[budaya_tionghua] Re: Kursus Shufa (Kaligrafi Tionghoa)
Kurang jelas kalau di Bali. Tapi di sana ada Made Wianta yang seniman grafis itu. Dia juga pernah mendalami kaligrafi di Jepang. Tapi entah kalau dia mengajar atau tidak. Salam, Erik \ -- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Narpati Pradana kunder...@... wrote: Maaf.. numpang nanya, kalau kegiatan sejenis di Denpasar atau sekitarnya, ada, gak? \ -- 2010/7/7 Erik rsn...@... Dikabarkan kepada para penggemar Shufa (Kaligrafi Tionghoa) bahwa atas parkarsa beberapa orang kaligrafer senior segera akan diadakan kegiatan belajar-mengajar Shufa (kaligrafi Tionghoa) yang akan dimulai pada bulan Agustus 2010 mendatang. Adapun kegiatan yang mengambil tempat di daerah Pluit/Muara karang Jakarta itu diselenggarakan dalam : F o r m a t : Kelas (minimal 10 orang) W a k t u : Satu kali seminggu (3 jam tiap kali) -- jadual lengkap menyusul -- B i a y a : Rp.400.000,- (Empatratusriburupiah) sebulan M a t e r i : Pengenalan alat tulis shufa, cara memegang koas yang benar serta latihan bentuk/jenis shufa dasar seperti Kaishu (楷书) dan Lishu (隶书). Instruktur : Kaligrafer kondang dari Jakarta dan Medan Bagi penggemar yang berminat dapat menghubungi alamat di bawah ini : 1. Bpk. Ardian : HP 0808654 (ardia...@...) 2. Saya sendiri (Erik) : Hp 0811167765 (rsn...@...) Salam,. Erik
Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
Sebenarnya pandangan bahwa Indonesia harus seragam kan diciptakan oleh Suharto. Saya tahu ada cukup banyak orang yang malu menjadi orang Chinese, selalu menjelek-jelekkan orang Chinese dan lebih memilih untuk menikah dengan siapa pun asal tidak Chinese. Nah itu yang dimaui Suharto, mungkin maksudnya ingin seperti Hitler, genocide, cuma dengan cara yang jauh lebih terhormat. Asimilasi (dalam pengertian menikah dengan penduduk setempat) kan juga didengung-dengungkan oleh Suharto. Alasannya bisa saja rasa iri karena orang Chinese yang ada di Indonesia selalu lebih berhasil di bidang apa pun yang digelutinya (makanya kan dulu orang Chinese tidak boleh jadi pegawai negeri, jadi tentara, mau masuk sekolah negri aja susahnya minta ampujn, yang boleh cuma bisnis. Dan sekarang lihat, begitu jadi kepala daerah langsung daerahnya jadi daerah unggulan), atau juga alasan yang lebih mulia, yaitu ingin memperbaiki keturunan Indonesia, supaya ga bodo-bodo amat. Saya rasa, tugas kita - yang sudah jadi orang tua dan yang akan jadi orang tua - untuk menanamkan kepada anak-anak kita bahwa perbedaan akan selalu ada tetapi tidak usah dibesar-besarkan (ketika anak saya masih kecil, saya tidak pernah mengajarkan istilah pribumi dan nonpri tetapi setelah remaja dia melihat sendiri mengapa teman yang ini kok tingkah lakunya seperti ini tetapi yang itu kok tidak, nah di situ saya baru mengajarkan mengapa ada perbedaan), karena kalau kita doktrin dari kecil maka anak-anak akan menjadi fanatik banget dengan ke-Chinese-annya sehingga mungkin akan menimbulkan gesekan-gesekan ketika mereka sudah dewasa. Bagaimana pun kita harus mengakui bahwa kita lahir, makan dan mungkin mati pun di sini, jadi istilah 'di mana kaki berpijak di situ langit dijunjung' itu memang harus diterapkan. Kalau kita selalu merasa lebih tinggi, lebih hebat, lebih ini dan lebih itu, masalah pri-nonpri tidak akan pernah selesai. Kita akan selalu jadi sasaran tembak terus dan akan jadi kambing hitam setiap ada kerusuhan, tak perduli apa dan siapa penyebabnya. Coba lihat pada hampir setiap kasus korupsi, di belakangnya ada Chinesenya atau dihubung-hubungkan dengan ke Chinese-annya (saya ingat ketika kasus Gayus baru ketahuan, wartawan TVOne itu jelas-jelas menanyakan Andi Kosasih itu orang apa?) Bukan sepenuhnya salah kita memang. Ini juga kan produk Suharto ditambah dengan sifat kebanyakan orang Indonesian Chinese yang pragmatis, pengen cepet dan gampang bayar mahal dikit cincai lah .. Mungkin kita harus banyak belajar dari Amerika, yang luas wilayahnya ga beda jauh dengan Indonesia. Meskipun dalam banyak hal berbeda, maksud saya di Amerika itu kan malah pribuminya kalah, orang Indian malah lebih mengenaskan daripada orang Negro, tetapi pada akhirnya mereka juga mengakui bahwa negara akan lebih berjaya kalau mau merangkul semua rakyatnya, buktinya mereka memilih Obama. Siapa tahu suatu saat nanti kita juga bisa seperti Obama. Semua itu tergantung dari sikap kita, apakah kita mau bersikap seperti Kwik Kian Gie atau seperti Anggodo. Apakah kita harus menunggu sampai 200 tahun untuk menjadi Obama? Pilihan itu kan ada di tangan kita sendiri. Maaf banget lho ya, terutama kepada ahli-ahli budaya, saya ini bukan siapa-siapa dan ga tau apa-apa, cuma kebetulan aja ada yang menyinggung masalah perbedaan itu, makanya saya ikutan nimbrung. Saya cuma pengen hidup damai aja . apa pun perbedaannya .. From: Erik rsn...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wed, July 7, 2010 4:27:40 AM Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Oh, ga begitu Ken, bukan mau menyamakan!! Budaya Tionghoa memang beda dengan budaya suku-suku lain, tapi budaya Tionghoa harus membumi di tanah Katulistiwa ini. Walau awalnya pendatang, tapi Tionghoa harus bisa membumi dimana pun ia menginjakkan kakinya. Lihatlah contohnya Singapura, Tionghoa di sana mayoritas loh, dan budaya Tionghoa pun dominan serta menjadi tuan rumah di sana. Salam, Erik - - - - - - - -- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Azura-Mazda Extrim_bluesky@ ... wrote: Lho...da ge Eric, kebudayaan Tionghoa memang pendatang. kan bukan pribumi spt Jawa, Sunda, Batak, Dayak dsb. Memangnya kenapa kalo Tionghoa itu disebut pendatang? disebut Non-Pri? memang bukan pribumi kok. Itu temen da ge Eric mau dipersamakan ya? Why? segitu takutnya dengan perbedaan ya? Jadi menyama-nyamakan diri dengan pribumi? Tionghoa jelas berbeda dgn pribumi sebagaimana kebudayaan Acheh berbeda dengan Jawa atau Papua. So what?
Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
Wahai Bang Ken-ken Dah lama gak ngobrol Menurut gue, Tionghoa itu justru pribumi! Se-pribumi-pribumi-nya! Asli! Semua adalah pendatang Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dulunya kosong. Menurut sejarah SMP, itu datangnya dari Yunan Selatan. Kalo gak salah. Mohon koreksinya. Jadi semua pendatang. Lalu Indonesia? Indonesia bukanlah berasal dari sebuah kerajaan, atau apapun itu. Indonesia itu mulai dari nol. Dari sebuah kekosongan, lalu blub, berkat proklamasi maka lahirlah Indonesia. Siapa saja rakyat Indonesia? Saat itu, Tionghoa masuk di dalamnya loh. Jadi Tionghoa itu pribumi Indonesia, kesimpulannya... Di dalam BPUPKI juga ada orang Tionghoa di dalamnya... On 07/07/2010 04:41 PM, Azura-Mazda wrote: Lho...da ge Eric, kebudayaan Tionghoa memang pendatang. kan bukan pribumi spt Jawa, Sunda, Batak, Dayak dsb. Memangnya kenapa kalo Tionghoa itu disebut pendatang? disebut Non-Pri? memang bukan pribumi kok. Itu temen da ge Eric mau dipersamakan ya? Why? segitu takutnya dengan perbedaan ya? Jadi menyama-nyamakan diri dengan pribumi? Tionghoa jelas berbeda dgn pribumi sebagaimana kebudayaan Acheh berbeda dengan Jawa atau Papua. So what? --- Pada *Rab, 7/7/10, Erik /rsn...@yahoo.com/* menulis: Dari: Erik rsn...@yahoo.com Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 7 Juli, 2010, 2:01 AM Benarkah budaya asal Timur Tengah dan Tiongkok masih diperlakukan sebagai kebudayaan luar? Bagaimana dengan seni musik kasidahan, irama gambus dan sebagainya. Contoh lain adalah juga Dang-dhut yg kental sekali nuansa Indianya serta Gambang Kromong yg sangat jelas jejak ketionghoaannya, tapi bisa diterima dan diperlaukan sebagai budaya lokal, bahkan sangat merakyat? Apa yang membuat sebuah bentuk budaya (asal luar) bisa diterima sedang yang lainnya masih dianggap budaya luar? Fuyuan tolong responnya donk!! Salam, Erik - - - - - - - In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, twa...@... wrote: Apakah mungkin bisa mengambil contoh dari malaysia dan atau mungkin singapura ? Kalau menurut aku sih, di sini masih membedakan kebudayaan asli dan kebudayaan luar. Kebudayaan asli maksudnya budaya dari suku-suku yang ada di Indonesia, spt batak, jawa, ambon, dll. Kalau kebudayaan luar maksudnya spt kebudayaan barat, *timur tengah*, dll kebudayaan yang dibawa oleh bangsa pendatang yang sudah bermukim di negara Indonesia, termasuk kebudayaan tionghoa dari negara China. Tetapi aku kira , mungkin kita harus dan boleh berpikir seperti malaysia, yang mana malaysia meng klaim bahwa negara mereka adalah truly asia, meskipun mayoritas penduduk disana adalah suku Melayu. Fyi, slogan truly asia ini sebenarnya utk keperluan promosi pariwisata. Regards, Tarto W. Sent from my BlackBerry? powered by Sinyal Kuat INDOSAT - - - - - - - - - - - -Original Message- From: Erik rsn...@... Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Wed, 07 Jul 2010 01:17:11 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Reply-To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Soal ketertiban dalam berbahasa telah selesai dibicarakan. Sekarang waktunya kita bincang-bincang perihal kebudayaan Tionghoa. Fuyuan mempertanyakan : Apakah budaya yang selama ini dijalankan oleh komunitas Tionghoa di Indonesia termasuk bagian dari kebudayaan Indonesia atau bukan? Kalau ya, mengapa masih dibuat distinksi antara keduanya seperti pengumuman Binus Mandarin Club kemarin. Kalau bukan, lantas di mana posisi kita di tengah masyarkat Indonesia yang majemuk ini? Masih dianggap pendatang yang belum terintegrasikah? salam, Erik
Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
Sependapat dgn Mister Wong. Cuma sy denger2 bahan pelajaran yg menjelaskan tentang hal ini sudah tidak disampaikan lagi di buku2 pelajaran sekolah masa kini ? Maaf klo salah, krn tdk pernah periksa. Hehehehe... Saya jadi ingat sama penemuan manusia purba yg disebut Pitecanthropus Erectus. :p Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: khaidi wong khaidi.w...@hotmail.com Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thu, 08 Jul 2010 10:29:40 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Wahai Bang Ken-ken Dah lama gak ngobrol Menurut gue, Tionghoa itu justru pribumi! Se-pribumi-pribumi-nya! Asli! Semua adalah pendatang Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dulunya kosong. Menurut sejarah SMP, itu datangnya dari Yunan Selatan. Kalo gak salah. Mohon koreksinya. Jadi semua pendatang. Lalu Indonesia? Indonesia bukanlah berasal dari sebuah kerajaan, atau apapun itu. Indonesia itu mulai dari nol. Dari sebuah kekosongan, lalu blub, berkat proklamasi maka lahirlah Indonesia. Siapa saja rakyat Indonesia? Saat itu, Tionghoa masuk di dalamnya loh. Jadi Tionghoa itu pribumi Indonesia, kesimpulannya... Di dalam BPUPKI juga ada orang Tionghoa di dalamnya... On 07/07/2010 04:41 PM, Azura-Mazda wrote: Lho...da ge Eric, kebudayaan Tionghoa memang pendatang. kan bukan pribumi spt Jawa, Sunda, Batak, Dayak dsb. Memangnya kenapa kalo Tionghoa itu disebut pendatang? disebut Non-Pri? memang bukan pribumi kok. Itu temen da ge Eric mau dipersamakan ya? Why? segitu takutnya dengan perbedaan ya? Jadi menyama-nyamakan diri dengan pribumi? Tionghoa jelas berbeda dgn pribumi sebagaimana kebudayaan Acheh berbeda dengan Jawa atau Papua. So what? --- Pada *Rab, 7/7/10, Erik /rsn...@yahoo.com/* menulis: Dari: Erik rsn...@yahoo.com Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 7 Juli, 2010, 2:01 AM Benarkah budaya asal Timur Tengah dan Tiongkok masih diperlakukan sebagai kebudayaan luar? Bagaimana dengan seni musik kasidahan, irama gambus dan sebagainya. Contoh lain adalah juga Dang-dhut yg kental sekali nuansa Indianya serta Gambang Kromong yg sangat jelas jejak ketionghoaannya, tapi bisa diterima dan diperlaukan sebagai budaya lokal, bahkan sangat merakyat? Apa yang membuat sebuah bentuk budaya (asal luar) bisa diterima sedang yang lainnya masih dianggap budaya luar? Fuyuan tolong responnya donk!! Salam, Erik - - - - - - - In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, twa...@... wrote: Apakah mungkin bisa mengambil contoh dari malaysia dan atau mungkin singapura ? Kalau menurut aku sih, di sini masih membedakan kebudayaan asli dan kebudayaan luar. Kebudayaan asli maksudnya budaya dari suku-suku yang ada di Indonesia, spt batak, jawa, ambon, dll. Kalau kebudayaan luar maksudnya spt kebudayaan barat, *timur tengah*, dll kebudayaan yang dibawa oleh bangsa pendatang yang sudah bermukim di negara Indonesia, termasuk kebudayaan tionghoa dari negara China. Tetapi aku kira , mungkin kita harus dan boleh berpikir seperti malaysia, yang mana malaysia meng klaim bahwa negara mereka adalah truly asia, meskipun mayoritas penduduk disana adalah suku Melayu. Fyi, slogan truly asia ini sebenarnya utk keperluan promosi pariwisata. Regards, Tarto W. Sent from my BlackBerry? powered by Sinyal Kuat INDOSAT - - - - - - - - - - - -Original Message- From: Erik rsn...@... Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Wed, 07 Jul 2010 01:17:11 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Reply-To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Soal ketertiban dalam berbahasa telah selesai dibicarakan. Sekarang waktunya kita bincang-bincang perihal kebudayaan Tionghoa. Fuyuan mempertanyakan : Apakah budaya yang selama ini dijalankan oleh komunitas Tionghoa di Indonesia termasuk bagian dari kebudayaan Indonesia atau bukan? Kalau ya, mengapa masih dibuat distinksi antara keduanya seperti pengumuman Binus Mandarin Club kemarin. Kalau bukan, lantas di mana posisi kita di tengah masyarkat Indonesia yang majemuk ini? Masih dianggap pendatang yang belum terintegrasikah? salam, Erik
Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
