RE: [balita-anda] (NEWS!) Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia
sediihh dah banyak sederet majalah, tabloid seperti itu malah ditambah lagiii.. biasanya klo' lagi maraknya ngebahas majalah play boy indonesia or yg laenya bisa2 semua yg penasaran pd belii dehhh... pengen ta'u seperti apa ya.. majalahnya/isinya?! terusss peluncuran perdananya sukses berat n lariss manizz bak kacang goreng klo' kaya' gini mahh egoiss carii untung sendiri tanpa mau ta'u dampak yg akan terjadii... cari dosa ko' ngajak2 orang (takut sendirian ya!) :D Salam, ~ Umminya Abi n Farras ~ http://www.babiesonline.com/babies/a/abifarras -Original Message- From: Ummu Auliya [SMTP:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 18, 2006 9:02 AM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] (NEWS!) Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia iya nih... gak ada playboy magz aja tingkat perkosaan udah tinggi, apalagi ada... waddduhhh serem juga nih punya anak perempuan... bismillah... semoga selamat selaluterhindar dari hal2 sedemikian On 1/17/06, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote: Ehem.., ehem.., Mudah2an para balita kita yg pada imut itu gak ikut2an ngeja2 majalah baru ini. rgrd Selasa, 17 Januari 2006 9:38:00 Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia Jakarta-RoL-- Pakar seksologi Naek L Tobing khawatir para remaja dan anak-anak akan mencari atau mengejar-ngejar majalah Playboy Indonesia , apalagi hukum disini belum kuat untuk melindungi remaja dari peredaran media 'panas' atau berbau porno, sehingga ia minta penerbit tidak memaksakan diri menerbitkannya. Hukum di Indonesia belum kuat untuk melakukan pemilahan distribusi media berbau porno sehingga para remaja dan anak di bawah umur bisa membelinya secara bebas, kata Naek L Tobing ketika dihubungi antara di Jakarta, Selasa. Pernyataanya tersebut disampaikan ketika mengomentari rencana peluncuran majalan Playboy versi Indonesia Maret 2006 . Ia menyebutkan di AS , majalah Playboy tersebut memang diperuntukkan bagi orang dewasa. Majalah itu dibungkus rapat dengan plastik . Majalah tersebut menurut Naek, dijual di toko-toko buku yang benar-benar menaati aturan yang ada yakni hanya menjualnya kepada orang dewasa. Mereka (toko buku) tidak berani melanggar aturan itu, hukumannya cukup berat. Kalau di Indonesia, saya pesimis ketegasan hukum itu bisa dilakukan, selama hukumnya belum jelas maka lebih baik tak usah ada, kata Naek L Tobing. Memang menurut Naek L Tobing , pasarnya untuk orang dewasa, namun ia melihat justru majalah tersebut akan 'dikejar-kejar' oleh remaja dan juga anak-anak. Kesadaran anak-anak untuk tidak 'membeli dan membaca' media orang dewasa di Indonesia masih harus dipertanyakan. Kalau memang hukum yang ada berjalan baik dan bisa memproteksi remaja dan anak-anak, orang tua pun ada yang membutuhkanya, kata Naek L Tobing. Namun ia pesimis hal itu akan bisa dilakukan pada saat seperti ini. Bahkan dari kacamata seksologi menurut Naek L Tobing unsur 'seks educationnya' sangat kecil sekali. Dari sudut orang dewasa dan seksologi tidak ada masalah, namun harus mempertimbangkan aspek lainnya di Indonesia dari sudut agama, adat istiadat serta norma-norma yang ada di masyarakat. Media tersebut tidak termasuk bagian dari bahan-bahan untuk seks education, meskipun untuk orang dewasa ada yang membutuhkannya, tambahnya. Seksolog yang sudah menulis puluhan judul buku tentang pendidikan seks education tersebut menyebutkan terhadap remaja di Indonesia perlu dilakukan pembatasan. Selain di Indonesia, di negara-negara lainnya di belahan dunia saat ini dihadapkan dengan perubahan perilaku seks yang cukup berat. Ia