[balita-anda] ''Jangan Cepat Menyerah, Ma...'' (Berbagai Kejahatan Terhadap Upaya Pemberian ASI)

2005-09-22 Terurut Topik Rina Sofiany
''Jangan Cepat Menyerah, Ma...'' (Berbagai Kejahatan Terhadap Upaya
Pemberian ASI)
MOTHER  BABY: Tuesday, 3 Jun 2003 13:44:3 WIB

Dengan berbagai manfaat dan keuntungannya, banyak ibu berniat memberi
ASI Ekslusif selama 4-6 bulan kepada bayinya. Sayang niat ini seringkali
gagal di tengah jalan akibat kejahatan ASI.

ASI mengandung seluruh zat yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh kembang
yang optimum. Nutrisi yang terkandung di dalamnya, berbagai jenis
protein, vitamin, zat besi, kalsium dan ribuan zat lainnya yang hingga
kini belum diketahui dengan pasti, adalah kombinasi sempurna bagi
pertumbuhan dan kesehatan bayi. Dengan menyusui, ibu pun memberikan
antibodi bagi bayi, yang melindungi bayi dari berbagai infeksi, seperti
diare.

Sebaliknya, susu formula atau susu botol memberi bayi sedikit kesehatan,
sedikit kecerdasan, sedikit keseimbangan, dan sedikit nutrisi ketimbang
ASI. Untuk alasan inilah - dan banyak alasan lain yang tidak cukup
dipaparkan di sini - mengapa bayi harus diberi ASI. Data WHO/UNICEF
mencatat, pemberian ASI menyelamatkan hidup 1.5 juta bayi setiap
tahunnya. 

Mengapa Susu Formula, Bukan ASI?

Susu formula terbuat dari susu sapi. Bagus untuk anak sapi, tapi bukan
untuk bayi. Bahkan ibu yang pandai baca-tulis pun bisa keliru menakar
campuran susu formula dengan air. Ini membuat bayi rentan minum susu
formula salah takaran.

Yang lebih buruk adalah jika air campuran susu formula terkontaminasi
bakteri. Bakteri senang mendarat di susu formula. Mereka berkembang biak
dengan cepat di sana, dan membuat bayi sakit. Jadi, pembuatan susu
formula membutuhkan kehati-hatian dalam pencampuran susu dengan air,
pencucian botol, dan perebusan air. Selain itu, susu formula tidak
mengandung antibodi. Tak heran jika banyak studi menunjukan bayi susu
formula lebih rentan terkena diare, dehidrasi, kekurangan gizi,
infeksi, bahkan meninggal. Sebaliknya, bayi ASI berpeluang 25 kali lebih
kecil terkena diare, alergi, asma, dan berbagai penyakit kulit.

Tetapi mengapa banyak ibu memberi bayinya susu formula? Ini karena
bisnis susu formula bisnis basah bagi sejumlah orang. Di AS saja omset
penjualan susu formula mencapai US $ 17 trilyun per tahun (2001). Dengan
big money yang dijanjikan, produsen melakukan apa saja untuk
mempopulerkan susu formula. Mereka pun bersedia melupakan hak azasi bayi
yang merupakan karunia alam dan hadiah terbaik baginya; ASI.

Iklan dan promosi susu formula memang sukses menggeser ASI. Tetapi ini
membuahkan tragedi bagi jutaan bayi dan keluarganya di seluruh dunia.

Berbagai trik saat ini digunakan produsen susu formula untuk menarik
hati ibu. Antara lain, iklan-iklan menyesatkan, distribusi sampel dan
suvenir susu dan botol susu, leaflet, buklet, pendidikan (lebih berbau
promosi) bagi para dokter dan ibu untuk menunjukan susu formula lebih
baik atau bisa dibuat semirip mungkin ASI, dll.

Selama bertahun-tahun produsen bayi berbuat semaunya. Untunglah
masyarakat mulai menyadari apa yang terjadi, dan merasa hal ini harus
dihentikan.

Tahun 1981 World Health Assembly (WHA) dan UNICEF menerbitkan sebuah
Kode untuk menghentikan promosi makanan bayi. Kode ini disetujui 118
negara dan saat ini 24 negara menerapkannya dalam bentuk UU dan
peraturan di negara masing-masing. Di Indonesia Kode dituangkan lewat UU
Promosi Makanan Bayi berdasarkan SK Menteri Kesehatan Nomor 273/1997.