Bu Maria, Ya begitulah Indonesia. Kadng scr tidak sengaja sy juga mendengar penjelasan2 yg berhubungan dengan perbedaan dan diskriminasi melalui pengeras suara yg ada di jalan jalan kecil. Sampai kadang sy berpikir, mengapa guru-guru yg menyampaikan ceramah lewat pengeras suara itu sampai hati mengajarkan supaya bisa mendiskriminasi saudara2 yg tidak se-suku dan terutama tidak sepandangan. Sebenarnya bngsa Indonesia adalah bangsa yg baik, cuma mngkn karena pendidikan yg kurang bagus dan tdk tepat, sehingga gampang terprovokasi utk melakukan hal2 yg tidak perlu, yg mana kadang malah merugikan mereka sendiri. PERBEDAAN ITU INDAH... Pi Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Maria Claudia claudia_maria_...@yahoo.com Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thu, 8 Jul 2010 01:05:17 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Sebenarnya pandangan bahwa Indonesia harus seragam kan diciptakan oleh Suharto. Saya tahu ada cukup banyak orang yang malu menjadi orang Chinese, selalu menjelek-jelekkan orang Chinese dan lebih memilih untuk menikah dengan siapa pun asal tidak Chinese. Nah itu yang dimaui Suharto, mungkin maksudnya ingin seperti Hitler, genocide, cuma dengan cara yang jauh lebih terhormat. Asimilasi (dalam pengertian menikah dengan penduduk setempat) kan juga didengung-dengungkan oleh Suharto. Alasannya bisa saja rasa iri karena orang Chinese yang ada di Indonesia selalu lebih berhasil di bidang apa pun yang digelutinya (makanya kan dulu orang Chinese tidak boleh jadi pegawai negeri, jadi tentara, mau masuk sekolah negri aja susahnya minta ampujn, yang boleh cuma bisnis. Dan sekarang lihat, begitu jadi kepala daerah langsung daerahnya jadi daerah unggulan), atau juga alasan yang lebih mulia, yaitu ingin memperbaiki keturunan Indonesia, supaya ga bodo-bodo amat. Saya rasa, tugas kita - yang sudah jadi orang tua dan yang akan jadi orang tua - untuk menanamkan kepada anak-anak kita bahwa perbedaan akan selalu ada tetapi tidak usah dibesar-besarkan (ketika anak saya masih kecil, saya tidak pernah mengajarkan istilah pribumi dan nonpri tetapi setelah remaja dia melihat sendiri mengapa teman yang ini kok tingkah lakunya seperti ini tetapi yang itu kok tidak, nah di situ saya baru mengajarkan mengapa ada perbedaan), karena kalau kita doktrin dari kecil maka anak-anak akan menjadi fanatik banget dengan ke-Chinese-annya sehingga mungkin akan menimbulkan gesekan-gesekan ketika mereka sudah dewasa. Bagaimana pun kita harus mengakui bahwa kita lahir, makan dan mungkin mati pun di sini, jadi istilah 'di mana kaki berpijak di situ langit dijunjung' itu memang harus diterapkan. Kalau kita selalu merasa lebih tinggi, lebih hebat, lebih ini dan lebih itu, masalah pri-nonpri tidak akan pernah selesai. Kita akan selalu jadi sasaran tembak terus dan akan jadi kambing hitam setiap ada kerusuhan, tak perduli apa dan siapa penyebabnya. Coba lihat pada hampir setiap kasus korupsi, di belakangnya ada Chinesenya atau dihubung-hubungkan dengan ke Chinese-annya (saya ingat ketika kasus Gayus baru ketahuan, wartawan TVOne itu jelas-jelas menanyakan Andi Kosasih itu orang apa?) Bukan sepenuhnya salah kita memang. Ini juga kan produk Suharto ditambah dengan sifat kebanyakan orang Indonesian Chinese yang pragmatis, pengen cepet dan gampang bayar mahal dikit cincai lah .. Mungkin kita harus banyak belajar dari Amerika, yang luas wilayahnya ga beda jauh dengan Indonesia. Meskipun dalam banyak hal berbeda, maksud saya di Amerika itu kan malah pribuminya kalah, orang Indian malah lebih mengenaskan daripada orang Negro, tetapi pada akhirnya mereka juga mengakui bahwa negara akan lebih berjaya kalau mau merangkul semua rakyatnya, buktinya mereka memilih Obama. Siapa tahu suatu saat nanti kita juga bisa seperti Obama. Semua itu tergantung dari sikap kita, apakah kita mau bersikap seperti Kwik Kian Gie atau seperti Anggodo. Apakah kita harus menunggu sampai 200 tahun untuk menjadi Obama? Pilihan itu kan ada di tangan kita sendiri. Maaf banget lho ya, terutama kepada ahli-ahli budaya, saya ini bukan siapa-siapa dan ga tau apa-apa, cuma kebetulan aja ada yang menyinggung masalah perbedaan itu, makanya saya ikutan nimbrung. Saya cuma pengen hidup damai aja . apa pun perbedaannya .. From: Erik rsn...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wed, July 7, 2010 4:27:40 AM Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Oh, ga begitu Ken, bukan mau menyamakan!! Budaya Tionghoa memang beda dengan budaya suku-suku lain, tapi budaya Tionghoa harus membumi di tanah Katulistiwa ini. Walau awalnya pendatang, tapi Tionghoa harus bisa membumi dimana pun ia menginjakkan kakinya. Lihatlah contohnya Singapura, Tionghoa di sana mayoritas loh,
Bls: [budaya_tionghua] Re: Chinese Legacies in Bali
Ikutan menulis ahhSaya ada kenal penggurus klenteng Kwan Kong di Bali nama panggilannnya sih Pak mengku , dia bilang setiap upacara besar di Bali ada juga hio dan kertas thuakim,menurut dia itu sudah berlangsung lama dan turun temurun,saya juga dulu berfikir kenapa penggurus klenteng namannya pak Mengku ?? kemarin ketika beliau datang ke Jakarta saya ngk sempat banyak bicara karena kedatangan beliau bukan cuma satu tempat tapi dia keliling sebagian jawa sambil membawa Kongco Kwan kong dan targetnya 100 klenteng di Jawa beliau akan kunjungi.Tujuannya adalah untuk saling mengenal antar penggurus klenteng,dan setiap ada acara Shejit Kongco di Jawa Klenteng di Bali tidak pernah tahu dan sekalian dia memaparkan rencana Klenteng Kwan Kong di Bali mau membangun Altar persembahanMungkin disini ada yg berkenan Menyisihkan Dana Untuk Klenteng...?? Salam --- Pada Sel, 6/7/10, ardian_c ardia...@yahoo.co.id menulis: Dari: ardian_c ardia...@yahoo.co.id Judul: [budaya_tionghua] Re: Chinese Legacies in Bali Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 6 Juli, 2010, 8:42 AM gak tjoema hio aje yg dipake, kertas thikong kim/swikim aje dipake buatu upacara2 tertentu --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Narpati Pradana kunder...@... wrote: Wah mestinya si penulis juga memuat foto patung Orang Tionghoa berkucir panjang yang ada di Museum Bali.. Begitu juga hio yang digunakan di canang-canang tiap hari. On Tue, Jul 6, 2010 at 12:37 PM, F Alexander FW alexfe...@... wrote:
Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
Masalah budaya memang tidak bisa dan tidak boleh dilihat dari kacamata politik ideologis. janganlah ada istilah seharusnya dalam hal budaya, semua harus kita terima apa adanya, kita boleh memperhatikan dan menikmati perkembangannya, tapi tak boleh menghakimi, tak boleh menilai benar atau salah. Karena indonesia adalah bentukan baru secara politik, maka dia belum punya sejarah budaya yang monolit. maka di UUD pun rumusannya terpaksa menyebut budaya indonesia adalah kumpulan dari puncak budaya berbagai suku di Indonesia, semacam gado2. dari sudut pandang ini, budaya tionghoa yang dijalankan masyarakat Tionghoa di Indonesia otomatis masuk dalam gado2 ini, mengingat keberadaan etnis tionghoa di sini jauh sebelum Indonesia lahir. Lantas bagaimana dng masalah membumikan budaya tionghoa di Indonesia, sehingga pantas disebut budaya tionghoa yang khas Indonesia? ini adalah masalah akulturisasi. Seperti budaya etnis lain di Indonesia, budaya Tionghoa selain memiliki segi2 yang mudah diserap oleh komunitas lain, sehingga terjadi akulturisasi, juga memiliki segi2 yang eksklusif, yang tak dapat berubah, yang hanya dapat dinikmati oleh pemilik budaya asal. Contohnya dalam budaya Jawa, banyak yang mudah diserap oleh masyarakat non jawa, seperti misalnya batik, tapi tetap saja ada yang sulit diserap oleh orang luar, seperti macapatan dan wayang orang. Demikian juga, suku lain mudah menyerap budaya kuliner Tionghoa seperti bakmi bakso, dan melahirkan makanan peranakan lontong capgomeh, tapi tetap sulit menghayati proses ritual di klenteng, atau menggauli sastra berbahasa Tionghoa tanpa proses alih bahasa. Unsur2 budaya yang mudah melebur dalam pergaulan antar etnis ini bisa kita namakan budaya baru dari Indonesia yang juga baru, budaya ini sudah mulai menaggalkan baju etnisnya, diamalkan oleh segenap bangsa Indonesia tanpa mempersoalkan lagi asal usulnya. Lantas bagaimana dng unsur2 budaya yang tak dapat melebur membaur itu? apakah mereka tak pantas disebut budaya Indonesia? saya kira jawabannya ada dua: Pertama, secara sosial politik, mengacu pada sejarah pembentukan Bangsa Indonesia dan UUD45, dia tetap sah sebagai budaya Indonesia, ada yang pakai istilah budaya nusantara Kedua, secara etnologi antrologi , dia tetap saja bertahan sebagai budaya etnis. gamelan di Suriname atau di Indonesia tetap saja sebagai budaya Jawa. sastra Tionghoa Indonesia dan sastra Tionghoa Malaysia adalah bagian dari sastra Tionghoa dunia, bukan bagian dari sastra Indonesia. Justru dengan berpijak di kedua perahu ini, budaya Tionghoa akan terus mengalami dinamika, yang membuat dia penuh vitalitas, dan sanggup menjadi jembatan budaya lintas bangsa. Maka tak perlu takut mengakui kesamaan dan perbedaan kita. Salam, Zhou Fuyuan From: Erik rsn...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wed, July 7, 2010 6:27:40 PM Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Oh, ga begitu Ken, bukan mau menyamakan!! Budaya Tionghoa memang beda dengan budaya suku-suku lain, tapi budaya Tionghoa harus membumi di tanah Katulistiwa ini. Walau awalnya pendatang, tapi Tionghoa harus bisa membumi dimana pun ia menginjakkan kakinya. Lihatlah contohnya Singapura, Tionghoa di sana mayoritas loh, dan budaya Tionghoa pun dominan serta menjadi tuan rumah di sana. Salam, Erik - - - - - - - -- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Azura-Mazda Extrim_bluesky@ ... wrote: Lho...da ge Eric, kebudayaan Tionghoa memang pendatang. kan bukan pribumi spt Jawa, Sunda, Batak, Dayak dsb. Memangnya kenapa kalo Tionghoa itu disebut pendatang? disebut Non-Pri? memang bukan pribumi kok. Itu temen da ge Eric mau dipersamakan ya? Why? segitu takutnya dengan perbedaan ya? Jadi menyama-nyamakan diri dengan pribumi? Tionghoa jelas berbeda dgn pribumi sebagaimana kebudayaan Acheh berbeda dengan Jawa atau Papua. So what?
Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
kalau saya misalnya pengusaha kakap jualan senjata api, peluru, tank, bahan bakar pesawat tempur dan kendaraan lapis baja, saya lebih suka ada diskriminasi dan orang-orang yang mengajarkan kebencian ras seperti yang diceritakan Twasey ini karena diskriminasi adalah cikal bakal kesenjangan, kesenjangan adalah modal untuk bikin kerusuhan, kerusuhan adalah modal untuk bikin perang, nah jika ada perang, maka dagangan saya laku keras.. apalagi perangnya perang saudara atau perang sipil yang kebanyakan dilakukan oleh orang-orang non militer.. kalau militer cenderung hemat peluru karena mereka terlatih, tapi kalau sipil, pasti main berondong saja dan jarang kena target.. kalau peluru habis, maka dia beli lagi sama saya.. dagangan tambah laku.. jika uang mereka habis, maka saya jual peluru tukar sertifikat tanah atau rumah atau sawah belum lagi nanti konglomerat tamak lainnya yang usaha jalan raya, pembangunan mall baru, rumah sakit baru, dll tentu senang jika ada perang.. karena mereka akan ada proyek baru di lokasi yang hancur setelah perang jadi menurut saya, itu lah mengapa masih banyak orang yang memprovokasi dan banyak yang terprovokasi.. karena hal ini berkaitan dengan bisnis yang erat dengan ketamakan harta duniawi.. untuk sebagian besar dari kita beranggapan bahwa damai itu indah, namun untuk konglomerat tamak yang berjualan senjata seperti yang saya contohkan di atas, mereka beranggapan bahwa perang itu indah ada yang bilang bahwa dunia kiamat ditelan api, tapi ada pula yang bilang dunia akan kiamat digenangi banjir tsunami, ada juga yang bilang bumi kiamat dengan cara dunia tertutup es yang dingin membeku, namun saya lebih percaya jika dunia kiamat dikarenakan ketamakan yang kian menjadi-jadi tidak apa-apa jadi kapitalis, sah-sah saja.. tapi kalau sudah tamak, apa pun ideologinya, apa pun rasnya, apapun atribut lainnya, itu akan berakibat buruk twa...@yahoo.com wrote: Bu Maria, Ya begitulah Indonesia. Kadng scr tidak sengaja sy juga mendengar penjelasan2 yg berhubungan dengan perbedaan dan diskriminasi melalui pengeras suara yg ada di jalan jalan kecil. Sampai kadang sy berpikir, mengapa guru-guru yg menyampaikan ceramah lewat pengeras suara itu sampai hati mengajarkan supaya bisa mendiskriminasi saudara2 yg tidak se-suku dan terutama tidak sepandangan. Sebenarnya bngsa Indonesia adalah bangsa yg baik, cuma mngkn karena pendidikan yg kurang bagus dan tdk tepat, sehingga gampang terprovokasi utk melakukan hal2 yg tidak perlu, yg mana kadang malah merugikan mereka sendiri. PERBEDAAN ITU INDAH... Pi Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT
[budaya_tionghua] Fw: [GELORA45] FB Foto's Dokumen Soekarno's life
- 原始郵件- 寄件者: Mira Wijaya Kusuma 收件者: GELORA45 ; ChanCT ; inti-...@yahoogroups.com 傳送日期: 2010年7月9日 2:12 主旨: [GELORA45] FB Foto's Dokumen Soekarno's life Susanto Prabu Polamolo's Photos - Soekarno's life Click on people's faces in the photo to tag them. “Cita-cita yang paling tinggi dari seluruh masyarakat kemanusiaan, ialah “Kesejahteraan Sosial” untuk segenap rakyat. Bung Karno menerima Kabinet Amir Sjarifuddin yang di dalamnya terdapat seorang perempuan, SK. Trimurti. Kabinet tersebut di antaranya: Amir Sjarifuddin, Ali Sastroamidjojo, Siauw Giok Tjhan, Hamengkubuwono IX, Ir Djuanda Kartawidjaja, Dr. Satrio, Warkhadun Wondoamiseno, Ong Eng Die, Masjkur, Kasman Singodimedjo dan lain-lain. Susanto Prabu Polamolo's Photos - Soekarno's life Photo 4 of 4 Click on people's faces in the photo to tag them. Marhaen dan Marhaenis Bersatu. “Pada satu waktu saya sampai kepada suatu saat memerlukan satu nama umum bagi semua yang kecil-kecil ini. Ya buruh, ya tani, ya pegawai, ya nelayan dan lain-lainnya, semuanya tidak ada yang besar, melainkan kecil-kecil semuanya. Lantas saya beri nama kepada semuanya itu Marhaen!. Marhaenisme berarti: faham nasionalisme Indonesia yang memihak kepada Marhaen. Siapa saja nasionalis Indonesia yang berpihak pada Marhaen, adalah seorang Marhaenis. Baik orang Marhaen sendiri maupun intelektual, yang memihak pada Marhaen adalah Marhaenis. (Fikiran Ra’jat, 1 Juli 1932) http://sastrapembebasan.wordpress.com/ http://tamanhaikumiryanti.blogspot.com/ Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/
Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
Wahai Sdr. Wong (ga pake gendenk), Dari mana anda punya hak untuk mengklaim kepribumian anda? Siapa yg memberi anda hak klaim tersebut? Apakah karena leluhur anda kebetulan pernah berburu di sebuah wilayah hutan, sehingga anda berpikir bahwa hutan itu milik anda? Sehingga anda merasa bahwa anda pribumi di wilayah hutan itu? Apa karena leluhur anda kebetulan melihat seonggok gunung dan kemudian anda berpikir bahwa gunung tersebut adalah milik anda? Saya tidak setuju kalo dibilang Melayu itu berasal dari Yunan. Saya lebih setuju teori Dongson culture. Bahwa orang-orang melayu itu berasal dari lembah Sungai Mekong yg kemudian menyebar ke utara (Yunnan) dan Selatan (Semenanjung Malaya dan Pulau Jawa). --- Pada Rab, 7/7/10, khaidi wong khaidi.w...@hotmail.com menulis: Dari: khaidi wong khaidi.w...@hotmail.com Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 7 Juli, 2010, 11:29 PM Wahai Bang Ken-ken Dah lama gak ngobrol Menurut gue, Tionghoa itu justru pribumi! Se-pribumi-pribumi- nya! Asli! Semua adalah pendatang Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dulunya kosong. Menurut sejarah SMP, itu datangnya dari Yunan Selatan. Kalo gak salah. Mohon koreksinya. Jadi semua pendatang. Lalu Indonesia? Indonesia bukanlah berasal dari sebuah kerajaan, atau apapun itu. Indonesia itu mulai dari nol. Dari sebuah kekosongan, lalu blub, berkat proklamasi maka lahirlah Indonesia. Siapa saja rakyat Indonesia? Saat itu, Tionghoa masuk di dalamnya loh. Jadi Tionghoa itu pribumi Indonesia, kesimpulannya. .. Di dalam BPUPKI juga ada orang Tionghoa di dalamnya... On 07/07/2010 04:41 PM, Azura-Mazda wrote: Lho...da ge Eric, kebudayaan Tionghoa memang pendatang. kan bukan pribumi spt Jawa, Sunda, Batak, Dayak dsb. Memangnya kenapa kalo Tionghoa itu disebut pendatang? disebut Non-Pri? memang bukan pribumi kok. Itu temen da ge Eric mau dipersamakan ya? Why? segitu takutnya dengan perbedaan ya? Jadi menyama-nyamakan diri dengan pribumi? Tionghoa jelas berbeda dgn pribumi sebagaimana kebudayaan Acheh berbeda dengan Jawa atau Papua. So what? --- Pada Rab, 7/7/10, Erik rsn...@yahoo. com menulis: Dari: Erik rsn...@yahoo. com Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Tanggal: Rabu, 7 Juli, 2010, 2:01 AM Benarkah budaya asal Timur Tengah dan Tiongkok masih diperlakukan sebagai kebudayaan luar? Bagaimana dengan seni musik kasidahan, irama gambus dan sebagainya. Contoh lain adalah juga Dang-dhut yg kental sekali nuansa Indianya serta Gambang Kromong yg sangat jelas jejak ketionghoaannya, tapi bisa diterima dan diperlaukan sebagai budaya lokal, bahkan sangat merakyat? Apa yang membuat sebuah bentuk budaya (asal luar) bisa diterima sedang yang lainnya masih dianggap budaya luar? Fuyuan tolong responnya donk!! Salam, Erik - - - - - - - In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, twa...