[budaya_tionghua] Happy Idul Fitri 1427H, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Ma'af Jasmani Rohani

2006-10-24 Terurut Topik Liquid Google
Dear Netter; 
Bagi Sodara Muslimin  Muslimat, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Ma'af Body 
 Soul, Semoga kehidupan di-hari2 selanjutnye kita semua makin baik!

Mari berkumpul bersama dimillis ini sambil makan ketupat  jangan lupa main 
kembang api lagi ntar malam!


[Non-text portions of this message have been removed]




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



[budaya_tionghua] Re:KETIKA KOMUNITAS TIONGHOA MOGOK

2006-10-24 Terurut Topik eddy witanto
Bung Chan mungkin terlupa menuliskan judul bukunya? Yg Bung Chan postingkan 
adalah kata pengantar dari Dede Oetomo PhD untuk buku Komunitas Tionghoa di 
Surabaya (1910-1946) karya Andjarwati Noordjanah (Penerbit MESIASS Semarang. 
Cetakan Pertama: Maret 2004).

Dalam lingkup kajian Jawa Timur, juga baik untuk ditengok buku karya Thomas 
Santoso berjudul Orang Madura dan Orang Peranakan Tionghoa: Studi Komparatif 
tentang Perilaku Kerja Pialang Tembakau di Madura, Penerbit Lutfansah 
Mediatama Surabaya, 2002 (117 hlm+vii).

salam,

Eddy Prabowo Witanto foreign expert
Beijing Foreign Studies University (BFSU) - Department of Afro-Asian Studies - 
Indonesian Studies, 
East Campus Academic Building #351. Xisanhuan Beilu no.2, Haidian District, 
Beijing 100089 CHINA


-

4. KETIKA KOMUNITAS TIONGHOA MOGOK
Posted by: HKSIS [EMAIL PROTECTED] garudans
Date: Mon Oct 23, 2006 7:10 pm (PDT)

Secara tidak sengaja terbaca tulisan dibawah yang cukup menarik, ... membuka 
fakta-fakta peranan komunitas Tionghoa dalam sejarah Indonesia, yang selama 
ini ditutup-tutupi, atau sengaja dihilangkan dan nyaris tidak diketahui 
atau terlupakan termasuk oleh komunitas Tionghoa sendiri.

Ada yang pernah membaca buku ini dan bisa memberikan komentar-komentar 
berharga agar diketahui dan teringat kembali adanya fakta-fakta sejarah yang 
gelap, dan digelapkan untuk membenarkan stereotip komunitas Tionghoa 
dinegeri ini hanyalah sekumpulan oportunis yang mengejar kekayaan tanpa 
kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, yang memperlakukan negeri ini 
seperti Hotel dan hengkang begitu ada kesulitan, ...

Salam,

ChanCT



KETIKA KOMUNITAS TIONGHOA MOGOK
Oleh Dede Oetomo, PhD

Penulis : ANDJARWATI NOORDJANAH
Kata Pengantar : DEDE OETOMO
Jumlah halaman : xviii + 140 halaman
Format Buku : 15 x 21 cm
Harga per buku : Rp 25.000,-


Pada tanggal 10-13 Januari 1946, selama 4 hari berturut-turut, terjadi 
pemogokan total oleh pedagang dan pengusaha Tionghoa di Surabaya. Mereka 
memprotes tingkah-laku sewenang-wenang dan pengkambinghitaman dalam kaitan 
dengan penyediaan barang keperluan sehari-hari tentara dan personel 
pemerintahan pendudukan Sekutu yang didasarkan pada diskriminasi rasial. 
Ekonomi Surabaya lumpuh. Keperluan tentara dan personel Sekutu maupun 
komunitas Eropa, juga ekonomi distribusi umumnya, tak terlayani.

Baru sesudah pemimpin tertinggi tentara Sekutu saat itu, Mayor Jenderal 
Mansergh (yang kita kenal dari sejarah peristiwa 10 November 1945), 
mengajukan permohonan maaf dan memenuhi permintaan komunitas Tionghoa, 
perdagangan dan usaha pulih kembali.

