Re: [balita-anda] Mana ciuman untukku

2000-07-13 Terurut Topik Vera S L


sama-sama mbak lily, memang cerita2x dr buku chicken soup, seru utk
dibaca
- Original Message -
From: Lily Trisna Dewi [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, July 12, 2000 12:06 PM
Subject: Re: [balita-anda] Mana ciuman untukku


 wah...bu' Vera,
 saya terharu sekali membacanya, dan Alhamdulillah mulai Hanif berusia 11
bl,
 setiap
 mau bobo' saya dan papanya membiasakan cium tangan dan cium pipi lalu baca
 doa sebelum tidur, biar Hanif (anak saya) tahu kita berdua sangat sayang
 padanya.

 oh yah, saya baru tahu kalo' buku "Chicken Soup for the Kid's soul" itu
ada,
 saya pikir cuma "Chicken Soup for the Woman Soul".

 Salam,

 Mama Hanif

 Vera S L wrote:

   Mana ciuman untukku
   
   
   
   Dulu ada seorang gadis kecil bernama Cindy. Ayah Cindy bekerja enam
   hari dalam seminggu, dan sering kali sudah lelah saat pulang dari
   kantor. Ibu Cindy bekerja sama kerasnya mengurus keluarga mereka
   -memasak, mencuci dan mengerjakan banyak tugas rumah tangga lainnya.
   Mereka keluarga baik-baik dan hidup mereka nyaman. Hanya ada satu
   kekurangan, tapi Cindy tidak menyadarinya.
   
   Suatu hari, ketika berusia sembilan tahun, ia menginap dirumah
   temannya, Debbie, untuk pertama kalinya. Ketika waktu tidur tiba, ibu
   Debbie mengantar dua anak itu ketempat tidur dam memberikan ciuman
   selamat malam pada mereka berdua.
   "Ibu sayang padamu," kata ibu Debbie.
   "Aku juga sayang Ibu," gumam Debbie.
   
   Cindy sangat heran, hingga tak bisa tidur. Tak pernah ada yang
   memberikan ciuman apap pun padanya.. Juga tak ada yang pernah
   mengatakan menyayanginya. Sepanjang malam ia berbaring sambil
   berpikir, Mestinya memang seperti itu .
   
   Ketika ia pulang, orangtuanya tampak senang melihatnya.
   "Kau senang di rumah Debbie?" tanya ibunya.
   "Rumah ini sepi sekali tanpa kau," kata ayahnya.
   Cindy tidak menjawab. Ia lari ke kamarnya. Ia benci pada orangtunya.
   Kenapa mereka tak pernah menciumnya? Kenapa mereka tak pernah
   memeluknya atau mengatakan menyayanginya ? Apa mereka tidak
   menyayanginya?.
   Ingin rasanya ia lari dari rumah, dan tinggal bersama ibu Debbie.
   Mungkin ada kekeliruan, dan orangtuanya ini bukanlah orang tua
   kandungya. Mungkin ibunya yang asli adalah ibu Debbie.
   
   Malam itu, sebelum tidur, ia mendatangi orangtunya.
   "Selamat malam,"katanya. Ayahnya,yang sedang membaca koran, menoleh.
   "Selamat malam,' sahut ayahnya.
   Ibu Cindy meletakkan jahitannya dan tersenyum. "Selamat malam,
Cindy."
   Tak ada yang bergerak. Cindy tidak tahan lagi.
   "Kenapa aku tidak pernah diberi ciuman?" tanyanya.
   Ibunya tampak bingung. "Yah," katanya terbata-bata, "sebab... Ibu
   rasanya karena tidak ada yang pernah mencium Ibu waktu waktu Ibu
masih
   kecil. Itu saja."
   
   Cindy menangis sampai tertidur. Selama berhari-hari ia merasa marah.
   Akhirnya ia memutuskan untuk kabur. ia akan pergi kerumah
   Debbie dan tinggal bersama mereka. Ia tidak akan pernah kembali
kepada
   orangtuanya yang tidak pernah menyayanginya.
   Ia mengemasi ranselnya dan pergi diam-diam. Tapi begitu tiba di rumah
   Debbie, ia tidak berani masuk. Ia merasa takkan ada yang
   mempercayainya. Ia takkan diizinkan tinggal bersama orangtua Debbie.
   Maka ia membatalkan rencananya dan pergi.
   
