Re: Perhimi (Re: [budaya_tionghua] Ta Hsueh Hsueh Sheng Hui)
Saleh heng, Dibilang Nggak juga, ... ada betulnya juga sih. Kenyataannya juga begitu, tidak semua yang dukung bung Karno juga dihajar atau dimusnahkan. Bahkan juga yang sudah jelas tergolong tokoh PKI baik dipusat maupun didaerah. Tapi, juga tidak dapat disangkal, keadaan semrawut tahun-tahun 66-68 itu, apapun bisa terjadi. Lha, bukankah ada berita ketika itu, hanya karena persoalan cinta segi-tiga, hanya untuk menghilangkan saingan dagang atau masalah pribadi lainnya-pun, orang bisa gunakan tuduhan G30S, PKI untuk menghilangkan lawannya, ... juga terjadi anak-anak dibawah umur, gadis usia 14 tahun hanya karena kebetulan namanya sama dengan kader Gerwani yang dicari dikampung itu, gadis itu yang diciduk, dipenjarakan dan akhirnya bahkan ikut dalam barisan pembuangan ke pulau Buru. Sungguh satu dagelan yang sangat, sangat menyedihkan telah menimpa bangsa ini. Mudah-mudahan peristiwa mengerikan dan biadab semacam itu, tidak akan terjadi lagi kapan pun, terhadap siapapun dan siapapun yang berkuasa di negeri ini. Pemerintah yang berkuasa benar-benar bisa memperlakukan setiap warganya sebagai manusia yang patut disayangi, dilindungi dan dihormati, apapun kesalahan yang telah dilakukan. Berlakukanlah HUKUM seadil-adilnya terhadap setiap warga, buktikan kesalahan yang dituduhkan, dan jatuhi hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku, ... tidak main ciduk, main tangkap, main menghilangkan, main bunuh, ... Maaf Saleh-heng, kalau ditanya bagaimana hubungan PERHIMI dan BAPERKI secara organisasi, saya juga tidak bisa jelaskan. Tapi itulah yang saya ketahui di Jakarta, dan melihat kedekatan beberapa tokoh PERHIMI dengan tokoh Baperki. Dan itulah pernyataan banyak mahasiswa bahwa PERHIMI organisasi mahasiswanya BAPERKI, yang saya saya ketahui. Tentu bisa salah juga Saleh-heng. Kalau yang terjadi di Bandung beda, juga tidak aneh. Mungkin kebetulan tokoh Perhimi di Bandung lebih intim dengan tokoh CGMI saja, jadi nampaknya sejalan. Sedang massa anggotanya dibawah tidak. dan, ... hanya karena BAPERKI oleh Soeharto dicap onderbouw PKI, otomatis Perhimi juga nggak lolos termasuk organisasi yang dibubarkan. Itu saja. Salam, ChanCT - Original Message - From: Akhmad Bukhari Saleh To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, November 11, 2008 12:18 PM Subject: Re: Perhimi (Re: [budaya_tionghua] Ta Hsueh Hsueh Sheng Hui) - Original Message - From: ChanCT To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, November 11, 2008 10:52 AM Subject: Re: Perhimi (Re: [budaya_tionghua] Ta Hsueh Hsueh Sheng Hui) Ketika itu PERHIMI lebih banyak disebut sebagai organisasi mahasiswa-nya BAPERKI dan tidak ada hubungan apapun dengan PKI. Hanya karena termasuk yang kuat dukung Bung Karno saja, lalu dituduh juga sebagai onderbouw PKI. --- Nggak juga... Banyak pertimbangan detailnya yang lain. GMNI misalnya, yang jelas jauh lebih kuat dalam mendukung Bung Karno daripada Perhimi, nyatanya tidak dibubarkan. Lalu, sebetulnya bagaimana hubungan Perhimi dengan Baperki? Saya tidak melihat adanya nama-nama yang sama di antara aktivis kedua organisasi ketionghoaan tersebut. Tentu saja saya bisa salah, karena itu saya menanyakannya. Kalau kemitraan Perhimi dengan CGMI, waktu itu memang sangat kentara. Di tataran Bandung misalnya, tidak ada statement CGMI yang dikeluarkan tanpa co-signatori bersama Perhimi, dan sebaliknya. Saya sendiri waktu itu juga sampai heran, karena anggota Perhimi Bandung di grass root yang banyak saya kenal, sebetulnya tidak akrab dengan anggota CGMI. Jadi rupanya ada kesenjangan (gap) aspirasi antara anggota dan pimpinan Perhimi. Dan akhirnya seluruh warga menjadi korban. Kalau CGMI memang beda. Antara anggota dan pimpinan betul-betul solid beraspirasikan komunisme. Wasalam. -- Internal Virus Database is out of date. Checked by AVG - http://www.avg.com Version: 8.0.173 / Virus Database: 270.8.5/1757 - Release Date: 2008/10/30 $U$H 02:35
