[budaya_tionghua] Happy Idul Fitri 1427H, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Ma'af Jasmani Rohani
Dear Netter; Bagi Sodara Muslimin Muslimat, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Ma'af Body Soul, Semoga kehidupan di-hari2 selanjutnye kita semua makin baik! Mari berkumpul bersama dimillis ini sambil makan ketupat jangan lupa main kembang api lagi ntar malam! [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re:KETIKA KOMUNITAS TIONGHOA MOGOK
Bung Chan mungkin terlupa menuliskan judul bukunya? Yg Bung Chan postingkan adalah kata pengantar dari Dede Oetomo PhD untuk buku Komunitas Tionghoa di Surabaya (1910-1946) karya Andjarwati Noordjanah (Penerbit MESIASS Semarang. Cetakan Pertama: Maret 2004). Dalam lingkup kajian Jawa Timur, juga baik untuk ditengok buku karya Thomas Santoso berjudul Orang Madura dan Orang Peranakan Tionghoa: Studi Komparatif tentang Perilaku Kerja Pialang Tembakau di Madura, Penerbit Lutfansah Mediatama Surabaya, 2002 (117 hlm+vii). salam, Eddy Prabowo Witanto foreign expert Beijing Foreign Studies University (BFSU) - Department of Afro-Asian Studies - Indonesian Studies, East Campus Academic Building #351. Xisanhuan Beilu no.2, Haidian District, Beijing 100089 CHINA - 4. KETIKA KOMUNITAS TIONGHOA MOGOK Posted by: HKSIS [EMAIL PROTECTED] garudans Date: Mon Oct 23, 2006 7:10 pm (PDT) Secara tidak sengaja terbaca tulisan dibawah yang cukup menarik, ... membuka fakta-fakta peranan komunitas Tionghoa dalam sejarah Indonesia, yang selama ini ditutup-tutupi, atau sengaja dihilangkan dan nyaris tidak diketahui atau terlupakan termasuk oleh komunitas Tionghoa sendiri. Ada yang pernah membaca buku ini dan bisa memberikan komentar-komentar berharga agar diketahui dan teringat kembali adanya fakta-fakta sejarah yang gelap, dan digelapkan untuk membenarkan stereotip komunitas Tionghoa dinegeri ini hanyalah sekumpulan oportunis yang mengejar kekayaan tanpa kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, yang memperlakukan negeri ini seperti Hotel dan hengkang begitu ada kesulitan, ... Salam, ChanCT KETIKA KOMUNITAS TIONGHOA MOGOK Oleh Dede Oetomo, PhD Penulis : ANDJARWATI NOORDJANAH Kata Pengantar : DEDE OETOMO Jumlah halaman : xviii + 140 halaman Format Buku : 15 x 21 cm Harga per buku : Rp 25.000,- Pada tanggal 10-13 Januari 1946, selama 4 hari berturut-turut, terjadi pemogokan total oleh pedagang dan pengusaha Tionghoa di Surabaya. Mereka memprotes tingkah-laku sewenang-wenang dan pengkambinghitaman dalam kaitan dengan penyediaan barang keperluan sehari-hari tentara dan personel pemerintahan pendudukan Sekutu yang didasarkan pada diskriminasi rasial. Ekonomi Surabaya lumpuh. Keperluan tentara dan personel Sekutu maupun komunitas Eropa, juga ekonomi distribusi umumnya, tak terlayani. Baru sesudah pemimpin tertinggi tentara Sekutu saat itu, Mayor Jenderal Mansergh (yang kita kenal dari sejarah peristiwa 10 November 1945), mengajukan permohonan maaf dan memenuhi permintaan komunitas Tionghoa, perdagangan dan usaha pulih kembali. Episode singkat ini, yang sempat menggemparkan media dalam maupun luar negeri waktu itu, nyaris telah dilupakan orang, termasuk dalam komunitas Tionghoa sendiri. Yang masih diingat orang, kiranya karena memang disebut-sebut terus oleh kaum rasis anti-Tionghoa, adalah milisi pro-Belanda Pao An Tui (Pasukan Pelindung Keamanan) yang reaksioner itu. Dalam rangka mengingatkan kita kembali militansi komunitas Tionghoa-lah pentingnya penerbitan buku Andjarwati