Re: [balita-anda] Taman Yang Paling Indah Hanya Taman Kami

2006-01-18 Terurut Topik betty
Ya...Allah terimalah dia disisimu, dan aku mohon..
tuntunlah hati dan jiwa kami, agar hal ini tidak menimpa anak2 tercinta
kami, anugrah yg Kau titipkan kepada kami, limpah kan rasa kasih sayang
kepada kami, agar banyak punya curahan kasih sayang yg kami tumpahkan kepada
titipan-Mu ini.

Betty,MamanyaA3
ygsakithatiamatuhsipamanbejadandsimamasadis.
- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Wednesday, January 18, 2006 1:06 AM
Subject: [balita-anda] Taman Yang Paling Indah Hanya Taman Kami





 satu lagi contoh kekerasan pada
 anak2.tragis.

 
 Allah yang baik,
 senang deh aku sudah di sini
 tak ada lagi mama yang galak
 dan paman yang sering membentak

 Allah yang baik,
 bolehkah aku bergabung
 dengan teman-temanku di sebelah sana
 yang sedang menyanyi gembira,
 taman yang paling indah hanya taman kami...

 aku suka sekali lagu itu
 tapi tak pernah bisa menyanyikannya sepenuh hati
 karena sebelum ini,
 aku hanya bisa mendengar lagu itu
 dari balik dinding rumah
 sayup-sayup
 seperti memanggil-manggil untuk bergabung, bergembira
 tapi aku bukan burung yang punya sayap
 aku tak bisa terbang ya Allah,
 keluar barang sebentar dari rumahku yang pengap

 Setiap pulang sekolah
 dan ayah sedang tak ada di rumah
 paman menyuruhku rebah
 kadang-kadang menghadapnya, kadang-kadang
 membelakanginya.
 lalu aku tak tahu apa yang dilakukannya, ya Allah
 tapi rasanya sakit sekali
 badanku sakit
 tulangku sakit
 pahaku sakit
 mataku sakit
 karena airmataku habis menahan jerit.

 Allah yang baik,
 aku kangen ibu, bukan mama
 mama bukan ibu yang melahirkanku
 mama adalah istri ayah yang baru
 yang lebih sayang pada anaknya sendiri
 bayi mungil yang lucu

 aku sih sayang pada adikku itu, ya Allah.
 tapi aku takut, setiap kali aku mencium adik
 tangan mama mampir di wajahku,
 rasanya lebih sakit dari kejedot kusen pintu.
 setiap kali aku mencubit pipi montok adik
 tangan mama memuntir kupingku
 sampai hampir putus rasanya, ya Allah.
 mungkin satu kali pernah berdarah aku tak ingat lagi

 Allah yang baik,
 pernah satu kali mama membekap mulutku rapat-rapat
 aku seperti ikan di pasar, yang megap-megap ingin
 hidup
 aku menjerit memanggil-manggil ayah
 tapi mama semakin kencang mencekik leherku
 seperti film-film pembunuhan yang pernah kulihat
 di televisi. betul ya Allah, aku nggak bohong, lho.
 di sekolah aku kan diajar bu guru nggak boleh bohong,
 baik kepada orang lain apalagi kepada Allah.

 Tapi mungkin memang aku yang cengeng ya Allah,
 aku selalu menangis bila paman
 melakukan terus menerus perbuatannya yang membuatku
 sakit
 aku pernah berpikir untuk mengambil pisau dan
 menusuknya seperti pada sinetron-sinetron yang pernah
 kulihat.
 tapi aku tak pernah berani.
 bahkan ketika ayah sedang di rumah, dan memelukku pun,
 aku tak berani bercerita apa-apa kepadanya.

 Di buku-buku cerita, aku lihat anak-anak seumurku
 selalu manja
 pada ayah dan ibunya
 mereka bisa naik pundak sampai menginjak kepala
 lalu tertawa-tawa bersama.
 lalu orangtua menggelitiki perut anak-anaknya
 menciumi sepuasnya-puasnya, sampai si anak memang
 rasanya
 seperti hampir mati juga
 tapi mati karena rasa geli dan bahagia
 mengapa hal itu tak pernah terjadi padaku, ya Allah?