[budaya_tionghua] Jadilah suami-istri yang setia
Dari: yopie wahono Topik: Fwd: Jadilah suami istri yang setia Tanggal: Rabu, 5 November, 2008, 10:22 AM Regards, Suami-Istri : Ini ada kisah cinta sejati, sangat menyentuh, inspiring, such a fascinating story, selamat membaca: Seorang napi baru kabur dari penjara setelah dipenjara 15 tahun. Dalam perjalanan kabur, dia menemui sebuah rumah dan mendobrak masuk ke dalamnya untuk mencari uang dan senjata. Tetapi yang ditemukan hanya sepasang suami istri muda yang sedang tidur di atas ranjang. Napi itu memerintahkan sang suami turun dari ranjang dan mengikatnya dikursi. Kemudian sambil mengikat sang istri ke ranjang. Napi itu mencium leher sang istri, lalu bergegas ke kamar mandi. Sementara si napi berada di kamar mandi, sang suami berbisik ke istrinya: Ma, orang ini napi yang kabur dari penjara, lihat saja baju yg dipakai, dia mungkin sudah lama dipenjara belom pernah melihat wanita dalam waktu lama. Aku lihat bagaimana tadi dia mencium lehermu. Jika dia ingin berhubungan sex denganmu, jangan tolak, jangan mengeluh, lakukan sesuai keinginan dia, berikan kepuasan. Orang ini berbahaya, jika marah, dia bisa membunuh kita. Jadi bertahanlah sayang Aku mencintaimu Balas sang istri, Dia tidak mencium leherku. Tapi dia berbisik ke telingaku. menurutnya kamu sexy sekali bertanya apa kita ada krim di kamar mandi. Aku merasa dia homo. Bertahanlah sayang. Aku mencintaimu juga
RE: [budaya_tionghua] Pria suku khe
Maksudnya hubungan dng agama apa? Org jaman dulu klo merit kan jauh2, jadi otomatis lebih urusin keluarga cowo. Tp jmn skrg katanya dah terbalik deh, banyak yg ngomong mending punya anak cewe skrg, dah tua ada yg urusin, klo laki mah payah, ikut bini mlulu, yg diurusin cuma keluarga bini. Hehehehe Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Dewi Chandra [EMAIL PROTECTED] Date: Tue, 11 Nov 2008 12:38:10 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Pria suku khe Dear all, Rekan 2x, Thanks atas masukannya tentang pria suku khe Bagaimana, bila orang tuanya yang punya prinsip seperti itu?(kan agak susah yah mengubah pandangan orang 2x tua)?sampai mendiamkan menantunya ??? Apalagi bila orang tuanya punya pengaruh kuat pada anak laki2xnya, bahwa setelah kawin harus utamkan keluarga pihak co. Dan bagaimana pendapat rekan2x sekalian apa mungkin ini ada hubungannya dengan agama,kebanyakan kan masih ada yang khong hucu (KTP)? Rgds Dewi ___ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
Re: [budaya_tionghua] Pria suku khe
Didalam tradisi Tenglang, anak lelaki itu dianggap sebagai penerus marga, dan terutama untuk anak sulung pria, diutamakan membela keluarganya terlebih dahulu, malah kadang istri harus ikut aturan tersebut. Jadi tak usah heran bila menikah dengan pria Tenglang ada istilah masuk kekeluarga pria, dan hal ini syah syah saja, lha penerus marga masa harus menuruti kemauan istri yang bukan penerus marga. Itu sebabnya sebelum jatuh cinta harus sudah siap dengan risiko seperti ini. sur. - Original Message - From: Dewi Chandra Dear all, Rekan 2x, Thanks atas masukannya tentang pria suku khe Bagaimana, bila orang tuanya yang punya prinsip seperti itu?(kan agak susah yah mengubah pandangan orang 2x tua)?sampai mendiamkan menantunya ??? Apalagi bila orang tuanya punya pengaruh kuat pada anak laki2xnya, bahwa setelah kawin harus utamkan keluarga pihak co. Dan bagaimana pendapat rekan2x sekalian apa mungkin ini ada hubungannya dengan agama,kebanyakan kan masih ada yang khong hucu (KTP)? Rgds Dewi --