Episode singkat ini, yang sempat menggemparkan media dalam maupun luar 
negeri waktu itu, nyaris telah dilupakan orang, termasuk dalam komunitas 
Tionghoa sendiri. Yang masih diingat orang, kiranya karena memang 
disebut-sebut terus oleh kaum rasis anti-Tionghoa, adalah milisi pro-Belanda 
Pao An Tui (Pasukan Pelindung Keamanan) yang reaksioner itu.

Dalam rangka mengingatkan kita kembali militansi komunitas Tionghoa-lah 
pentingnya penerbitan buku Andjarwati Noordjanah ini, yang berasal dari 
skripsinya pada Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada. 
Banyak kenyataan sejarah yang ditutup-tutupi atau secara tak sengaja 
terlupakan masyarakat kita dibuka, dan memang sudah saatnya-lah diingatkan 
kembali kepada masyarakat. Tujuannya sederhana: agar yang buruk tak 
terulang, dan yang baik dapat digunakan sebagai pelajaran.

Bersama penerbitan ulang buku Indonesia dalem Api dan Bara karangan Tjamboek 
Berdoeri (Kwee Thiam Tjing), yang menggambarkan keadaan di Malang dari tahun 
1939 hingga 1947,[1] buku ini mengingatkan kembali kerumitan pengalaman 
komunitas Tionghoa di dua kota utama Jawa Timur; Malang dan Surabaya. Dan 
memang kajian-kajian lokal seperti inilah yang kita perlukan untuk memahami 
sejarah hubungan interaktif komunitas Tionghoa dengan komunitas lainnya di 
Hindia Belanda/Indonesia.

Andjarwati dengan cermat dan teliti menggali berbagai sumber dalam literatur 
maupun ingatan seorang informan serta berita-berita surat kabar dan majalah 
masa itu, sehingga muncul suatu kisah yang hidup mengenai zaman awal 
republik kita dan peran golongan Tionghoa yang tidak kecil.

Ini penting, karena stereotip di masyarakat, terutama setelah depolitisasi 
licik rezim Orde Baru sejak 1966, seakan mengatakan bahwa golongan Tionghoa, 
sebagaimana dicitrakan oleh mesin propaganda Orde Baru,[2] hanyalah 
sekumpulan oportunis yang menginginkan kekayaan tanpa prinsip dan tidak 
punya kepedulian apa pun terhadap masyarakat dan politik di sekitarnya.

Banyak orang Tionghoa maupun lainnya di masyarakat kita saat ini hanya tahu 
stereotip itu, karena kajian-kajian mengenai masyarakat Tionghoa lokal 
kontemporer kurang sekali. Akibatnya pandangan mereka tentang posisi 
ketionghoaan dalam masyarakat cenderung sempit dan salah. Apalagi pandangan 
tentang sejarah ketionghoaan di masa lampau.

Sesudah membaca buku ini kita akan makin yakin 

[budaya_tionghua] taiji quan

2006-10-24 Terurut Topik RQiu888
Mohon tanya apakah ada diantara sobat sobat sebagai penggemar Yang 
style Taiji quan ??  saya perlu berdiskusi dengan sobat sobat, bila perlu 
sobat sobat dapat mengirim email ke [EMAIL PROTECTED]

Salam Taiji 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



[budaya_tionghua] Re: Masyarakat Tionghoa di Surabaya

2006-10-24 Terurut Topik ChanCT
Bung Eddy, terimakasih atas koreksi.Tertinggal judul buku Komunitas 
Tionghoa di Surabaya (1910-1946), dan PhD Dede Oetomo memberikan kata 
Pengantar-nya, ...
Kemudian di MESIASS juga ada resensi buku tsb. dari Achmad Sunjayadi, 
Kompas, 19 Februari 2005

