[balita-anda] FW: [jurnalisme] kabar baru di lokasi bencana

2004-12-30 Terurut Topik Yenni Afrianti
- Original Message -
 Kalau Anda ke lokasi bencana di Aceh, tidak hanya rasa sedih yang 
muncul, tapi juga jengkel setengah mati. Ini saya rasakan di Krueng 
Mane (15 menit dari Lhokseumawe), sebuah desa pinggiran yang hancur.

 Di lokasi, ratusan mayat masih tersembunyi di sela-sela tumpukan 
kayu. Dan tidak jauh dari sana, para lelaki desa setempat yang tegap 
dan ganteng-ganteng duduk merokok sambil berbual. Kalaupun ada 
beberapa orang yang mengeluarkan tenaga, mereka memilih mencari 
hartanya yang hilang di reruntuhan rumah.

 Lelaki-lelaki itu membiarkan saja para tentara yang kelelahan 
bekerja sambil memanggul senjata berat. Komunikasi aparat dengan 
tentara seperti terputus. Saya yakin, daerah ini adalah sarang GAM.

 Kami bekerja tanpa perlengkapan sama sekali. Bahkan sarung tangan 
pun tak punya. Jari-jari saya sering menancap ke tubuh yang membusuk, 
dan saya harus mengangkatnya. Kemarin saya menemukan 16 mayat, tutur
Pratu Suhardi dari Raiders 700.

 Ia adalah prajurit muda asal Sulawesi, dan sudah dua kali gagal 
menikah gara-gara tugas ke Aceh. Di lokasi bencana ini bantuan lebih 
dari cukup. Siang harinya, seorang camat berpakaian parlente, bermobil
Kijang Innova, dan berwajah cerah datang meninjau pos. Hanya satu 
menit, dia pun ngeloyor pergi. Entah apa arti kehadirannya di situ. 
Dan orang-orang pun tidak memperhatikannya.

 Menurut seorang warga yang selamat, sebenarnya tentara yang 
bertugas di daerah itu sudah berteriak-teriak mengingatkan penduduk 
untuk minggir dari wilayah pantai beberapa saat sebelum tsunami 
menerjang. Tapi sebagian penduduk membandel. Akhirnya seratusan
tentara dan brimob pun ikut jadi korban bersama penduduk yang sukar 
mereka halau.

 Di Lapangan Hira, Lhokseumawe, para petugas posko yang satu ribut 
dengan petugas posko yang lain. Bantuan yang kami bawa diperebutkan, 
dan kami bingung menyerahkan pada siapa.

 Apakah bantuan kurang? Tidak. Di posko-posko itu bantuan menumpuk 
hingga menyentuh tenda atap, termasuk bal-bal pakaian yang belum 
tersentuh tali pengikatnya. Entah mengapa belum dibagikan. Padahal 
beberapa bayi diayun ibunya tanpa celana karena mereka sudah
mengompoli satu dua helai celana yang tersisa dari rumah.

 Di Lhokseumawe ada komplek-komplek mewah seperti Komplek Pupuk 
Iskandar Muda (PIM). Di sini, kehidupan berjalan senormal mungkin. 
Direktur Umum-nya, Fauzie, menyatakan dia sedang sibuk karena harus 
menyambut atasannya dari Jakarta yang ingin turun ke Banda Aceh
dan akan singgah di Lhokseumawe.

 Banyak cerita sedih yang kami temukan. Seorang teman wartawan 
Prapanca FM di Medan baru saja ingin menikah di Krueng Mane, dan 
sampai saat ini entah bagaimana nasibnya. Seorang ibu yang baru 
melahirkan sudah merelakan dirinya diambil Tuhan dan menyuruh suami
membawa bayinya yang baru keluar untuk lari, tapi akhirnya justru dia 
yang selamat setelah tersangkut di atas pohon kelapa. Seorang bapak 
memanggul sepeda mini yang ia temukan tertutup pasir. Hanya ini yang 
saya miliki sekarang, pemiliknya sudah meninggal, katanya.

Aceh memang punya sejuta cerita. Tapi cerita yang sebenarnya ada di 
lokasi.







AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH  DAN SUMATERA 
UTARA !!!

Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]



Re: [balita-anda] FW: [jurnalisme] kabar baru di lokasi bencana

2004-12-30 Terurut Topik Caecilia
betul mbak, teman saya juga bilang, selama dipengungsian, dia melihat banyak
orang yg sehat2
tetapi tidak mau membantu mangangkut jenasah, ada yg bilang gak kuat baunya,
ada yg takut nanti kena
penyakit, ada yg ngeri alias gak tega, apalah pokoknya banyak juga yg tidak
mau.
di kota saja bnayak apalagi di perkampungan yg pasti jauh lebih banyak
katanya.
bahkan temanku ketemu pak Amin rais lagi menyapu...
kita saja tidak tahu kalau beliau kesana, tidak terliput.
temanku sempat berfoto bareng beliau.

bantuan beras, mie, pakaian menumpuk, tetapi belum terdistribusi.
karena kalau beras, dan mie memang gak bisa dimakan langsung kan.
minum saja 1 gelas buat berlima katanya.


