Re: [blogger_makassar] Catatan Ramadhan, "Anakku, Kau Pemenangnya"

2010-09-09 Terurut Topik Ladavide bisot Munsir
♍ªªññ††ªªbb daeng
http://bisot182.blogspot.com

-Original Message-
From: haerulsohibkamu 
Sender: blogger_makassar@yahoogroups.com
Date: Fri, 10 Sep 2010 00:17:50 
To: 
Reply-To: blogger_makassar@yahoogroups.com
Subject: Re: [blogger_makassar] Catatan Ramadhan, "Anakku, Kau Pemenangnya"

Selamat Idul fitri daeng, we are the champion, Minal Aidin wal Faizin,..

salam damai dan bahagia selalu...

2010/9/9 deNun 

> “Anakku, Kau Pemenangnya”
>
> “Mengenang kantuk kau yang berat, langkah gontaimu menuruni tangga,
> mematung di depan menu ala kadarnya, lalu menatapmu dengan senyum
> setengah,  - sudah buka - katamu saat jarum jam di angka enam,”.
>
> ***
> Di ujung Ramadhan, di dini hari tadi, ayah bermimpi sedang berkelana
> ke lorong gelap waktu. Kau masih menyimpan mata di televisi. Tapi aku
> tahu pikiranmu pasti lain. Sebelumnya, seusai sahur kita buat janji,
> mengiyakan bersamamu melewati subuh di hari terakhir Ramadhan tahun
> ini. Janji yang saya tidak terlalu perhatikan sebab bagiku,
> sebagaimana biasanya, tidur adalah pilihan baik seusai sahur.
>
> Di luar gerimis, kita baru saja mengucap salam di shalat witir
> terakhir (masih di tahun ini juga). Saat kita putuskan tetap menunggu
> seraya memandangi para pengurus mesjid menghitung uang celengan
> jamaah. Saat para amil zakat masih setia menunggu tamu Allah
> menunaikan zakat fitrahnya. Ada yang menyodorkan uang biru, lalu sang
> Amil segera merapal doa. “semoga zakat kita semua diridhoi,” ringkasku
> mengamini.
>
> Detik-detik ujung Ramadhan berdetak, pikiran kita saling bergegas. Apa
> yang baru dan beda tahun ini, anakku?
>
> Beberapa pengurus yang lain sedang bercengkerama. Sebagian lainnya
> membentang spanduk menyambut datangnya Idul Fitri. “Ya Allah, akhirnya
> Ramadhanmu berangsur menjauh,”.  Rasanya, upaya mengambil posisi dan
> peran masih saja ku perdebatkan, antara ajaran, anjuran dan ajakan,
> dimana aku, kau?
>
> Menunggu dalam hujan yang tak pasti reda memberi kita kesempatan. Saat
> kau menikmati sekerat bolu dan segelas air mineral, ayah merenung. Di
> sudut mesjid ada vacuum cleaner yang disiapkan panitia. Warnanya
> abuabu. Mesin sedot debu itu seakan manifestasi doa. Di ujung
> Ramadhan, kita adalah lantai penuh debu lalu tanpa sungkan memohon
> ampun kepada Sang Khalik.
>
> “Bersihkan saya ya Allah. Masih mungkinkah?”
>
> Selama Ramadhan tahun ini, juga tahun-tahun sebelumnya, sungguh
> terlalu banyak celah yang tetap kubiarkan begitu saja.  Tidur yang
> teramat panjang dan mata yang selalu mengantuk saat memegang kitabmu
> yang kariim, kaki yang selalu capai saat panggilanmu melintas di
> pendengaran.
>
> “Shalat lebih baik dari tidur,” Katamu tadi subuh sebelum kita ke
> mesjid.  Ampuni hambamu ya Allah.
>
> Anakku, saya tahu kau lebih banyak memilih main jika sampai di mesjid.
> Hingga beberapa orang dewasa menghardikmu. Tapi kau tidak sendiri.
> Silakan menikmati waktu, membaca Fatihah, surah pendek sesukamu, kelak
> kau akan terbiasa.
>
> Anakku, tiba-tiba saya ingin seperti dirimu, menikmati tarwih tanpa
> beban, tanpa ketakutan yang teramat sangat pada ancaman neraka, tanpa
> gairah yang berlebihan pada goda surga, aku ingin seperti kau yang
> terbahak saat orangorang menistakan yang tak wajar,mencibir pada
> sesama, mengutuk yang lalai.
>
> Aku ingin seperti kau yang saling berkejaran dan melempar sajadah saat
> orangorang menghitung sumbangan dan menyebut nama dengan lantang. Aku
> ingin seperti kau yang menunggu isya dengan cadangan rentang waktu
> yang panjang, aku ingin seperti kau yang tak pernah alpa memandang
> jarum jam saat menagih janji.
>
> Ada yang mesti ku akui, Ramadhan tahun ini sungguh sangat berkesan
> denganmu. Saya tak perlu menceritakan semuanya, rasanya antara riya'
> dan kekanak-kanakan. Saya belajar banyak darimu.
>
> Kau adalah pemenangnya…
>
> ***
>
> Selamat Idul Fitri 1431 Hijriah
>
>
> Mohon Maaf Lahir Batin
>
> --
>_
> www.denun.net
>
>
> 
>
> Komunitas Blogger Makassar
> http://www.angingmammiri.org/Yahoo! Groups Links
>
>
>
>


