oleh
Ibnul Jauzi di dalam kitabnya at-Tahqiq dan al-'Ilalul Muta-nahiyah, ia
berkata: Hadits ini tidak sah, karena se-sungguhnya Abu Ja'far ar-Razi, namanya
adalah Isa bin Mahan, dinyatakan oleh Ibnul Madini: 'Ia sering keliru.'
[8]. Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany rahimahullah, seorang Ahli Hadits
zaman ini berkata: Hadits Anas munkar. [10]
Kemudian al-Hafizh al-Baihaqi telah membawakan beberapa syawahid (penguat) bagi
hadits Anas, sebagai-mana yang dikatakan oleh al-Hafizh al-Baihaqi