[budaya_tionghua] Re: Kursus Shufa (Kaligrafi Tionghoa)

2010-07-08 Terurut Topik Erik

Kurang jelas kalau di Bali.

Tapi di sana ada Made Wianta yang seniman grafis itu. Dia juga pernah
mendalami kaligrafi di Jepang. Tapi entah kalau dia mengajar atau tidak.



Salam,

Erik

\
--

In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Narpati Pradana kunder...@...
wrote:

Maaf.. numpang nanya, kalau kegiatan sejenis di Denpasar atau
sekitarnya, ada, gak?

\
--
 2010/7/7 Erik rsn...@...

Dikabarkan kepada para penggemar Shufa (Kaligrafi Tionghoa) bahwa atas
parkarsa beberapa orang kaligrafer senior segera akan diadakan kegiatan
belajar-mengajar Shufa (kaligrafi Tionghoa) yang akan dimulai pada bulan
Agustus 2010 mendatang.

Adapun kegiatan yang mengambil tempat di daerah Pluit/Muara karang
Jakarta itu diselenggarakan dalam :

F o r m a t : Kelas (minimal 10 orang)
 
W a k t u : Satu kali seminggu (3 jam tiap kali) -- jadual lengkap
menyusul --
 
B i a y a : Rp.400.000,- (Empatratusriburupiah) sebulan
 
M a t e r i : Pengenalan alat tulis shufa, cara memegang koas yang
benar serta latihan bentuk/jenis shufa dasar seperti Kaishu
(楷书) dan Lishu (隶书).
 
   Instruktur : Kaligrafer kondang dari Jakarta dan Medan
 
  Bagi penggemar yang berminat dapat menghubungi alamat di bawah ini :

 1. Bpk. Ardian : HP 0808654 (ardia...@...)

 2. Saya sendiri (Erik) : Hp 0811167765 (rsn...@...)
 
 
 
  Salam,.
 
  Erik



Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa

2010-07-08 Terurut Topik Maria Claudia
Sebenarnya pandangan bahwa Indonesia harus seragam kan diciptakan oleh Suharto. 
Saya tahu ada cukup banyak orang yang malu menjadi orang Chinese, selalu 
menjelek-jelekkan orang Chinese dan lebih memilih untuk menikah dengan siapa 
pun 
asal tidak Chinese. Nah itu yang dimaui Suharto, mungkin maksudnya ingin 
seperti 
Hitler, genocide, cuma dengan cara yang  jauh lebih terhormat. Asimilasi (dalam 
pengertian menikah dengan penduduk setempat) kan juga didengung-dengungkan oleh 
Suharto. Alasannya bisa saja rasa iri karena orang Chinese yang ada di 
Indonesia 
selalu lebih berhasil di bidang apa pun yang digelutinya (makanya kan dulu 
orang 
Chinese tidak boleh jadi pegawai negeri, jadi tentara, mau masuk sekolah 
negri 
aja susahnya minta ampujn, yang boleh cuma bisnis. Dan sekarang lihat, begitu 
jadi kepala daerah langsung daerahnya jadi daerah unggulan), atau juga alasan 
yang lebih mulia, yaitu ingin memperbaiki keturunan Indonesia, supaya ga 
bodo-bodo amat.

Saya rasa, tugas kita - yang sudah jadi orang tua dan yang akan jadi orang tua 
- 
untuk menanamkan kepada anak-anak kita bahwa perbedaan akan selalu ada tetapi 
tidak usah dibesar-besarkan (ketika anak saya masih kecil, saya tidak pernah 
mengajarkan istilah pribumi dan nonpri tetapi setelah remaja dia melihat 
sendiri 
mengapa teman yang ini kok tingkah lakunya seperti ini tetapi yang itu kok 
tidak, nah di situ saya baru mengajarkan mengapa ada perbedaan), karena kalau 
kita doktrin dari kecil maka anak-anak akan menjadi fanatik banget dengan 
ke-Chinese-annya sehingga mungkin akan menimbulkan gesekan-gesekan ketika 
mereka 
sudah dewasa. Bagaimana pun kita harus mengakui bahwa kita lahir, makan dan 
mungkin mati pun di sini, jadi istilah 'di mana kaki berpijak di situ langit 
dijunjung' itu memang harus diterapkan. Kalau kita selalu merasa lebih tinggi, 
lebih hebat, lebih ini dan lebih itu, masalah pri-nonpri tidak akan pernah 
selesai. Kita akan selalu jadi sasaran tembak terus dan akan jadi kambing hitam 
setiap ada kerusuhan, tak perduli apa dan siapa penyebabnya. Coba lihat pada 
hampir setiap kasus korupsi, di belakangnya ada Chinesenya atau 
dihubung-hubungkan dengan ke Chinese-annya (saya ingat ketika kasus Gayus baru 
ketahuan, wartawan TVOne itu jelas-jelas menanyakan Andi Kosasih itu orang 
apa?) Bukan sepenuhnya salah kita memang. Ini juga kan produk Suharto ditambah 
dengan sifat kebanyakan orang Indonesian Chinese  yang pragmatis, pengen cepet 
dan gampang bayar mahal dikit cincai lah ..

Mungkin kita harus banyak belajar dari Amerika, yang luas wilayahnya ga beda 
jauh dengan Indonesia. Meskipun dalam banyak hal berbeda, maksud saya di 
Amerika 
itu kan malah pribuminya kalah, orang Indian malah lebih mengenaskan daripada 
orang Negro, tetapi pada akhirnya mereka juga mengakui bahwa negara akan lebih 
berjaya kalau mau merangkul semua rakyatnya, buktinya mereka memilih Obama. 
Siapa tahu suatu saat nanti kita juga bisa seperti Obama. Semua itu tergantung 
dari sikap kita, apakah kita mau bersikap seperti Kwik Kian Gie atau seperti 
Anggodo. Apakah kita harus menunggu sampai 200 tahun untuk menjadi Obama? 
Pilihan itu kan ada di tangan kita sendiri.

Maaf banget lho ya, terutama kepada ahli-ahli  budaya, saya ini bukan 
siapa-siapa dan ga tau apa-apa, cuma kebetulan aja ada yang menyinggung masalah 
perbedaan itu, makanya saya ikutan nimbrung. Saya cuma pengen hidup damai aja 
. apa pun perbedaannya ..






From: Erik rsn...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wed, July 7, 2010 4:27:40 AM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa

  
Oh, ga begitu Ken, bukan mau menyamakan!!
Budaya Tionghoa memang beda dengan budaya suku-suku lain, tapi budaya Tionghoa 
harus membumi di tanah Katulistiwa ini. 

Walau awalnya pendatang, tapi Tionghoa harus bisa membumi dimana pun ia 
menginjakkan kakinya. Lihatlah contohnya  Singapura, Tionghoa di sana mayoritas 
loh, dan budaya Tionghoa pun dominan serta menjadi tuan rumah di sana.
Salam,
Erik
 - - - - - - 
- --
 In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Azura-Mazda Extrim_bluesky@ ... wrote:
Lho...da ge Eric, kebudayaan Tionghoa memang pendatang. 
kan bukan pribumi spt Jawa, Sunda, Batak, Dayak dsb. Memangnya kenapa kalo 
Tionghoa itu disebut pendatang? disebut Non-Pri?
memang bukan pribumi kok. 
Itu temen da ge Eric mau dipersamakan ya? Why? segitu takutnya dengan perbedaan 
ya? Jadi menyama-nyamakan diri dengan pribumi? Tionghoa jelas berbeda dgn 
pribumi sebagaimana
 kebudayaan Acheh berbeda dengan Jawa atau Papua. So what?
 