-- 
http://haerulsohib.blogdetik.com
http://haerulsohib.blogspot.com

Senyum manis, senyum cerah, senyum bahagia, senyum keihklasan, & PISS
Yaw...:)



Re: [blogger_makassar] Catatan Ramadhan, "Anakku, Kau Pemenangnya"

2010-09-09 Terurut Topik haerulsohibkamu
Selamat Idul fitri daeng, we are the champion, Minal Aidin wal Faizin,..

salam damai dan bahagia selalu...

2010/9/9 deNun 

> “Anakku, Kau Pemenangnya”
>
> “Mengenang kantuk kau yang berat, langkah gontaimu menuruni tangga,
> mematung di depan menu ala kadarnya, lalu menatapmu dengan senyum
> setengah,  - sudah buka - katamu saat jarum jam di angka enam,”.
>
> ***
> Di ujung Ramadhan, di dini hari tadi, ayah bermimpi sedang berkelana
> ke lorong gelap waktu. Kau masih menyimpan mata di televisi. Tapi aku
> tahu pikiranmu pasti lain. Sebelumnya, seusai sahur kita buat janji,
> mengiyakan bersamamu melewati subuh di hari terakhir Ramadhan tahun
> ini. Janji yang saya tidak terlalu perhatikan sebab bagiku,
> sebagaimana biasanya, tidur adalah pilihan baik seusai sahur.
>
> Di luar gerimis, kita baru saja mengucap salam di shalat witir
> terakhir (masih di tahun ini juga). Saat kita putuskan tetap menunggu
> seraya memandangi para pengurus mesjid menghitung uang celengan
> jamaah. Saat para amil zakat masih setia menunggu tamu Allah
> menunaikan zakat fitrahnya. Ada yang menyodorkan uang biru, lalu sang
> Amil segera merapal doa. “semoga zakat kita semua diridhoi,” ringkasku
> mengamini.
>
> Detik-detik ujung Ramadhan berdetak, pikiran kita saling bergegas. Apa
> yang baru dan beda tahun ini, anakku?
>
> Beberapa pengurus yang lain sedang bercengkerama. Sebagian lainnya
> membentang spanduk menyambut datangnya Idul Fitri. “Ya Allah, akhirnya
> Ramadhanmu berangsur menjauh,”.  Rasanya, upaya mengambil posisi dan
> peran masih saja ku perdebatkan, antara ajaran, anjuran dan ajakan,
> dimana aku, kau?
>
> Menunggu dalam hujan yang tak pasti reda memberi kita kesempatan. Saat
> kau menikmati sekerat bolu dan segelas air mineral, ayah merenung. Di
> sudut mesjid ada vacuum cleaner yang disiapkan panitia. Warnanya
> abuabu. Mesin sedot debu itu seakan manifestasi doa. Di ujung
> Ramadhan, kita adalah lantai penuh debu lalu tanpa sungkan memohon
> ampun kepada Sang Khalik.
>
> “Bersihkan saya ya Allah. Masih mungkinkah?”
>
> Selama Ramadhan tahun ini, juga tahun-tahun sebelumnya, sungguh
> terlalu banyak celah yang tetap kubiarkan begitu saja.  Tidur yang
> teramat panjang dan mata yang selalu mengantuk saat memegang kitabmu
> yang kariim, kaki yang selalu capai saat panggilanmu melintas di
> pendengaran.
>
> “Shalat lebih baik dari tidur,” Katamu tadi subuh sebelum kita ke
> mesjid.  Ampuni hambamu ya Allah.
>
> Anakku, saya tahu kau lebih banyak memilih main jika sampai di mesjid.
> Hingga beberapa orang dewasa menghardikmu. Tapi kau tidak sendiri.
> Silakan menikmati waktu, membaca Fatihah, surah pendek sesukamu, kelak
> kau akan terbiasa.
>
> Anakku, tiba-tiba saya ingin seperti dirimu, menikmati tarwih tanpa
> beban, tanpa ketakutan yang teramat sangat pada ancaman neraka, tanpa
> gairah yang berlebihan pada goda surga, aku ingin seperti kau yang
> terbahak saat orangorang menistakan yang tak wajar,mencibir pada
> sesama, mengutuk yang lalai.
>
> Aku ingin seperti kau yang saling berkejaran dan melempar sajadah saat
> orangorang menghitung sumbangan dan menyebut nama dengan lantang. Aku
> ingin seperti kau yang menunggu isya dengan cadangan rentang waktu
> yang panjang, aku ingin seperti kau yang tak pernah alpa memandang
> jarum jam saat menagih janji.
>
> Ada yang mesti ku akui, Ramadhan tahun ini sungguh sangat berkesan
> denganmu. Saya tak perlu menceritakan semuanya, rasanya antara riya'
> dan kekanak-kanakan. Saya belajar banyak darimu.
>
> Kau adalah pemenangnya…
>
> ***
>
> Selamat Idul Fitri 1431 Hijriah
>
>
> Mohon Maaf Lahir Batin
>
> --
> _
> www.denun.net
>
>
> 
>
> Komunitas Blogger Makassar
> http://www.angingmammiri.org/Yahoo! Groups Links
>
>
>
>