Noordjanah ini, yang berasal dari skripsinya pada Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada. Banyak kenyataan sejarah yang ditutup-tutupi atau secara tak sengaja terlupakan masyarakat kita dibuka, dan memang sudah saatnya-lah diingatkan kembali kepada masyarakat. Tujuannya sederhana: agar yang buruk tak terulang, dan yang baik dapat digunakan sebagai pelajaran. Bersama penerbitan ulang buku Indonesia dalem Api dan Bara karangan Tjamboek Berdoeri (Kwee Thiam Tjing), yang menggambarkan keadaan di Malang dari tahun 1939 hingga 1947,[1] buku ini mengingatkan kembali kerumitan pengalaman komunitas Tionghoa di dua kota utama Jawa Timur; Malang dan Surabaya. Dan memang kajian-kajian lokal seperti inilah yang kita perlukan untuk memahami sejarah hubungan interaktif komunitas Tionghoa dengan komunitas lainnya di Hindia Belanda/Indonesia. Andjarwati dengan cermat dan teliti menggali berbagai sumber dalam literatur maupun ingatan seorang informan serta berita-berita surat kabar dan majalah masa itu, sehingga muncul suatu kisah yang hidup mengenai zaman awal republik kita dan peran golongan Tionghoa yang tidak kecil. Ini penting, karena stereotip di masyarakat, terutama setelah depolitisasi licik rezim Orde Baru sejak 1966, seakan mengatakan bahwa golongan Tionghoa, sebagaimana dicitrakan oleh mesin propaganda Orde Baru,[2] hanyalah sekumpulan oportunis yang menginginkan kekayaan tanpa prinsip dan tidak punya kepedulian apa pun terhadap masyarakat dan politik di sekitarnya. Banyak orang Tionghoa maupun lainnya di masyarakat kita saat ini hanya tahu stereotip itu, karena kajian-kajian mengenai masyarakat Tionghoa lokal kontemporer kurang sekali. Akibatnya pandangan mereka tentang posisi ketionghoaan dalam masyarakat cenderung sempit dan salah. Apalagi pandangan tentang sejarah ketionghoaan di masa lampau. Sesudah membaca buku ini kita akan makin yakin
[budaya_tionghua] taiji quan
Mohon tanya apakah ada diantara sobat sobat sebagai penggemar Yang style Taiji quan ?? saya perlu berdiskusi dengan sobat sobat, bila perlu sobat sobat dapat mengirim email ke [EMAIL PROTECTED] Salam Taiji .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Masyarakat Tionghoa di Surabaya
Bung Eddy, terimakasih atas koreksi.Tertinggal judul buku Komunitas Tionghoa di Surabaya (1910-1946), dan PhD Dede Oetomo memberikan kata Pengantar-nya, ... Kemudian di MESIASS juga ada resensi buku tsb. dari Achmad Sunjayadi, Kompas, 19 Februari 2005 Masyarakat Tionghoa di Surabaya Judul : Komunitas Tionghoa di Surabaya (1910-1946) Penulis : Andjarwati Noordjanah Penerbit : Messias, Semarang, 2004 Tebal : xviii + 140 halaman KOMUNITAS Tionghoa yang tersebar di Indonesia merupakan komunitas yang masing-masing memiliki ciri khas dan tentunya memiliki sejarah tersendiri. Bahkan, sejarawan Denys Lombard dalam Nusa Jawa: Silang Budaya, Jaringan Asia menuliskan satu bab khusus Warisan Cina mengenai masuknya komunitas ini ke Jawa. Komunitas Tionghoa tersebut dapat ditemui di hampir seluruh kota besar di Indonesia dengan variasi jumlah yang berbeda. Namun, tetap saja perlakuan terhadap mereka sampai sekarang masih terasa diskriminatif dan dalam benak penduduk pribumi masih tersimpan stereotip yang memang sengaja dibuat sejak berabad-abad silam. Pun sejarah mencatat, peristiwa-peristiwa politis yang terjadi di Nusantara, mulai di masa VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) 1740 hingga reformasi 1998 selalu menyeret kelompok komunitas ini sebagai