Masyarakat Tionghoa di Surabaya

Judul : Komunitas Tionghoa di Surabaya (1910-1946)
Penulis : Andjarwati Noordjanah
Penerbit : Messias, Semarang, 2004
Tebal : xviii + 140 halaman



 KOMUNITAS Tionghoa yang tersebar di Indonesia merupakan komunitas yang 
masing-masing memiliki ciri khas dan tentunya memiliki sejarah tersendiri. 
Bahkan, sejarawan Denys Lombard dalam Nusa Jawa: Silang Budaya, Jaringan 
Asia menuliskan satu bab khusus Warisan Cina mengenai masuknya komunitas 
ini ke Jawa.

Komunitas Tionghoa tersebut dapat ditemui di hampir seluruh kota besar di 
Indonesia dengan variasi jumlah yang berbeda. Namun, tetap saja perlakuan 
terhadap mereka sampai sekarang masih terasa diskriminatif dan dalam benak 
penduduk pribumi masih tersimpan stereotip yang memang sengaja dibuat sejak 
berabad-abad silam. Pun sejarah mencatat, peristiwa-peristiwa politis yang 
terjadi di Nusantara, mulai di masa VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) 
1740 hingga reformasi 1998 selalu menyeret kelompok komunitas ini sebagai 
korban.

Salah satu kota besar tempat bermukim masyarakat Tionghoa di Indonesia 
adalah Surabaya, Jawa Timur. Surabaya merupakan salah satu kota penting di 
Jawa dan salah satu kota tertua di Indonesia. Di masa kolonial, kota ini 
berkembang dan menjadi salah satu kota modern. Tidaklah mengherankan jika 
dalam satu buku panduan wisata dari awal abad ke-20 disebutkan bahwa 
Surabaya sebagai pintu masuk di Jawa bagi para pelancong, di samping Batavia 
(Jakarta).

Awal abad ke-20, Surabaya berkembang menjadi kota dagang yang besar dan 
ramai. Hal ini dapat dilihat dari beragamnya masyarakat yang tinggal di kota 
tersebut. Dalam autobiografinya, Soekarno menyebutkan Surabaya adalah kota 
pelabuhan yang sibuk dan ribut, lebih menyerupai kota New York. Pelabuhannya 
baik dan menjadi pusat perdagangan yang aktif. Surabaya juga menjadi kota 
tempat perlombaan dagang yang kuat dari orang-orang Tionghoa yang cerdas, 
ditambah arus yang besar dari para pelaut dan pedagang yang membawa 
berita-berita dari segala penjuru dunia.

Sebagai salah satu kelompok masyarakat yang datang dan menetap di Surabaya, 
jumlah orang Tionghoa semakin meningkat. Jika dibandingkan dengan kelompok 
imigran lain, Arab dan India, masyarakat Tionghoa menempati jumlah terbesar. 
Hal ini dapat dilihat dari data pada tahun 1920, penduduk Tionghoa di 
Surabaya berjumlah 18.020 orang, Arab 2.539 orang, dan kelompok etnis Timur 
Asing lainnya 165 orang.


DIANGKAT dari skripsi di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Gadjah 
Mada, buku Komunitas Tionghoa Surabaya (1910-1946) membahas masyarakat 
Tionghoa di Surabaya di masa kolonial yang dikaitkan dengan adanya gejolak 
sosial pada golongan Tionghoa. Penulis mencoba mengaitkan gejolak sosial 
masyarakat Tionghoa dengan kebijakan politik penguasa selama tiga masa.