-- 
http://haerulsohib.blogdetik.com
http://haerulsohib.blogspot.com

Senyum manis, senyum cerah, senyum bahagia, senyum keihklasan, & PISS
Yaw...:)


Re: [blogger_makassar] Catatan Ramadhan, "Anakku, Kau Pemenangnya"

2010-09-08 Terurut Topik suwardik
Daeng ini tulisan yang paling berkesan selama ramadhan ini..

Anak memang bukan hanya titipan namun juga  ujian tempat kita mengambil 
hikmah...

Makasih daeng untuk mengingatkan hal ini..
Suwardi dg Mappe

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: deNun 
Sender: blogger_makassar@yahoogroups.com
Date: Thu, 9 Sep 2010 07:56:31 
To: ; 
blogger_makassar
Reply-To: blogger_makassar@yahoogroups.com
Subject: [blogger_makassar] Catatan Ramadhan, "Anakku, Kau Pemenangnya"

“Anakku, Kau Pemenangnya”

“Mengenang kantuk kau yang berat, langkah gontaimu menuruni tangga,
mematung di depan menu ala kadarnya, lalu menatapmu dengan senyum
setengah,  - sudah buka - katamu saat jarum jam di angka enam,”.

***
Di ujung Ramadhan, di dini hari tadi, ayah bermimpi sedang berkelana
ke lorong gelap waktu. Kau masih menyimpan mata di televisi. Tapi aku
tahu pikiranmu pasti lain. Sebelumnya, seusai sahur kita buat janji,
mengiyakan bersamamu melewati subuh di hari terakhir Ramadhan tahun
ini. Janji yang saya tidak terlalu perhatikan sebab bagiku,
sebagaimana biasanya, tidur adalah pilihan baik seusai sahur.

Di luar gerimis, kita baru saja mengucap salam di shalat witir
terakhir (masih di tahun ini juga). Saat kita putuskan tetap menunggu
seraya memandangi para pengurus mesjid menghitung uang celengan
jamaah. Saat para amil zakat masih setia menunggu tamu Allah
menunaikan zakat fitrahnya. Ada yang menyodorkan uang biru, lalu sang
Amil segera merapal doa. “semoga zakat kita semua diridhoi,” ringkasku
mengamini.