menyebutkan, di Eropa dan Amerika Serikat segala sesuatu didasarkan dari hasil penelitian di lapangan. Apabila hasil penelitian tersebut dampaknya positif, baru diperkenalkan kepada publik. Karena perencanaan sebuah program dan inovasi baru tersebut dipersiapkan secara terarah maka dampaknya akan positif dan penerimaan masyarakat akan positif pula. Menurut Naek, apa pun yang mereka luncurkan, tidak akan berdampak apa-apa dan lebih mudah ditata karena sudah berdasarkan penelitian yang kuat yang benar-benar disesuaikan dari sudut sosial dan hukumnya kuat. Kalau di Indonesia, hukumnya tidak kuat, aspek sosialnya juga sangat plural. Lebih baik penerbit majalah itu tidak usah memaksakan diri , kata Naek L Tobing. Ia juga mengaku cukup prihatin dengan beredar luasnya media cetak dan internet yang berbau porno di masyarakat tanpa ada upaya pembatasan usia pembelinya. Siapa pun bisa membeli dengan mudah tanpa ada upaya menghindarkan dari para remaja dan anak-anak yang dari segi usia belum cocok membaca atau melihatnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, rata-rata anak usia SMP kelas I sudah pernah menonton blue film. Hal itu sangat memprihatinkan bagi
Re: [balita-anda] (NEWS!) Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia
iya nih... gak ada playboy magz aja tingkat perkosaan udah tinggi, apalagi ada... waddduhhh serem juga nih punya anak perempuan... bismillah... semoga selamat selaluterhindar dari hal2 sedemikian On 1/17/06, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote: Ehem.., ehem.., Mudah2an para balita kita yg pada imut itu gak ikut2an ngeja2 majalah baru ini. rgrd Selasa, 17 Januari 2006 9:38:00 Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia Jakarta-RoL-- Pakar seksologi Naek L Tobing khawatir para remaja dan anak-anak akan mencari atau mengejar-ngejar majalah Playboy Indonesia , apalagi hukum disini belum kuat untuk melindungi remaja dari peredaran media 'panas' atau berbau porno, sehingga ia minta penerbit tidak memaksakan diri menerbitkannya. Hukum di Indonesia belum kuat untuk melakukan pemilahan distribusi media berbau porno sehingga para remaja dan anak di bawah umur bisa membelinya secara bebas, kata Naek L Tobing ketika dihubungi antara di Jakarta, Selasa. Pernyataanya tersebut disampaikan ketika mengomentari rencana peluncuran majalan Playboy versi Indonesia Maret 2006 . Ia menyebutkan di AS , majalah Playboy tersebut memang diperuntukkan bagi orang dewasa. Majalah itu dibungkus rapat dengan plastik . Majalah tersebut menurut Naek, dijual di toko-toko buku yang benar-benar menaati aturan yang ada yakni hanya menjualnya kepada orang dewasa. Mereka (toko buku) tidak berani melanggar aturan itu, hukumannya cukup berat. Kalau di Indonesia, saya pesimis ketegasan hukum itu bisa dilakukan, selama hukumnya belum jelas maka lebih baik tak usah ada, kata Naek L Tobing. Memang menurut Naek L Tobing , pasarnya untuk orang dewasa, namun ia melihat justru majalah tersebut akan 'dikejar-kejar' oleh remaja dan juga anak-anak. Kesadaran anak-anak untuk tidak 'membeli dan membaca' media orang dewasa di Indonesia masih harus dipertanyakan. Kalau memang hukum yang ada berjalan baik dan bisa memproteksi remaja dan anak-anak, orang tua pun ada yang membutuhkanya, kata Naek L Tobing. Namun ia pesimis hal itu akan bisa dilakukan pada saat seperti ini. Bahkan dari kacamata seksologi menurut Naek L Tobing unsur 'seks educationnya' sangat kecil sekali. Dari sudut orang dewasa dan seksologi tidak ada masalah, namun harus mempertimbangkan aspek lainnya di Indonesia dari sudut agama, adat istiadat serta norma-norma yang ada di masyarakat. Media tersebut tidak termasuk bagian