korban. Salah satu kota besar tempat bermukim masyarakat Tionghoa di Indonesia adalah Surabaya, Jawa Timur. Surabaya merupakan salah satu kota penting di Jawa dan salah satu kota tertua di Indonesia. Di masa kolonial, kota ini berkembang dan menjadi salah satu kota modern. Tidaklah mengherankan jika dalam satu buku panduan wisata dari awal abad ke-20 disebutkan bahwa Surabaya sebagai pintu masuk di Jawa bagi para pelancong, di samping Batavia (Jakarta). Awal abad ke-20, Surabaya berkembang menjadi kota dagang yang besar dan ramai. Hal ini dapat dilihat dari beragamnya masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Dalam autobiografinya, Soekarno menyebutkan Surabaya adalah kota pelabuhan yang sibuk dan ribut, lebih menyerupai kota New York. Pelabuhannya baik dan menjadi pusat perdagangan yang aktif. Surabaya juga menjadi kota tempat perlombaan dagang yang kuat dari orang-orang Tionghoa yang cerdas, ditambah arus yang besar dari para pelaut dan pedagang yang membawa berita-berita dari segala penjuru dunia. Sebagai salah satu kelompok masyarakat yang datang dan menetap di Surabaya, jumlah orang Tionghoa semakin meningkat. Jika dibandingkan dengan kelompok imigran lain, Arab dan India, masyarakat Tionghoa menempati jumlah terbesar. Hal ini dapat dilihat dari data pada tahun 1920, penduduk Tionghoa di Surabaya berjumlah 18.020 orang, Arab 2.539 orang, dan kelompok etnis Timur Asing lainnya 165 orang. DIANGKAT dari skripsi di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, buku Komunitas Tionghoa Surabaya (1910-1946) membahas masyarakat Tionghoa di Surabaya di masa kolonial yang dikaitkan dengan adanya gejolak sosial pada golongan Tionghoa. Penulis mencoba mengaitkan gejolak sosial masyarakat Tionghoa dengan kebijakan politik penguasa selama tiga masa. Mulai dari pemerintah kolonial yang mengeluarkan peraturan yang membatasi gerak orang-orang Tionghoa seperti wijkenstelsel, passenstelsel, politierol (halaman 69-79), peraturan masa pada pendudukan Jepang yang memerintahkan kepada warga Tionghoa untuk menyediakan perempuan penghibur dari kalangan Tionghoa (halaman 89), hingga berpuncak pada pemogokan selama empat hari berturut-turut oleh pedagang dan pengusaha Tionghoa di Surabaya pada masa awal kemerdekaan 10-13 Januari 1946. Pemogokan ini merupakan protes atas tingkah laku sewenang-wenang dan kambing hitam yang didasarkan pada diskriminasi rasial dalam penyediaan barang keperluan sehari-hari tentara dan personel pemerintahan pendudukan Sekutu. Pembahasan mengenai pemogokan ini secara lugas dapat dilihat pada Bab 5 (halaman 103-118) yang menjelaskan faktor-faktor yang mendorong terjadinya peristiwa pemogokan tersebut. Hanya saja dalam buku ini ada kesalahan cetak, tahun 1949 seharusnya dicetak 1946 (halaman 103). Secara khusus masyarakat Tionghoa di Surabaya dalam buku ini dibahas pada Bab 3 yang memuat keragaman asal-usul yang terdiri atas berbagai suku bangsa, seperti Hokkian, Hakka, dan Teo-Chiu (halaman 37-41), perbedaan antara orang Tionghoa totok (singkeh) dan peranakan (halaman 41-45), ragam stratifikasi sosial (halaman 45-48), agama dan kepercayaan (halaman 48-50), organisasi-organisasi masyarakat Tionghoa (halaman 50-54), jenis-jenis pekerjaan (halaman 55-59), dan para pemimpin komunitas Tionghoa, seperti luitenant, kapitein, majoor (halaman 60-62). Peraturan diskriminatif pada warga Tionghoa sebenarnya dapat ditelusuri ke belakang dengan melihat peraturan-peraturan yang dibuat berabad-abad lalu. Dalam Regeringsreglement tahun 1854, masyarakat Hindia Belanda dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu Europeanen (golongan orang Eropa), Vreemde Oosterlingen (Timur Asing), dan Inlander