Mulai dari pemerintah kolonial yang mengeluarkan peraturan yang membatasi 
gerak orang-orang Tionghoa seperti wijkenstelsel, passenstelsel, politierol 
(halaman 69-79), peraturan masa pada pendudukan Jepang yang memerintahkan 
kepada warga Tionghoa untuk menyediakan perempuan penghibur dari kalangan 
Tionghoa (halaman 89), hingga berpuncak pada pemogokan selama empat hari 
berturut-turut oleh pedagang dan pengusaha Tionghoa di Surabaya pada masa 
awal kemerdekaan 10-13 Januari 1946. Pemogokan ini merupakan protes atas 
tingkah laku sewenang-wenang dan kambing hitam yang didasarkan pada 
diskriminasi rasial dalam penyediaan barang keperluan sehari-hari tentara 
dan personel pemerintahan pendudukan Sekutu. Pembahasan mengenai pemogokan 
ini secara lugas dapat dilihat pada Bab 5 (halaman 103-118) yang menjelaskan 
faktor-faktor yang mendorong terjadinya peristiwa pemogokan tersebut. Hanya 
saja dalam buku ini ada kesalahan cetak, tahun 1949 seharusnya dicetak 1946 
(halaman 103).

Secara khusus masyarakat Tionghoa di Surabaya dalam buku ini dibahas pada 
Bab 3 yang memuat keragaman asal-usul yang terdiri atas berbagai suku 
bangsa, seperti Hokkian, Hakka, dan Teo-Chiu (halaman 37-41), perbedaan 
antara orang Tionghoa totok (singkeh) dan peranakan (halaman 41-45), ragam 
stratifikasi sosial (halaman 45-48), agama dan kepercayaan (halaman 48-50), 
organisasi-organisasi masyarakat Tionghoa (halaman 50-54), jenis-jenis 
pekerjaan (halaman 55-59), dan para pemimpin komunitas Tionghoa, seperti 
luitenant, kapitein, majoor (halaman 60-62).

Peraturan diskriminatif pada warga Tionghoa sebenarnya dapat ditelusuri ke 
belakang dengan melihat peraturan-peraturan yang dibuat berabad-abad lalu. 
Dalam Regeringsreglement tahun 1854, masyarakat Hindia Belanda dibagi dalam 
tiga golongan besar, yaitu Europeanen (golongan orang Eropa), Vreemde 
Oosterlingen (Timur Asing), dan Inlander 

[budaya_tionghua] puisi MALAM LEBARAN

2006-10-24 Terurut Topik Sobron Aidit
Sobron Aidit :
   
   
  M A L A M   L E B A R A N
   
   
  Malam lebaran
  malam takbiran.
   
  Suara bedug
  gedebag - gedebug
  bag - bug - bag - bug
  beriringan bertalu-talu
  terdengar dari kampung sebelah-menyebelah
  dari kampung di kejauhan
  masuk menyelinap-dalam
  ke jiwa sanubariku.
   
  Suara takbiran - suara bedug
  gedebag - gedebug - bag - bug - bag - bug
  sura takbiran - suara azan
  menerangi jalan kehidupan.
   
  Akan diriku - kini dan nanti
  dirikukah yang terbuang?
  kampunghalamankukah yang hilang?
  dua-duanya tenggelam dan terbanting.
   
  Gelegak sedih
  awan gemawan sepi
  rasa luka yang perih
  kutelan - kutahan - dalam hati
  aku di kampunghalaman ibu kandungku
  sudah terlalu lama tidak peduli
  kepada anaknya yang hilang
  yang kini berhanyut-hanyut mendengarkan bedug berbunyi
  malam lebaran
  suara takbiran
  ada rasa sangat sulit buat diungkapkan,-
   
  
   
  Cibubur,-  23/24 Oktober 06,-


-
Want to be your own boss? Learn how on  Yahoo! Small Business. 