 Apakah para penulis di buku-buku cerita itu berbohong,
 mereka hanya mengarang yang indah-indah saja?
 kalau begitu hukumlah mereka ya Allah
 karena membuat anak-anak sepertiku tambah sedih
 tak pernah merasakan apa yang mereka tulis di
 buku-buku itu.

 Teman-temanku di sekolah selalu ngomong tentang plei
 stesyen
 dan boneka berbi,
 aku tak pernah iri lho, ya Allah.
 bener deh, suwer!
 aku tak pernah iri soal mainan
 aku ingin hanya ada dua ciuman berbarengan
 dari mama di pipi kanan, dari ayah di pipi kiri
 kalau ayah pulang ke rumah,
 mama kadang-kadang mau tersenyum padaku, aku akui itu
 ya Allah,
 tapi tetap saja dia tidak pernah mau menciumku.

 Aku ingin sekali ingin bercanda dengan mama dan adik
 kecilku yang lucu,
 apalagi kalau ayah sedang tidak di rumah.
 tapi selalu aku disuruh mama menemani paman,
 yang membuatku terus menjerit kesakitan.

 Ya Allah,
 kenapa mama tak pernah mengelus airmataku ketika aku
 kesakitan?
 kenapa mama malah menampar wajahku berulang kali?
 kenapa mama malah membekap mulutku begitu kencang?
 kenapa mama malah mencekik leherku seperti teman-teman
 mencekik belut sampai mata pada perlombaan tujuh belas
 agustus di sekolah?

 Allah yang baik,
 tapi sekarang aku gembira, suwer!
 di sini banyak sekali teman-temanku
 yang bernyanyi riang.

 bolehkah aku bergabung dengan mereka sekarang ya
 Allah,
 aku ingin sekali menyanyikan, taman yang paling
 indah...
 mumpung sedang nggak ada mama dan paman.
 boleh ya?

 Oh iya, kalau Allah nggak keberatan
 sekalian panggil saja semua kawan-kawanku yang tak
 pernah menyanyikan
 lagu di rumah mereka dengan bahagia. semua
 kawan-kawanku yang selalu menangis kesakitan

[balita-anda] Taman Yang Paling Indah Hanya Taman Kami

2006-01-18 Terurut Topik elizabeth . sondang . p



satu lagi contoh kekerasan pada
anak2.tragis.


Allah yang baik,
senang deh aku sudah di sini
tak ada lagi mama yang galak
dan paman yang sering membentak

Allah yang baik,
bolehkah aku bergabung
dengan teman-temanku di sebelah sana
yang sedang menyanyi gembira,
taman yang paling indah hanya taman kami...

aku suka sekali lagu itu
tapi tak pernah bisa menyanyikannya sepenuh hati
karena sebelum ini,
aku hanya bisa mendengar lagu itu
dari balik dinding rumah
sayup-sayup
seperti memanggil-manggil untuk bergabung, bergembira
tapi aku bukan burung yang punya sayap
aku tak bisa terbang ya Allah,
keluar barang sebentar dari rumahku yang pengap

Setiap pulang sekolah
dan ayah sedang tak ada di rumah
paman menyuruhku rebah
kadang-kadang menghadapnya, kadang-kadang
membelakanginya.
lalu aku tak tahu apa yang dilakukannya, ya Allah
tapi rasanya sakit sekali
badanku sakit
tulangku sakit
pahaku sakit
mataku sakit
karena airmataku habis menahan jerit.

Allah yang baik,
aku kangen ibu, bukan mama
mama bukan ibu yang melahirkanku
mama adalah istri ayah yang baru
yang lebih sayang pada anaknya sendiri
bayi mungil yang lucu

aku sih sayang pada adikku itu, ya Allah.
tapi aku takut, setiap kali aku mencium adik
tangan mama mampir di wajahku,
rasanya lebih sakit dari kejedot kusen pintu.
setiap kali aku mencubit pipi montok adik
tangan mama memuntir kupingku
sampai hampir putus rasanya, ya Allah.
mungkin satu kali pernah berdarah aku tak ingat lagi

Allah yang baik,
pernah satu kali mama membekap mulutku rapat-rapat
aku seperti ikan di pasar, yang megap-megap ingin
hidup
aku menjerit memanggil-manggil ayah
tapi mama semakin kencang mencekik leherku
seperti film-film pembunuhan yang pernah kulihat
di televisi. betul ya Allah, aku nggak bohong, lho.
di sekolah aku kan diajar bu guru nggak boleh bohong,
baik kepada orang lain apalagi kepada Allah.