  

Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa

2010-07-08 Terurut Topik khaidi wong

Wahai Bang Ken-ken
Dah lama gak ngobrol
Menurut gue, Tionghoa itu justru pribumi! Se-pribumi-pribumi-nya! Asli!

Semua adalah pendatang
Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dulunya kosong. Menurut sejarah SMP, 
itu datangnya dari Yunan Selatan. Kalo gak salah. Mohon koreksinya. Jadi 
semua pendatang.


Lalu Indonesia? Indonesia bukanlah berasal dari sebuah kerajaan, atau 
apapun itu. Indonesia itu mulai dari nol. Dari sebuah kekosongan, lalu 
blub, berkat proklamasi maka lahirlah Indonesia. Siapa saja rakyat 
Indonesia? Saat itu, Tionghoa masuk di dalamnya loh. Jadi Tionghoa itu 
pribumi Indonesia, kesimpulannya...


Di dalam BPUPKI juga ada orang Tionghoa di dalamnya...



On 07/07/2010 04:41 PM, Azura-Mazda wrote:


Lho...da ge Eric, kebudayaan Tionghoa memang pendatang.
kan bukan pribumi spt Jawa, Sunda, Batak, Dayak dsb. Memangnya
kenapa kalo Tionghoa itu disebut pendatang? disebut Non-Pri?
memang bukan pribumi kok.
Itu temen da ge Eric mau dipersamakan ya? Why? segitu
takutnya dengan perbedaan ya? Jadi menyama-nyamakan diri
dengan pribumi? Tionghoa jelas berbeda dgn pribumi sebagaimana
kebudayaan Acheh berbeda dengan Jawa atau Papua. So what?


--- Pada *Rab, 7/7/10, Erik /rsn...@yahoo.com/* menulis:


Dari: Erik rsn...@yahoo.com
Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 7 Juli, 2010, 2:01 AM

Benarkah budaya asal Timur Tengah dan Tiongkok masih diperlakukan
sebagai kebudayaan luar?
Bagaimana dengan seni musik kasidahan, irama gambus dan
sebagainya.  Contoh lain adalah juga Dang-dhut yg kental sekali
nuansa Indianya serta Gambang Kromong  yg sangat jelas jejak
ketionghoaannya, tapi bisa diterima dan diperlaukan sebagai budaya
lokal, bahkan sangat merakyat?
Apa yang membuat sebuah bentuk budaya (asal luar) bisa diterima
sedang yang lainnya masih dianggap budaya luar? Fuyuan tolong
responnya donk!!
Salam,
Erik
 - - - - -
- - 
 In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, twa...@... wrote:
Apakah mungkin bisa mengambil contoh dari malaysia dan atau
mungkin singapura ?
Kalau menurut aku sih, di sini masih membedakan kebudayaan asli
dan kebudayaan luar.
Kebudayaan asli maksudnya budaya dari suku-suku yang ada di
Indonesia, spt batak, jawa, ambon, dll.
Kalau kebudayaan luar maksudnya spt kebudayaan barat, *timur
tengah*, dll kebudayaan yang dibawa oleh bangsa pendatang yang
sudah bermukim di negara Indonesia, termasuk kebudayaan tionghoa
dari negara China.
Tetapi aku kira , mungkin kita harus dan boleh berpikir seperti
malaysia, yang mana malaysia meng klaim bahwa negara mereka adalah
truly asia, meskipun mayoritas penduduk disana adalah suku Melayu.
Fyi, slogan truly asia ini sebenarnya utk keperluan promosi
pariwisata.

Regards, Tarto W.

Sent from my BlackBerry?
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 - - - - -
- - - - - - 
 -Original Message-
 From: Erik rsn...@...
 Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Date: Wed, 07 Jul 2010 01:17:11
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Reply-To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa


 Soal ketertiban dalam berbahasa telah selesai dibicarakan. Sekarang
 waktunya kita bincang-bincang perihal kebudayaan Tionghoa.

 Fuyuan mempertanyakan : Apakah budaya yang selama ini dijalankan
oleh
 komunitas Tionghoa di Indonesia termasuk bagian dari kebudayaan
 Indonesia atau bukan?

 Kalau ya, mengapa masih dibuat distinksi antara keduanya seperti
 pengumuman Binus Mandarin Club kemarin.

 Kalau bukan, lantas di mana posisi kita di tengah masyarkat
Indonesia
 yang majemuk ini? Masih dianggap pendatang yang belum
terintegrasikah?



 salam,

 Erik





Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa

2010-07-08 Terurut Topik twasey
Sependapat dgn Mister Wong.

Cuma sy denger2 bahan pelajaran yg menjelaskan tentang hal ini sudah tidak 
disampaikan lagi di buku2 pelajaran sekolah masa kini ?

Maaf klo salah, krn tdk pernah periksa. Hehehehe...

Saya jadi ingat sama penemuan manusia purba yg disebut Pitecanthropus Erectus. 
:p



Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: khaidi wong khaidi.w...@hotmail.com
Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Thu, 08 Jul 2010 10:29:40 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa

Wahai Bang Ken-ken
Dah lama gak ngobrol
Menurut gue, Tionghoa itu justru pribumi! Se-pribumi-pribumi-nya! Asli!

Semua adalah pendatang
Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dulunya kosong. Menurut sejarah SMP, 
itu datangnya dari Yunan Selatan. Kalo gak salah. Mohon koreksinya. Jadi 
semua pendatang.

Lalu Indonesia? Indonesia bukanlah berasal dari sebuah kerajaan, atau 
apapun itu. Indonesia itu mulai dari nol. Dari sebuah kekosongan, lalu 
blub, berkat proklamasi maka lahirlah Indonesia. Siapa saja rakyat 
Indonesia? Saat itu, Tionghoa masuk di dalamnya loh. Jadi Tionghoa itu 
pribumi Indonesia, kesimpulannya...

Di dalam BPUPKI juga ada orang Tionghoa di dalamnya...



On 07/07/2010 04:41 PM, Azura-Mazda wrote:

 Lho...da ge Eric, kebudayaan Tionghoa memang pendatang.
 kan bukan pribumi spt Jawa, Sunda, Batak, Dayak dsb. Memangnya
 kenapa kalo Tionghoa itu disebut pendatang? disebut Non-Pri?
 memang bukan pribumi kok.
 Itu temen da ge Eric mau dipersamakan ya? Why? segitu
 takutnya dengan perbedaan ya? Jadi menyama-nyamakan diri
 dengan pribumi? Tionghoa jelas berbeda dgn pribumi sebagaimana
 kebudayaan Acheh berbeda dengan Jawa atau Papua. So what?