[budaya_tionghua] 人生十四最 (14 pedoman hidup)
Halo semuanya.. Baik-baik saja? Mau cerita nih, awal tahun ini sy ke surabaya, jalan-jalan keliling ke klub wushu untuk survei di hmm kalau tidak salah Delta Mas.. Di sasana sana ada ditempel kata-kata bijak (atau apa istilahnya?), yaitu 14 Pedoman Hidup Manusia, berupa kliping dari kertas berbahan koran. Menarik sekali buat saya, jadi saya foto, baru kemarin ketemu lagi fotonya. Nah kalimat-kalimat ini dari mana ya asalnya? Sastrawan? KHC? Tapi mungkin rasanya dari ajaran Buddha bukan? Karena sewaktu cari cara bacanya di kamus, ada yang dikategorikan masuk istilah ajaran Buddha. Nah ini saya ketik ulang, semoga tidak salah.. Apakah susunanya sudah pasti begini, saya tidak tahu.. Apakah terjemahannya benar? Saya cuma salin ulang lho.. Kecuali no 3 itu ada yg berbeda susunanya, dari sumber yang lain.. Mana yang benar? Apa sudah pernah tampil di milis? Maaf ya kalau sudah.. Oia sebenarnya mau tau juga apa hbungan tiap kalimat itu? misal kenapa kebodohan dipasangkan dengan menipu ya? Ups.. ini OOT gak? Salam.. Hendry 古天佑 -- [人生十四最] 14 Pedoman Hidup Manusia 14 Guidance of Human Life [1] 最大的敌人是自己 Musuh terutama manusia adalah diri sendiri Life's greatest enemy is ourself [2] 最大的失败是自大 Kegagalan terutama manusia adalah kesombongan Life's greatest failure is arrogant [3] 最大的无知是欺骗 ( / 人生最大的欺騙是無智 ?) Kebodohan terutama manusia adalah sifat menipu Life's greatest ignorance is dupe [4] 最大的悲哀是嫉妒 Kesedihan terutama manusia adalah rasa iri hati Life's greatest sorrow is jealousy [5] 最大的错误是自弃 Kesalahan terutama manusia adalah campak diri Life's greatest erroneous is self-abandon [6] 最可佩服的是精进 Sifat manusia yang paling terpuji adalah semangat perjuangan untuk peningkatan Life's greatest admiration is choice of advancing [7] 最大的欣慰是布施 Ketentraman dan kedamaian terutama manusia adalah suka berdana dan beramal Life's greatest gratification is alms [8] 最大的财富是建康 Harta terutama manusia adalah kesehatan Life's greatest wealth is healthiness [9] 最大的礼物是宽恕 Hadiah terutama manusia adalah lapang dada dan mau memaafkan Life's greatest gift is forgiveness [10] 最可怜的性情是自卑 Sifat manusia terkasihan adalah rasa rendah diri Life's greatest pitiable disposotion is self-abased [11] 最大的罪過自欺欺人 Dosa terutama manusia adalah menipu diri dan orang lain Life's greatest sin is to deceive oneself [12] 最大的債務是人情債 Hutang terbesar manusia adalah hutang budi Life's greatest liabilities is a debt of human sympathy [13] 最大的欠缺是悲智 Kekurangan terbesar manusia adalah sifat berkeluh kesah dan tidak memiliki kebijaksanaan Life's greatest imperfection is melancholy wisdom [14] 最大的破產是絕望 Kehancuran terbesar manusia adalah rasa putus asa Life's greatest insolvent is despair --
Re: [budaya_tionghua] OOT Urgently Required : Mandarin Teacher
