Re: [assunnah] Tentang perpisahan

2008-12-04 Terurut Topik sm-adm
waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh

Janganlah ukti lisda menyayangi segala sesuatu dengan berlebihan karena segala 
sesuatu yang Alloh subhanawataala berikan didunia kepada kita hanyalah titipan 
semata dan sewaktu-waktu akan diambil oleh pemiliknya.
Sebagai contoh: ana dipinjamkan buku oleh ukhti lisda dan suatu hari ukhti 
lisda meminta buku tersebut kembali, apakah ana punya hak untuk tidak 
mengembalikan buku tersebut? apakah ana punya hak untuk mempertahankan buku 
tersebut sedangkan ana hanya dipinjamkan.
Sekali lagi berusahalah agar tidak mencintai atau menyayangi sesuatu dengan 
berlebihan karena segala sesuatu didunia ini tidaklah abadi sifatnya hanya 
sementara saja.

semoga bisa bermanfaat untuk ukhti lisda

Dian


- Message from [EMAIL PROTECTED] -
Date: Tue, 18 Nov 2008 11:23:34 +0700
From: Lisda <[EMAIL PROTECTED]>
Reply-To: assunnah@yahoogroups.com
Subject: [assunnah] Tentang perpisahan
To: assunnah@yahoogroups.com

> Assalaamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh ...
>
> Saya Lisda, saya sudah bekerja di perusahan yang sekarang ini selama 4 tahun.
> kemudia tanggal 4 december bulan depan adalah Last day saya bekerja.
> rasanya sedih sekali untuk meninggalkan tempat yang saya sayangi ini,
> meninggalkan teman-teman dan sodara yang saya sayangi rasanya berat sekali.
> sampai saya menangis tak sengaja.
>
> Perusahaan tidak menjadikan saya karyawan tetap karna perusahaan akan pindah 
> ke China.
> saya selalu berdoa kepada Alloh untuk selalu memberikan yang terbaik untuk 
> saya. dan saya pun sama sekali tidak ragu bahwa Alloh sangat Menyayangi saya.
> TApi saya Manusia biasa terkadang saya juga sedih saat harus berpisah.
>
> Pertanyaan saya, Apakah ada ayat atau hadist yang menceritakan tentang suatu 
> perpisahan?
> atau bagaimana menghadapi suatu perpisahan agar tidak merasa sedih??
> Saya tunggu nasehatnya.(agar hati saya tidak merasa sedih & terhibur)
>
> wassalaamu 'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh.


- End message from [EMAIL PROTECTED] -



Website anda http://www.almanhaj.or.id
Download MP3 -Free kajian Islam- http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [assunnah] Tentang perpisahan

2008-12-02 Terurut Topik Dian Ambarawati
Wa'alaykumussalam warohmatulloohi wabarokaatuh.
 
Ya ukhty, silahkan direnungkan dari salah satu kisah shahabiyah yang mulia 
al-Ghumaisha’ binti Milhan Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘anha sebagai berikut :
 
 
Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa seorang anak dari Abu 
Thalhah sakit. Ketika Abu Thalhah keluar, anak itu meninggal. Ketika Abu 
Thalhah kembali, dia bertanya, “Bagaimana anakku?” Ummu Sulaim menjawab, “Ia 
dalam kondisi sangat tenang,” seraya menghidangkan makan malam kepadanya, dan 
dia pun makan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Ummu Sulaim berkata, 
“Jangan beritahukan kepada Abu Thalhah tentang kematian anaknya.” Kemudian ia 
melakukan tugasnya sebagai isteri kepada suaminya, lalu suaminya berhubungan 
intim dengannya. Ketika akhir malam, ia berkata kepada suaminya, “Wahai Abu 
Thalhah, bagaimana pendapatmu bila keluarga si fulan meminjam suatu pinjaman, 
lalu memanfaatkannya, kemudian ketika pinjaman itu diminta, mereka tidak suka?” 
Ia menjawab, “Mereka tidak adil.” Ummu Sulaim berkata, “Sesungguhnya anakmu, 
fulan, adalah pinjaman dari Allah dan Dia (Allah) telah mengambilnya.” Abu 
Thalhah beristirja’
 (mengucapkan: Innaa lillaahi wa innaaa ilaih raaji’uun) dan memuji Allah 
seraya mengatakan, “Demi Allah, aku tidak membiarkanmu mengalahkanku dalam 
kesabaran.” Pada pagi harinya, dia datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi 
wa sallam. Tatkala beliau melihatnya, beliau bersabda, “Semoga Allah memberkahi 
kalian berdua di malam hari kalian.” Keberkahan itu, sejak malam itu, mencakup 
‘Abdullah bin Abi Thalhah, dan tidak ada pada kaum Anshar seorang pemuda yang 
lebih baik darinya. Dari ‘Abdullah tersebut lahirlah banyak anak, dan ‘Abdullah 
tidak meninggal sehingga dia dikaruniai sepuluh anak yang semuanya hafal 
al-Qur-an, dan dia wafat di jalan Allah. (Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 
5470) kitab al-‘Aqiiqah, Muslim (no.. 2144), kitab Fadhaa-ilush Shahaabah, 
Ahmad (no. 11617).
 