- Original Message -
From: Yenni Afrianti [EMAIL PROTECTED]
To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Friday, December 31, 2004 11:16 AM
Subject: [balita-anda] FW: [jurnalisme] kabar baru di lokasi bencana


- Original Message -
 Kalau Anda ke lokasi bencana di Aceh, tidak hanya rasa sedih yang
muncul, tapi juga jengkel setengah mati. Ini saya rasakan di Krueng
Mane (15 menit dari Lhokseumawe), sebuah desa pinggiran yang hancur.

 Di lokasi, ratusan mayat masih tersembunyi di sela-sela tumpukan
kayu. Dan tidak jauh dari sana, para lelaki desa setempat yang tegap
dan ganteng-ganteng duduk merokok sambil berbual. Kalaupun ada
beberapa orang yang mengeluarkan tenaga, mereka memilih mencari
hartanya yang hilang di reruntuhan rumah.

 Lelaki-lelaki itu membiarkan saja para tentara yang kelelahan
bekerja sambil memanggul senjata berat. Komunikasi aparat dengan
tentara seperti terputus. Saya yakin, daerah ini adalah sarang GAM.

 Kami bekerja tanpa perlengkapan sama sekali. Bahkan sarung tangan
pun tak punya. Jari-jari saya sering menancap ke tubuh yang membusuk,
dan saya harus mengangkatnya. Kemarin saya menemukan 16 mayat, tutur
Pratu Suhardi dari Raiders 700.

 Ia adalah prajurit muda asal Sulawesi, dan sudah dua kali gagal
menikah gara-gara tugas ke Aceh. Di lokasi bencana ini bantuan lebih
dari cukup. Siang harinya, seorang camat berpakaian parlente, bermobil
Kijang Innova, dan berwajah cerah datang meninjau pos. Hanya satu
menit, dia pun ngeloyor pergi. Entah apa arti kehadirannya di situ.
Dan orang-orang pun tidak memperhatikannya.

 Menurut seorang warga yang selamat, sebenarnya tentara yang
bertugas di daerah itu sudah berteriak-teriak mengingatkan penduduk
untuk minggir dari wilayah pantai beberapa saat sebelum tsunami
menerjang. Tapi sebagian penduduk membandel. Akhirnya seratusan
tentara dan brimob pun ikut jadi korban bersama penduduk yang sukar
mereka halau.

 Di Lapangan Hira, Lhokseumawe, para petugas posko yang satu ribut
dengan petugas posko yang lain. Bantuan yang kami bawa diperebutkan,
dan kami bingung menyerahkan pada siapa.

 Apakah bantuan kurang? Tidak. Di posko-posko itu bantuan menumpuk
hingga menyentuh tenda atap, termasuk bal-bal pakaian yang belum
tersentuh tali pengikatnya. Entah mengapa belum dibagikan. Padahal
beberapa bayi diayun ibunya tanpa celana karena mereka sudah
mengompoli satu dua helai celana yang tersisa dari rumah.

 Di Lhokseumawe ada komplek-komplek mewah seperti Komplek Pupuk
Iskandar Muda (PIM). Di sini, kehidupan berjalan senormal mungkin.
Direktur Umum-nya, Fauzie, menyatakan dia sedang sibuk karena harus
menyambut atasannya dari Jakarta yang ingin turun ke Banda Aceh
dan akan singgah di Lhokseumawe.

 Banyak cerita sedih yang kami temukan. Seorang teman wartawan
Prapanca FM di Medan baru saja ingin menikah di Krueng Mane, dan
sampai saat ini entah bagaimana nasibnya. Seorang ibu yang baru
melahirkan sudah merelakan dirinya diambil Tuhan dan menyuruh suami
membawa bayinya yang baru keluar untuk lari, tapi akhirnya justru dia
yang selamat setelah tersangkut di atas pohon kelapa. Seorang bapak
memanggul sepeda mini yang ia temukan tertutup pasir. Hanya ini yang
saya miliki sekarang, pemiliknya sudah meninggal, katanya.

Aceh memang punya sejuta cerita. Tapi cerita yang sebenarnya ada di
lokasi.







AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH  DAN SUMATERA
UTARA !!!

Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke:
[EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]



AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH  DAN SUMATERA 
UTARA !!!

Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]