Kelihatan saya memenuhi syarat untuk melamar, kecuali untuk kriteria umur. Karena umur saya di atas 45 th dan dibawah umur 50 th. Jadinya ga bisa lamar padahal lagi butuh kerjaan. Kenapa untuk kriteria Guru Mandarin aja harus cari daun muda? Apakah penampilan sebegitu pentingnya sampai Guru yang berusia malang seperti saya ini tdk bisa melamar ? Apakah yang dijual di situ adalah ilmu atau tampang? Salam, Calon Guru Xin Hua yang ditolak karena masalah umur On Tue, Nov 11, 2008 at 1:56 PM, andriani_tanuwijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Xin Hua Mandarin Course needs Mandarin Teacher with the following qualifications: • Min. Diploma or Bachelor • Age below 35 years old • Love teaching children • Good spoken and written Mandarin • Fresh Graduates are welcomed to apply • Full Time and Part Time positions available Please send your application letter, CV, and latest photograph to : Xin Hua Mandarin Course Jl. Danau Sunter Barat Blok A4 / 11 Jakarta Utara 14350 Or [EMAIL PROTECTED] andriani%40bcbeducation.com
[budaya_tionghua] OOT Urgently Required : Mandarin Teacher
Xin Hua Mandarin Course needs Mandarin Teacher with the following qualifications: Min. Diploma or Bachelor Age below 35 years old Love teaching children Good spoken and written Mandarin Fresh Graduates are welcomed to apply Full Time and Part Time positions available Please send your application letter, CV, and latest photograph to : Xin Hua Mandarin Course Jl. Danau Sunter Barat Blok A4 / 11 Jakarta Utara 14350 Or [EMAIL PROTECTED]
RE: [budaya_tionghua] Pria suku khe
Kalau menurut pendapat saya itu tergantung pada prinsip anak ybs. Ada teman saya, ia anak laki-laki satu-satunya tetapi ia mengutamakan keluarganya. Mamanya tinggal sendirian di rumahnya, sedangkan anak satu-satunya tinggal terpisah dari mamanya. Ia tinggal cukup jauh. Apakah mamanya komplain? Tidak juga karena anaknya tegas, tinggal terpisah dari mamanya. Itu prinsip yang harus ditanamkan. Anak yang sudah menikah harus tinggal terpisah dari orang tua. Mengapa? Karena kita sudah dewasa berani menikah, berarti berani mandiri tanpa tergantung pada orang tua. Orang tua juga harus ingat anak itu bukan investasi kita di hari tua. Anak itu hanya titipan Tuhan, ia akan menjadi orang tua bukan anak-anak lagi yang harus kita dikte atau kita lindungi hingga kita meninggal. Jadi kembali lagi ke prinsip anak ybs. Kita tidak boleh mendikte prinsip mana yang benar. Sekarang sudah jaman modern. Rgds, Lim Wiss _ From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of gsuryana Sent: Tuesday, November 11, 2008 11:17 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Pria suku khe Didalam tradisi Tenglang, anak lelaki itu dianggap sebagai penerus marga, dan terutama untuk anak sulung pria, diutamakan membela keluarganya terlebih dahulu, malah kadang istri harus ikut aturan tersebut. Jadi tak usah heran bila menikah dengan pria Tenglang ada istilah masuk kekeluarga pria, dan hal ini syah syah saja, lha penerus marga masa harus menuruti kemauan istri yang bukan penerus marga. Itu sebabnya sebelum jatuh cinta harus sudah siap dengan risiko seperti ini. sur. - Original Message - From: Dewi Chandra mailto:[EMAIL PROTECTED] Dear all, Rekan 2x, Thanks atas masukannya tentang pria suku khe Bagaimana, bila orang tuanya yang punya prinsip seperti itu?(kan agak susah yah mengubah pandangan orang 2x tua)?sampai mendiamkan menantunya ??? Apalagi bila orang tuanya punya pengaruh kuat pada anak laki2xnya, bahwa setelah kawin harus utamkan keluarga pihak co. Dan bagaimana pendapat rekan2x sekalian apa mungkin ini ada hubungannya dengan agama,kebanyakan kan masih ada yang khong hucu (KTP)? Rgds Dewi _
Re: [budaya_tionghua] NGURUS PASPORT DIPERSULIT???