Detik-detik ujung Ramadhan berdetak, pikiran kita saling bergegas. Apa
yang baru dan beda tahun ini, anakku?

Beberapa pengurus yang lain sedang bercengkerama. Sebagian lainnya
membentang spanduk menyambut datangnya Idul Fitri. “Ya Allah, akhirnya
Ramadhanmu berangsur menjauh,”.  Rasanya, upaya mengambil posisi dan
peran masih saja ku perdebatkan, antara ajaran, anjuran dan ajakan,
dimana aku, kau?

Menunggu dalam hujan yang tak pasti reda memberi kita kesempatan. Saat
kau menikmati sekerat bolu dan segelas air mineral, ayah merenung. Di
sudut mesjid ada vacuum cleaner yang disiapkan panitia. Warnanya
abuabu. Mesin sedot debu itu seakan manifestasi doa. Di ujung
Ramadhan, kita adalah lantai penuh debu lalu tanpa sungkan memohon
ampun kepada Sang Khalik.

“Bersihkan saya ya Allah. Masih mungkinkah?”

Selama Ramadhan tahun ini, juga tahun-tahun sebelumnya, sungguh
terlalu banyak celah yang tetap kubiarkan begitu saja.  Tidur yang
teramat panjang dan mata yang selalu mengantuk saat memegang kitabmu
yang kariim, kaki yang selalu capai saat panggilanmu melintas di
pendengaran.

“Shalat lebih baik dari tidur,” Katamu tadi subuh sebelum kita ke
mesjid.  Ampuni hambamu ya Allah.

Anakku, saya tahu kau lebih banyak memilih main jika sampai di mesjid.
Hingga beberapa orang dewasa menghardikmu. Tapi kau tidak sendiri.
Silakan menikmati waktu, membaca Fatihah, surah pendek sesukamu, kelak
kau akan terbiasa.

Anakku, tiba-tiba saya ingin seperti dirimu, menikmati tarwih tanpa
beban, tanpa ketakutan yang teramat sangat pada ancaman neraka, tanpa
gairah yang berlebihan pada goda surga, aku ingin seperti kau yang
terbahak saat orangorang menistakan yang tak wajar,mencibir pada
sesama, mengutuk yang lalai.

Aku ingin seperti kau yang saling berkejaran dan melempar sajadah saat
orangorang menghitung sumbangan dan menyebut nama dengan lantang. Aku
ingin seperti kau yang menunggu isya dengan cadangan rentang waktu
yang panjang, aku ingin seperti kau yang tak pernah alpa memandang
jarum jam saat menagih janji.

Ada yang mesti ku akui, Ramadhan tahun ini sungguh sangat berkesan
denganmu. Saya tak perlu menceritakan semuanya, rasanya antara riya'
dan kekanak-kanakan. Saya belajar banyak darimu.

Kau adalah pemenangnya…

***

Selamat Idul Fitri 1431 Hijriah


Mohon Maaf Lahir Batin

--
_
www.denun.net




Komunitas Blogger Makassar
http://www.angingmammiri.org/Yahoo! Groups Links







Komunitas Blogger Makassar
http://www.angingmammiri.org/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/blogger_makassar/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/blogger_makassar/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
blogger_makassar-dig...@yahoogroups.com 
blogger_makassar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
blogger_makassar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [blogger_makassar] Catatan Ramadhan, "Anakku, Kau Pemenangnya"

2010-09-08 Terurut Topik ucha15
Sooo... Like this.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: deNun 
Sender: blogger_makassar@yahoogroups.com
Date: Thu, 9 Sep 2010 07:56:31 
To: ; 
blogger_makassar
Reply-To: blogger_makassar@yahoogroups.com
Subject: [blogger_makassar] Catatan Ramadhan, "Anakku, Kau Pemenangnya"

“Anakku, Kau Pemenangnya”

“Mengenang kantuk kau yang berat, langkah gontaimu menuruni tangga,
mematung di depan menu ala kadarnya, lalu menatapmu dengan senyum
setengah,  - sudah buka - katamu saat jarum jam di angka enam,”.

***
Di ujung Ramadhan, di dini hari tadi, ayah bermimpi sedang berkelana
ke lorong gelap waktu. Kau masih menyimpan mata di televisi. Tapi aku
tahu pikiranmu pasti lain. Sebelumnya, seusai sahur kita buat janji,
mengiyakan bersamamu melewati subuh di hari terakhir Ramadhan tahun
ini. Janji yang saya tidak terlalu perhatikan sebab bagiku,
sebagaimana biasanya, tidur adalah pilihan baik seusai sahur.

