Re: [assunnah]>>Apakah Nabi dan Sahabat pernah melakukkannya?<
JazaakAllooh khoiron penjelasannya. Pertanyaan kemudian adalah: Bagi Makmum, apa yang mereka lakukan ketika Imam berqunut witir? Ikut mengangkat tangan, lalu menga-Amini- ataukah diam saja? Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Abu Harits Sender: assunnah@yahoogroups.com Date: Sat, 3 Aug 2013 00:37:12 To: assunnah assunnah Reply-To: assunnah@yahoogroups.com Subject: RE: [assunnah]>>Apakah Nabi dan Sahabat pernah melakukkannya?<< From: rully_hatrivia...@yahoo.com Date: Tue, 30 Jul 2013 07:56:40 +0800 Semenjak hari pertama sampai malam ke-20 sholat tarawih dilaksanakan 8 rakaat (tiap 2 rakaat salam), setelah itu dilanjutkan dengan witir ( kadang-kadang bentuknya 2 rakaat + 1 rakaat atau langsung 3 rakaat. Pada malam 21 dan sampai akhir Ramadhan, sholat tarawih 8 rakaat (tiap 2 rakaat salam) dilakukan seperti biasa...tapi untuk witir dilakukan dinihari sekitar jam 2 pagi..bentuknya melakukkan sholat 8 rakaat lagi( tiap 2 rakaat salam) + witir 2 rakaat + 1 rakaat.. 1 Apakah ini pernah dilakukan Nabi atau sahabat Radhiyallahu Anhum? 2. Apakah Nabi atau sahabat Radhiyallahu Anhum juga setiap witir pada bulan ramadhan melakukan do'a Qunut setelah rukuk. Abu 'Abdillah >>>>>>>>>>>>>> 1. Shalat malam (tarawih) Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam selama bulan ramadhan. Abu Salamah bin Abdurrahman Radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Aisyah Radhiyallahu 'anha perihal shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan. Aisyah Radhiyallahu 'anha menjawab: مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً وفي رواية لمسلم يُصَلِّي ثَمَانَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ يُوتِرُ رواه البخاري و مسلم "Pada bulan Ramadhan, Beliau tidak pernah melebihkan dari 11 rak’at. (Begitu) juga pada bulan lainnya. (Dalam hadits riwayat Muslim) Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat 8 raka’at, lalu melakukan witir". Dengan langgam bahasanya yang keras/tegas, hadits Aisyah ini memberikan kesan pengingkaran terhadap tambahan lebih dari bilangan (sebelas) ini. Sedangkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma tentang cara shalat malam Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dia mengatakan: فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَوْتَرَ رواه مسلم "Lalu Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian witir". [HR Muslim 2/179] Dengan ini menjadi jelas, bahwa shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada malam hari itu, berkisar antara 11 dan 13 raka’at. Jika ada yang mengatakan, bahwa shalat malam yang diterangkan dalam hadits ini bukanlah shalat Tarawih, karena Tarawih merupakan sunnah yang dikerjakan Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu. Maka jawabnya : Shalat malam Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan itulah (yang disebut) Tarawih. Mereka menamakannya Tarawih (istirahat), karena mereka memanjangkan shalatnya lalu istirahat setelah dua kali salam. Oleh karena itu dinamakan Tarawih (istirahat). Dan Tarawih termasuk sunnah perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Selengkapnya baca di http://almanhaj.or.id/content/3143/slash/0/shalat-tarawih-keabsahan-23-rakaat/ 2. Qunut Witir Disyari’atkan juga qunut pada pertengahan Ramadhan sampai akhir Ramadhan, berdasarkan riwayat Sahabat dan Tabi’in. Dari ‘Amr bin Hasan, bahwasanya ‘Umar radhiyallahu anhu menyuruh Ubay radiyallahu ‘anhu mengimami shalat (Tarawih) pada bulan Ramadhan, dan beliau menyuruh Ubay radhiyallahu ‘anhu untuk melakukan qunut pada pertengahan Ramadhan yang dimulai pada malam 16 Ramadhan.[8] Ma’mar berkata: “Sesungguhnya aku melaksanakan qunut Witir sepanjang tahun, kecuali pada awal Ramadhan sampai dengan pertengahan (aku tidak qunut), demikian juga dilakukan oleh al-Hasan al-Bashri, ia menyebutkan dari Qatadah dan lain-lain.[9] Demikian juga dari Ibnu Sirin.[10] Syaikh al-Albani berkata: “Boleh juga do’a qunut sesudah ruku’ dan ditambah dengan (do’a) melaknat orang-orang kafir, lalu shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendo’akan kebaikan untuk kaum Musli-min pada pertengahan bulan Ramadhan, karena terdapat dalil dari para Shahabat radhiyallahu ‘anhum di zaman ‘Umar radhiyallahu ‘anhu. Terdapat keterangan di akhir hadits tentang Tarawihnya para Shahabat radhiyallahu ‘anhum, Abdurrahman bin ‘Abdul Qari berkata: ‘Mereka (para Shahabat) melaknat orang-orang kafir pada (shalat Witir) mulai pertengahan Ramadhan Selengkapnya baca di http://almanhaj.or.id/content/1499/slash/0/makna-qunut-makna-nazilah-qunut-pada-pertengahan-ramadhan-dan-akhir-ramadhan/ MENGANGKAT TANGAN DALAM DOA QUNUT WITIR Dalam hal ini, Syaikh Mu
RE: [assunnah]>>Apakah Nabi dan Sahabat pernah melakukkannya?<