Hehe Bung Awen, begitulah mental imigrasi. Saya sudah pakai paspor biru berulang kali (sewaktu dinas di Departemen Pertanian), waktu ngurus paspor hijau sendiri juga dipersulit diminta menunjukkan ijazah asli segala. Sedihnya memang mereka cari duit, jadi yang ngurus sendiri akan diminta macem-macem hingga malas dan ngurus di calo lalu mereka dapat bagian. Di Warung Buncit sudah jadi rahasia umum kalau ngurus mau cepat pakai uang ce tiauw untuk SQ (super kilat) yang jadi satu hari. Jadi pemberantasan KPK baru sampai atas saja, yang bawah blon tersentuh dan masih merajalela. Tetapi tabah saja, kalau dibantah mereka biasanya ngeper dan lalu ngasih jalan kok, cuman ya agak lama. Salam, Tan Lookay
RE: [budaya_tionghua] Pria suku khe
Setahu saya sedari dulu memang terserah si anak mau peduli ke keluarga dia sendiri atau keluarga istri. Yang berbeda adalah pandangan sosial dari masyarakatnya (termasuk keluarga si co dan ce). Jadi sekilas saja sikap peduli yang mana seharusnya gak tergantung sekarang sudah modern atau masih jaman kuno, tergantung si anak mau ikut stream atau nggak. Baik buruk aja relatif kok. Tapi konsekuensinya, pasti ada setiap pilihan, dan harus ditanggung si anak, kan udah gede n gak diatur orangtuanya lagi. Nah keputusan si anak itu bagaimana, ya tergantung gimana si orangtuanya ngedidik. Saya sendiri diceritain kok oleh Papa sy, kalo Tionghoa tu garis keluarganya diturunkan melalui garis lelaki. Sistem marga dan suku juga. Jadi wajar aja kalau lelaki cenderung ke keluarganya. Nah setau saya si anak tetep harus dekat sama keluarga mamanya. Lalu kalau menurut hemat saya.. (Kalau gak ya gpp boros lah..) Dulu kita tergantung orang tua, ntar suatu saat orang tua akan sebenarnya tergantung pada kita, walaupun dia gak ngomong. Mau tanya boleh yah.. Kalau anak laki-laki yang tinggal jauh dari mamanya, maksudnya mengutamakan keluarga itu keluarga secara keseluruhan atau keluarga yang dibentuknya sendiri? --- On Wed, 11/12/08, Lim Wiss [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Lim Wiss [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [budaya_tionghua] Pria suku khe To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, November 12, 2008, 8:34 AM Kalau menurut pendapat saya itu tergantung pada prinsip anak ybs. Ada teman saya, ia anak laki-laki satu-satunya tetapi ia mengutamakan keluarganya. Mamanya tinggal sendirian di rumahnya, sedangkan anak satu-satunya tinggal terpisah dari mamanya. Ia tinggal cukup jauh. Apakah mamanya komplain? Tidak juga karena anaknya tegas, tinggal terpisah dari mamanya. Itu prinsip yang harus ditanamkan. Anak yang sudah menikah harus tinggal terpisah dari orang tua. Mengapa? Karena kita sudah dewasa berani menikah, berarti berani mandiri tanpa tergantung pada orang tua. Orang tua juga harus ingat anak itu bukan investasi kita di hari tua. Anak itu hanya titipan Tuhan, ia akan menjadi orang tua bukan anak-anak lagi yang harus kita dikte atau kita lindungi hingga kita meninggal. Jadi kembali lagi ke prinsip anak ybs. Kita tidak boleh mendikte prinsip mana yang benar. Sekarang sudah jaman modern. Rgds, Lim Wiss From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto: budaya_tionghua@ yahoogroups. com ] On Behalf Of gsuryana Sent: Tuesday, November 11, 2008 11:17 PM To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: [budaya_tionghua] Pria suku khe Didalam tradisi Tenglang, anak lelaki itu dianggap sebagai penerus marga, dan terutama untuk anak sulung pria, diutamakan membela keluarganya terlebih dahulu, malah kadang istri harus ikut aturan tersebut. Jadi tak usah heran bila menikah dengan pria Tenglang ada istilah masuk kekeluarga pria, dan hal ini syah syah saja, lha penerus marga masa harus menuruti kemauan istri yang bukan penerus marga. Itu sebabnya sebelum jatuh cinta harus sudah siap dengan risiko seperti ini. sur. - Original Message - From: Dewi Chandra Dear all, Rekan 2x, Thanks atas masukannya tentang pria suku khe Bagaimana, bila orang tuanya yang punya prinsip seperti itu?( kan agak susah yah mengubah pandangan orang 2x tua)?sampai mendiamkan menantunya ??? Apalagi bila orang tuanya punya pengaruh kuat pada anak laki2xnya, bahwa setelah kawin harus utamkan keluarga pihak co. Dan bagaimana pendapat rekan2x sekalian apa mungkin ini ada hubungannya dengan agama,kebanyakan kan masih ada yang khong hucu (KTP)? Rgds Dewi