@... wrote: Apakah mungkin bisa mengambil contoh dari malaysia dan atau mungkin singapura ? Kalau menurut aku sih, di sini masih membedakan kebudayaan asli dan kebudayaan luar. Kebudayaan asli maksudnya budaya dari suku-suku yang ada di Indonesia, spt batak, jawa, ambon, dll. Kalau kebudayaan luar maksudnya spt kebudayaan barat, timur tengah, dll kebudayaan yang dibawa oleh bangsa pendatang yang sudah bermukim di negara Indonesia, termasuk kebudayaan tionghoa dari negara China. Tetapi aku kira , mungkin kita harus dan boleh berpikir seperti malaysia, yang mana malaysia meng klaim bahwa negara mereka adalah truly asia, meskipun mayoritas penduduk disana adalah suku Melayu. Fyi, slogan truly asia ini sebenarnya utk keperluan promosi pariwisata. Regards, Tarto W. Sent from my BlackBerry? powered by Sinyal Kuat INDOSAT - - - - - - - - - - - -Original Message- From: Erik rsn...@... Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Wed, 07 Jul 2010 01:17:11 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Reply-To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Soal ketertiban dalam berbahasa telah selesai dibicarakan. Sekarang waktunya kita bincang-bincang perihal kebudayaan Tionghoa. Fuyuan mempertanyakan : Apakah budaya yang selama ini dijalankan oleh komunitas Tionghoa di Indonesia termasuk bagian dari kebudayaan Indonesia atau bukan? Kalau ya, mengapa masih dibuat distinksi antara keduanya seperti pengumuman Binus Mandarin Club kemarin. Kalau bukan, lantas di mana posisi kita di tengah masyarkat Indonesia yang majemuk ini? Masih dianggap pendatang yang belum terintegrasikah? salam, Erik
[budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing
Dikutip dari milis tetangga (everyday mandarin): Karate Kid, Re: Beijing Hutong - Kota Tua Beijing Posted by: Alfonso degaa...@yahoo.com degaan36 Mon Jul 5, 2010 1:31 pm (PDT) Dalam film Karate Kid 2010 Jackie Chan, sebagian besar shooting memang dilakukan di Hutong (lorong kota tua di Beijing). Film Karate Kid bertujuan untuk promosi kota Beijing secara khusus, dan China secara umum. Di film tsb, kita bisa melihat kehidupan sehari-hari orang Beijing ditonjolkan di sana. Yang modern, yang kuno, yang hebat, yang bagus, sampai yang lucu. Di film Karate Kid, kita bisa menyaksikan permainan jianzi (sejenis olahraga kaki kuno China dari Dinasti Han dengan 3-4 orang yang memainkan bulu ayam yang diikat di koin), tenis meja, bulu tangkis, di mana semua itu merupakan olahraga nomor 1 di China. Juga olahraga basket, Mei Ying yang bermain biola, ojek China saat Dre nebeng dengan skate-board- nya, sekolah internasional Dre, dan stadion Olimpiade Bird Nest (Niao Chao) yang menggambarkan kehidupan orang China (Beijing) masa kini. Di film, kita bisa melihat ratusan siswa China yang belajar kungfu di perguruan. Itu bukan rekayasa karena untuk siswa SMA di China, mereka yang berijazah di bidang olahraga dan musik akan mendapat tambahan 20 poin saat ujian masuk universitas. Itu salah satu kehebatan pemerintah China dalam memberi dorongan hidup pemuda mereka. Pemerintah mengatur supaya anak-anak muda sehat, kuat, dan berkarakter dengan memberi mereka manfaat (tambahan nilai masuk univ) jika mereka menyalurkan di tempat yang benar. Makanya tidak pernah ada tawuran siswa seperti terjadi di negeri ini walau jumlah pemuda di sana 8 kali lipat jumlah pemuda di Indonesia. Jika kita lihat di film, anak-anak muda di China sangat gesit, dan memang itulah kenyataannya di sana. Tentang orang semedi dan biara di atas gunung di film, itu juga benar dan memang ada di China hingga hari ini! Yang kita lihat di film Karate Kid, shooting diambil di Perguruan Wushu Wudang Shan (Gunung Wudang) atau dalam dialek Hokkian lebih terkenal dengan sebutan Butong. Anda yang suka menonton Indosiar tahun 1995 tentu tidak asing lagi dengan nama Butong Pai (Aliran Butong/Wudang) di film To Liong To (Pinyin: Tu Long Dao/Golok Pembunuh Naga). Judul asli film ini adalah Yi Tian Tu Long Ji yang dimainkan oleh Tony Leung. Gunung Wudang berada di kota Shiyan, Provinsi Hubei, China, juga dikenal sebagai tempat suci para pendeta Tao. Unesco juga telah menetapkan Gunung Wudang sebagai salah satu warisan budaya dunia. Sekitar 2.000 tahun lalu, filsuf besar China, Laozi, mempraktikkan Taoisme di gunung ini. Itulah yang membuat Wudang dianggap sebagai asal Taoisme China. Zhong Yunlong adalah pendeta Taois yang juga memegang jabatan tertinggi dalam aliran wushu Wudang hari ini. Dia adalah murid generasi ke-14 dari mahaguru aliran Wudang, Zhang Sanfeng. Sampai saat ini, Zhong Yunlong hingga hari ini masih bermeditasi di atas gunung, jauh dari keramaian. Di lain waktu, jika ada kesempatan saya akan coba menceritakan tentang Perguruan Wushu Wudang/Butong. Bagi penggemar cerita silat, kisah Zhang Sanfeng (Hokkian:Tio Samhong) pasti tidak asing lagi. Dalam legenda dunia persilatan, Zhang Sanfeng merupakan tokoh silat yang digambarkan sebagai orang yang sederhana, bijak, dan berilmu silat tinggi. Zhang Sanfeng pada awalnya dipercaya sebagai murid perguruan Shaolin, tetapi kemudian mengembangkan ilmu wushu (yang disebut kungfu oleh orang Barat) beraliran Taoisme di Gunung Wudang. Kembali ke Zhong Yunlong, masa remajanya dia mempelajari wushu di perguruan Shaolin di Provinsi Henan. Lalu dia pergi ke Gunung Wudang untuk mempelajari wushu aliran Wudang. Setelah itu dia berkelana lagi selama tiga tahun untuk mempelajari beberapa wushu dari guru lain. Setelah tempaan bertahun-tahun, akhirnya Zhong berani tampil dalam berbagai turnamen wushu, baik nasional maupun internasional. Menurut dia, hatinya tertambat pada wushu aliran Wudang karena aliran ini paling cocok dengannya. Ajaran tentang keselarasan dengan alam, meditasi, bahkan baju aliran Wudang sangat saya senangi, ujarnya. Berbeda seperti pesilat wushu aliran Shaolin yang tidak memelihara rambut, pesilat pada aliran Wudang ini justru memanjangkan rambut mereka. Makanya di film Karate Kid, kita melihat biksu-biksu Tao semuanya berambut dengan berkumis. Jackie Chan juga berkumis di film tsb.:D Dahulu kala, rakyat jelata memang tidak diberi kesempatan mempelajari wushu Wudang. Keahlian ini hanyalah diperuntukkan bagi mereka yang sudah ditahbiskan menjadi pendeta-pendeta Tao saja. Salah satu alasannya adalah untuk menghindari penyalahgunaan keahlian wushu di kalangan rakyat banyak. Keadaan berubah. Seiring dengan perubahan dan keterbukaan Pemerintah China, keterbukaan juga menyapu Gunung Wudang. Mereka pun melakukan reformasi dengan mendirikan Asosiasi Taois Wudang pada tahun 1988. Wushu Wudang yang merupakan warisan seni serta bermanfaat untuk menjaga
[budaya_tionghua] Join Pelatihan Civic Education for Future Indonesia Leaders (CEFIL) Intermediate