[Non-text portions of this message have been removed]




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



[budaya_tionghua] CATATAN LEPAS di HARI LEBARAN PERTAMA

2006-10-24 Terurut Topik Sobron Aidit
Sobron Aidit :
   
   
  LALU-LINTAS di JAKARTA,-
   
  Tumben banget - sangat tumben - lalulintas di sebagain besar di Jakarta - 
sepi - lancar dan smooth. Rasanya aneh dan tumben. Jalanan di Jakarta pabila 
hari lebaran atau sehari sebelum lebaran - terasa sangat sepi - kosong - kayak 
orang merajuk lalu ngambek - pergi jauh
   
  Orang-orang sudah mudik. Dan Jakarta menjadi tempat kelaluan - tempat lewat 
orang-orang dari daratan Sumatra yang mau mudik ke Jawa - Jabar - Jateng dan 
Jatim. Ketika itulah numpleknya kesibukan dan kemacetan Jakarta. Teman dan 
keluarga kami dari daerah Depok mau ke Cibubur - yang biasanya pabila lancar - 
hanya 20 menit - ketika itu harus makan-waktu selama 6 jam!!
   
  Orang-orang dan lalulintas di Jakarta - di tengah perjalanan - pabila siang 
hari antara
   10 juta dan pabila malam hari lalu menurun menjadi 6 juta. Pabila mengadakan 
perjanjian - rendez-vous di suatu tempat - haraplah punya perhitungan terlambat 
beberapa jam. Misalnya janji mau ketemu pada jam 11.00, sebaiknya berangkatlah 
pada jam 08.00 atau paling lambat pada jam 09.00. Dari Cibubur ke Jakarta Pusat 
- pada hari biasa yang selalu macet itu - biasanya 2 atau dua setengah jam baru 
akan sampai tujuan.
   
   
  RUMAH  BANG  MURAD
   
  Pada hari lebaran pertama - kami di rumah Murad di Depok II. Saya ingat di 
kampung ketika kami masih lengkap ketika di Belitung dulu. Anak-anaknya - 
mantunya - lalu cucunya lalu cicitnya ( anak dari para cucu ) - kumpul semua. 
Ada yang tidur bermalam di sana - bergelamparan di tengah rumah pakai tikar. 
Saya melihjatnya sangat bahagai dan senang. Murad antara kami adalah yang 
tertua dan dituakan - sesepuh. Dia sudah berusia 79 tahun. Tapi secara umurnya 
- dia cukup sehat - walaupun riwayat penyakitnya selalu akan mengejutkan orang. 
Sangat jarang orang yang diopname selama 6 a 7 tahun!! Tetapi Murad pernah 
diopname di RS Tjilendek - Bogor dan lalu di Tjisarua - selama 6 tahun 
terusmenerus - karena sakit tbc! Dan sepotong tulang iganya terpaksa harus 
dipotong karena paru-parunya lengket - ini terjadi antara tahun 1948 - 1954 - 
selama dia diopname di berbagai RumahSakit di Bogor dan Tjisarua puluhan tahun 
yang lalu itu.
   
  Dan pernah di penjara di Tanggerang dan akhirnya ke Pulau Buru - yang 
totaljenderal selama 13 tahun! Tapi dia sampai kini sehat dan kuat - walaupun 
sudah beberapa kali hampir saja.hilangdan tinggal nama. Tapi Murad 
memang hebat dalam bertahan - diam-diam dia adalah guru saya dan teladan saya 
buat mencontohnya.
   
  Betapa geli dan lucunya kemaren ini. Dia sudah lama menyiapkan uang buat 
cucu-cucu dan cicitnya. Bagi seorang cucu ada hadiah lebarannya sejumlah 5000 
rupiah dan bagi cicitnya sebanyak 10.000 rupiah seorang! Bayangkan rombongan 
dan batalyon cucu dan cicitnya ini - ada belasan sampai puluhan orang. Sempat 
saya tanyakan - apakah dia mengenal masing-masing cucu dan cicitnya itu - 
siapa-siapa namanya dan anak siapanya. Katanya dia kenal semua,- tambah hebat 
dia di mata saya.
   
