RE: [balita-anda] Fw:[idakrisnashow] Menyapa Jiwa Anak
Ibu Tri, trenyuh sekali saya membaca artikel ibu. Tapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa ternyata banyak sekali para orang tua yg tidak mau direpotkan oleh anak sendiri. Cenderung menyerahkan segala sesuatunya pada Baby Sitter. Gak jauh-jauh, dikantor ku juga ada yg seperti itu, dia bisa tuh dengan bangga cerita kalau anaknya jatuh yg dipanggil oleh anaknya bukan ibunya tapi susternya. Saya sampe bertanya dalam hati, apa dia gak ada perasaan iri ya ngeliat anaknya lebih deket sama suster nya daripada ibunya sendiri? Saya ngebayangin anak saya yg kalau jatuh, sambil nangis keukeuh gak mau bangun dari posisi jatuhnya sebelum mami nya yg ngebangunin sambil meluk dulu pastilah... Alhamdulillah anak-anakku baik yg pertama maupun yg kedua Sangay Sangay lengket sama aku ibunya. Karena aku menerapkan prinsip, selagi ada aku ibunya dirumah, maka anak-anakku gak boleh sama sekali dipegang oleh pengasuhnya. Pengasuhnya hanya membantu aku untuk menyiapkan makan, menyiapkan air mandi si bayi, dll. Hari Sabtu dan Minggu pengasuhnya aku bebasin untuk libur, dan anak full aku yg pegang. Kemanapun aku pergi hari Sabtu dan Minggu, wajib bawa anak dan acara atau tempat yg kita kunjungipun disesuaikan dengan anak. Acara keluarga, arisan, belanja bulanan, bahkan kawinan selalu sama anak-anak. Mumpung masih bisa bersama anak-anak, harus aku manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena kalau gede dikit, pastilah anak-anak punya acara sendiri. Gak usah nunggu kuliah, SMP SMA aja pasti udah punya acara sendiri. Nantinya malah menyesal belakangan. -Original Message- From: Tri Agustiyadi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, April 04, 2005 11:57 AM To: Balita Anda Subject: [balita-anda] Fw:[idakrisnashow] Menyapa Jiwa Anak Buat renungan saja M. Tri Agus - Original Message - From: Ida arimurti To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, April 04, 2005 11:06 AM Subject: This is Spam email:[idakrisnashow] ANAK MENYAPA JIWA ANAK KAMI Oleh Arwendita Apa jadinya buah hati kita kelak, jika tak pernah disentuh jiwa-jiwanya. Sore itu saya mengajak Arwen, putri kami, dan suami berkunjung ke sebuah Plaza di wilayah Jakarta Selatan. Setelah berkemas-kemas dengan segambreng gembolan Arwen, kami memacu kendaraan menuju Plaza tersebut. Sesampai di sana, kami memutuskan untuk duduk-duduk sambil ngopi-ngopi saja di sebuah kedai kopi. Sambil menikmati secangkir Cafe Mocca panas, kami bercanda ria dengan putri kami, maklum Arwen sudah mulai senang bercanda dan tertawa-tawa. Tak lama kemudian, terlihat sepasang suami istri datang dengan dua anak, satu berusia sekitar 5 tahunan, yang satu lagi masih bayi, beserta seorang baby sitter-nya. Mereka memilih duduk di samping meja kami. Saya bertemu pandang dengan sang Ibu dan melemparkan senyum, ia pun membalas senyum saya. Mereka kemudian asyik dengan aktifitas masing-masing. Kami terhanyut kembali dalam pembicaraan dengan Arwen. Tiba-tiba saya terusik dengan suara tangisan bayi. Saya palingkan kepala ke meja sebelah, ternyata si bayi memang menangis dan tampaknya agak mengamuk. Lima belas menit berlalu, dan tangisan sang bayi tak kunjung mereda. Si baby sitter terlihat sibuk dan bingung menenangkan bayi mungil itu. Gendong sana, gendong sini, bujuk sana, bujuk sini. Sementara itu, tahu apa yang dilakukan Ibunda tercinta? Tak tampak raut wajah