[budaya_tionghua] puisi MALAM LEBARAN
Sobron Aidit : M A L A M L E B A R A N Malam lebaran malam takbiran. Suara bedug gedebag - gedebug bag - bug - bag - bug beriringan bertalu-talu terdengar dari kampung sebelah-menyebelah dari kampung di kejauhan masuk menyelinap-dalam ke jiwa sanubariku. Suara takbiran - suara bedug gedebag - gedebug - bag - bug - bag - bug sura takbiran - suara azan menerangi jalan kehidupan. Akan diriku - kini dan nanti dirikukah yang terbuang? kampunghalamankukah yang hilang? dua-duanya tenggelam dan terbanting. Gelegak sedih awan gemawan sepi rasa luka yang perih kutelan - kutahan - dalam hati aku di kampunghalaman ibu kandungku sudah terlalu lama tidak peduli kepada anaknya yang hilang yang kini berhanyut-hanyut mendengarkan bedug berbunyi malam lebaran suara takbiran ada rasa sangat sulit buat diungkapkan,- Cibubur,- 23/24 Oktober 06,- - Want to be your own boss? Learn how on Yahoo! Small Business. [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] CATATAN LEPAS di HARI LEBARAN PERTAMA
Sobron Aidit : LALU-LINTAS di JAKARTA,- Tumben banget - sangat tumben - lalulintas di sebagain besar di Jakarta - sepi - lancar dan smooth. Rasanya aneh dan tumben. Jalanan di Jakarta pabila hari lebaran atau sehari sebelum lebaran - terasa sangat sepi - kosong - kayak orang merajuk lalu ngambek - pergi jauh Orang-orang sudah mudik. Dan Jakarta menjadi tempat kelaluan - tempat lewat orang-orang dari daratan Sumatra yang mau mudik ke Jawa - Jabar - Jateng dan Jatim. Ketika itulah numpleknya kesibukan dan kemacetan Jakarta. Teman dan keluarga kami dari daerah Depok mau ke Cibubur - yang biasanya pabila lancar - hanya 20 menit - ketika itu harus makan-waktu selama 6 jam!! Orang-orang dan lalulintas di Jakarta - di tengah perjalanan - pabila siang hari antara 10 juta dan pabila malam hari lalu menurun menjadi 6 juta. Pabila mengadakan perjanjian - rendez-vous di suatu tempat - haraplah punya perhitungan terlambat beberapa jam. Misalnya janji mau ketemu pada jam 11.00, sebaiknya berangkatlah pada jam 08.00 atau paling lambat pada jam 09.00. Dari Cibubur ke Jakarta Pusat - pada hari biasa yang selalu macet itu - biasanya 2 atau dua setengah jam baru akan sampai tujuan. RUMAH BANG MURAD Pada hari lebaran pertama - kami di rumah Murad di Depok II. Saya ingat di kampung ketika kami masih lengkap ketika di Belitung dulu. Anak-anaknya - mantunya - lalu cucunya lalu cicitnya ( anak dari para cucu ) - kumpul semua. Ada yang tidur bermalam di sana - bergelamparan di tengah rumah pakai tikar. Saya melihjatnya sangat bahagai dan senang. Murad antara kami adalah yang tertua dan dituakan - sesepuh. Dia sudah berusia 79 tahun. Tapi secara umurnya - dia cukup sehat - walaupun riwayat penyakitnya selalu akan mengejutkan orang. Sangat jarang orang yang diopname selama 6 a 7 tahun!! Tetapi Murad pernah diopname di RS Tjilendek - Bogor dan lalu di Tjisarua - selama 6 tahun terusmenerus - karena sakit tbc! Dan sepotong tulang iganya terpaksa harus dipotong karena paru-parunya lengket - ini terjadi antara tahun 1948 - 1954 - selama dia diopname di berbagai RumahSakit di Bogor dan Tjisarua puluhan tahun yang lalu itu. Dan pernah di penjara di Tanggerang dan akhirnya ke Pulau Buru - yang totaljenderal selama 13 tahun! Tapi dia sampai kini sehat dan