 --- Pada *Rab, 7/7/10, Erik /rsn...@yahoo.com/* menulis:


 Dari: Erik rsn...@yahoo.com
 Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
 Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Tanggal: Rabu, 7 Juli, 2010, 2:01 AM

 Benarkah budaya asal Timur Tengah dan Tiongkok masih diperlakukan
 sebagai kebudayaan luar?
 Bagaimana dengan seni musik kasidahan, irama gambus dan
 sebagainya.  Contoh lain adalah juga Dang-dhut yg kental sekali
 nuansa Indianya serta Gambang Kromong  yg sangat jelas jejak
 ketionghoaannya, tapi bisa diterima dan diperlaukan sebagai budaya
 lokal, bahkan sangat merakyat?
 Apa yang membuat sebuah bentuk budaya (asal luar) bisa diterima
 sedang yang lainnya masih dianggap budaya luar? Fuyuan tolong
 responnya donk!!
 Salam,
 Erik
  - - - - -
 - - 
  In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, twa...@... wrote:
 Apakah mungkin bisa mengambil contoh dari malaysia dan atau
 mungkin singapura ?
 Kalau menurut aku sih, di sini masih membedakan kebudayaan asli
 dan kebudayaan luar.
 Kebudayaan asli maksudnya budaya dari suku-suku yang ada di
 Indonesia, spt batak, jawa, ambon, dll.
 Kalau kebudayaan luar maksudnya spt kebudayaan barat, *timur
 tengah*, dll kebudayaan yang dibawa oleh bangsa pendatang yang
 sudah bermukim di negara Indonesia, termasuk kebudayaan tionghoa
 dari negara China.
 Tetapi aku kira , mungkin kita harus dan boleh berpikir seperti
 malaysia, yang mana malaysia meng klaim bahwa negara mereka adalah
 truly asia, meskipun mayoritas penduduk disana adalah suku Melayu.
 Fyi, slogan truly asia ini sebenarnya utk keperluan promosi
 pariwisata.

 Regards, Tarto W.

 Sent from my BlackBerry?
  powered by Sinyal Kuat INDOSAT
  - - - - -
 - - - - - - 
  -Original Message-
  From: Erik rsn...@...
  Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
  Date: Wed, 07 Jul 2010 01:17:11
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
  Reply-To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
  Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
 
 
  Soal ketertiban dalam berbahasa telah selesai dibicarakan. Sekarang
  waktunya kita bincang-bincang perihal kebudayaan Tionghoa.
 
  Fuyuan mempertanyakan : Apakah budaya yang selama ini dijalankan
 oleh
  komunitas Tionghoa di Indonesia termasuk bagian dari kebudayaan
  Indonesia atau bukan?
 
  Kalau ya, mengapa masih dibuat distinksi antara keduanya seperti
  pengumuman Binus Mandarin Club kemarin.
 
  Kalau bukan, lantas di mana posisi kita di tengah masyarkat
 Indonesia
  yang majemuk ini? Masih dianggap pendatang yang belum
 terintegrasikah?
 
 
 
  salam,
 
  Erik


 



Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa

2010-07-08 Terurut Topik twasey
Bu Maria, 
Ya begitulah Indonesia.

Kadng scr tidak sengaja sy juga mendengar penjelasan2 yg berhubungan dengan 
perbedaan dan diskriminasi melalui pengeras suara yg ada di jalan jalan kecil.
Sampai kadang sy berpikir, mengapa guru-guru yg menyampaikan ceramah lewat 
pengeras suara itu sampai hati mengajarkan supaya bisa mendiskriminasi saudara2 
yg tidak se-suku dan terutama tidak sepandangan.

Sebenarnya bngsa Indonesia adalah bangsa yg baik, cuma mngkn karena pendidikan 
yg kurang bagus dan tdk tepat, sehingga gampang terprovokasi utk melakukan hal2 
yg tidak perlu, yg mana kadang malah merugikan mereka sendiri.

PERBEDAAN ITU INDAH... Pi


 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Maria Claudia claudia_maria_...@yahoo.com
Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Thu, 8 Jul 2010 01:05:17 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa

Sebenarnya pandangan bahwa Indonesia harus seragam kan diciptakan oleh Suharto. 
Saya tahu ada cukup banyak orang yang malu menjadi orang Chinese, selalu 
menjelek-jelekkan orang Chinese dan lebih memilih untuk menikah dengan siapa 
pun 
asal tidak Chinese. Nah itu yang dimaui Suharto, mungkin maksudnya ingin 
seperti 
Hitler, genocide, cuma dengan cara yang  jauh lebih terhormat. Asimilasi (dalam 
pengertian menikah dengan penduduk setempat) kan juga didengung-dengungkan oleh 
Suharto. Alasannya bisa saja rasa iri karena orang Chinese yang ada di 
Indonesia 
selalu lebih berhasil di bidang apa pun yang digelutinya (makanya kan dulu 
orang 
Chinese tidak boleh jadi pegawai negeri, jadi tentara, mau masuk sekolah 
negri 
aja susahnya minta ampujn, yang boleh cuma bisnis. Dan sekarang lihat, begitu 
jadi kepala daerah langsung daerahnya jadi daerah unggulan), atau juga alasan 
yang lebih mulia, yaitu ingin memperbaiki keturunan Indonesia, supaya ga 
bodo-bodo amat.

Saya rasa, tugas kita - yang sudah jadi orang tua dan yang akan jadi orang tua 
- 
untuk menanamkan kepada anak-anak kita bahwa perbedaan akan selalu ada tetapi 
tidak usah dibesar-besarkan (ketika anak saya masih kecil, saya tidak pernah 
mengajarkan istilah pribumi dan nonpri tetapi setelah remaja dia melihat 
sendiri 
mengapa teman yang ini kok tingkah lakunya seperti ini tetapi yang itu kok 
tidak, nah di situ saya baru mengajarkan mengapa ada perbedaan), karena kalau 
kita doktrin dari kecil maka anak-anak akan menjadi fanatik banget dengan 
ke-Chinese-annya sehingga mungkin akan menimbulkan gesekan-gesekan ketika 
mereka 
sudah dewasa. Bagaimana pun kita harus mengakui bahwa kita lahir, makan dan 
mungkin mati pun di sini, jadi istilah 'di mana kaki berpijak di situ langit 
dijunjung' itu memang harus diterapkan. Kalau kita selalu merasa lebih tinggi, 
lebih hebat, lebih ini dan lebih itu, masalah pri-nonpri tidak akan pernah 
selesai. Kita akan selalu jadi sasaran tembak terus dan akan jadi kambing hitam 
setiap ada kerusuhan, tak perduli apa dan siapa penyebabnya. Coba lihat pada 
hampir setiap kasus korupsi, di belakangnya ada Chinesenya atau 
dihubung-hubungkan dengan ke Chinese-annya (saya ingat ketika kasus Gayus baru 
ketahuan, wartawan TVOne itu jelas-jelas menanyakan Andi Kosasih itu orang 
apa?) Bukan sepenuhnya salah kita memang. Ini juga kan produk Suharto ditambah 
dengan sifat kebanyakan orang Indonesian Chinese  yang pragmatis, pengen cepet 
dan gampang bayar mahal dikit cincai lah ..

Mungkin kita harus banyak belajar dari Amerika, yang luas wilayahnya ga beda 
jauh dengan Indonesia. Meskipun dalam banyak hal berbeda, maksud saya di 
Amerika 
itu kan malah pribuminya kalah, orang Indian malah lebih mengenaskan daripada 
orang Negro, tetapi pada akhirnya mereka juga mengakui bahwa negara akan lebih 
berjaya kalau mau merangkul semua rakyatnya, buktinya mereka memilih Obama. 
Siapa tahu suatu saat nanti kita juga bisa seperti Obama. Semua itu tergantung 
dari sikap kita, apakah kita mau bersikap seperti Kwik Kian Gie atau seperti 
Anggodo. Apakah kita harus menunggu sampai 200 tahun untuk menjadi Obama? 
Pilihan itu kan ada di tangan kita sendiri.

Maaf banget lho ya, terutama kepada ahli-ahli  budaya, saya ini bukan 
siapa-siapa dan ga tau apa-apa, cuma kebetulan aja ada yang menyinggung masalah 
perbedaan itu, makanya saya ikutan nimbrung. Saya cuma pengen hidup damai aja 
. apa pun perbedaannya ..