  Nah,- besok hari ketiga lebaran - ada lagi keluarga kami yang akan datang 
dari Belitung - Lampung dan Palembang. Karena rumah Murad sudah pasti tidak 
akan mampu menampung semuanya - maka akan dibagi dua. Di rumah Murad dan di 
rumah Poppy - anaknya yang bungsu. Rumah Poppy lebih besar dari rumah Murad.
  Kemaren sudah saya tuliskan - ada juga peranan saya dalam perkara ini. 
Melihat penayangan saya di MetroTV emision Kidd-Andy - lalu para keluarga yang 
beluum pernah melihat dan bertemu muka dengan saya - selama lebih setengah abad 
ini - lalu mereka datang mau bertemu saya. Sudah tentu saya sangat senang dan 
gembira. Dan saya harus siap mental - harus meninggikan rasa kesabaran - 
menahan diri - dan selalu senyum - terbuka - ramahtamah dengan jujur dan selalu 
ikhlas. Sedikit saja ada rasa atau terbayang awan-gelap dan muka berwajah 
bersegi enam sampai delapan - semua orang akan tahu - semuanya serba transparan.
   
  Saya sudah siap - semoga Tuhan menyertai saya - keluarga saya - keluargha 
kami yang begitu jauh datang dari Belitung - Lampung dan Palembang - mau ketemu 
saya dan mau ketemu kami dengan Murad - harus saya sambut hangat. Dalm beberapa 
hari ini - saya akan jadi orang alim- orang saleh dan anak baek-baek!
   
  
--
   
  Cibubur - Jakarat,-  25 Oktober 06,- Hari Lebaran Kedua,-


-
Want to be your own boss? Learn how on  Yahoo! Small Business. 

[Non-text portions of this message have been removed]




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* 

[budaya_tionghua] Re: Memang Hotel == Becky

2006-10-24 Terurut Topik ChanCT
Hallo Becky,

Terimakasih atas informasi keberadaan Tionghoa Indonesia yang berada di 
Singapore. Begitu banyaknya, ya! Sebelumnya, hanya seratus-dua ratus saja 
Tionghoa-Inedonesia yang hijrah ke Singapore, ternyata gitu banyak sampai 18 
ribu, ya! Lepas dari kebenarannya sampai dimana, saya berpendapat itu 
merupakan tamparan berat bagi Pemerintah RI, yang tidak berhasil mengayomi 
warga-nya untuk bertahan dan mengabdikan kehebatannya dinegeri ini. Dan, 
kenyataan mereka itulah yang berkiprah dan sangat menguntungkan perkembangan 
Singapore!

Saya berpendapat, hendaknya kita bisa memperkenankan setiap orang yang 
hidup didunia ini mengambil pilihan mau hidup dimana, dimana mereka merasa 
lebih baik untuk hidup, bisa mengembangkan kemampuan dengan mendapatkan 
kehidupan yang lebih aman-tentram dan bahagia. Begitulah yang telah terjadi 
berabad-abad didunia ini, yang semula orang-orang yang melarikan diri 
keluarnegeri dikutuk sebagai penghianat bangsa, sekarang sudah menjadi 
sesuatu yang biasa.

Tiongkok setelah merdeka ditahun 49, juga tetap menghadapi warganya 
mengungsi keluar-negeri mencari peruntungan diluar yang diperkirakan akan 
lebih baik. Ditahun-tahun 60-an sampai awal tahun 70, pihak penjajah Inggris 
yang berkeinginan menunjukkan kebobrokan pemerintah RRT, langsung 
memberikan permanent residen bagi penyelundup yang masuk HongKong. Pihak 
pemerintah RRT tertawa, bahkan menantang berapa banyak orang yang bisa 
kalian tampung akan kami lepas secara resmi, jadi tak usah menyelundup 
lagi?! Pemerintah koloni HK kewalahan, akhirnya menyetop pemberian PR pada 
penyelundup-penyelundup sejak tahun 72, dan, ... untuk membatasi lebih baik 
arus orang yang masuk HK, sepanjang perbatasan darat, dibangun pagar kawat 
berduri dan kedua belah pihak memberikan pengawasan ketat.