kuat - walaupun sudah beberapa kali hampir saja.hilangdan tinggal nama. Tapi Murad memang hebat dalam bertahan - diam-diam dia adalah guru saya dan teladan saya buat mencontohnya. Betapa geli dan lucunya kemaren ini. Dia sudah lama menyiapkan uang buat cucu-cucu dan cicitnya. Bagi seorang cucu ada hadiah lebarannya sejumlah 5000 rupiah dan bagi cicitnya sebanyak 10.000 rupiah seorang! Bayangkan rombongan dan batalyon cucu dan cicitnya ini - ada belasan sampai puluhan orang. Sempat saya tanyakan - apakah dia mengenal masing-masing cucu dan cicitnya itu - siapa-siapa namanya dan anak siapanya. Katanya dia kenal semua,- tambah hebat dia di mata saya. Nah,- besok hari ketiga lebaran - ada lagi keluarga kami yang akan datang dari Belitung - Lampung dan Palembang. Karena rumah Murad sudah pasti tidak akan mampu menampung semuanya - maka akan dibagi dua. Di rumah Murad dan di rumah Poppy - anaknya yang bungsu. Rumah Poppy lebih besar dari rumah Murad. Kemaren sudah saya tuliskan - ada juga peranan saya dalam perkara ini. Melihat penayangan saya di MetroTV emision Kidd-Andy - lalu para keluarga yang beluum pernah melihat dan bertemu muka dengan saya - selama lebih setengah abad ini - lalu mereka datang mau bertemu saya. Sudah tentu saya sangat senang dan gembira. Dan saya harus siap mental - harus meninggikan rasa kesabaran - menahan diri - dan selalu senyum - terbuka - ramahtamah dengan jujur dan selalu ikhlas. Sedikit saja ada rasa atau terbayang awan-gelap dan muka berwajah bersegi enam sampai delapan - semua orang akan tahu - semuanya serba transparan. Saya sudah siap - semoga Tuhan menyertai saya - keluarga saya - keluargha kami yang begitu jauh datang dari Belitung - Lampung dan Palembang - mau ketemu saya dan mau ketemu kami dengan Murad - harus saya sambut hangat. Dalm beberapa hari ini - saya akan jadi orang alim- orang saleh dan anak baek-baek! -- Cibubur - Jakarat,- 25 Oktober 06,- Hari Lebaran Kedua,- - Want to be your own boss? Learn how on Yahoo! Small Business. [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ *
[budaya_tionghua] Re: Memang Hotel == Becky
Hallo Becky, Terimakasih atas informasi keberadaan Tionghoa Indonesia yang berada di Singapore. Begitu banyaknya, ya! Sebelumnya, hanya seratus-dua ratus saja Tionghoa-Inedonesia yang hijrah ke Singapore, ternyata gitu banyak sampai 18 ribu, ya! Lepas dari kebenarannya sampai dimana, saya berpendapat itu merupakan tamparan berat bagi Pemerintah RI, yang tidak berhasil mengayomi warga-nya untuk bertahan dan mengabdikan kehebatannya dinegeri ini. Dan, kenyataan mereka itulah yang berkiprah dan sangat menguntungkan perkembangan Singapore! Saya berpendapat, hendaknya kita bisa memperkenankan setiap orang yang hidup didunia ini mengambil pilihan mau hidup dimana, dimana mereka merasa lebih baik untuk hidup, bisa mengembangkan kemampuan dengan mendapatkan kehidupan yang lebih aman-tentram dan bahagia. Begitulah yang telah terjadi berabad-abad didunia ini, yang semula orang-orang yang melarikan diri keluarnegeri dikutuk sebagai penghianat bangsa, sekarang sudah menjadi sesuatu yang biasa. Tiongkok setelah merdeka ditahun 49, juga tetap menghadapi warganya mengungsi keluar-negeri mencari peruntungan diluar yang diperkirakan akan lebih baik. Ditahun-tahun 60-an sampai awal tahun 70, pihak penjajah Inggris yang berkeinginan menunjukkan kebobrokan pemerintah RRT, langsung memberikan permanent residen bagi penyelundup yang masuk HongKong. Pihak pemerintah RRT tertawa, bahkan