Pelatihan Civic Education for Future Indonesia Leaders (CEFIL) Intermediate SATUNAMA bekerjasama dengan Konrad Adenauer Stiftung (KAS) akan menyelenggarakan pelatihan Civic Education for Future Indonesia Leaders (CEFIL) Intermediate. Pelatihan akan diselenggarakan pada tanggal 26 hingga 31 Juli 2010 di Balai Pelatihan SATUNAMA. Kami mengundang kaum muda dengan rentang usia antara 25 hingga 40 tahun, memiliki pengalaman minimal selama dua (2) tahun memimpin organisasi, serta berpendidikan minimal SMU atau sederajat, perempuan sangat diprioritaskan, untuk menjadi peserta pelatihan ini. Apabila berminat mengikuti pelatihan ini, segera kirimkan tulisan dengan salah satu tema berikut: • Masa depan pemimpin masyarakat sipil dalam kekuasaan politik (perspektif hak sipil – politik dan kebebasan). • Masa depan pemimpin masyarakat sipil dalam relasi sosial – ekonomi. • Masa depan pemimpin masyarakat sipil dalam sosial – budaya. Panjang tulisan tidak lebih dari 1000 kata dan dikirimkan selambatnya 15 Juli 2010 ke alamat train...@satunama.org CEFIL muncul berdasar keyakinan bahwa kepemimpinan masyarakat sipil yang demokratis merupakan pilar bagi terbangunannya masyarakat adil dan sejahtera. Materi-materi pelatihan seperti demokrasi, globalisasi, hak asasi manusia, partisipasi, masyarakat sipil, kepemimpinan, analisis social, resolusi konflik dan pengorganisasian; akan membekali peserta menjadi pemimpin masyarakat sipil yang demokratis. Sebelumnya, CEFIL menghadirkan para pakar yang berpengalaman dalam bidangnya sebagai narasumber. Mulai dari Ifdal Kasim (Ketua Komnas HAM), Raymond Toruan (jurnalis senior, mantan pemimpin redaksi The Jakarta Post), Ichsan Malik (dosen UI, pendiri Institut Titian Perdamaian), Usman Hamid (aktivis HAM, Direktur KONTRAS), dan Sunardi Rinakit (pengamat politik, Direktur Eksekutif Sugen Saryadi Syndicate). Selama pelatihan, panitia menyediakan penginapan dan makan. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pelatihan, silakan menghubungi Divisi Capacity Building SATUNAMA, dengan alamat Jl. Sambisari No. 99, Duwet, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta 55285, Telp : 0274 – 867 745, 867 746, 867 747, ext.200; Fax : 0274 – 869 044. ext. 108, atau email : train...@satunama.org. -- Best Regards, F Alexander FW YM: alexv4n...@yahoo.com BB: 2110D1EF GC: alexfe...@gmail.com HP: 08121909697 - Kami adalah kamu, muda, beda,berani dan berbahaya @@superman is dead@@ send from my mind, peace on earth .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: budaya_tionghua-dig...@yahoogroups.com budaya_tionghua-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: budaya_tionghua-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Ada Penerbit Buku Tionghoa ?
kalau di yogya ada beberapa penerbit yang kemungkinan mau menerima tulisan seperti itu. misalnya Galang Press (yang dulu nerbitkan Gurita Cikeas). Biasanya dilihat dulu topiknya apa, tebal, dan sasaran pembacanya. Sy tahu beberapa penerbit, tapi tidak ingat alamatnya (ini saya pas tidak di rumah). Sy sendiri kenal dng penerbit (sbg penulis) yang berkaitan dengan teknologi informasi dan buku rohani. kelompok gramedia di jakarta mungkin juga mau menberbitkan, kalau tidak salah yang gramedia pustaka utama - gpu (yang simbolnya mirip huruf G) coba tengok di toko buku biasanya ada alamat emailnya. Salam, Petrus Paryono From: senu stes...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wed, July 7, 2010 9:44:54 AM Subject: [budaya_tionghua] Ada Penerbit Buku Tionghoa ? salam hampir setiap Imlek saya menulis opini tentangnya di surat kabar beberapa opini yang sudah dimuat antara lain di bisnis indonesia, seputar indonesia, sinar harapan, suara pembaruan, pikiran rakyat, suara karya dll saya berniat akan membukukan opini tentang Tionghoa dan Imlek tsb ditambah artikel ketionghoaan lain seperti masalah jender di kalangan Tionghoa dimuat di Kompas, pemilu dan Tionghoa dsb apakah ada rekan yg kenal dengan penerbit atau mempunyai usaha penerbitan ? siapa tahu tertarik, rencana diterbitkan untuk menyambut Imlek 2011 tks stevanus bhe
Re: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing
Sampai sekarangpun, beladiri Taoist yg utama/inti tidak diajarkan kepada pihak luar. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: xiaolongni73 xiaolongn...@yahoo.com Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Fri, 09 Jul 2010 02:16:40 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing Dikutip dari milis tetangga (everyday mandarin): Karate Kid, Re: Beijing Hutong - Kota Tua Beijing Posted by: Alfonso degaa...@yahoo.com degaan36 Mon Jul 5, 2010 1:31 pm (PDT) Dalam film Karate Kid 2010 Jackie Chan, sebagian besar shooting memang dilakukan di Hutong (lorong kota tua di Beijing). Film Karate Kid bertujuan untuk promosi kota Beijing secara khusus, dan China secara umum. Di film tsb, kita bisa melihat kehidupan sehari-hari orang Beijing ditonjolkan di sana. Yang modern, yang kuno, yang hebat, yang bagus, sampai yang lucu. Di film Karate Kid, kita bisa menyaksikan permainan jianzi (sejenis olahraga kaki kuno China dari Dinasti Han dengan 3-4 orang yang memainkan bulu ayam yang diikat di koin), tenis meja, bulu tangkis, di mana semua itu merupakan olahraga nomor 1 di China. Juga olahraga basket, Mei Ying yang bermain biola, ojek China saat Dre nebeng dengan skate-board- nya, sekolah internasional Dre, dan stadion Olimpiade Bird Nest (Niao Chao) yang menggambarkan kehidupan orang China (Beijing) masa kini. Di film, kita bisa melihat ratusan siswa China yang belajar kungfu di perguruan. Itu bukan rekayasa karena untuk siswa SMA di China, mereka yang berijazah di bidang olahraga dan musik akan mendapat tambahan 20 poin saat ujian masuk universitas. Itu salah satu kehebatan pemerintah China dalam memberi dorongan hidup pemuda mereka. Pemerintah mengatur supaya anak-anak muda sehat, kuat, dan berkarakter dengan memberi mereka manfaat (tambahan nilai masuk univ) jika mereka menyalurkan di tempat yang benar. Makanya tidak pernah ada tawuran siswa seperti terjadi di negeri ini walau jumlah pemuda di sana 8 kali lipat jumlah pemuda di Indonesia. Jika kita lihat di film, anak-anak muda di China sangat gesit, dan memang itulah kenyataannya di sana. Tentang orang semedi dan biara di atas gunung di film, itu juga benar dan memang ada di China hingga hari ini! Yang kita lihat di film Karate Kid, shooting diambil di Perguruan Wushu Wudang Shan (Gunung Wudang) atau dalam dialek Hokkian lebih terkenal dengan sebutan Butong. Anda yang suka menonton Indosiar tahun 1995 tentu tidak asing lagi dengan nama Butong Pai (Aliran Butong/Wudang) di film To Liong To (Pinyin: Tu Long Dao/Golok Pembunuh Naga). Judul asli film ini adalah Yi Tian Tu Long Ji yang dimainkan oleh Tony Leung. Gunung Wudang berada di kota Shiyan, Provinsi Hubei, China, juga dikenal sebagai tempat suci para pendeta Tao. Unesco juga telah menetapkan Gunung Wudang sebagai salah satu warisan budaya dunia. Sekitar 2.000 tahun lalu, filsuf besar China, Laozi, mempraktikkan Taoisme di gunung ini. Itulah yang membuat Wudang dianggap sebagai asal Taoisme China. Zhong Yunlong adalah pendeta Taois yang juga memegang jabatan tertinggi dalam aliran wushu Wudang hari ini. Dia adalah murid generasi ke-14 dari mahaguru aliran Wudang, Zhang Sanfeng. Sampai saat ini, Zhong Yunlong hingga hari ini masih bermeditasi di atas gunung, jauh dari keramaian. Di lain waktu, jika ada kesempatan saya akan coba menceritakan tentang Perguruan Wushu Wudang/Butong. Bagi penggemar cerita silat, kisah Zhang Sanfeng (Hokkian:Tio Samhong) pasti tidak asing lagi. Dalam legenda dunia persilatan, Zhang Sanfeng merupakan tokoh silat yang digambarkan sebagai orang yang sederhana, bijak, dan berilmu silat tinggi. Zhang Sanfeng pada awalnya dipercaya sebagai murid perguruan Shaolin, tetapi kemudian mengembangkan ilmu wushu (yang disebut kungfu oleh orang Barat) beraliran Taoisme di Gunung Wudang. Kembali ke Zhong Yunlong, masa remajanya dia mempelajari wushu di perguruan Shaolin di Provinsi Henan. Lalu dia pergi ke Gunung Wudang untuk mempelajari wushu aliran Wudang. Setelah itu dia berkelana lagi selama tiga tahun untuk mempelajari beberapa wushu dari guru lain. Setelah tempaan bertahun-tahun, akhirnya Zhong berani tampil dalam berbagai turnamen wushu, baik nasional maupun internasional. Menurut dia, hatinya tertambat pada wushu aliran Wudang karena aliran ini paling cocok dengannya. Ajaran tentang keselarasan dengan alam, meditasi, bahkan baju aliran Wudang sangat saya senangi, ujarnya. Berbeda seperti pesilat wushu aliran Shaolin yang tidak memelihara rambut, pesilat pada aliran Wudang ini justru memanjangkan rambut mereka. Makanya di film Karate Kid, kita melihat biksu-biksu Tao semuanya berambut dengan berkumis. Jackie Chan juga berkumis di film tsb.:D Dahulu kala, rakyat jelata memang tidak diberi kesempatan mempelajari wushu Wudang. Keahlian ini hanyalah diperuntukkan bagi mereka yang sudah ditahbiskan