Tapi mungkin memang aku yang cengeng ya Allah,
aku selalu menangis bila paman
melakukan terus menerus perbuatannya yang membuatku
sakit
aku pernah berpikir untuk mengambil pisau dan
menusuknya seperti pada sinetron-sinetron yang pernah
kulihat.
tapi aku tak pernah berani.
bahkan ketika ayah sedang di rumah, dan memelukku pun,
aku tak berani bercerita apa-apa kepadanya.

Di buku-buku cerita, aku lihat anak-anak seumurku
selalu manja
pada ayah dan ibunya
mereka bisa naik pundak sampai menginjak kepala
lalu tertawa-tawa bersama.
lalu orangtua menggelitiki perut anak-anaknya
menciumi sepuasnya-puasnya, sampai si anak memang
rasanya
seperti hampir mati juga
tapi mati karena rasa geli dan bahagia
mengapa hal itu tak pernah terjadi padaku, ya Allah?

Apakah para penulis di buku-buku cerita itu berbohong,
mereka hanya mengarang yang indah-indah saja?
kalau begitu hukumlah mereka ya Allah
karena membuat anak-anak sepertiku tambah sedih
tak pernah merasakan apa yang mereka tulis di
buku-buku itu.

Teman-temanku di sekolah selalu ngomong tentang plei
stesyen
dan boneka berbi,
aku tak pernah iri lho, ya Allah.
bener deh, suwer!
aku tak pernah iri soal mainan
aku ingin hanya ada dua ciuman berbarengan
dari mama di pipi kanan, dari ayah di pipi kiri
kalau ayah pulang ke rumah,
mama kadang-kadang mau tersenyum padaku, aku akui itu
ya Allah,
tapi tetap saja dia tidak pernah mau menciumku.

Aku ingin sekali ingin bercanda dengan mama dan adik
kecilku yang lucu,
apalagi kalau ayah sedang tidak di rumah.
tapi selalu aku disuruh mama menemani paman,
yang membuatku terus menjerit kesakitan.

Ya Allah,
kenapa mama tak pernah mengelus airmataku ketika aku
kesakitan?
kenapa mama malah menampar wajahku berulang kali?
kenapa mama malah membekap mulutku begitu kencang?
kenapa mama malah mencekik leherku seperti teman-teman
mencekik belut sampai mata pada perlombaan tujuh belas
agustus di sekolah?

Allah yang baik,
tapi sekarang aku gembira, suwer!
di sini banyak sekali teman-temanku
yang bernyanyi riang.

bolehkah aku bergabung dengan mereka sekarang ya
Allah,
aku ingin sekali menyanyikan, taman yang paling
indah...
mumpung sedang nggak ada mama dan paman.
boleh ya?

Oh iya, kalau Allah nggak keberatan
sekalian panggil saja semua kawan-kawanku yang tak
pernah menyanyikan
lagu di rumah mereka dengan bahagia. semua
kawan-kawanku yang selalu menangis kesakitan.

biarkan kami semua bernyanyi di sini saja ya Allah,
menyanyi bersama-sama, menari bersama-sama, tertawa
bersama-sama,
berpelukan bersama-sama, dorong-dorongan,
pukul-pukulan, cubit-cubitan,
lalu menyanyi lagi bersama-sama sambil bergandengan
tangan.

boleh kan ya Allah?

oh iya, sebelum aku bergabung bersama teman-teman di
sana,
namaku Riska Rosiana.
Allah bisa memanggilku Riska atau Rosi,
atau dipanggil Ana juga boleh.

Dadah Allah,
aku mau ikut nyanyi dulu ya?
Allah nggak akan marah seperti mama, 'kan?



akmal n. basral
jakarta. 17.01.06

* * * *


ANAK-ANAK ITU PERGI DENGAN LUKA

...


***

LUPAKAN sejenak kepedihan Lintar. Lihatlah kegemparan
yang meledak di