From: rully_hatrivia...@yahoo.com Date: Tue, 30 Jul 2013 07:56:40 +0800 Semenjak hari pertama sampai malam ke-20 sholat tarawih dilaksanakan 8 rakaat (tiap 2 rakaat salam), setelah itu dilanjutkan dengan witir ( kadang-kadang bentuknya 2 rakaat + 1 rakaat atau langsung 3 rakaat. Pada malam 21 dan sampai akhir Ramadhan, sholat tarawih 8 rakaat (tiap 2 rakaat salam) dilakukan seperti biasa...tapi untuk witir dilakukan dinihari sekitar jam 2 pagi..bentuknya melakukkan sholat 8 rakaat lagi( tiap 2 rakaat salam) + witir 2 rakaat + 1 rakaat.. 1 Apakah ini pernah dilakukan Nabi atau sahabat Radhiyallahu Anhum? 2. Apakah Nabi atau sahabat Radhiyallahu Anhum juga setiap witir pada bulan ramadhan melakukan do'a Qunut setelah rukuk. Abu 'Abdillah >> 1. Shalat malam (tarawih) Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam selama bulan ramadhan. Abu Salamah bin Abdurrahman Radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Aisyah Radhiyallahu 'anha perihal shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan. Aisyah Radhiyallahu 'anha menjawab: مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً وفي رواية لمسلم يُصَلِّي ثَمَانَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ يُوتِرُ رواه البخاري و مسلم "Pada bulan Ramadhan, Beliau tidak pernah melebihkan dari 11 rak’at. (Begitu) juga pada bulan lainnya. (Dalam hadits riwayat Muslim) Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat 8 raka’at, lalu melakukan witir". Dengan langgam bahasanya yang keras/tegas, hadits Aisyah ini memberikan kesan pengingkaran terhadap tambahan lebih dari bilangan (sebelas) ini. Sedangkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma tentang cara shalat malam Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dia mengatakan: فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَوْتَرَ رواه مسلم "Lalu Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian witir". [HR Muslim 2/179] Dengan ini menjadi jelas, bahwa shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada malam hari itu, berkisar antara 11 dan 13 raka’at. Jika ada yang mengatakan, bahwa shalat malam yang diterangkan dalam hadits ini bukanlah shalat Tarawih, karena Tarawih merupakan sunnah yang dikerjakan Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu. Maka jawabnya : Shalat malam Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan itulah (yang disebut) Tarawih. Mereka menamakannya Tarawih (istirahat), karena mereka memanjangkan shalatnya lalu istirahat setelah dua kali salam. Oleh karena itu dinamakan Tarawih (istirahat). Dan Tarawih termasuk sunnah perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Selengkapnya baca di http://almanhaj.or.id/content/3143/slash/0/shalat-tarawih-keabsahan-23-rakaat/ 2. Qunut Witir Disyari’atkan juga qunut pada pertengahan Ramadhan sampai akhir Ramadhan, berdasarkan riwayat Sahabat dan Tabi’in. Dari ‘Amr bin Hasan, bahwasanya ‘Umar radhiyallahu anhu menyuruh Ubay radiyallahu ‘anhu mengimami shalat (Tarawih) pada bulan Ramadhan, dan beliau menyuruh Ubay radhiyallahu ‘anhu untuk melakukan qunut pada pertengahan Ramadhan yang dimulai pada malam 16 Ramadhan.[8] Ma’mar berkata: “Sesungguhnya aku melaksanakan qunut Witir sepanjang tahun, kecuali pada awal Ramadhan sampai dengan pertengahan (aku tidak qunut), demikian juga dilakukan oleh al-Hasan al-Bashri, ia menyebutkan dari Qatadah dan lain-lain.[9] Demikian juga dari Ibnu Sirin.[10] Syaikh al-Albani berkata: “Boleh juga do’a qunut sesudah ruku’ dan ditambah dengan (do’a) melaknat orang-orang kafir, lalu shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendo’akan kebaikan untuk kaum Musli-min pada pertengahan bulan Ramadhan, karena terdapat dalil dari para Shahabat radhiyallahu ‘anhum di zaman ‘Umar radhiyallahu ‘anhu. Terdapat keterangan di akhir hadits tentang Tarawihnya para Shahabat radhiyallahu ‘anhum, Abdurrahman bin ‘Abdul Qari berkata: ‘Mereka (para Shahabat) melaknat orang-orang kafir pada (shalat Witir) mulai pertengahan Ramadhan Selengkapnya baca di http://almanhaj.or.id/content/1499/slash/0/makna-qunut-makna-nazilah-qunut-pada-pertengahan-ramadhan-dan-akhir-ramadhan/ MENGANGKAT TANGAN DALAM DOA QUNUT WITIR Dalam hal ini, Syaikh Muhammad bin Shâlih al-'Utsaimîn rahimahullah berkata: "Yang shahîh, ialah mengangkat kedua tangan; karena hal itu benar telah diamalkan 'Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu . 'Umar bin al-Khaththab adalah salah satu dari khulafa` ar-Rasyidin yang memiliki sunnah yang boleh diteladani dengan dasar perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sehingga mengangkat kedua tangannya".[9] Begitu pula mengangkat tangan dalam doa Witir telah dilakukan beberapa sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagaimana disampaikan oleh Muhammad bin Nashr al-Marwazi rahimahullah dalam Mukhtashar Kitab al-Witri, hlm. 139-140. Di antara mereka ialah Ibnu Mas'ud Radhi