Re: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing
Apa itu beladiri utama/inti taoist? Bisa dijelaskan n kasih contoh? -Original Message- From: karang0ter...@gmail.com Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Fri, 9 Jul 2010 05:14:01 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing Sampai sekarangpun, beladiri Taoist yg utama/inti tidak diajarkan kepada pihak luar. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: xiaolongni73 xiaolongn...@yahoo.com Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Fri, 09 Jul 2010 02:16:40 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing Dikutip dari milis tetangga (everyday mandarin): Karate Kid, Re: Beijing Hutong - Kota Tua Beijing Posted by: Alfonso degaa...@yahoo.com degaan36 Mon Jul 5, 2010 1:31 pm (PDT) Dalam film Karate Kid 2010 Jackie Chan, sebagian besar shooting memang dilakukan di Hutong (lorong kota tua di Beijing). Film Karate Kid bertujuan untuk promosi kota Beijing secara khusus, dan China secara umum. Di film tsb, kita bisa melihat kehidupan sehari-hari orang Beijing ditonjolkan di sana. Yang modern, yang kuno, yang hebat, yang bagus, sampai yang lucu. Di film Karate Kid, kita bisa menyaksikan permainan jianzi (sejenis olahraga kaki kuno China dari Dinasti Han dengan 3-4 orang yang memainkan bulu ayam yang diikat di koin), tenis meja, bulu tangkis, di mana semua itu merupakan olahraga nomor 1 di China. Juga olahraga basket, Mei Ying yang bermain biola, ojek China saat Dre nebeng dengan skate-board- nya, sekolah internasional Dre, dan stadion Olimpiade Bird Nest (Niao Chao) yang menggambarkan kehidupan orang China (Beijing) masa kini. Di film, kita bisa melihat ratusan siswa China yang belajar kungfu di perguruan. Itu bukan rekayasa karena untuk siswa SMA di China, mereka yang berijazah di bidang olahraga dan musik akan mendapat tambahan 20 poin saat ujian masuk universitas. Itu salah satu kehebatan pemerintah China dalam memberi dorongan hidup pemuda mereka. Pemerintah mengatur supaya anak-anak muda sehat, kuat, dan berkarakter dengan memberi mereka manfaat (tambahan nilai masuk univ) jika mereka menyalurkan di tempat yang benar. Makanya tidak pernah ada tawuran siswa seperti terjadi di negeri ini walau jumlah pemuda di sana 8 kali lipat jumlah pemuda di Indonesia. Jika kita lihat di film, anak-anak muda di China sangat gesit, dan memang itulah kenyataannya di sana. Tentang orang semedi dan biara di atas gunung di film, itu juga benar dan memang ada di China hingga hari ini! Yang kita lihat di film Karate Kid, shooting diambil di Perguruan Wushu Wudang Shan (Gunung Wudang) atau dalam dialek Hokkian lebih terkenal dengan sebutan Butong. Anda yang suka menonton Indosiar tahun 1995 tentu tidak asing lagi dengan nama Butong Pai (Aliran Butong/Wudang) di film To Liong To (Pinyin: Tu Long Dao/Golok Pembunuh Naga). Judul asli film ini adalah Yi Tian Tu Long Ji yang dimainkan oleh Tony Leung. Gunung Wudang berada di kota Shiyan, Provinsi Hubei, China, juga dikenal sebagai tempat suci para pendeta Tao. Unesco juga telah menetapkan Gunung Wudang sebagai salah satu warisan budaya dunia. Sekitar 2.000 tahun lalu, filsuf besar China, Laozi, mempraktikkan Taoisme di gunung ini. Itulah yang membuat Wudang dianggap sebagai asal Taoisme China. Zhong Yunlong adalah pendeta Taois yang juga memegang jabatan tertinggi dalam aliran wushu Wudang hari ini. Dia adalah murid generasi ke-14 dari mahaguru aliran Wudang, Zhang Sanfeng. Sampai saat ini, Zhong Yunlong hingga hari ini masih bermeditasi di atas gunung, jauh dari keramaian. Di lain waktu, jika ada kesempatan saya akan coba menceritakan tentang Perguruan Wushu Wudang/Butong. Bagi penggemar cerita silat, kisah Zhang Sanfeng (Hokkian:Tio Samhong) pasti tidak asing lagi. Dalam legenda dunia persilatan, Zhang Sanfeng merupakan tokoh silat yang digambarkan sebagai orang yang sederhana, bijak, dan berilmu silat tinggi. Zhang Sanfeng pada awalnya dipercaya sebagai murid perguruan Shaolin, tetapi kemudian mengembangkan ilmu wushu (yang disebut kungfu oleh orang Barat) beraliran Taoisme di Gunung Wudang. Kembali ke Zhong Yunlong, masa remajanya dia mempelajari wushu di perguruan Shaolin di Provinsi Henan. Lalu dia pergi ke Gunung Wudang untuk mempelajari wushu aliran Wudang. Setelah itu dia berkelana lagi selama tiga tahun untuk mempelajari beberapa wushu dari guru lain. Setelah tempaan bertahun-tahun, akhirnya Zhong berani tampil dalam berbagai turnamen wushu, baik nasional maupun internasional. Menurut dia, hatinya tertambat pada wushu aliran Wudang karena aliran ini paling cocok dengannya. Ajaran tentang keselarasan dengan alam, meditasi, bahkan baju aliran Wudang sangat saya senangi, ujarnya. Berbeda seperti pesilat wushu aliran Shaolin yang tidak memelihara rambut, pesilat
[budaya_tionghua] Re: Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing
yoi hehehehe lagian zhang sanfeng dari shaolin itu kata huang zhongxi jaman dinasti qing, yg anaknya dia huang baijia belajar beladiri ama satu tosu dari wudang. seinget aye itu tosu tjoema bilang die keturunan zhang sanfeng en gak bilang zhang sanfeng dari shaolin. cerita itu yg dikutip ama jin yong di cersil to liong tonya. kalu nurut catatan silsilah tao, zhang sanfeng itu murid dari huo long seorg taoist. zhang kecil itu matanya buta or rabun kale ya makanya dibawa ke huolong biar diobatin, trus katanya seh sembuh en jadi pejabat cilik dstnya. ya tinggal milih aja pilih yg mana, kalu aye seh milih yg nomor 2 hehehehehehehehe --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, karang0ter...@... wrote: Sampai sekarangpun, beladiri Taoist yg utama/inti tidak diajarkan kepada pihak luar. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: xiaolongni73 xiaolongn...@... Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Fri, 09 Jul 2010 02:16:40 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing Dikutip dari milis tetangga (everyday mandarin): Karate Kid, Re: Beijing Hutong - Kota Tua Beijing Posted by: Alfonso degaa...