From: Erik rsn...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wed, July 7, 2010 4:27:40 AM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa

  
Oh, ga begitu Ken, bukan mau menyamakan!!
Budaya Tionghoa memang beda dengan budaya suku-suku lain, tapi budaya Tionghoa 
harus membumi di tanah Katulistiwa ini. 

Walau awalnya pendatang, tapi Tionghoa harus bisa membumi dimana pun ia 
menginjakkan kakinya. Lihatlah contohnya  Singapura, Tionghoa di sana mayoritas 
loh, 

Bls: [budaya_tionghua] Re: Chinese Legacies in Bali

2010-07-08 Terurut Topik Vheru Prayitno
Ikutan menulis ahhSaya ada kenal penggurus klenteng  Kwan Kong di Bali nama 
panggilannnya sih Pak mengku , dia bilang setiap upacara besar di Bali ada juga 
hio dan kertas thuakim,menurut dia itu sudah berlangsung lama dan turun 
temurun,saya juga dulu berfikir kenapa penggurus klenteng namannya pak Mengku 
?? kemarin ketika beliau datang ke Jakarta saya ngk sempat banyak bicara karena 
kedatangan beliau bukan cuma satu tempat tapi dia keliling sebagian jawa sambil 
membawa Kongco Kwan kong dan targetnya 100 klenteng di Jawa beliau akan 
kunjungi.Tujuannya adalah untuk saling mengenal antar penggurus klenteng,dan 
setiap ada acara Shejit Kongco di Jawa Klenteng di Bali tidak pernah tahu dan 
sekalian dia memaparkan rencana Klenteng Kwan Kong di Bali mau membangun Altar 
persembahanMungkin disini ada yg berkenan Menyisihkan Dana Untuk 
Klenteng...??

Salam
--- Pada Sel, 6/7/10, ardian_c ardia...@yahoo.co.id menulis:

Dari: ardian_c ardia...@yahoo.co.id
Judul: [budaya_tionghua] Re: Chinese Legacies in Bali
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 6 Juli, 2010, 8:42 AM















 
 



  



  
  
  gak tjoema hio aje yg dipake, kertas thikong kim/swikim aje dipake buatu 
upacara2 tertentu



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Narpati Pradana kunder...@... wrote:



 Wah mestinya si penulis juga memuat foto patung Orang Tionghoa berkucir

 panjang yang ada di Museum Bali..

 Begitu juga hio yang digunakan di canang-canang tiap hari.

 

 

 

 On Tue, Jul 6, 2010 at 12:37 PM, F Alexander FW alexfe...@... wrote:

 






 





 



  












Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa

2010-07-08 Terurut Topik Fy Zhou
Masalah budaya memang tidak bisa dan tidak boleh dilihat dari kacamata politik 
ideologis. janganlah ada istilah seharusnya dalam hal budaya, semua harus 
kita  terima apa adanya, kita boleh memperhatikan dan menikmati 
perkembangannya, 
tapi tak boleh menghakimi, tak boleh menilai benar atau salah.

Karena indonesia adalah bentukan baru secara politik, maka dia belum punya 
sejarah budaya yang monolit. maka di UUD pun rumusannya terpaksa menyebut 
budaya 
indonesia adalah  kumpulan dari puncak budaya berbagai suku di Indonesia, 
semacam gado2. dari sudut pandang ini, budaya tionghoa yang dijalankan 
masyarakat Tionghoa di Indonesia otomatis masuk dalam gado2 ini, mengingat 
keberadaan etnis tionghoa di sini jauh sebelum Indonesia lahir.

Lantas bagaimana dng masalah membumikan budaya tionghoa di Indonesia, sehingga 
pantas disebut budaya tionghoa yang khas Indonesia? ini adalah masalah 
akulturisasi.

Seperti budaya etnis lain di Indonesia, budaya Tionghoa selain memiliki  segi2 
yang mudah diserap oleh komunitas lain, sehingga terjadi  akulturisasi, juga 
memiliki segi2 yang eksklusif, yang tak dapat berubah, yang hanya dapat  
dinikmati oleh pemilik budaya asal. 


Contohnya dalam budaya Jawa, banyak yang mudah diserap oleh masyarakat non 
jawa,  
seperti misalnya  batik, tapi tetap saja ada yang sulit  diserap oleh orang 
luar, seperti macapatan dan wayang orang. Demikian juga, suku lain mudah 
menyerap budaya kuliner Tionghoa seperti bakmi bakso, dan melahirkan makanan 
peranakan lontong capgomeh, tapi tetap sulit menghayati proses ritual di 
klenteng, atau menggauli sastra berbahasa Tionghoa tanpa proses alih bahasa. 


Unsur2 budaya yang mudah melebur dalam pergaulan antar etnis ini bisa kita 
namakan budaya baru dari Indonesia yang juga baru, budaya ini sudah  mulai 
menaggalkan baju etnisnya, diamalkan oleh segenap bangsa Indonesia tanpa 
mempersoalkan lagi asal usulnya.

Lantas bagaimana dng unsur2 budaya yang tak dapat melebur membaur itu? apakah 
mereka tak pantas disebut budaya Indonesia? saya kira jawabannya ada dua:

Pertama, secara sosial politik,  mengacu pada sejarah pembentukan Bangsa 
Indonesia dan UUD45, dia tetap sah sebagai budaya Indonesia, ada yang pakai 
istilah  budaya nusantara

Kedua, secara etnologi antrologi , dia tetap saja bertahan sebagai budaya 
etnis.  gamelan di Suriname atau di Indonesia tetap saja sebagai budaya Jawa. 
sastra Tionghoa Indonesia dan sastra Tionghoa Malaysia adalah bagian dari 
sastra 
Tionghoa dunia, bukan bagian dari sastra Indonesia.

Justru dengan berpijak di kedua perahu ini, budaya Tionghoa akan terus 
mengalami 
dinamika, yang membuat dia penuh vitalitas, dan sanggup menjadi jembatan budaya 
lintas bangsa. Maka tak perlu takut mengakui kesamaan dan perbedaan kita. 


Salam,
Zhou Fuyuan





From: Erik rsn...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wed, July 7, 2010 6:27:40 PM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa

  
Oh, ga begitu Ken, bukan mau menyamakan!!
Budaya Tionghoa memang beda dengan budaya suku-suku lain, tapi budaya Tionghoa 
harus membumi di tanah Katulistiwa ini. 

Walau awalnya pendatang, tapi Tionghoa harus bisa membumi dimana pun ia 
menginjakkan kakinya. Lihatlah contohnya  Singapura, Tionghoa di sana mayoritas 
loh, dan budaya Tionghoa pun dominan serta menjadi tuan rumah di sana.
Salam,
Erik
 - - - - - - 
- --
 In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Azura-Mazda Extrim_bluesky@ ... wrote:
Lho...da ge Eric, kebudayaan Tionghoa memang pendatang. 
kan bukan pribumi spt Jawa, Sunda, Batak, Dayak dsb. Memangnya kenapa kalo 
Tionghoa itu disebut pendatang? disebut Non-Pri?
memang bukan pribumi kok. 
Itu temen da ge Eric mau dipersamakan ya? Why? segitu takutnya dengan perbedaan 
ya? Jadi menyama-nyamakan diri dengan pribumi? Tionghoa jelas berbeda dgn 
pribumi sebagaimana
 kebudayaan Acheh berbeda dengan Jawa atau Papua. So what?
 