risau dari mimik mukanya, asyik menyeruput secangkir kopi panas dan berbincang-bincang dengan suaminya. Hanyut dalam urusan mereka sendiri. Lima menit kemudian, entah karena sudah selesai urusannya, atau karena tak enak bayinya menangis terus, mereka memutuskan pergi. Saya dan suami hanya melongo saja memandangi kepergian suami istri itu, dengan sang baby sitter yang menggendong bayi, mengikuti di belakang mereka. Saya kembali teringat, beberapa minggu yang lalu saya bersama suami berkunjung ke rumah rekan kerja suami saya. Sambutan tuan dan nyonya rumah cukup hangat. Sang istri dan saya terlibat pembicaraan khas ibu-ibu, biasalah soal rumah tangga, perawatan anak, dsb. Tiba-tiba terlihat putri kecilnya yang cantik berlari ke arah sang mama, bergelayut manja di pundak mamanya. Saya mengajak si kecil berbicara dan ia menjawabnya dengan mata berbinar. Tak lama, ia menarik-narik baju mamanya, minta diambilkan sepeda mini di sebelah mamanya. Si Ibu asyik berbincang dengan saya, sementara konsentrasi saya terpecah, merasa terganggu dengan rengekan sang anak yang tidak ditanggapi ibunya. Minta sama suster sana! Sontak saya kaget mendengar kata-kata itu keluar dari mulut sang Mama. Saya bergumam dalam hati, Hei, kamu Ibunya dan sepeda itu ada di sebelahmu! Apa susahnya mengambilkan sebentar untuk anakmu! Yang membuat saya makin takjub, ia sempat berkeluh kesah, karena bayinya yang berusia 5 bulan sering rewel, sehingga membuatnya merasa pusing tak bisa tidur. Ia menyampaikannya dengan nada bicara seolah kehadiran sang bayi mengganggu kehidupannya. Tapi ia merasa beruntung memiliki baby sitter yang dapat mengurus dan mengatasi
Re: [balita-anda] Fw:[idakrisnashow] Menyapa Jiwa Anak
He..he..he.. sejak kapan ya saya jadi ibu?? Saya cuma memforward aja koq dari milis lain yg saya ikuti Saya dan istri juga begitu, selagi bisa ditangani oleh kami, ya kami tangani tanpa minta bantuan PRT. Walaupun saya dan istri bekerja, Alhamdulillah anak-anak bisa deket dengan orangtuanya. M. Tri Agus Ayahnya Nahda, Zhafran Zhillan - Original Message - From: Dina Puspitasari [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com Sent: Monday, April 04, 2005 3:48 PM Subject: RE: [balita-anda] Fw:[idakrisnashow] Menyapa Jiwa Anak Ibu Tri, trenyuh sekali saya membaca artikel ibu. Tapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa ternyata banyak sekali para orang tua yg tidak mau direpotkan oleh anak sendiri. Cenderung menyerahkan segala sesuatunya pada Baby Sitter. Gak jauh-jauh, dikantor ku juga ada yg seperti itu, dia bisa tuh dengan bangga cerita kalau anaknya jatuh yg dipanggil oleh anaknya bukan ibunya tapi susternya. Saya sampe bertanya dalam hati, apa dia gak ada perasaan iri ya ngeliat anaknya lebih deket sama suster nya daripada ibunya sendiri? Saya ngebayangin anak saya yg kalau jatuh, sambil nangis keukeuh gak mau bangun dari posisi jatuhnya sebelum mami nya yg ngebangunin sambil meluk dulu pastilah... Alhamdulillah anak-anakku baik yg pertama maupun yg kedua Sangay Sangay lengket sama aku ibunya. Karena aku menerapkan prinsip, selagi ada aku ibunya dirumah, maka anak-anakku gak boleh sama sekali AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH DAN SUMATERA UTARA !!! Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Fw:[idakrisnashow] Menyapa Jiwa Anak