@... degaan36 Mon Jul 5, 2010 1:31 pm (PDT) Dalam film Karate Kid 2010 Jackie Chan, sebagian besar shooting memang dilakukan di Hutong (lorong kota tua di Beijing). Film Karate Kid bertujuan untuk promosi kota Beijing secara khusus, dan China secara umum. Di film tsb, kita bisa melihat kehidupan sehari-hari orang Beijing ditonjolkan di sana. Yang modern, yang kuno, yang hebat, yang bagus, sampai yang lucu. Di film Karate Kid, kita bisa menyaksikan permainan jianzi (sejenis olahraga kaki kuno China dari Dinasti Han dengan 3-4 orang yang memainkan bulu ayam yang diikat di koin), tenis meja, bulu tangkis, di mana semua itu merupakan olahraga nomor 1 di China. Juga olahraga basket, Mei Ying yang bermain biola, ojek China saat Dre nebeng dengan skate-board- nya, sekolah internasional Dre, dan stadion Olimpiade Bird Nest (Niao Chao) yang menggambarkan kehidupan orang China (Beijing) masa kini. Di film, kita bisa melihat ratusan siswa China yang belajar kungfu di perguruan. Itu bukan rekayasa karena untuk siswa SMA di China, mereka yang berijazah di bidang olahraga dan musik akan mendapat tambahan 20 poin saat ujian masuk universitas. Itu salah satu kehebatan pemerintah China dalam memberi dorongan hidup pemuda mereka. Pemerintah mengatur supaya anak-anak muda sehat, kuat, dan berkarakter dengan memberi mereka manfaat (tambahan nilai masuk univ) jika mereka menyalurkan di tempat yang benar. Makanya tidak pernah ada tawuran siswa seperti terjadi di negeri ini walau jumlah pemuda di sana 8 kali lipat jumlah pemuda di Indonesia. Jika kita lihat di film, anak-anak muda di China sangat gesit, dan memang itulah kenyataannya di sana. Tentang orang semedi dan biara di atas gunung di film, itu juga benar dan memang ada di China hingga hari ini! Yang kita lihat di film Karate Kid, shooting diambil di Perguruan Wushu Wudang Shan (Gunung Wudang) atau dalam dialek Hokkian lebih terkenal dengan sebutan Butong. Anda yang suka menonton Indosiar tahun 1995 tentu tidak asing lagi dengan nama Butong Pai (Aliran Butong/Wudang) di film To Liong To (Pinyin: Tu Long Dao/Golok Pembunuh Naga). Judul asli film ini adalah Yi Tian Tu Long Ji yang dimainkan oleh Tony Leung. Gunung Wudang berada di kota Shiyan, Provinsi Hubei, China, juga dikenal sebagai tempat suci para pendeta Tao. Unesco juga telah menetapkan Gunung Wudang sebagai salah satu warisan budaya dunia. Sekitar 2.000 tahun lalu, filsuf besar China, Laozi, mempraktikkan Taoisme di gunung ini. Itulah yang membuat Wudang dianggap sebagai asal Taoisme China. Zhong Yunlong adalah pendeta Taois yang juga memegang jabatan tertinggi dalam aliran wushu Wudang hari ini. Dia adalah murid generasi ke-14 dari mahaguru aliran Wudang, Zhang Sanfeng. Sampai saat ini, Zhong Yunlong hingga hari ini masih bermeditasi di atas gunung, jauh dari keramaian. Di lain waktu, jika ada kesempatan saya akan coba menceritakan tentang Perguruan Wushu Wudang/Butong. Bagi penggemar cerita silat, kisah Zhang Sanfeng (Hokkian:Tio Samhong) pasti tidak asing lagi. Dalam legenda dunia persilatan, Zhang Sanfeng merupakan tokoh silat yang digambarkan sebagai orang yang sederhana, bijak, dan berilmu silat tinggi. Zhang Sanfeng pada awalnya dipercaya sebagai murid perguruan Shaolin, tetapi kemudian mengembangkan ilmu wushu (yang disebut kungfu oleh orang Barat) beraliran Taoisme di Gunung Wudang. Kembali ke Zhong Yunlong, masa remajanya dia mempelajari wushu di perguruan Shaolin di Provinsi Henan. Lalu dia pergi ke Gunung Wudang untuk mempelajari wushu aliran Wudang. Setelah itu dia berkelana lagi selama tiga tahun untuk mempelajari beberapa wushu dari
Re: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing
Sepertinya lebih cocok Kungfu Kid ya? --- On Fri, 7/9/10, karang0ter...@gmail.com karang0ter...@gmail.com wrote: From: karang0ter...@gmail.com karang0ter...@gmail.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Friday, July 9, 2010, 5:14 AM Sampai sekarangpun, beladiri Taoist yg utama/inti tidak diajarkan kepada pihak luar. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: xiaolongni73 xiaolongni73@ yahoo.com Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Fri, 09 Jul 2010 02:16:40 - To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com ReplyTo: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing Dikutip dari milis tetangga (everyday mandarin): Karate Kid, Re: Beijing Hutong - Kota Tua Beijing Posted by: Alfonso degaa...@yahoo. com degaan36 Mon Jul 5, 2010 1:31 pm (PDT) Dalam film Karate Kid 2010 Jackie Chan, sebagian besar shooting memang dilakukan di Hutong (lorong kota tua di Beijing). Film Karate Kid bertujuan untuk promosi kota Beijing secara khusus, dan China secara umum. Di film tsb, kita bisa melihat kehidupan sehari-hari orang Beijing ditonjolkan di sana. Yang modern, yang kuno, yang hebat, yang bagus, sampai yang lucu. Di film Karate Kid, kita bisa menyaksikan permainan jianzi (sejenis olahraga kaki kuno China dari Dinasti Han dengan 3-4 orang yang memainkan bulu ayam yang diikat di koin), tenis meja, bulu tangkis, di mana semua itu merupakan olahraga nomor 1 di China. Juga olahraga basket, Mei Ying yang bermain biola, ojek China saat Dre nebeng dengan skate-board- nya, sekolah internasional Dre, dan stadion Olimpiade Bird Nest (Niao Chao) yang menggambarkan kehidupan orang China (Beijing) masa kini. Di film, kita bisa melihat ratusan siswa China yang belajar kungfu di perguruan. Itu bukan rekayasa karena untuk siswa SMA di China, mereka yang berijazah di bidang olahraga dan musik akan mendapat tambahan 20 poin saat ujian masuk universitas. Itu salah satu kehebatan pemerintah China dalam memberi dorongan hidup pemuda mereka. Pemerintah mengatur supaya anak-anak muda sehat, kuat, dan berkarakter dengan memberi mereka manfaat (tambahan nilai masuk univ) jika mereka menyalurkan di tempat yang benar. Makanya tidak pernah ada tawuran siswa seperti terjadi di negeri ini walau jumlah pemuda di sana 8 kali lipat jumlah pemuda di Indonesia. Jika kita lihat di film, anak-anak muda di China sangat gesit, dan memang itulah kenyataannya di sana. Tentang orang semedi dan biara di atas gunung di film, itu juga benar dan memang ada di China hingga hari ini! Yang kita lihat di film Karate Kid, shooting diambil di Perguruan Wushu Wudang Shan (Gunung Wudang) atau dalam dialek Hokkian lebih terkenal dengan sebutan Butong. Anda yang suka menonton Indosiar tahun 1995 tentu tidak asing lagi dengan nama Butong Pai (Aliran Butong/Wudang) di film To Liong To (Pinyin: Tu Long Dao/Golok Pembunuh Naga). Judul asli film ini adalah Yi Tian Tu Long Ji yang dimainkan oleh Tony Leung. Gunung Wudang berada di kota Shiyan, Provinsi Hubei, China, juga dikenal sebagai tempat suci para pendeta Tao. Unesco juga telah menetapkan Gunung Wudang sebagai salah satu warisan budaya dunia. Sekitar 2.000 tahun lalu, filsuf besar China, Laozi, mempraktikkan Taoisme di gunung ini. Itulah yang membuat Wudang dianggap sebagai asal Taoisme China. Zhong Yunlong adalah pendeta Taois yang juga memegang jabatan tertinggi dalam aliran wushu Wudang hari ini. Dia adalah murid generasi ke-14 dari mahaguru aliran Wudang, Zhang Sanfeng. Sampai saat ini, Zhong Yunlong hingga hari ini masih bermeditasi di atas gunung, jauh dari keramaian. Di lain waktu, jika ada kesempatan saya akan coba menceritakan tentang Perguruan Wushu Wudang/Butong. Bagi penggemar cerita silat, kisah Zhang Sanfeng (Hokkian:Tio Samhong) pasti tidak asing lagi. Dalam legenda dunia persilatan, Zhang Sanfeng merupakan tokoh silat yang digambarkan sebagai orang yang sederhana, bijak, dan berilmu silat tinggi. Zhang Sanfeng pada awalnya dipercaya sebagai murid perguruan Shaolin, tetapi kemudian mengembangkan ilmu wushu (yang disebut kungfu oleh orang Barat) beraliran Taoisme di Gunung Wudang. Kembali ke Zhong Yunlong, masa remajanya dia mempelajari wushu di perguruan Shaolin di Provinsi Henan. Lalu dia pergi ke Gunung Wudang untuk mempelajari wushu aliran Wudang. Setelah itu dia berkelana lagi selama tiga tahun untuk mempelajari beberapa wushu dari guru lain. Setelah tempaan bertahun-tahun, akhirnya Zhong berani tampil dalam berbagai turnamen wushu, baik nasional maupun internasional. Menurut dia, hatinya tertambat pada wushu aliran Wudang karena aliran ini paling cocok dengannya. Ajaran tentang keselarasan dengan alam, meditasi, bahkan baju aliran Wudang sangat saya senangi, ujarnya. Berbeda seperti pesilat wushu aliran Shaolin yang tidak memelihara rambut, pesilat pada aliran Wudang ini justru