  

Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa

2010-07-08 Terurut Topik ???
kalau saya misalnya pengusaha kakap jualan senjata api, peluru, tank,
bahan bakar pesawat tempur dan kendaraan lapis baja, saya lebih suka ada
diskriminasi dan orang-orang yang mengajarkan kebencian ras seperti yang
diceritakan Twasey ini

karena diskriminasi adalah cikal bakal kesenjangan, kesenjangan adalah
modal untuk bikin kerusuhan, kerusuhan adalah modal untuk bikin perang,
nah jika ada perang, maka dagangan saya laku keras..

apalagi perangnya perang saudara atau perang sipil yang kebanyakan
dilakukan oleh orang-orang non militer.. kalau militer cenderung hemat
peluru karena mereka terlatih, tapi kalau sipil, pasti main berondong
saja dan jarang kena target.. kalau peluru habis, maka dia beli lagi
sama saya.. dagangan tambah laku.. jika uang mereka habis, maka saya
jual peluru tukar sertifikat tanah atau rumah atau sawah

belum lagi nanti konglomerat tamak lainnya yang usaha jalan raya,
pembangunan mall baru, rumah sakit baru, dll tentu senang jika ada
perang.. karena mereka akan ada proyek baru di lokasi yang hancur
setelah perang

jadi menurut saya, itu lah mengapa masih banyak orang yang memprovokasi
dan banyak yang terprovokasi.. karena hal ini berkaitan dengan bisnis
yang erat dengan ketamakan harta duniawi..

untuk sebagian besar dari kita beranggapan bahwa damai itu indah, namun
untuk konglomerat tamak yang berjualan senjata seperti yang saya
contohkan di atas, mereka beranggapan bahwa perang itu indah

ada yang bilang bahwa dunia kiamat ditelan api, tapi ada pula yang
bilang dunia akan kiamat digenangi banjir tsunami, ada juga yang bilang
bumi kiamat dengan cara dunia tertutup es yang dingin membeku, namun
saya lebih percaya jika dunia kiamat dikarenakan ketamakan yang kian
menjadi-jadi

tidak apa-apa jadi kapitalis, sah-sah saja.. tapi kalau sudah tamak, apa
pun ideologinya, apa pun rasnya, apapun atribut lainnya, itu akan
berakibat buruk



twa...@yahoo.com wrote:
 
 
 Bu Maria,
 Ya begitulah Indonesia.
 
 Kadng scr tidak sengaja sy juga mendengar penjelasan2 yg berhubungan
 dengan perbedaan dan diskriminasi melalui pengeras suara yg ada di jalan
 jalan kecil.
 Sampai kadang sy berpikir, mengapa guru-guru yg menyampaikan ceramah
 lewat pengeras suara itu sampai hati mengajarkan supaya bisa
 mendiskriminasi saudara2 yg tidak se-suku dan terutama tidak sepandangan.
 
 Sebenarnya bngsa Indonesia adalah bangsa yg baik, cuma mngkn karena
 pendidikan yg kurang bagus dan tdk tepat, sehingga gampang terprovokasi
 utk melakukan hal2 yg tidak perlu, yg mana kadang malah merugikan mereka
 sendiri.
 
 PERBEDAAN ITU INDAH... Pi
 
 
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT



[budaya_tionghua] Fw: [GELORA45] FB Foto's Dokumen Soekarno's life

2010-07-08 Terurut Topik ChanCT

- 原始郵件- 
寄件者: Mira Wijaya Kusuma 
收件者: GELORA45 ; ChanCT ; inti-...@yahoogroups.com 
傳送日期: 2010年7月9日 2:12
主旨: [GELORA45] FB Foto's Dokumen Soekarno's life




  Susanto Prabu Polamolo's Photos - Soekarno's life



Click on people's faces in the photo to tag them.   


  “Cita-cita yang paling tinggi dari seluruh masyarakat kemanusiaan, ialah 
“Kesejahteraan Sosial” untuk segenap rakyat. Bung Karno menerima Kabinet Amir 
Sjarifuddin yang di dalamnya terdapat seorang perempuan, SK. Trimurti. Kabinet 
tersebut di antaranya: Amir Sjarifuddin, Ali Sastroamidjojo, Siauw Giok Tjhan, 
Hamengkubuwono IX, Ir Djuanda Kartawidjaja, Dr. Satrio, Warkhadun Wondoamiseno, 
Ong Eng Die, Masjkur, Kasman Singodimedjo dan lain-lain.



  Susanto Prabu Polamolo's Photos - Soekarno's life
  Photo 4 of 4   

Click on people's faces in the photo to tag them.   


  Marhaen dan Marhaenis Bersatu.
  “Pada satu waktu saya sampai kepada suatu saat memerlukan satu nama umum 
bagi semua yang kecil-kecil ini. Ya buruh, ya tani, ya pegawai, ya nelayan dan 
lain-lainnya, semuanya tidak ada yang besar, melainkan kecil-kecil semuanya. 
Lantas saya beri nama kepada semuanya itu Marhaen!. 
  Marhaenisme berarti: faham nasionalisme Indonesia yang memihak kepada 
Marhaen. Siapa saja nasionalis Indonesia yang berpihak pada Marhaen, adalah 
seorang Marhaenis. Baik orang Marhaen sendiri maupun intelektual, yang memihak 
pada Marhaen adalah Marhaenis. 

  (Fikiran Ra’jat, 1 Juli 1932)





  http://sastrapembebasan.wordpress.com/
  http://tamanhaikumiryanti.blogspot.com/
  Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: 
http://www.progind.net/   
 






Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa

2010-07-08 Terurut Topik Azura-Mazda
Wahai Sdr. Wong (ga pake gendenk), 
 
Dari mana anda punya hak untuk mengklaim kepribumian anda? 
Siapa yg memberi anda hak klaim tersebut? 
 
Apakah karena leluhur anda kebetulan pernah berburu di sebuah
wilayah hutan, sehingga anda berpikir bahwa hutan itu milik anda? 
Sehingga anda merasa bahwa anda pribumi di wilayah hutan itu? 
 
Apa karena leluhur anda kebetulan melihat seonggok gunung
dan kemudian anda berpikir bahwa gunung tersebut adalah
milik anda? 
 
Saya tidak setuju kalo dibilang Melayu itu berasal dari Yunan.
Saya lebih setuju teori Dongson culture. Bahwa orang-orang
melayu itu  berasal dari lembah Sungai Mekong yg kemudian
menyebar ke utara (Yunnan) dan Selatan (Semenanjung Malaya
dan Pulau Jawa). 


--- Pada Rab, 7/7/10, khaidi wong khaidi.w...@hotmail.com menulis:


Dari: khaidi wong khaidi.w...@hotmail.com
Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 7 Juli, 2010, 11:29 PM


  



Wahai Bang Ken-ken
Dah lama gak ngobrol
Menurut gue, Tionghoa itu justru pribumi! Se-pribumi-pribumi- nya! Asli!

Semua adalah pendatang
Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dulunya kosong. Menurut sejarah SMP, itu 
datangnya dari Yunan Selatan. Kalo gak salah. Mohon koreksinya. Jadi semua 
pendatang.

Lalu Indonesia? Indonesia bukanlah berasal dari sebuah kerajaan, atau apapun 
itu. Indonesia itu mulai dari nol. Dari sebuah kekosongan, lalu blub, berkat 
proklamasi maka lahirlah Indonesia. Siapa saja rakyat Indonesia? Saat itu, 
Tionghoa masuk di dalamnya loh. Jadi Tionghoa itu pribumi Indonesia, 
kesimpulannya. ..

Di dalam BPUPKI juga ada orang Tionghoa di dalamnya...