Ya ukhty, sesungguhnya diri kita sendiri, keluarga, teman, pekerjaan, harta, 
semua adalah pinjaman dari Alloh Subhanahu wa Ta'ala yang kelak akan dimintakan 
pertanggunganjawabnya.
 
 
"...Laa Tahzan...Innallooha ma'ana... "
"...Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Alloh bersama kita" (QS. 9 :40)

Wassalamu'alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh.
 

--- On Mon, 11/17/08, Lisda <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Lisda <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [assunnah] Tentang perpisahan
To: assunnah@yahoogroups.com
Date: Monday, November 17, 2008, 8:23 PM

Assalaamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh ...

Saya Lisda, saya sudah bekerja di perusahan yang sekarang ini selama 4 tahun.
kemudia tanggal 4 december bulan depan adalah Last day saya bekerja.
rasanya sedih sekali untuk meninggalkan tempat yang saya sayangi ini,
meninggalkan teman-teman dan sodara yang saya sayangi rasanya berat sekali.
sampai saya menangis tak sengaja.

Perusahaan tidak menjadikan saya karyawan tetap karna perusahaan akan pindah ke 
China.
saya selalu berdoa kepada Alloh untuk selalu memberikan yang terbaik untuk 
saya. dan saya pun sama sekali tidak ragu bahwa Alloh sangat Menyayangi saya.
TApi saya Manusia biasa terkadang saya juga sedih saat harus berpisah.

Pertanyaan saya, Apakah ada ayat atau hadist yang menceritakan tentang suatu 
perpisahan?
atau bagaimana menghadapi suatu perpisahan agar tidak merasa sedih??
Saya tunggu nasehatnya.. ...(agar hati saya tidak merasa sedih & terhibur)

wassalaamu 'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh. 

Re: [assunnah] Tentang perpisahan

2008-12-02 Terurut Topik Aisya humairah Soleha
BUAH KEIMANAN KEPADA QADHA DAN QADHAR


Oleh
Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd



21. Mengetahui Hikmah Allah Azza Wa Jalla
Iman kepada qadar dengan cara yang benar akan mengungkap bagi manusia hikmah
Allah Azza wa Jalla dalam apa yang ditentukan-Nya, berupa kebaikan dan
keburukan. Lantas dia mengetahui bahwa di balik pemikirannya dan
imajinasinya ada Dzat yang lebih agung, lebih tahu, dan lebih bijaksana.

Karena itu, seringkali sesuatu terjadi dan kita tidak menyukainya, padahal
hal itu baik bagi kita, dan seringkali kita melihat sesuatu memiliki
maslahat secara zhahirnya, sehingga kita pun menyukai dan menginginkannya,
tetapi hikmah tidak menghendakinya. Sebab, Dzat yang mengatur manusia lebih
tahu tentang kemasla-hatannya dan akibat perkaranya. Bagaimana tidak,
sedangkan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : …Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik ba-gimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu,
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." [Al-Baqarah: 216]

Di antara rahasia ayat ini dan hikmahnya adalah, bahwa ayat ini mengharuskan
hamba untuk pasrah kepada Dzat Yang mengetahui berbagai akibat urusannya dan
ridha dengan apa yang ditentukan-Nya atasnya, karena dia mengharapkan
kepada-Nya akibat baik (dari urusan)nya.