Re: [budaya_tionghua] Pria suku khe
Betul juga Lim Wiss, segalanya berpulang pada anak bersangkutan bagaimana memperlakukan keluarga, atau khususnya orang-tuanya sendiri. Berdasarkan tradisi TIonghoa yang sejak kecil diajarkan, harus berbakti pada orang-tua, mengabdi pada orang tua, barangkali lebih berat diikuti oleh suku Khe, tentunya sikap tidak lagi peduli dan perhatikan keluarganya, dianggap anak yang put hao. Tentu setelah dunia memasuki jaman modern, anak-anak setelah dewasa menempuh jalan hidupnya sendiri. Ini sudah pasti. Syukur kalau anak itu bisa dapatkan kerja cocok, mendapatkan hari-depan yang baik untuk tetap hidup disekitar orang-tuanya. Tapi, sekalipun harus menempuh hidup ditempat jauh, bagaimanapun juga harus peduli dan memberi perhatian pada orang-tuanya, dong. Apalagi seperti ibu sudah harus tinggal sendirian dan dia anak satu-satunya. Seandainya keadaan ekonomi cukup kuat dan bersyarat untuk menampung ibunya, kenapa tidak diajak ibunya tinggal bersama, misalnya? Saya ada seorang teman sekerja dari suku Hokkian, keadaan ekonomi yang bisa dikatakan pas-pasan sebetulnya, tapi dia tidak hanya bersedia menampung ibunya sendiri dirumah, tapi juga kemudian ikut menampung ibu mertua yang juga harus hidup sendirian. Jadi dirumah yang begitu kecil di HK, harus ditinggali 6 orang, ... terpaksa putranya yang ngalah disuruh tidur diruang tamu saja. Saya terkagum deengan semangat pengabdian pada orang tua sobat ini, dan tentu kebetulan istrinya juga siap melayani orang-tuanya yang sudah agak-agak sulit gerak-nya, yang sudah lebih 85-an. Padahal ibunya sendiri yang lebih muda dan kuat, juga bisa berikan solidaritas ikut memberikan dukungan dan perhatian. Sundgguh kehangatan keluarga yang sangat menggembirakan semua pihak, ... lebih-lebih setelah sobat saya itu beberapa tahun ini juga tenggelam dalam kehidupan pensiun dan tugas menunjang kebutuhan ekonomi keluarga jatuh pada putra dan putrinya yang sudah keluar kerja. Melihat suasana kehangatan keluarga kedua anaknya juga dengan senang hati ikut memberikan tunjangan kelangsungan hidup orang-tuanya. Inilah teladan baik dari tradisi Tionghoa yang patut diteruskan oleh anak-cucu kita. Sebaliknya juga ada contoh lain yang menyedihkan, kejadian di minggu yl. seorang sahabat HKSIS asal Surabaya, usia 78 juga sudah tinggal sendirian, ... putranya 2, yang besar di AS dan yang ke-2 di HK tidak bisa tinggal bersama sekalipun istrinya sudah meninggal beberapa tahun yl. Pekerjaan putranya itu jauh di Tun-Mun dan penghasilannya juga kurang baik untuk menampung orang tuanya, disamping itu istrinya yang tidak setuju terima orang-tuanya. Nah, kasihanlah orang tua satu ini sendirian. Kena strok terjatuh dekamar-mandi, tidak bisa bangun lagi, kebetulan malam itu anaknya tilpon tidak pernah ada yang terima. Esok paginya diperlukan kerumah orang tuanya dulu, diketok pintunya tidak ada yang nyahut dengan pintu terkunci dari dalam. Akhirnya dia dobrak pintu dan kaget melihat orang tuanya terbaring dilantai, sekalipun masih sadar tapi tidak bisa bicara dengan sekujur badan basah kena kencing dan beraknya sendiri, ... Begitunya semalam suntuk orang-tua ini berbaring dilantai dan sekarang harus berbaring di RS dalam keadaan lumpuh. Lambat sedikit, orang tuanya ini bisa membusuk mati tidak ada orang yang tau, ... Tentu, dari pendangan orang-tua sendiri tetap harus berprinsip, jangan sampai kehidupannya itu membebani anak-anak, apalagi sampai mempengaruhi hari-depan anaknya. Sebagai orang-tua yang baik, harus berani berkorban untuk membuka jalan sebaik-baiknya bagi hari depan anaknya, memberikan kesempatan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi anaknya yang berkembang dan itulah susah-payah dengan segala pengorbanan yang telah dilakukan orang-tua pada anaknya. Nah, disaat anak-anak sudah dewasa jadi orang, sudah selayaknya tetap memberikan kepedulian dan perhatian sebesar-besarnya pada orang-tuanya. Tentu sedapat mungkin, dan sebaik mungkin yang bisa diberikan. Ini namanya timbal balik, tanpa harus dituntut apalagi didikte. Semua berjalan sewajarnya