On 07/07/2010 04:41 PM, Azura-Mazda wrote: 
  






Lho...da ge Eric, kebudayaan Tionghoa memang pendatang. 
kan bukan pribumi spt Jawa, Sunda, Batak, Dayak dsb. Memangnya
kenapa kalo Tionghoa itu disebut pendatang? disebut Non-Pri?
memang bukan pribumi kok. 
 
Itu temen da ge Eric mau dipersamakan ya? Why? segitu
takutnya dengan perbedaan ya? Jadi menyama-nyamakan diri
dengan pribumi? Tionghoa jelas berbeda dgn pribumi sebagaimana
kebudayaan Acheh berbeda dengan Jawa atau Papua. So what?
 
 


--- Pada Rab, 7/7/10, Erik rsn...@yahoo. com menulis:


Dari: Erik rsn...@yahoo. com
Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Tanggal: Rabu, 7 Juli, 2010, 2:01 AM


  


Benarkah budaya asal Timur Tengah dan Tiongkok masih diperlakukan sebagai 
kebudayaan luar?
Bagaimana dengan seni musik kasidahan, irama gambus dan sebagainya.  Contoh 
lain adalah juga Dang-dhut yg kental sekali nuansa Indianya serta Gambang 
Kromong  yg sangat jelas jejak ketionghoaannya, tapi bisa diterima dan 
diperlaukan sebagai budaya lokal, bahkan sangat merakyat?
Apa yang membuat sebuah bentuk budaya (asal luar) bisa diterima sedang yang 
lainnya masih dianggap budaya luar? Fuyuan tolong responnya donk!!
Salam,
Erik
 - - - - - - 
- 
 In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, twa...@... wrote:
Apakah mungkin bisa mengambil contoh dari malaysia dan atau mungkin singapura ? 
Kalau menurut aku sih, di sini masih membedakan kebudayaan asli dan kebudayaan 
luar. 
Kebudayaan asli maksudnya budaya dari suku-suku yang ada di Indonesia, spt 
batak, jawa, ambon, dll. 
Kalau kebudayaan luar maksudnya spt kebudayaan barat, timur tengah, dll 
kebudayaan yang dibawa oleh bangsa pendatang yang sudah bermukim di negara 
Indonesia, termasuk kebudayaan tionghoa dari negara China. 
Tetapi aku kira , mungkin kita harus dan boleh berpikir seperti malaysia, yang 
mana malaysia meng klaim bahwa negara mereka adalah truly asia, meskipun 
mayoritas penduduk disana adalah suku Melayu. 
Fyi, slogan truly asia ini sebenarnya utk keperluan promosi pariwisata. 
 
Regards, Tarto W. 
 
Sent from my BlackBerry?
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT 
 - - - - - - 
- - - - - 
 -Original Message- 
 From: Erik rsn...@... 
 Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
 Date: Wed, 07 Jul 2010 01:17:11 
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
 Reply-To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
 Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa 
 
 
 Soal ketertiban dalam berbahasa telah selesai dibicarakan. Sekarang 
 waktunya kita bincang-bincang perihal kebudayaan Tionghoa. 
 
 Fuyuan mempertanyakan : Apakah budaya yang selama ini dijalankan oleh 
 komunitas Tionghoa di Indonesia termasuk bagian dari kebudayaan 
 Indonesia atau bukan? 
 
 Kalau ya, mengapa masih dibuat distinksi antara keduanya seperti 
 pengumuman Binus Mandarin Club kemarin. 
 
 Kalau bukan, lantas di mana posisi kita di tengah masyarkat Indonesia 
 yang majemuk ini? Masih dianggap pendatang yang belum terintegrasikah? 
 
 
 
 salam, 
 
 Erik 









[budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing

2010-07-08 Terurut Topik xiaolongni73
Dikutip dari milis tetangga (everyday mandarin):

Karate Kid, Re: Beijing Hutong - Kota Tua Beijing
Posted by: Alfonso degaa...@yahoo.com   degaan36
Mon Jul 5, 2010 1:31 pm (PDT)


Dalam film Karate Kid 2010 Jackie Chan, sebagian besar shooting memang 
dilakukan di Hutong (lorong kota tua di Beijing). Film Karate Kid bertujuan 
untuk promosi kota Beijing secara khusus, dan China secara umum.

Di film tsb, kita bisa melihat kehidupan sehari-hari orang Beijing ditonjolkan 
di sana. Yang modern, yang kuno, yang hebat, yang bagus, sampai yang lucu. Di 
film Karate Kid, kita bisa menyaksikan permainan jianzi (sejenis olahraga kaki 
kuno China dari Dinasti Han dengan 3-4 orang yang memainkan bulu ayam yang 
diikat di koin), tenis meja, bulu tangkis, di mana semua itu merupakan olahraga 
nomor 1 di China. Juga olahraga basket, Mei Ying yang bermain biola, ojek China 
saat Dre nebeng dengan skate-board- nya, sekolah internasional Dre, dan stadion 
Olimpiade Bird Nest (Niao Chao) yang menggambarkan kehidupan orang China 
(Beijing) masa kini.

Di film, kita bisa melihat ratusan siswa China yang belajar kungfu di 
perguruan. Itu bukan rekayasa karena untuk siswa SMA di China, mereka yang 
berijazah di bidang olahraga dan musik akan mendapat tambahan 20 poin saat 
ujian masuk universitas. Itu salah satu kehebatan pemerintah China dalam 
memberi dorongan hidup pemuda mereka. Pemerintah mengatur supaya anak-anak muda 
sehat, kuat, dan berkarakter dengan memberi mereka manfaat (tambahan nilai 
masuk univ) jika mereka menyalurkan di tempat yang benar. Makanya tidak pernah 
ada tawuran siswa seperti terjadi di negeri ini walau jumlah pemuda di sana 8 
kali lipat jumlah pemuda di Indonesia. Jika kita lihat di film, anak-anak muda 
di China sangat gesit, dan memang itulah kenyataannya di sana.

Tentang orang semedi dan biara di atas gunung di film, itu juga benar dan 
memang ada di China hingga hari ini!

Yang kita lihat di film Karate Kid, shooting diambil di Perguruan Wushu Wudang 
Shan (Gunung Wudang) atau dalam dialek Hokkian lebih terkenal dengan sebutan 
Butong. Anda yang suka menonton Indosiar tahun 1995 tentu tidak asing lagi 
dengan nama Butong Pai (Aliran Butong/Wudang) di film To Liong To (Pinyin: Tu 
Long Dao/Golok Pembunuh Naga). Judul asli film ini adalah Yi Tian Tu Long Ji 
yang dimainkan oleh Tony Leung.

Gunung Wudang berada di kota Shiyan, Provinsi Hubei, China, juga dikenal 
sebagai tempat suci para pendeta Tao. Unesco juga telah menetapkan Gunung 
Wudang sebagai salah satu warisan budaya dunia. Sekitar 2.000 tahun lalu, 
filsuf besar China, Laozi, mempraktikkan Taoisme di gunung ini. Itulah yang 
membuat Wudang dianggap sebagai asal Taoisme China.

Zhong Yunlong adalah pendeta Taois yang juga memegang jabatan tertinggi dalam 
aliran wushu Wudang hari ini. Dia adalah murid generasi ke-14 dari mahaguru 
aliran Wudang, Zhang Sanfeng. Sampai saat ini, Zhong Yunlong hingga hari ini 
masih bermeditasi di atas gunung, jauh dari keramaian. Di lain waktu, jika ada 
kesempatan saya akan coba menceritakan tentang Perguruan Wushu Wudang/Butong.