Di antara rahasia lainnya, dia tidak mencela Rabb-nya dan tidak meminta
kepada-Nya sesuatu yang mana ia tidak memiliki pengetahuan mengenainya,
karena mungkin kemudharatan bagi dirinya terletak di dalamnya, sedangkan ia
tidak mengetahui. Ia tidak me-milihkan kepada Rabb-nya, tetapi ia meminta
kepada-Nya akibat yang baik dalam apa yang dipilihkan-Nya untuknya. Baginya,
tidak ada yang lebih bermanfaat daripada hal itu.

Karena itu, di antara belas kasih Allah kepada hamba-Nya ialah mungkin jiwa
hamba menginginkan salah satu hal keduniaan, yang mana ia menganggap dengan
hal itu dia dapat mencapai tujuannya. Tapi Allah mengetahui bahwa itu
merugikan dan menghalanginya dari apa yang bermanfaat baginya, lalu Dia pun
menghalangi antara dirinya dengan keinginannya itu, sehingga hamba tersebut
tetap dalam keadaan tidak suka, sementara itu ia tidak mengetahui bahwa
Allah telah berbelas kasih kepadanya, di mana Dia mengokohkan perkara yang
bermanfaat baginya dan memalingkan perkara yang merugikan darinya. [1]

Betapa banyak manusia -sebagai contoh- yang menyesal, ketika ketinggalan
waktu take off pesawat terbang, dan ternyata penyesalan tersebut hanya
sementara. Kemudian dikabarkan tentang jatuhnya pesawat (yang telah lepas
landas) dan semua penumpangnya tewas.

Betapa banyak manusia yang sesak dan sempit dadanya karena kehilangan
sesuatu yang disukai atau datangnya sesuatu yang me-nyedihkan. Ketika
perkara itu tersingkap dan rahasia takdir itu diketahui, Anda pasti
melihatnya dalam keadaan senang gembira, karena akibatnya ternyata baik
baginya.

Sungguh indah ucapan orang yang mengatakan:
Betapa banyak kenikmatan yang tidak Anda anggap sedikit
dengan bersyukur kepada Allah atasnya
bersembunyi dalam lipatan sesuatu yang tidak disukai [2]

Ucapan lainnya:
Perkara-perkara itu berjalan sesuai ketentuan qadha'
dan dalam lipatan kejadian, yang disukai dan yang tidak disukai

Mungkin menyenangkanku sesuatu yang dulunya aku hindari
dan mungkin buruk bagiku sesuatu yang dulunya aku harapkan [3]

22. Membebaskan Akal Dari Khurafat Dan Kebathilan.
Di antara kepastian iman kepada qadar ialah mengimani bahwa apa yang telah
terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi di alam semesta
ini adalah berdasarkan pada qadar (ketentuan) Allah Azza wa Jalla. Dan bahwa
qadar Allah adalah rahasia yang tersembunyi, tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia, dan Dia tidak memperlihatkannya kepada seorang pun kecuali
kepada siapa yang diridhai-Nya dari Rasul-Nya. Sesungguhnya Dia menjadikan
penjagapenjaga (Malaikat) di muka dan di belakangnya.

Dari titik tolak ini, anda melihat orang yang beriman kepada qadar tidak
bersandar kepada para dajjal dan pesulap (pendusta), serta tidak pergi
kepada para dukun, peramal dan orang-orang "pintar". Ia tidak bersandar
kepada ucapan-ucapan mereka, tidak pula tertipu dengan penyimpangan mereka
dan kedustaan mereka. Ia hidup dalam keadaan terbebas dari kesesatan
ucapan-ucapan tersebut dan dari semua khurafat dan kebathilan itu.
Labid bin Rabi'ah Radhiyallahu 'anhu berkata:

Sungguh para dukun dan peramal tidak tahu
apa yang Allah akan perbuat
Bertanyalah kepada mereka, jika kalian mendustakanku
kapankah seorang pemuda merasakan kematian atau kapankah hujan akan turun
[4]

23. Ketenangan Hati Dan Ketentraman Jiwa.
Perkara-perkara ini termasuk dari buah keimanan kepada qadar, dan ini
termasuk di antara sekian banyak manfaat yang telah disebutkan sebelumnya.
Ini merupakan hal yang dicari-cari, tujuan yang didambakan, dan puncak
tujuan yang dimaksud, karena semua manusia mencarinya dan berusaha
meraihnya. Tapi, sebagaimana dikatakan:

Semua orang dalam hidup ini mencari buruan
hanya saja, perangkapnya berbeda-beda