Setelah RRT menjalankan politik pintu-terbuka, bahkan secara 
besar-besaran mengirim pelajar-pelajarnya untuk sekolah keluar-negeri, dari 
Amerika, Canada, Australia, beberapa negara Eropah sampai ke Jepang, ... 
Banyak yang tidak kembali, dan menempuh hidup barunya di negeri-negeri itu. 
Angka yang saya ketahui, sudah mencapai lebih 3 juta imigran baru 
dinegeri-negeri itu. Menjadi Huakiao baru dinegeri-negeri maju.

Marah-kah pemerintah RRT menghadapi kenyataan ini dan menyalahkan 
orang-orang itu tidak patriot yang menjadikan negerinya sebagai Hotel? Tentu 
saja tidak! Pemerintah RRT menunjukkan kedewasaan dalam mengatur negara, 
mereka tidak memarahi apalagi mengutuk warga yang menetap diluar negeri, 
sebaliknya dibuat kebijaksanaan-kebijaksanaan Huakiao yang sangat simpatik, 
memelihara hubungan erat dengan mereka dan memberikan kesempatan bagi 
mereka-mereka Huakiao-baru itu untuk tetap menunjukkan  kecintaan dengan 
mendukung pembangunan kampung-halamannya yang ditinggalkan itu, ... 
menciptakan syarat-syarat yang lebih baik untuk menyedot mereka kembali! 
Sudah nampak hasil dari kebijaksanaan tersebut, lupa saya berapa % 
modal-asing yang ditanamkan di Shenzhen itu modal Huakiao itu, pokoknya, 
tidak sedikit pengusaha-pengusaha berhasil bisa ikut menanamkan modalnya 
dalam usaha pembangunan ekonomi di RRT, tidak sedikit yang kembali 
menyumbangkan kemampuannya untuk ikut membangun kampung-halamannya yang 
dahulu sangat terbelakang dan, ... juga ahli-ahli muda yang semula menetap 
diluar-negeri juga tidak sedikit yang tersedot kembali ikut aktif dalam 
mengembangkan usaha di negerinya, baik di Beijing, Shanghai maupun Shenzhen.

Terbalik dengan sikap Pemerintah RRT ini, nampaklah lebih jelas sikap 
Pemerintah RI, khususnya wapres JK itu, yang bisanya hanya menyudutkan 
komunitas Tionghoa, yang selalu dipandangnya sebagai warga pendatang. 
Bisanya hanya menyalahkan orang lain, Tidak sedikitpun merasa kekurangan dan 
kesalahan pemerintah RI yang tidak berhasil mengayomi setiap warganya, tidak 
mampun melindungi keamanan, keselamatan harta-jiwa sekelompok warga dari 
teror yang dihadapi.

Salam,
ChanCT

- Original Message - 
From: BECKhoo
To: tionghoa-net@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, 24 October, 2006 14:53
Subject: [t-net] Memang Hotel - Fw: Re: Jangan perlakukan Indonesia seperti 
Hotel, kata JK


--- In tionghoa-net@yahoogroups.com, ChanCT [EMAIL PROTECTED] wrote:

 2. Sebagai wapres yang berkwalitas, seharusnya mendata lebih dahulu ada
 berapa persen pengusaha yang hengkang, apakah sudah meliput mayoritas
 pengusaha Tionghoa sehingga boleh saja menyebutkan secara umum
pengusaha
 Tionghoa sudah menjadikan negeri ini seperti Hotel, meninggalkannya
begitu
 menghadapi kesulitan? Saya yakin, yang hengkang keluar negeri hanyalah
 seglintir saja dari begitu banyak pengusaha di Indonesia, dan itu
 lebih-lebih tidak pantas untuk menggebuk keseluruhan pengusaha Tionghoa,

=

Biar fair, anda juga harus menanyakan siapa saja 'Pengusaha Tionghoa'
yang sedang ditemui oleh JK dalam acara tsb.

FYI, berdasarkan research report dari Merril Lynch dan Capgemini,
sepertiga dari orang kaya di