Di luar gerimis, kita baru saja mengucap salam di shalat witir
terakhir (masih di tahun ini juga). Saat kita putuskan tetap menunggu
seraya memandangi para pengurus mesjid menghitung uang celengan
jamaah. Saat para amil zakat masih setia menunggu tamu Allah
menunaikan zakat fitrahnya. Ada yang menyodorkan uang biru, lalu sang
Amil segera merapal doa. “semoga zakat kita semua diridhoi,” ringkasku
mengamini.

Detik-detik ujung Ramadhan berdetak, pikiran kita saling bergegas. Apa
yang baru dan beda tahun ini, anakku?

Beberapa pengurus yang lain sedang bercengkerama. Sebagian lainnya
membentang spanduk menyambut datangnya Idul Fitri. “Ya Allah, akhirnya
Ramadhanmu berangsur menjauh,”.  Rasanya, upaya mengambil posisi dan
peran masih saja ku perdebatkan, antara ajaran, anjuran dan ajakan,
dimana aku, kau?

Menunggu dalam hujan yang tak pasti reda memberi kita kesempatan. Saat
kau menikmati sekerat bolu dan segelas air mineral, ayah merenung. Di
sudut mesjid ada vacuum cleaner yang disiapkan panitia. Warnanya
abuabu. Mesin sedot debu itu seakan manifestasi doa. Di ujung
Ramadhan, kita adalah lantai penuh debu lalu tanpa sungkan memohon
ampun kepada Sang Khalik.

“Bersihkan saya ya Allah. Masih mungkinkah?”

Selama Ramadhan tahun ini, juga tahun-tahun sebelumnya, sungguh
terlalu banyak celah yang tetap kubiarkan begitu saja.  Tidur yang
teramat panjang dan mata yang selalu mengantuk saat memegang kitabmu
yang kariim, kaki yang selalu capai saat panggilanmu melintas di
pendengaran.

“Shalat lebih baik dari tidur,” Katamu tadi subuh sebelum kita ke
mesjid.  Ampuni hambamu ya Allah.

Anakku, saya tahu kau lebih banyak memilih main jika sampai di mesjid.
Hingga beberapa orang dewasa menghardikmu. Tapi kau tidak sendiri.
Silakan menikmati waktu, membaca Fatihah, surah pendek sesukamu, kelak
kau akan terbiasa.

Anakku, tiba-tiba saya ingin seperti dirimu, menikmati tarwih tanpa
beban, tanpa ketakutan yang teramat sangat pada ancaman neraka, tanpa
gairah yang berlebihan pada goda surga, aku ingin seperti kau yang
terbahak saat orangorang menistakan yang tak wajar,mencibir pada
sesama, mengutuk yang lalai.

Aku ingin seperti kau yang saling berkejaran dan melempar sajadah saat
orangorang menghitung sumbangan dan menyebut nama dengan lantang. Aku
ingin seperti kau yang menunggu isya dengan cadangan rentang waktu
yang panjang, aku ingin seperti kau yang tak pernah alpa memandang
jarum jam saat menagih janji.

Ada yang mesti ku akui, Ramadhan tahun ini sungguh sangat berkesan
denganmu. Saya tak perlu menceritakan semuanya, rasanya antara riya'
dan kekanak-kanakan. Saya belajar banyak darimu.

Kau adalah pemenangnya…

***

Selamat Idul Fitri 1431 Hijriah


Mohon Maaf Lahir Batin

--
_
www.denun.net




Komunitas Blogger Makassar
http://www.angingmammiri.org/Yahoo! Groups Links







Komunitas Blogger Makassar
http://www.angingmammiri.org/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/blogger_makassar/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/blogger_makassar/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
blogger_makassar-dig...@yahoogroups.com 
blogger_makassar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
blogger_makassar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[blogger_makassar] Catatan Ramadhan, "Anakku, Kau Pemenangnya"

2010-09-08 Terurut Topik deNun
“Anakku, Kau Pemenangnya”

“Mengenang kantuk kau yang berat, langkah gontaimu menuruni tangga,
mematung di depan menu ala kadarnya, lalu menatapmu dengan senyum
setengah,  - sudah buka - katamu saat jarum jam di angka enam,”.