Bagi penggemar cerita silat, kisah Zhang Sanfeng (Hokkian:Tio Samhong) pasti 
tidak asing lagi. Dalam legenda dunia persilatan, Zhang Sanfeng merupakan tokoh 
silat yang digambarkan sebagai orang yang sederhana, bijak, dan berilmu silat 
tinggi.

Zhang Sanfeng pada awalnya dipercaya sebagai murid perguruan Shaolin, tetapi 
kemudian mengembangkan ilmu wushu (yang disebut kungfu oleh orang Barat) 
beraliran Taoisme di Gunung Wudang.

Kembali ke Zhong Yunlong, masa remajanya dia mempelajari wushu di perguruan 
Shaolin di Provinsi Henan. Lalu dia pergi ke Gunung Wudang untuk mempelajari 
wushu aliran Wudang. Setelah itu dia berkelana lagi selama tiga tahun untuk 
mempelajari beberapa wushu dari guru lain.

Setelah tempaan bertahun-tahun, akhirnya Zhong berani tampil dalam berbagai 
turnamen wushu, baik nasional maupun internasional.

Menurut dia, hatinya tertambat pada wushu aliran Wudang karena aliran ini 
paling cocok dengannya. Ajaran tentang keselarasan dengan alam, meditasi, 
bahkan baju aliran Wudang sangat saya senangi, ujarnya. Berbeda seperti 
pesilat wushu aliran Shaolin yang tidak memelihara rambut, pesilat pada aliran 
Wudang ini justru memanjangkan rambut mereka. Makanya di film Karate Kid, kita 
melihat biksu-biksu Tao semuanya berambut dengan berkumis. Jackie Chan juga 
berkumis di film tsb.:D

Dahulu kala, rakyat jelata memang tidak diberi kesempatan mempelajari wushu 
Wudang. Keahlian ini hanyalah diperuntukkan bagi mereka yang sudah ditahbiskan 
menjadi pendeta-pendeta Tao saja. Salah satu alasannya adalah untuk menghindari 
penyalahgunaan keahlian wushu di kalangan rakyat banyak.

Keadaan berubah. Seiring dengan perubahan dan keterbukaan Pemerintah China, 
keterbukaan juga menyapu Gunung Wudang. Mereka pun melakukan reformasi dengan 
mendirikan Asosiasi Taois Wudang pada tahun 1988. Wushu Wudang yang merupakan 
warisan seni serta bermanfaat untuk menjaga 

[budaya_tionghua] Join Pelatihan Civic Education for Future Indonesia Leaders (CEFIL) Intermediate

2010-07-08 Terurut Topik F Alexander FW
Pelatihan Civic Education for Future Indonesia Leaders (CEFIL) Intermediate

SATUNAMA bekerjasama dengan Konrad Adenauer Stiftung (KAS) akan
menyelenggarakan pelatihan Civic Education for Future Indonesia
Leaders (CEFIL) Intermediate. Pelatihan akan diselenggarakan pada
tanggal 26 hingga 31 Juli 2010 di Balai Pelatihan SATUNAMA. Kami
mengundang kaum muda dengan rentang usia antara 25 hingga 40 tahun,
memiliki pengalaman minimal selama dua (2) tahun memimpin organisasi,
serta berpendidikan minimal SMU atau sederajat, perempuan sangat
diprioritaskan, untuk menjadi peserta pelatihan ini. Apabila berminat
mengikuti pelatihan ini, segera kirimkan tulisan dengan salah satu
tema berikut:
• Masa depan pemimpin masyarakat sipil dalam kekuasaan politik
(perspektif hak sipil – politik dan kebebasan).
• Masa depan pemimpin masyarakat sipil dalam relasi sosial – ekonomi.
• Masa depan pemimpin masyarakat sipil dalam sosial – budaya.
Panjang tulisan tidak lebih dari 1000 kata dan dikirimkan selambatnya
15 Juli 2010 ke alamat train...@satunama.org

CEFIL muncul berdasar keyakinan bahwa kepemimpinan masyarakat sipil
yang demokratis merupakan pilar bagi terbangunannya masyarakat adil
dan sejahtera. Materi-materi pelatihan seperti demokrasi, globalisasi,
hak asasi manusia, partisipasi, masyarakat sipil, kepemimpinan,
analisis social, resolusi konflik dan pengorganisasian; akan membekali
peserta menjadi pemimpin masyarakat sipil yang demokratis.

Sebelumnya, CEFIL menghadirkan para pakar yang berpengalaman dalam
bidangnya sebagai narasumber. Mulai dari Ifdal Kasim (Ketua Komnas
HAM), Raymond Toruan (jurnalis senior, mantan pemimpin redaksi The
Jakarta Post), Ichsan Malik (dosen UI, pendiri Institut Titian
Perdamaian), Usman Hamid (aktivis HAM, Direktur KONTRAS), dan Sunardi
Rinakit (pengamat politik, Direktur Eksekutif Sugen Saryadi
Syndicate).

Selama pelatihan, panitia menyediakan penginapan dan makan. Untuk
keterangan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pelatihan, silakan
menghubungi Divisi Capacity Building SATUNAMA, dengan alamat Jl.
Sambisari No. 99, Duwet, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta 55285,
Telp : 0274 – 867 745, 867 746, 867 747, ext.200; Fax : 0274 – 869
044. ext. 108, atau email : train...@satunama.org.

-- 
Best Regards,
F Alexander FW
YM: alexv4n...@yahoo.com
BB: 2110D1EF
GC: alexfe...@gmail.com
HP: 08121909697
-

Kami adalah kamu, muda, beda,berani dan berbahaya
@@superman is dead@@
send from my mind, peace on earth




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
budaya_tionghua-dig...@yahoogroups.com 
budaya_tionghua-fullfeatu...@yahoogroups.com

* To unsubscribe from this group, send an email to:
budaya_tionghua-unsubscr...@yahoogroups.com

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [budaya_tionghua] Ada Penerbit Buku Tionghoa ?

2010-07-08 Terurut Topik Petrus Paryono
kalau di yogya ada beberapa penerbit yang kemungkinan mau menerima tulisan 
seperti itu. misalnya Galang Press (yang dulu nerbitkan Gurita Cikeas). 
Biasanya 
dilihat dulu topiknya apa, tebal, dan sasaran pembacanya. Sy tahu beberapa 
penerbit, tapi tidak ingat alamatnya (ini saya pas tidak di rumah). Sy sendiri 
kenal dng penerbit (sbg penulis) yang berkaitan dengan teknologi informasi dan 
buku rohani.

kelompok gramedia di jakarta mungkin juga mau menberbitkan, kalau tidak salah 
yang gramedia pustaka utama - gpu (yang simbolnya mirip huruf G) coba tengok di 
toko buku biasanya ada alamat emailnya.

Salam,
Petrus Paryono






From: senu stes...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wed, July 7, 2010 9:44:54 AM
Subject: [budaya_tionghua] Ada Penerbit Buku Tionghoa ?

   
salam

hampir setiap Imlek saya menulis opini tentangnya di surat kabar
beberapa opini yang sudah dimuat antara lain di bisnis indonesia, seputar 
indonesia, sinar harapan, suara pembaruan, pikiran rakyat, suara karya dll
saya berniat akan membukukan opini tentang Tionghoa dan Imlek tsb
ditambah artikel ketionghoaan lain seperti masalah jender di kalangan Tionghoa 
dimuat di Kompas, pemilu dan Tionghoa dsb apakah ada rekan yg kenal dengan 
penerbit atau mempunyai usaha penerbitan ? siapa tahu tertarik, rencana 
diterbitkan untuk menyambut Imlek 2011

tks
stevanus bhe



 

 


  

Re: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing

2010-07-08 Terurut Topik karang0terjal
Sampai sekarangpun, beladiri Taoist yg utama/inti tidak diajarkan kepada pihak 
luar. 