menantang berapa banyak orang yang bisa kalian tampung akan kami lepas secara resmi, jadi tak usah menyelundup lagi?! Pemerintah koloni HK kewalahan, akhirnya menyetop pemberian PR pada penyelundup-penyelundup sejak tahun 72, dan, ... untuk membatasi lebih baik arus orang yang masuk HK, sepanjang perbatasan darat, dibangun pagar kawat berduri dan kedua belah pihak memberikan pengawasan ketat. Setelah RRT menjalankan politik pintu-terbuka, bahkan secara besar-besaran mengirim pelajar-pelajarnya untuk sekolah keluar-negeri, dari Amerika, Canada, Australia, beberapa negara Eropah sampai ke Jepang, ... Banyak yang tidak kembali, dan menempuh hidup barunya di negeri-negeri itu. Angka yang saya ketahui, sudah mencapai lebih 3 juta imigran baru dinegeri-negeri itu. Menjadi Huakiao baru dinegeri-negeri maju. Marah-kah pemerintah RRT menghadapi kenyataan ini dan menyalahkan orang-orang itu tidak patriot yang menjadikan negerinya sebagai Hotel? Tentu saja tidak! Pemerintah RRT menunjukkan kedewasaan dalam mengatur negara, mereka tidak memarahi apalagi mengutuk warga yang menetap diluar negeri, sebaliknya dibuat kebijaksanaan-kebijaksanaan Huakiao yang sangat simpatik, memelihara hubungan erat dengan mereka dan memberikan kesempatan bagi mereka-mereka Huakiao-baru itu untuk tetap menunjukkan kecintaan dengan mendukung pembangunan kampung-halamannya yang ditinggalkan itu, ... menciptakan syarat-syarat yang lebih baik untuk menyedot mereka kembali! Sudah nampak hasil dari kebijaksanaan tersebut, lupa saya berapa % modal-asing yang ditanamkan di Shenzhen itu modal Huakiao itu, pokoknya, tidak sedikit pengusaha-pengusaha berhasil bisa ikut menanamkan modalnya dalam usaha pembangunan ekonomi di RRT, tidak sedikit yang kembali menyumbangkan kemampuannya untuk ikut membangun kampung-halamannya yang dahulu sangat terbelakang dan, ... juga ahli-ahli muda yang semula menetap diluar-negeri juga tidak sedikit yang tersedot kembali ikut aktif dalam mengembangkan usaha di negerinya, baik di Beijing, Shanghai maupun Shenzhen. Terbalik dengan sikap Pemerintah RRT ini, nampaklah lebih jelas sikap Pemerintah RI, khususnya wapres JK itu, yang bisanya hanya menyudutkan komunitas Tionghoa, yang selalu dipandangnya sebagai warga pendatang. Bisanya hanya menyalahkan orang lain, Tidak sedikitpun merasa kekurangan dan kesalahan pemerintah RI yang tidak berhasil mengayomi setiap warganya, tidak mampun melindungi keamanan, keselamatan harta-jiwa sekelompok warga dari teror yang dihadapi. Salam, ChanCT - Original Message - From: BECKhoo To: tionghoa-net@yahoogroups.com Sent: Tuesday, 24 October, 2006 14:53 Subject: [t-net] Memang Hotel - Fw: Re: Jangan perlakukan Indonesia seperti Hotel, kata JK --- In tionghoa-net@yahoogroups.com, ChanCT [EMAIL PROTECTED] wrote: 2. Sebagai wapres yang berkwalitas, seharusnya mendata lebih dahulu ada berapa persen pengusaha yang hengkang, apakah sudah meliput mayoritas pengusaha Tionghoa sehingga boleh saja menyebutkan secara umum pengusaha Tionghoa sudah menjadikan negeri ini seperti Hotel, meninggalkannya begitu menghadapi kesulitan? Saya yakin, yang hengkang keluar negeri hanyalah seglintir saja dari begitu banyak pengusaha di Indonesia, dan itu lebih-lebih tidak pantas untuk menggebuk keseluruhan pengusaha Tionghoa, = Biar fair, anda juga harus menanyakan siapa saja 'Pengusaha Tionghoa' yang sedang ditemui oleh JK dalam acara tsb. FYI, berdasarkan research report dari Merril Lynch dan Capgemini, sepertiga dari orang kaya di