Kode bertujuan menyelamatkan bayi, melindungi ibu dan aktifitas menyusui
dari tindakan pemasaran yang agresif produsen makanan bayi. Kode adalah
aturan pemasaran. Kode tidak melarang adanya makanan bayi, tetapi
melarang atau mencegah cara-cara promosi yang menyesatkan para ibu.

Kode diberlakukan antara lain pada susu formula bayi, susu formula
lanjutan (folow up), makanan dan minuman bayi lainnya, termasuk botol
susu dan dot.

Para dokter tahu bayi tumbuh dengan cara terbaik jika diberi ASI
Ekslusif selama 4-6 bulan. Itu artinya, tidak ada susu formula, jus
buah, air, bubur atau biskuit yang mereka butuhkan hingga saat itu.
Karena itu iklannya juga tidak perlu ada.

Sayangnya, meski telah disepakati dan dibuat aturannya, masih banyak
produsen makanan bayi melakukan pelanggaran terhadap Kode. Begitu juga
di Indonesia. Inilah yang disebut kejahatan ASI. Apakah Anda - dan bayi
Anda - adalah salah satu korban Kejahatan terhadap ASI? 
Jangan cepat menyerah, Bu. 

Berbagai Kejahatan ASI


Produsen membagikan sampel produk susu formula/makanan bayi gratis
kepada ibu atau tenaga medis.

Produsen memberi suplai gratis atau diskon untuk penyediaan susu formula
di rumah sakit atau klinik bersalin, dalam rangka promosi.

Produsen memberi uang, hadiah, atau bonus (meski kecil sekali pun)
kepada tenaga medis (dokter, bidan) untuk membantu mensosialisasikan
produk mereka di kalangan ibu. Padahal dokter dan bidang ujung tombak
sukses gerakan menyusui.

Staf pabrik susu berkunjung ke RS atau klinik bersalin untuk berbicara
dengan ibu.

Produsen mempromosikan produk mereka dalam bentuk display khusus di
toko, memberi diskon atau 

[balita-anda] ''Jangan Cepat Menyerah, Ma...'' (Berbagai Kejahatan Terhadap Upaya Pemberian ASI)

2003-09-03 Terurut Topik Neneng Purwanti
 Dengan berbagai manfaat dan keuntungannya, banyak ibu berniat memberi ASI
 Ekslusif selama 4-6 bulan kepada bayinya. Sayang niat ini seringkali gagal
 di tengah jalan akibat kejahatan ASI.
 
 ASI mengandung seluruh zat yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh kembang yang
 optimum. Nutrisi yang terkandung di dalamnya, berbagai jenis protein,
 vitamin, zat besi, kalsium dan ribuan zat lainnya yang hingga kini belum
 diketahui dengan pasti, adalah kombinasi sempurna bagi pertumbuhan dan
 kesehatan bayi. Dengan menyusui, ibu pun memberikan antibodi bagi bayi,
 yang melindungi bayi dari berbagai infeksi, seperti diare.
 
 Sebaliknya, susu formula atau susu botol memberi bayi sedikit kesehatan,
 sedikit kecerdasan, sedikit keseimbangan, dan sedikit nutrisi ketimbang
 ASI. Untuk alasan inilah - dan banyak alasan lain yang tidak cukup
 dipaparkan di sini - mengapa bayi harus diberi ASI. Data WHO/UNICEF
 mencatat, pemberian ASI menyelamatkan hidup 1.5 juta bayi setiap tahunnya.
 
 
 Mengapa Susu Formula, Bukan ASI?
 
 Susu formula terbuat dari susu sapi. Bagus untuk anak sapi, tapi bukan
 untuk bayi. Bahkan ibu yang pandai baca-tulis pun bisa keliru menakar
 campuran susu formula dengan air. Ini membuat bayi rentan minum susu
 formula salah takaran.
 