Jadi inget waktu my kevin masih bayi, aku bersaing sama BS-ku sendiri, hanya utk merebut attensi dari anakku. Sampai rasanya mau 'gila', pulang kerja cepet2 gendong my kevin, mandi nga ada 5 menit, sampai2 bapaknya mau gendong, nga boleh, walau aku berjuang sedemikian hebatnya utk merebut perhatian si kecil, tetap saja anakku lebih milih BS-nya, sampai suatu ketika, aku menyadari kesalahanku, dlm keadaanku yg capek dan tertekan karena sibuk bersaing kasih dgn BS-ku, bayikupun merasakannya shgg dia jadi menolakku, blum lagi tidurnya pun terpisah dariku, hingga akhirnya aku harus merelakan mem-PHK BS-ku yg kalo dinilai sekarang tuh dari 5x ganti BS, cuman dia yg paling bagus menurutku, hanya ketika itu, aku jelous banget sama dia, knapa lbh pinter dari aku dlm merebut perhatian anakku, tapi akhirnya keputusanku mem-PHK BS-ku itu tak kusesali, karena mulai dari saat itu, aku bisa lbh relax dlm merawat bayiku, dan tidurpun mulai dgnku, walau mulanya agak sulit, karena tiap malam harus rela begadang, tapi aku lakukan dgn senang hati, hingga my kevin sekarang 14 bulan lebih, anakku sangat dekat dgnku, kalau lagi sakit, pasti yg dicari aku, hiks, jadi inget, sedih, eh..bukan, terharu rasanya, bahagia rasanya jadi seorang ibu tak dpt terlukiskan dgn kata2 Curhat seorang ibu, ^^p Tere-kevin's mom http://www.babiesonline.com/babies/k/kevin_n On 4/4/05 1:48 AM, Dina Puspitasari [EMAIL PROTECTED] wrote: Ibu Tri, trenyuh sekali saya membaca artikel ibu. Tapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa ternyata banyak sekali para orang tua yg tidak mau direpotkan oleh anak sendiri. Cenderung menyerahkan segala sesuatunya pada Baby Sitter. Gak jauh-jauh, dikantor ku juga ada yg seperti itu, dia bisa tuh dengan bangga cerita kalau anaknya jatuh yg dipanggil oleh anaknya bukan ibunya tapi susternya. Saya sampe bertanya dalam hati, apa dia gak ada perasaan iri ya ngeliat anaknya lebih deket sama suster nya daripada ibunya sendiri? Saya ngebayangin anak saya yg kalau jatuh, sambil nangis keukeuh gak mau bangun dari posisi jatuhnya sebelum mami nya yg ngebangunin sambil meluk dulu pastilah... Alhamdulillah anak-anakku baik yg pertama maupun yg kedua Sangay Sangay lengket sama aku ibunya. Karena aku menerapkan prinsip, selagi ada aku ibunya dirumah, maka anak-anakku gak boleh sama sekali dipegang oleh pengasuhnya. Pengasuhnya hanya membantu aku untuk menyiapkan makan, menyiapkan air mandi si bayi, dll. Hari Sabtu dan Minggu pengasuhnya aku bebasin untuk libur, dan anak full aku yg pegang. Kemanapun aku pergi hari Sabtu dan Minggu, wajib bawa anak dan acara atau tempat yg kita kunjungipun disesuaikan dengan anak. Acara keluarga, arisan, belanja bulanan, bahkan kawinan selalu sama anak-anak. Mumpung masih bisa bersama anak-anak, harus aku manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena kalau gede dikit, pastilah anak-anak punya acara sendiri. Gak usah nunggu kuliah, SMP SMA aja pasti udah punya acara sendiri. Nantinya malah menyesal belakangan. -Original Message- From: Tri Agustiyadi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, April 04, 2005 11:57 AM To: Balita Anda Subject: [balita-anda] Fw:[idakrisnashow] Menyapa Jiwa Anak Buat renungan saja M. Tri Agus - Original Message - From: Ida arimurti To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, April 04, 2005 11:06 AM Subject: This is Spam email:[idakrisnashow] ANAK MENYAPA JIWA ANAK KAMI Oleh Arwendita Apa jadinya buah hati kita kelak, jika tak pernah disentuh jiwa-jiwanya. Sore itu saya mengajak