dari bahan-bahan untuk seks education, meskipun untuk orang dewasa ada yang membutuhkannya, tambahnya. Seksolog yang sudah menulis puluhan judul buku tentang pendidikan seks education tersebut menyebutkan terhadap remaja di Indonesia perlu dilakukan pembatasan. Selain di Indonesia, di negara-negara lainnya di belahan dunia saat ini dihadapkan dengan perubahan perilaku seks yang cukup berat. Ia menyebutkan, di Eropa dan Amerika Serikat segala sesuatu didasarkan dari hasil penelitian di lapangan. Apabila hasil penelitian tersebut dampaknya positif, baru diperkenalkan kepada publik. Karena perencanaan sebuah program dan inovasi baru tersebut dipersiapkan secara terarah maka dampaknya akan positif dan penerimaan masyarakat akan positif pula. Menurut Naek, apa pun yang mereka luncurkan, tidak akan berdampak apa-apa dan lebih mudah ditata karena sudah berdasarkan penelitian yang kuat yang benar-benar disesuaikan dari sudut sosial dan hukumnya kuat. Kalau di Indonesia, hukumnya tidak kuat, aspek sosialnya juga sangat plural. Lebih baik penerbit majalah itu tidak usah memaksakan diri , kata Naek L Tobing. Ia juga mengaku cukup prihatin dengan beredar luasnya media cetak dan internet yang berbau porno di masyarakat tanpa ada upaya pembatasan usia pembelinya. Siapa pun bisa membeli dengan mudah tanpa ada upaya menghindarkan dari para remaja dan anak-anak yang dari segi usia belum cocok membaca atau melihatnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, rata-rata anak usia SMP kelas I sudah pernah menonton blue film. Hal itu sangat memprihatinkan bagi perilaku remaja kita, kata Naek. Sayangnya saat ini belum ada penelitian yang dilakukan di Indonesia yang mempelajari perilaku seksualitas remaja. Satu waktu kedepan akan ada penelitian ke arah sana. Harus ada metode penelitian yang baik sehingga hasilnya valid, tambahnya. ant/fif http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=231219kat_id=23 -- Laksmi Juwita FS : [EMAIL PROTECTED] Multiply : http://ummuauliya.multiply.com Babyrate:http://www.ratemybabypics.com/view/ummu_auliya.html#comm Blog:http://ummuauliya.blogspot.com (Not yet finish )
Re: [balita-anda] (NEWS!) Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia
hik..hik..hik.. jadi bingung nih majalah playboy emang sebaiknya tidak dijual secara bebas tetapi begitu juga dengan tabloid or majalah2 esek2 yg sudah beredar dengan bebas di setiap penjual koran sebaiknya juga dilarang untuk dijual bebas...istilahnya qta sibuk bikin vaksin untuk virus dari luar yg akan datang tapi qta lupa untuk membuat vaksin yg sudah beredar di sekitar kita... ohhh sungguh berat nian jadi orang tua dijaman yg mengusung kebebasan ini salam bunda ogan - Original Message - From: intan dima [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com Sent: Tuesday, January 17, 2006 3:12 PM Subject: Re: [balita-anda] (NEWS!) Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia kalau seperti ini, gimana ya moral codenya para insan media? kalau masyarakatnya memang sudah dewasa saya rasa gak masalah mau ada majalan porno atau film bokep... na kalau masyarakatnay masih otak ngeres, belum dewasa, dan jelas2 sudah ada penelitian bahwa media porno bisa mendorong aktivitas porno terutama di indoensia, masa insan media tidak berpikir apa yg akan terjadi kalau mereka menerbitkan majalah2 ngeres seperti itu ya? tapi kalau kembali ke masalah duit, ya saya no comment deh... duit emang bisa membeli segalanya dan kalo alasannya karena kebebasan pers, no comment juga kadang kebebasan juga kelewat batas - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] To: depokmilis [EMAIL PROTECTED] Cc: balita-anda@balita-anda.com Sent: Tuesday, January 17, 2006 2:06 PM Subject: [balita-anda] (NEWS!) Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia Ehem.., ehem.., Mudah2an para balita kita yg pada imut itu gak ikut2an ngeja2 majalah baru ini. Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] (NEWS!) Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia
menurut saya justru di sini peran pemerintahlah sebagai regulator harusnya bekerja, mau ada majalah porno, film porno, aksi porno itu kan bisa-bisanya pemerintah melindungi warganya yang tidak seharusnya menikmati, tapi juga mempersilahkan pihak-pihak yang memang memiliki hak untuk itu (sekalian ditarik duitnya yang kenceng untuk dana sosial/ pembangunan, dll) tapi memang pemerintah kita masih seperti'remaja'2 yang ngejar majalah Playboy alias yang masih menomor satukan nafsunya dulu daripada menjadi abdi masyarakat. dari pertama daftar menjadi abdi negara juga motivasinya supaya bisa korupsi/ dapet duit sampingan/ kekuasaan, ya gak ? akhirnya lama-lama Indonesia jadi negara bodoh ya . kacian deh loe :) On Wed, 18 Jan 2006 09:02:26 +0700, Ummu Auliya [EMAIL PROTECTED] wrote: iya nih... gak ada playboy magz aja tingkat perkosaan udah tinggi, apalagi ada... waddduhhh serem juga nih punya anak perempuan... bismillah... semoga selamat selaluterhindar dari hal2 sedemikian On 1/17/06, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote: Ehem.., ehem.., Mudah2an para balita kita yg pada imut itu gak ikut2an ngeja2 majalah baru ini. rgrd Selasa, 17 Januari 2006 9:38:00 Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia Jakarta-RoL-- Pakar seksologi Naek L Tobing khawatir para remaja dan anak-anak akan mencari atau mengejar-ngejar majalah Playboy Indonesia , apalagi hukum disini belum kuat untuk melindungi remaja dari peredaran media 'panas' atau berbau porno, sehingga ia minta penerbit tidak memaksakan diri menerbitkannya. Hukum di Indonesia belum kuat untuk melakukan pemilahan distribusi media berbau porno sehingga para remaja dan anak di bawah umur bisa membelinya secara bebas, kata Naek L Tobing ketika dihubungi antara di Jakarta, Selasa. Pernyataanya tersebut disampaikan ketika mengomentari rencana peluncuran majalan Playboy versi Indonesia Maret 2006 . Ia menyebutkan di AS , majalah Playboy tersebut memang diperuntukkan bagi orang dewasa. Majalah itu dibungkus rapat dengan plastik . Majalah tersebut menurut Naek, dijual di toko-toko buku yang benar-benar menaati aturan yang ada yakni hanya menjualnya kepada orang dewasa. Mereka (toko buku) tidak berani melanggar aturan itu, hukumannya cukup berat. Kalau di Indonesia, saya pesimis ketegasan hukum itu bisa dilakukan, selama hukumnya belum jelas maka lebih baik tak usah ada, kata Naek L Tobing. Memang menurut Naek L Tobing , pasarnya untuk orang dewasa, namun ia melihat justru majalah tersebut akan 'dikejar-kejar' oleh remaja dan juga anak-anak. Kesadaran anak-anak untuk tidak 'membeli dan membaca' media orang dewasa di Indonesia masih harus dipertanyakan. Kalau memang hukum yang ada berjalan baik dan bisa memproteksi remaja dan anak-anak, orang tua pun ada yang membutuhkanya, kata Naek L Tobing. Namun ia pesimis hal itu akan bisa dilakukan pada saat seperti ini. Bahkan dari kacamata seksologi menurut Naek L Tobing unsur 'seks educationnya' sangat kecil sekali. Dari sudut orang dewasa dan seksologi tidak ada masalah, namun harus mempertimbangkan aspek lainnya di Indonesia dari sudut agama, adat istiadat serta norma-norma yang ada di masyarakat. Media tersebut tidak termasuk bagian dari bahan-bahan untuk seks education, meskipun untuk orang dewasa ada yang membutuhkannya, tambahnya. Seksolog yang sudah menulis puluhan