   Segalanya terasa kosong dan tidak menyenangkan. Ia takkan pernah
   mempunyai keluarga seperti keluarga Debbie. Ia terjebak selamanya
   bersama orangtua yang paling buruk dan paling tak punya rasa sayang
di
   dunia ini.
   
   Cindy tidak langsung pulang, tapi pergi ke taman dan duduk di bangku.
   Ia duduk lama, sambil berpikir,hingga hari gelap. Sekonyong-konyong
   ia mendapat gagasan. Rencananya pasti berhasil . Ia kan membuatnya
   berhasil.
   
   Ketika ia masuk kerumahnya, ayahnya sedang menelpon. sang ayah
   langsung menutup telepon. ibunya sedang duduk dengan ekspresi cemas.
   Begitu Cindy masuk, ibunya berseru," Dari mana saja kau? Kami cemas
   sekali!".
   
   Cindy tidak menjawab, melainkan menghampiri ibunya dan memberikan
   ciuman di pipi, sambil berkata,"Aku sayang padamu,Bu." Ibunya sangat
   terperanjat, hingga tak bisa bicara. Lalu Cindy menghampiri ayahnya
   dan memeluknya sambil berkata,"Selamat malam, Yah. Aku sayang
   padamu," Lalu ia pergi tidur, meninggalkan kedua orangtunya yang
   terperangah di dapur.
   
   Keesokan paginya, ketika turun untuk sarapan, ia memberikan ciuman
   lagi pada ayah dan ibunya. Di halte bus, ia berjingkat dan mengecup
   ibunya. "Hai, Bu,"katanya. "Aku sayang padamu."
   
   Itulah yang dilakukan Cindy setiap hari selama setiap minggu dan
   setiap bulan. Kadang-kadang orangtuanya menarik diri darinya dengan
   kaku dan canggung. Kadang-kadang mereka hanya tertawa. Tapi mereka
   tak pernah membalas ciumannya. Namun Cindy tidak putus asa. Ia telah

Re: [balita-anda] Mana ciuman untukku

2000-07-11 Terurut Topik Lily Trisna Dewi

wah...bu' Vera,
saya terharu sekali membacanya, dan Alhamdulillah mulai Hanif berusia 11 bl,
setiap
mau bobo' saya dan papanya membiasakan cium tangan dan cium pipi lalu baca
doa sebelum tidur, biar Hanif (anak saya) tahu kita berdua sangat sayang
padanya.

oh yah, saya baru tahu kalo' buku "Chicken Soup for the Kid's soul" itu ada,
saya pikir cuma "Chicken Soup for the Woman Soul".

Salam,

Mama Hanif

Vera S L wrote:

  Mana ciuman untukku
  
  
  
  Dulu ada seorang gadis kecil bernama Cindy. Ayah Cindy bekerja enam
  hari dalam seminggu, dan sering kali sudah lelah saat pulang dari
  kantor. Ibu Cindy bekerja sama kerasnya mengurus keluarga mereka
  -memasak, mencuci dan mengerjakan banyak tugas rumah tangga lainnya.
  Mereka keluarga baik-baik dan hidup mereka nyaman. Hanya ada satu
  kekurangan, tapi Cindy tidak menyadarinya.
  
  Suatu hari, ketika berusia sembilan tahun, ia menginap dirumah
  temannya, Debbie, untuk pertama kalinya. Ketika waktu tidur tiba, ibu
  Debbie mengantar dua anak itu ketempat tidur dam memberikan ciuman
  selamat malam pada mereka berdua.
  "Ibu sayang padamu," kata ibu Debbie.
  "Aku juga sayang Ibu," gumam Debbie.
  
  Cindy sangat heran, hingga tak bisa tidur. Tak pernah ada yang
  memberikan ciuman apap pun padanya.. Juga tak ada yang pernah
  mengatakan menyayanginya. Sepanjang malam ia berbaring sambil
  berpikir, Mestinya memang seperti itu .
  
  Ketika ia pulang, orangtuanya tampak senang melihatnya.
  "Kau senang di rumah Debbie?" tanya ibunya.
  "Rumah ini sepi sekali tanpa kau," kata ayahnya.
  Cindy tidak menjawab. Ia lari ke kamarnya. Ia benci pada orangtunya.
  Kenapa mereka tak pernah menciumnya? Kenapa mereka tak pernah
  memeluknya atau mengatakan menyayanginya ? Apa mereka tidak
  menyayanginya?.
  Ingin rasanya ia lari dari rumah, dan tinggal bersama ibu Debbie.
  Mungkin ada kekeliruan, dan orangtuanya ini bukanlah orang tua
  kandungya. Mungkin ibunya yang asli adalah ibu Debbie.
  