dan atas dasar kesadaran dan sukarela. Barangkali disinilah beda pendidikan barat dan timur, khususnya tradisi Tionghoa, ya? Yah, sampai sekarang saya belum pernah kenal Tuhan, ... tidak mengerti apakah anak itu hanya titipan Tuhan, bahkan bisa tumbuh dewasa jadi manusia diluar perawatan orang-tuanya sendiri. Dan oleh karenanya tidak perlu lagi memberikan peduli dan perhatian pada orang tua yang membesarkannya dengan penuh kasih sayang? Kalau memang begitu, lebih baik tidak melahirkan anak macam ini. Amit-amit kedua anak saya tidak bersikap begitu terhadap saya. Sekalipun saya sampai saat ini yakin, dengan memperhatikan gaya-hidup sederhana saya bisa hidup tetap sehat dan tidak usah memnggandoli apalagi sampai memeebani anak-anak. Saya akan tetap hidup mandiri, tetap sehat sampai ajal tiba. Salam, ChanCT - Original Message - From: Lim Wiss To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent:
RE: [budaya_tionghua] Pria suku khe
Sdr. Chan, Memang seharusnya spt itu. Tetapi yang Lim Wiss lihat dalam kehidupan sehari-hari cenderung anak laki-laki dituntut memperhatikan membela keluarga laki-laki. Wanita yang sudah menikah, harus memperhatikan keluarga laki-laki pula. Ini yang Lim Wiss rasa tidak adil dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana jika dalam keluarga wanita, orang tua tidak memiliki anak laki-laki apakah harus tinggal sendirian tanpa diperhatikan oleh anaknya atau mantunya? Jika demikian halnya tentu kasihan sekali orang tua yang tidak memiliki anak laki-laki, bukan? Bagaimana pula anaknya yang tinggal di Jakarta, sementara orang tuanya masih tinggal di daerah? Kadang yang membuat Lim Wiss semakin merasa ketidakadilan dimana orang tua menuntut anak laki-laki tinggal bareng dengan mereka tetapi anak perempuannya diminta tinggal terpisah dari mertua. Termasuk perhatian orang tua, dimana anak laki-laki mantu diminta membela keluarga laki-laki tetapi anak perempuan suami juga harus membela keluarga perempuan. Kok jadi mau menang sendiri :-) Jika orang tua sudah tidak adil terhadap anak mantu, bagaimana anak mantu bisa memperlakukan orang tua dengan adil? Ingat kita semua manusia memiliki perasaan. Apa yang kita perlakukan terhadap anak, anak bisa menilai akhirnya saat orang tua sudah tua tidak sadar anak akan memperlakukan kita sama spt apa yang kita perlakukan pada mereka saat mereka menjadi anak. Mengapa menurut Lim Wiss anak itu titipan Tuhan, mungkin istilah lain adalah jodoh. Ada anak yang hanya lahir lewat kita tetapi meninggal sewaktu masih bayi atau remaja. Itu disebabkan jodoh kita sebagai orang tua terhadap anak bisa habis masanya. Ada kejadian dimana bayi yang baru lahir, esoknya meninggal. Seminggu kemudian bayi tsb lahir di keluarga lain. Saat ibunya melihat bayi tsb, ia ingin memungut anak tsb tetapi dilarang oleh keluarganya karena ia tidak ada jodoh terhadap bayi tersebut. Rgds, Lim Wiss _ From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ChanCT Sent: Wednesday, November 12, 2008 11:00 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Pria suku khe Betul juga Lim Wiss, segalanya berpulang pada anak bersangkutan bagaimana memperlakukan keluarga, atau khususnya orang-tuanya sendiri. Berdasarkan tradisi TIonghoa yang sejak kecil diajarkan, harus berbakti pada orang-tua, mengabdi pada orang tua, barangkali lebih berat diikuti oleh suku Khe, tentunya sikap tidak lagi peduli dan perhatikan keluarganya, dianggap anak yang put hao. Tentu setelah dunia memasuki jaman modern, anak-anak setelah dewasa menempuh jalan hidupnya sendiri. Ini sudah pasti. Syukur kalau anak itu bisa dapatkan kerja cocok, mendapatkan hari-depan yang baik untuk tetap hidup disekitar orang-tuanya. Tapi, sekalipun harus menempuh hidup ditempat jauh, bagaimanapun juga harus peduli dan memberi perhatian pada orang-tuanya, dong. Apalagi seperti ibu sudah harus tinggal sendirian dan dia anak satu-satunya. Seandainya keadaan ekonomi cukup kuat dan bersyarat untuk menampung ibunya, kenapa tidak diajak ibunya tinggal bersama, misalnya? Saya ada seorang teman sekerja dari suku Hokkian, keadaan ekonomi yang bisa dikatakan pas-pasan sebetulnya, tapi dia tidak hanya bersedia menampung ibunya sendiri dirumah, tapi juga kemudian ikut