judul buku tentang pendidikan seks education tersebut menyebutkan terhadap remaja di Indonesia perlu dilakukan pembatasan. Selain di Indonesia, di negara-negara lainnya di belahan dunia saat ini dihadapkan dengan perubahan perilaku seks yang cukup berat. Ia menyebutkan, di Eropa dan Amerika Serikat segala sesuatu didasarkan dari hasil penelitian di lapangan. Apabila hasil penelitian tersebut dampaknya positif, baru diperkenalkan kepada publik. Karena perencanaan sebuah program dan inovasi baru tersebut dipersiapkan secara terarah maka dampaknya akan positif dan penerimaan masyarakat akan positif pula. Menurut Naek, apa pun yang mereka luncurkan, tidak akan berdampak apa-apa dan lebih mudah ditata karena sudah berdasarkan penelitian yang kuat yang benar-benar disesuaikan dari sudut sosial dan hukumnya kuat. Kalau di Indonesia, hukumnya tidak kuat, aspek sosialnya juga sangat plural. Lebih baik penerbit majalah itu tidak usah memaksakan diri , kata Naek L Tobing. Ia juga mengaku cukup prihatin dengan beredar luasnya media cetak dan internet yang berbau porno di masyarakat tanpa ada upaya pembatasan usia pembelinya. Siapa pun bisa membeli dengan mudah tanpa ada upaya menghindarkan dari para remaja dan anak-anak yang dari segi usia belum cocok membaca atau melihatnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, rata-rata anak usia SMP kelas I sudah pernah menonton blue film. Hal itu sangat memprihatinkan bagi perilaku remaja kita, kata Naek. Sayangnya saat ini belum ada penelitian yang dilakukan di Indonesia yang mempelajari perilaku seksualitas remaja.
[balita-anda] (NEWS!) Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia
Ehem.., ehem.., Mudah2an para balita kita yg pada imut itu gak ikut2an ngeja2 majalah baru ini. rgrd Selasa, 17 Januari 2006 9:38:00 Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia Jakarta-RoL-- Pakar seksologi Naek L Tobing khawatir para remaja dan anak-anak akan mencari atau mengejar-ngejar majalah Playboy Indonesia , apalagi hukum disini belum kuat untuk melindungi remaja dari peredaran media 'panas' atau berbau porno, sehingga ia minta penerbit tidak memaksakan diri menerbitkannya. Hukum di Indonesia belum kuat untuk melakukan pemilahan distribusi media berbau porno sehingga para remaja dan anak di bawah umur bisa membelinya secara bebas, kata Naek L Tobing ketika dihubungi antara di Jakarta, Selasa. Pernyataanya tersebut disampaikan ketika mengomentari rencana peluncuran majalan Playboy versi Indonesia Maret 2006 . Ia menyebutkan di AS , majalah Playboy tersebut memang diperuntukkan bagi orang dewasa. Majalah itu dibungkus rapat dengan plastik . Majalah tersebut menurut Naek, dijual di toko-toko buku yang benar-benar menaati aturan yang ada yakni hanya menjualnya kepada orang dewasa. Mereka (toko buku) tidak berani melanggar aturan itu, hukumannya cukup berat. Kalau di Indonesia, saya pesimis ketegasan hukum itu bisa dilakukan, selama hukumnya belum jelas maka lebih baik tak usah ada, kata Naek L Tobing. Memang menurut Naek L Tobing , pasarnya untuk orang dewasa, namun ia melihat justru majalah tersebut akan 'dikejar-kejar' oleh remaja dan juga anak-anak. Kesadaran anak-anak untuk tidak 'membeli dan membaca' media orang dewasa di Indonesia masih harus dipertanyakan. Kalau memang hukum yang ada berjalan baik dan bisa memproteksi remaja dan anak-anak, orang tua pun ada yang membutuhkanya, kata Naek L Tobing. Namun ia pesimis hal itu akan bisa dilakukan pada saat seperti ini. Bahkan dari kacamata seksologi menurut Naek L Tobing unsur 'seks educationnya' sangat kecil sekali. Dari sudut orang dewasa dan seksologi tidak ada masalah, namun harus mempertimbangkan