  Malam itu, sebelum tidur, ia mendatangi orangtunya.
  "Selamat malam,"katanya. Ayahnya,yang sedang membaca koran, menoleh.
  "Selamat malam,' sahut ayahnya.
  Ibu Cindy meletakkan jahitannya dan tersenyum. "Selamat malam, Cindy."
  Tak ada yang bergerak. Cindy tidak tahan lagi.
  "Kenapa aku tidak pernah diberi ciuman?" tanyanya.
  Ibunya tampak bingung. "Yah," katanya terbata-bata, "sebab... Ibu
  rasanya karena tidak ada yang pernah mencium Ibu waktu waktu Ibu masih
  kecil. Itu saja."
  
  Cindy menangis sampai tertidur. Selama berhari-hari ia merasa marah.
  Akhirnya ia memutuskan untuk kabur. ia akan pergi kerumah
  Debbie dan tinggal bersama mereka. Ia tidak akan pernah kembali kepada
  orangtuanya yang tidak pernah menyayanginya.
  Ia mengemasi ranselnya dan pergi diam-diam. Tapi begitu tiba di rumah
  Debbie, ia tidak berani masuk. Ia merasa takkan ada yang
  mempercayainya. Ia takkan diizinkan tinggal bersama orangtua Debbie.
  Maka ia membatalkan rencananya dan pergi.
  
  Segalanya terasa kosong dan tidak menyenangkan. Ia takkan pernah
  mempunyai keluarga seperti keluarga Debbie. Ia terjebak selamanya
  bersama orangtua yang paling buruk dan paling tak punya rasa sayang di
  dunia ini.
  
  Cindy tidak langsung pulang, tapi pergi ke taman dan duduk di bangku.
  Ia duduk lama, sambil berpikir,hingga hari gelap. Sekonyong-konyong
  ia mendapat gagasan. Rencananya pasti berhasil . Ia kan membuatnya
  berhasil.
  
  Ketika ia masuk kerumahnya, ayahnya sedang menelpon. sang ayah
  langsung menutup telepon. ibunya sedang duduk dengan ekspresi cemas.
  Begitu Cindy masuk, ibunya berseru," Dari mana saja kau? Kami cemas
  sekali!".
  
  Cindy tidak menjawab, melainkan menghampiri ibunya dan memberikan
  ciuman di pipi, sambil berkata,"Aku sayang padamu,Bu." Ibunya sangat
  terperanjat, hingga tak bisa bicara. Lalu Cindy menghampiri ayahnya
  dan memeluknya sambil berkata,"Selamat malam, Yah. Aku sayang
  padamu," Lalu ia pergi tidur, meninggalkan kedua orangtunya yang
  terperangah di dapur.
  
  Keesokan paginya, ketika turun untuk sarapan, ia memberikan ciuman
  lagi pada ayah dan ibunya. Di halte bus, ia berjingkat dan mengecup
  ibunya. "Hai, Bu,"katanya. "Aku sayang padamu."
  
  Itulah yang dilakukan Cindy setiap hari selama setiap minggu dan
  setiap bulan. Kadang-kadang orangtuanya menarik diri darinya dengan
  kaku dan canggung. Kadang-kadang mereka hanya tertawa. Tapi mereka
  tak pernah membalas ciumannya. Namun Cindy tidak putus asa. Ia telah
  membuat rencana, dan ia menjalaninya dengan konsisten. Lalu suatu
  malam ia lupa mencium ibunya sebelum tidur. Tak lama kemudian, pintu
  kamarnya terbuka dan ibunya masuk.
  "Mana ciuman untukku ?" tanya ibunya, pura-pura marah.
  Cindy duduk tegak. "Oh, aku lupa," sahutnya. Lalu ia mencium ibunya.
  "Aku sayang padalmu, Bu." Kemudian ia berbaring lagi.
  "Selamat malam,"katanya, lalu memejamkan mata. Tapi ibunya tidak
  segera keluar. Akhirnya ibunya berkata. "Aku juga sayang padamu."
  Setelah itu ibunya