menampung ibu mertua yang juga harus hidup sendirian. Jadi dirumah yang begitu kecil di HK, harus ditinggali 6 orang, ... terpaksa putranya yang ngalah disuruh tidur diruang tamu saja. Saya terkagum deengan semangat pengabdian pada orang tua sobat ini, dan tentu kebetulan istrinya juga siap melayani orang-tuanya yang sudah agak-agak sulit gerak-nya, yang sudah lebih 85-an. Padahal ibunya sendiri yang lebih muda dan kuat, juga bisa berikan solidaritas ikut memberikan dukungan dan perhatian. Sundgguh kehangatan keluarga yang sangat menggembirakan semua pihak, ... lebih-lebih setelah sobat saya itu beberapa tahun ini juga tenggelam dalam kehidupan pensiun dan tugas menunjang kebutuhan ekonomi keluarga jatuh pada putra dan putrinya yang sudah keluar kerja. Melihat suasana kehangatan keluarga kedua anaknya juga dengan senang hati ikut memberikan tunjangan kelangsungan hidup orang-tuanya. Inilah teladan baik dari tradisi Tionghoa yang patut diteruskan oleh anak-cucu kita. Sebaliknya juga ada contoh lain yang menyedihkan, kejadian di minggu yl. seorang sahabat HKSIS asal Surabaya, usia 78 juga sudah tinggal sendirian, ... putranya 2, yang besar di AS dan yang ke-2 di HK tidak bisa tinggal bersama sekalipun istrinya sudah meninggal beberapa tahun yl. Pekerjaan putranya itu jauh di Tun-Mun dan penghasilannya juga kurang baik untuk menampung orang tuanya, disamping itu istrinya yang tidak setuju terima orang-tuanya. Nah, kasihanlah orang tua satu ini sendirian. Kena strok terjatuh dekamar-mandi, tidak bisa bangun lagi, kebetulan malam itu anaknya tilpon tidak pernah ada yang terima. Esok paginya diperlukan kerumah orang
[budaya_tionghua] Kabar Baik: RUU Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis Disahkan oleh DPR
DPR Sahkan RUU Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis sumber : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=212580 JAKARTA (Suara Karya): Rapat Paripurna DPR di Jakarta, Selasa (28/10), mengesahkan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Diharapkan dengan disahkannya undang-undang ini tidak ada lagi diskriminasi ras dan etnis di Indonesia. Dalam Rapat Paripurna DPR yang dipimpin Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar, Ketua Pansus Rancangan Undang-Undang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis DPR Murdaya Poo menjelaskan, Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Indonesia juga telah meratifikasi konvensi internasional tentang penghapusan terhadap segala bentuk diskriminasi rasial dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan International Convention on The Elimination of All Forms of Racial Discrimination 1965 atau penghapusan terhadap segala bentuk diskriminasi rasial. Dengan meratifikasi konvensi tersebut, maka secara de facto dan de jure, Indonesia menjadi negara yang secara resmi mengikatkan diri terhadap isi konvensi tersebut, ujar Murdaya. Ia menambahkan bahwa Undang-Undang tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis pada hakikatnya merupakan manifestasi dari keseriusan DPR dalam melaksanakan pembangunan hukum nasional melalui pembentukan undang-undang baru. RUU ini juga merupakan usul inisiatif DPR. Ketentuan Pidana Murdaya Poo menjelaskan pembahasan RUU ini sempat terhenti selama satu tahun di tingkat panitia kerja (panja). Terhentinya pembahasan tersebut karena tidak ditemukannya kesepakatan mengenai bab ketentuan pidana. Buntunya pembahasan mengenai ketentuan pidana disebabkan belum adanya kesepakatan terhadap penggunaan pidana minimum khusus kepada pelaku tindak pidana diskriminasi ras dan etnis, kata anggota Fraksi PDIP ini. Pidana minimum khusus hanya diberikan terhadap kejahatan serius yang menimbulkan efek dan dampak kerugian yang luar biasa dalam masyarakat seperti tindak pidana terorisme, penyalahgunaan narkotika, dan tindak pidana pencucian uang. Panja akhirnya dapat menyepakati pemidanaan bagi pelaku tindak pidana diskriminasi ras dan etnis bukan termasuk pidana minimum khusus. Hanya saja untuk memberikan efek jera dan juga dalam upaya preventif, pemidanaan terhadap pelaku diskriminasi ras dan etnis disesuaikan dengan ketentuan KUHP, dengan ditambah pemberatan sepertiga kepada pelakunya, katanya. (Victor AS)