***
Di ujung Ramadhan, di dini hari tadi, ayah bermimpi sedang berkelana
ke lorong gelap waktu. Kau masih menyimpan mata di televisi. Tapi aku
tahu pikiranmu pasti lain. Sebelumnya, seusai sahur kita buat janji,
mengiyakan bersamamu melewati subuh di hari terakhir Ramadhan tahun
ini. Janji yang saya tidak terlalu perhatikan sebab bagiku,
sebagaimana biasanya, tidur adalah pilihan baik seusai sahur.

Di luar gerimis, kita baru saja mengucap salam di shalat witir
terakhir (masih di tahun ini juga). Saat kita putuskan tetap menunggu
seraya memandangi para pengurus mesjid menghitung uang celengan
jamaah. Saat para amil zakat masih setia menunggu tamu Allah
menunaikan zakat fitrahnya. Ada yang menyodorkan uang biru, lalu sang
Amil segera merapal doa. “semoga zakat kita semua diridhoi,” ringkasku
mengamini.

Detik-detik ujung Ramadhan berdetak, pikiran kita saling bergegas. Apa
yang baru dan beda tahun ini, anakku?

Beberapa pengurus yang lain sedang bercengkerama. Sebagian lainnya
membentang spanduk menyambut datangnya Idul Fitri. “Ya Allah, akhirnya
Ramadhanmu berangsur menjauh,”.  Rasanya, upaya mengambil posisi dan
peran masih saja ku perdebatkan, antara ajaran, anjuran dan ajakan,
dimana aku, kau?

Menunggu dalam hujan yang tak pasti reda memberi kita kesempatan. Saat
kau menikmati sekerat bolu dan segelas air mineral, ayah merenung. Di
sudut mesjid ada vacuum cleaner yang disiapkan panitia. Warnanya
abuabu. Mesin sedot debu itu seakan manifestasi doa. Di ujung
Ramadhan, kita adalah lantai penuh debu lalu tanpa sungkan memohon
ampun kepada Sang Khalik.

“Bersihkan saya ya Allah. Masih mungkinkah?”

Selama Ramadhan tahun ini, juga tahun-tahun sebelumnya, sungguh
terlalu banyak celah yang tetap kubiarkan begitu saja.  Tidur yang
teramat panjang dan mata yang selalu mengantuk saat memegang kitabmu
yang kariim, kaki yang selalu capai saat panggilanmu melintas di
pendengaran.

“Shalat lebih baik dari tidur,” Katamu tadi subuh sebelum kita ke
mesjid.  Ampuni hambamu ya Allah.

Anakku, saya tahu kau lebih banyak memilih main jika sampai di mesjid.
Hingga beberapa orang dewasa menghardikmu. Tapi kau tidak sendiri.
Silakan menikmati waktu, membaca Fatihah, surah pendek sesukamu, kelak
kau akan terbiasa.

Anakku, tiba-tiba saya ingin seperti dirimu, menikmati tarwih tanpa
beban, tanpa ketakutan yang teramat sangat pada ancaman neraka, tanpa
gairah yang berlebihan pada goda surga, aku ingin seperti kau yang
terbahak saat orangorang menistakan yang tak wajar,mencibir pada
sesama, mengutuk yang lalai.

Aku ingin seperti kau yang saling berkejaran dan melempar sajadah saat
orangorang menghitung sumbangan dan menyebut nama dengan lantang. Aku
ingin seperti kau yang menunggu isya dengan cadangan rentang waktu
yang panjang, aku ingin seperti kau yang tak pernah alpa memandang
jarum jam saat menagih janji.

Ada yang mesti ku akui, Ramadhan tahun ini sungguh sangat berkesan
denganmu. Saya tak perlu menceritakan semuanya, rasanya antara riya'
dan kekanak-kanakan. Saya belajar banyak darimu.

Kau adalah pemenangnya…

***

Selamat Idul Fitri 1431 Hijriah


Mohon Maaf Lahir Batin

--
_
www.denun.net




Komunitas Blogger Makassar
http://www.angingmammiri.org/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/blogger_makassar/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/blogger_makassar/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
blogger_makassar-dig...@yahoogroups.com 
blogger_makassar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
blogger_makassar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/