 Yang lebih buruk adalah jika air campuran susu formula terkontaminasi
 bakteri. Bakteri senang mendarat di susu formula. Mereka berkembang biak
 dengan cepat di sana, dan membuat bayi sakit. Jadi, pembuatan susu formula
 membutuhkan kehati-hatian dalam pencampuran susu dengan air, pencucian
 botol, dan perebusan air. Selain itu, susu formula tidak mengandung
 antibodi. Tak heran jika banyak studi menunjukan bayi susu formula lebih
 rentan terkena diare, dehidrasi, kekurangan gizi, infeksi, bahkan
 meninggal. Sebaliknya, bayi ASI berpeluang 25 kali lebih kecil terkena
 diare, alergi, asma, dan berbagai penyakit kulit.
 
 Tetapi mengapa banyak ibu memberi bayinya susu formula? Ini karena bisnis
 susu formula bisnis basah bagi sejumlah orang. Di AS saja omset
 penjualan susu formula mencapai US $ 17 trilyun per tahun (2001). Dengan
 big money yang dijanjikan, produsen melakukan apa saja untuk mempopulerkan
 susu formula. Mereka pun bersedia melupakan hak azasi bayi yang merupakan
 karunia alam dan hadiah terbaik baginya; ASI.
 
 Iklan dan promosi susu formula memang sukses menggeser ASI. Tetapi ini
 membuahkan tragedi bagi jutaan bayi dan keluarganya di seluruh dunia.
 
 Berbagai trik saat ini digunakan produsen susu formula untuk menarik hati
 ibu. Antara lain, iklan-iklan menyesatkan, distribusi sampel dan suvenir
 susu dan botol susu, leaflet, buklet, pendidikan (lebih berbau promosi)
 bagi para dokter dan ibu untuk menunjukan susu formula lebih baik atau
 bisa dibuat semirip mungkin ASI, dll.
 
 Selama bertahun-tahun produsen bayi berbuat semaunya. Untunglah masyarakat
 mulai menyadari apa yang terjadi, dan merasa hal ini harus dihentikan.
 
 Tahun 1981 World Health Assembly (WHA) dan UNICEF menerbitkan sebuah Kode
 untuk menghentikan promosi makanan bayi. Kode ini disetujui 118 negara dan
 saat ini 24 negara menerapkannya dalam bentuk UU dan peraturan di negara
 masing-masing. Di Indonesia Kode dituangkan lewat UU Promosi Makanan Bayi
 berdasarkan SK Menteri Kesehatan Nomor 273/1997.
 
 Kode bertujuan menyelamatkan bayi, melindungi ibu dan aktifitas menyusui
 dari tindakan pemasaran yang agresif produsen makanan bayi. Kode adalah
 aturan pemasaran. Kode tidak melarang adanya makanan bayi, tetapi melarang
 atau mencegah cara-cara promosi yang menyesatkan para ibu.
 
 Kode diberlakukan antara lain pada susu formula bayi, susu formula
 lanjutan (folow up), makanan dan minuman bayi lainnya, termasuk botol susu
 dan dot.
 
 Para dokter tahu bayi tumbuh dengan cara terbaik jika diberi ASI Ekslusif
 selama 4-6 bulan. Itu artinya, tidak ada susu formula, jus buah, air,
 bubur atau biskuit yang mereka butuhkan hingga saat itu. Karena itu
 iklannya juga tidak perlu ada.
 
 Sayangnya, meski telah disepakati dan dibuat aturannya, masih banyak
 produsen makanan bayi melakukan pelanggaran terhadap Kode. Begitu juga di
 Indonesia. Inilah yang disebut kejahatan ASI. Apakah Anda - dan bayi Anda
 - adalah salah satu korban Kejahatan terhadap ASI? 
 Jangan cepat menyerah, Bu. 
 
 Berbagai Kejahatan ASI
 
 Produsen membagikan sampel produk susu formula/makanan bayi gratis kepada
 ibu atau tenaga medis.
 Produsen memberi suplai gratis atau diskon untuk penyediaan susu formula
 di rumah sakit atau klinik bersalin, dalam rangka promosi.
 Produsen memberi uang, hadiah, atau bonus (meski kecil sekali pun) kepada
 tenaga medis (dokter, bidan) untuk membantu mensosialisasikan produk
 mereka di kalangan ibu. Padahal dokter dan bidang ujung tombak sukses
 gerakan menyusui.
 Staf pabrik susu berkunjung ke RS atau klinik bersalin untuk berbicara
 dengan ibu.
 Produsen mempromosikan produk mereka dalam bentuk display khusus di toko,
 memberi diskon atau gimmick.
 Kemasan susu formula memampang foto