Arwen, putri kami, dan suami berkunjung ke sebuah Plaza di wilayah Jakarta Selatan. Setelah berkemas-kemas dengan segambreng gembolan Arwen, kami memacu kendaraan menuju Plaza tersebut. Sesampai di sana, kami memutuskan untuk duduk-duduk sambil ngopi-ngopi saja di sebuah kedai kopi. Sambil menikmati secangkir Cafe Mocca panas, kami bercanda ria dengan putri kami, maklum Arwen sudah mulai senang bercanda dan tertawa-tawa. Tak lama kemudian, terlihat sepasang suami istri datang dengan dua anak, satu berusia sekitar 5 tahunan, yang satu lagi masih bayi, beserta seorang baby sitter-nya. Mereka memilih duduk di samping meja kami. Saya bertemu pandang dengan sang Ibu dan melemparkan senyum, ia pun membalas senyum saya. Mereka kemudian asyik dengan aktifitas masing-masing. Kami terhanyut kembali dalam pembicaraan dengan Arwen. Tiba-tiba saya terusik dengan suara tangisan bayi. Saya palingkan kepala ke meja sebelah, ternyata si bayi memang menangis dan tampaknya agak mengamuk. Lima belas menit berlalu, dan tangisan sang bayi tak kunjung mereda. Si baby sitter terlihat sibuk dan bingung menenangkan bayi mungil itu. Gendong sana, gendong sini, bujuk sana, bujuk sini. Sementara itu, tahu apa yang dilakukan Ibunda tercinta? Tak tampak raut wajah risau dari mimik mukanya, asyik menyeruput secangkir kopi panas dan berbincang-bincang dengan suaminya. Hanyut dalam urusan mereka sendiri. Lima menit kemudian, entah karena
RE: [balita-anda] Fw:[idakrisnashow] Menyapa Jiwa Anak
Adduhh... maaf ya Pak, tadinya saya juga udah ragu, ibu atau bapak? Maaf deh -Original Message- From: Tri Agustiyadi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, April 04, 2005 4:01 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Fw:[idakrisnashow] Menyapa Jiwa Anak He..he..he.. sejak kapan ya saya jadi ibu?? Saya cuma memforward aja koq dari milis lain yg saya ikuti Saya dan istri juga begitu, selagi bisa ditangani oleh kami, ya kami tangani tanpa minta bantuan PRT. Walaupun saya dan istri bekerja, Alhamdulillah anak-anak bisa deket dengan orangtuanya. M. Tri Agus Ayahnya Nahda, Zhafran Zhillan - Original Message - From: Dina Puspitasari [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com Sent: Monday, April 04, 2005 3:48 PM Subject: RE: [balita-anda] Fw:[idakrisnashow] Menyapa Jiwa Anak Ibu Tri, trenyuh sekali saya membaca artikel ibu. Tapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa ternyata banyak sekali para orang tua yg tidak mau direpotkan oleh anak sendiri. Cenderung menyerahkan segala sesuatunya pada Baby Sitter. Gak jauh-jauh, dikantor ku juga ada yg seperti itu, dia bisa tuh dengan bangga cerita kalau anaknya jatuh yg dipanggil oleh anaknya bukan ibunya tapi susternya. Saya sampe bertanya dalam hati, apa dia gak ada perasaan iri ya ngeliat anaknya lebih deket sama suster nya daripada ibunya sendiri? Saya ngebayangin anak saya yg kalau jatuh, sambil nangis keukeuh gak mau bangun dari posisi jatuhnya sebelum mami nya yg ngebangunin sambil meluk dulu pastilah... Alhamdulillah anak-anakku baik yg pertama maupun yg kedua Sangay Sangay lengket sama aku ibunya. Karena aku menerapkan prinsip, selagi ada aku ibunya dirumah, maka anak-anakku gak boleh sama sekali AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH DAN SUMATERA UTARA !!! Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH DAN SUMATERA UTARA !!! Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]