aspek lainnya di Indonesia dari sudut agama, adat istiadat serta norma-norma yang ada di masyarakat. Media tersebut tidak termasuk bagian dari bahan-bahan untuk seks education, meskipun untuk orang dewasa ada yang membutuhkannya, tambahnya. Seksolog yang sudah menulis puluhan judul buku tentang pendidikan seks education tersebut menyebutkan terhadap remaja di Indonesia perlu dilakukan pembatasan. Selain di Indonesia, di negara-negara lainnya di belahan dunia saat ini dihadapkan dengan perubahan perilaku seks yang cukup berat. Ia menyebutkan, di Eropa dan Amerika Serikat segala sesuatu didasarkan dari hasil penelitian di lapangan. Apabila hasil penelitian tersebut dampaknya positif, baru diperkenalkan kepada publik. Karena perencanaan sebuah program dan inovasi baru tersebut dipersiapkan secara terarah maka dampaknya akan positif dan penerimaan masyarakat akan positif pula. Menurut Naek, apa pun yang mereka luncurkan, tidak akan berdampak apa-apa dan lebih mudah ditata karena sudah berdasarkan penelitian yang kuat yang benar-benar disesuaikan dari sudut sosial dan hukumnya kuat. Kalau di Indonesia, hukumnya tidak kuat, aspek sosialnya juga sangat plural. Lebih baik penerbit majalah itu tidak usah memaksakan diri , kata Naek L Tobing. Ia juga mengaku cukup prihatin dengan beredar luasnya media cetak dan internet yang berbau porno di masyarakat tanpa ada upaya pembatasan usia pembelinya. Siapa pun bisa membeli dengan mudah tanpa ada upaya menghindarkan dari para remaja dan anak-anak yang dari segi usia belum cocok membaca atau melihatnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, rata-rata anak usia SMP kelas I sudah pernah menonton blue film. Hal itu sangat memprihatinkan bagi perilaku remaja kita, kata Naek. Sayangnya saat ini belum ada penelitian yang dilakukan di Indonesia yang mempelajari perilaku seksualitas remaja. Satu waktu kedepan akan ada penelitian ke arah sana. Harus ada metode penelitian yang baik sehingga hasilnya valid, tambahnya. ant/fif http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=231219kat_id=23
Re: [balita-anda] (NEWS!) Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia
kalau seperti ini, gimana ya moral codenya para insan media? kalau masyarakatnya memang sudah dewasa saya rasa gak masalah mau ada majalan porno atau film bokep... na kalau masyarakatnay masih otak ngeres, belum dewasa, dan jelas2 sudah ada penelitian bahwa media porno bisa mendorong aktivitas porno terutama di indoensia, masa insan media tidak berpikir apa yg akan terjadi kalau mereka menerbitkan majalah2 ngeres seperti itu ya? tapi kalau kembali ke masalah duit, ya saya no comment deh... duit emang bisa membeli segalanya dan kalo alasannya karena kebebasan pers, no comment juga kadang kebebasan juga kelewat batas - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] To: depokmilis [EMAIL PROTECTED] Cc: balita-anda@balita-anda.com Sent: Tuesday, January 17, 2006 2:06 PM Subject: [balita-anda] (NEWS!) Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia Ehem.., ehem.., Mudah2an para balita kita yg pada imut itu gak ikut2an ngeja2 majalah baru ini. Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
[balita-anda] (NEWS!) Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia
Ehem.., ehem.., Mudah2an para balita kita yg pada imut itu gak ikut2an ngeja2 majalah baru ini. rgrd Selasa, 17 Januari 2006 9:38:00 Naek L Tobing : Remaja dan Anak-anak Pasti Kejar Playboy Indonesia Jakarta-RoL-- Pakar seksologi Naek L Tobing khawatir para remaja dan anak-anak akan mencari atau mengejar-ngejar majalah Playboy Indonesia , apalagi hukum disini belum kuat untuk melindungi remaja dari peredaran media 'panas' atau berbau porno, sehingga ia minta penerbit tidak memaksakan diri menerbitkannya. Hukum di Indonesia belum kuat untuk melakukan pemilahan distribusi media berbau porno sehingga para remaja dan anak di bawah umur bisa membelinya secara bebas, kata Naek L Tobing ketika dihubungi antara di Jakarta, Selasa. Pernyataanya tersebut disampaikan ketika mengomentari rencana peluncuran majalan Playboy versi Indonesia Maret 2006 . Ia menyebutkan di AS , majalah Playboy tersebut memang diperuntukkan bagi orang dewasa. Majalah itu dibungkus rapat dengan plastik . Majalah tersebut menurut Naek, dijual di toko-toko buku yang benar-benar menaati aturan yang ada yakni hanya menjualnya kepada orang dewasa. Mereka (toko buku) tidak berani melanggar aturan itu, hukumannya cukup berat. Kalau di Indonesia, saya pesimis ketegasan hukum itu bisa dilakukan, selama hukumnya belum jelas maka lebih baik tak usah ada, kata Naek L Tobing. Memang menurut Naek L Tobing , pasarnya untuk orang dewasa, namun ia melihat justru majalah tersebut akan 'dikejar-kejar' oleh remaja dan juga anak-anak. Kesadaran anak-anak untuk tidak 'membeli dan membaca' media orang dewasa di Indonesia masih harus dipertanyakan. Kalau memang hukum yang ada berjalan baik dan bisa memproteksi remaja dan anak-anak, orang tua pun ada yang membutuhkanya, kata Naek L Tobing. Namun ia pesimis hal itu akan bisa dilakukan pada saat seperti ini. Bahkan dari kacamata seksologi menurut Naek L Tobing unsur 'seks educationnya' sangat kecil sekali. Dari sudut orang dewasa dan seksologi tidak ada masalah, namun harus mempertimbangkan aspek lainnya di Indonesia dari sudut agama, adat istiadat serta norma-norma yang ada di masyarakat. Media tersebut tidak termasuk bagian dari bahan-bahan untuk seks education, meskipun untuk orang dewasa ada yang membutuhkannya, tambahnya. Seksolog yang sudah menulis puluhan judul buku tentang pendidikan seks education tersebut menyebutkan terhadap remaja di Indonesia perlu dilakukan pembatasan. Selain di Indonesia, di negara-negara lainnya di belahan dunia saat ini dihadapkan dengan perubahan perilaku seks yang cukup berat. Ia menyebutkan, di Eropa dan Amerika Serikat segala sesuatu didasarkan dari hasil penelitian di lapangan. Apabila hasil penelitian tersebut dampaknya positif, baru diperkenalkan kepada publik. Karena perencanaan sebuah program dan inovasi baru tersebut dipersiapkan secara terarah maka dampaknya akan positif dan penerimaan masyarakat akan positif pula. Menurut Naek, apa pun yang mereka luncurkan, tidak akan berdampak apa-apa dan lebih mudah ditata karena sudah berdasarkan penelitian yang kuat yang benar-benar disesuaikan dari sudut sosial dan hukumnya kuat. Kalau di Indonesia, hukumnya tidak kuat, aspek sosialnya juga sangat plural. Lebih baik penerbit majalah itu tidak usah memaksakan diri , kata Naek L Tobing. Ia juga mengaku cukup prihatin dengan beredar luasnya media cetak dan internet yang berbau porno di masyarakat tanpa ada upaya pembatasan usia pembelinya. Siapa pun bisa membeli dengan mudah tanpa ada upaya menghindarkan dari para remaja dan anak-anak yang dari segi usia belum cocok membaca atau melihatnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, rata-rata anak usia SMP kelas I sudah pernah menonton blue film. Hal itu sangat memprihatinkan bagi perilaku remaja kita, kata Naek. Sayangnya saat ini belum ada penelitian yang dilakukan di Indonesia yang mempelajari perilaku seksualitas remaja. Satu waktu kedepan akan ada penelitian ke arah sana. Harus ada metode penelitian yang baik sehingga hasilnya valid, tambahnya. ant/fif http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=231219kat_id=23