 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: xiaolongni73 xiaolongn...@yahoo.com
Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Fri, 09 Jul 2010 02:16:40 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing

Dikutip dari milis tetangga (everyday mandarin):

Karate Kid, Re: Beijing Hutong - Kota Tua Beijing
Posted by: Alfonso degaa...@yahoo.com   degaan36
Mon Jul 5, 2010 1:31 pm (PDT)


Dalam film Karate Kid 2010 Jackie Chan, sebagian besar shooting memang 
dilakukan di Hutong (lorong kota tua di Beijing). Film Karate Kid bertujuan 
untuk promosi kota Beijing secara khusus, dan China secara umum.

Di film tsb, kita bisa melihat kehidupan sehari-hari orang Beijing ditonjolkan 
di sana. Yang modern, yang kuno, yang hebat, yang bagus, sampai yang lucu. Di 
film Karate Kid, kita bisa menyaksikan permainan jianzi (sejenis olahraga kaki 
kuno China dari Dinasti Han dengan 3-4 orang yang memainkan bulu ayam yang 
diikat di koin), tenis meja, bulu tangkis, di mana semua itu merupakan olahraga 
nomor 1 di China. Juga olahraga basket, Mei Ying yang bermain biola, ojek China 
saat Dre nebeng dengan skate-board- nya, sekolah internasional Dre, dan stadion 
Olimpiade Bird Nest (Niao Chao) yang menggambarkan kehidupan orang China 
(Beijing) masa kini.

Di film, kita bisa melihat ratusan siswa China yang belajar kungfu di 
perguruan. Itu bukan rekayasa karena untuk siswa SMA di China, mereka yang 
berijazah di bidang olahraga dan musik akan mendapat tambahan 20 poin saat 
ujian masuk universitas. Itu salah satu kehebatan pemerintah China dalam 
memberi dorongan hidup pemuda mereka. Pemerintah mengatur supaya anak-anak muda 
sehat, kuat, dan berkarakter dengan memberi mereka manfaat (tambahan nilai 
masuk univ) jika mereka menyalurkan di tempat yang benar. Makanya tidak pernah 
ada tawuran siswa seperti terjadi di negeri ini walau jumlah pemuda di sana 8 
kali lipat jumlah pemuda di Indonesia. Jika kita lihat di film, anak-anak muda 
di China sangat gesit, dan memang itulah kenyataannya di sana.

Tentang orang semedi dan biara di atas gunung di film, itu juga benar dan 
memang ada di China hingga hari ini!

Yang kita lihat di film Karate Kid, shooting diambil di Perguruan Wushu Wudang 
Shan (Gunung Wudang) atau dalam dialek Hokkian lebih terkenal dengan sebutan 
Butong. Anda yang suka menonton Indosiar tahun 1995 tentu tidak asing lagi 
dengan nama Butong Pai (Aliran Butong/Wudang) di film To Liong To (Pinyin: Tu 
Long Dao/Golok Pembunuh Naga). Judul asli film ini adalah Yi Tian Tu Long Ji 
yang dimainkan oleh Tony Leung.

Gunung Wudang berada di kota Shiyan, Provinsi Hubei, China, juga dikenal 
sebagai tempat suci para pendeta Tao. Unesco juga telah menetapkan Gunung 
Wudang sebagai salah satu warisan budaya dunia. Sekitar 2.000 tahun lalu, 
filsuf besar China, Laozi, mempraktikkan Taoisme di gunung ini. Itulah yang 
membuat Wudang dianggap sebagai asal Taoisme China.

Zhong Yunlong adalah pendeta Taois yang juga memegang jabatan tertinggi dalam 
aliran wushu Wudang hari ini. Dia adalah murid generasi ke-14 dari mahaguru 
aliran Wudang, Zhang Sanfeng. Sampai saat ini, Zhong Yunlong hingga hari ini 
masih bermeditasi di atas gunung, jauh dari keramaian. Di lain waktu, jika ada 
kesempatan saya akan coba menceritakan tentang Perguruan Wushu Wudang/Butong.

Bagi penggemar cerita silat, kisah Zhang Sanfeng (Hokkian:Tio Samhong) pasti 
tidak asing lagi. Dalam legenda dunia persilatan, Zhang Sanfeng merupakan tokoh 
silat yang digambarkan sebagai orang yang sederhana, bijak, dan berilmu silat 
tinggi.

Zhang Sanfeng pada awalnya dipercaya sebagai murid perguruan Shaolin, tetapi 
kemudian mengembangkan ilmu wushu (yang disebut kungfu oleh orang Barat) 
beraliran Taoisme di Gunung Wudang.

Kembali ke Zhong Yunlong, masa remajanya dia mempelajari wushu di perguruan 
Shaolin di Provinsi Henan. Lalu dia pergi ke Gunung Wudang untuk mempelajari 
wushu aliran Wudang. Setelah itu dia berkelana lagi selama tiga tahun untuk 
mempelajari beberapa wushu dari guru lain.

Setelah tempaan bertahun-tahun, akhirnya Zhong berani tampil dalam berbagai 
turnamen wushu, baik nasional maupun internasional.

Menurut dia, hatinya tertambat pada wushu aliran Wudang karena aliran ini 
paling cocok dengannya. Ajaran tentang keselarasan dengan alam, meditasi, 
bahkan baju aliran Wudang sangat saya senangi, ujarnya. Berbeda seperti 
pesilat wushu aliran Shaolin yang tidak memelihara rambut, pesilat pada aliran 
Wudang ini justru memanjangkan rambut mereka. Makanya di film Karate Kid, kita 
melihat biksu-biksu Tao semuanya berambut dengan berkumis. Jackie Chan juga 
berkumis di film tsb.:D

Dahulu kala, rakyat jelata memang tidak diberi kesempatan mempelajari wushu 
Wudang. Keahlian ini hanyalah diperuntukkan bagi mereka yang sudah ditahbiskan 

Re: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing

2010-07-08 Terurut Topik agoeng_set
Apa itu beladiri utama/inti taoist? Bisa dijelaskan n kasih contoh?
-Original Message-
From: karang0ter...@gmail.com
Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Fri, 9 Jul 2010 05:14:01 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing

Sampai sekarangpun, beladiri Taoist yg utama/inti tidak diajarkan kepada pihak 
luar. 


 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: xiaolongni73 xiaolongn...@yahoo.com
Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Fri, 09 Jul 2010 02:16:40 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing

Dikutip dari milis tetangga (everyday mandarin):

Karate Kid, Re: Beijing Hutong - Kota Tua Beijing
Posted by: Alfonso degaa...@yahoo.com   degaan36
Mon Jul 5, 2010 1:31 pm (PDT)


Dalam film Karate Kid 2010 Jackie Chan, sebagian besar shooting memang 
dilakukan di Hutong (lorong kota tua di Beijing). Film Karate Kid bertujuan 
untuk promosi kota Beijing secara khusus, dan China secara umum.

Di film tsb, kita bisa melihat kehidupan sehari-hari orang Beijing ditonjolkan 
di sana. Yang modern, yang kuno, yang hebat, yang bagus, sampai yang lucu. Di 
film Karate Kid, kita bisa menyaksikan permainan jianzi (sejenis olahraga kaki 
kuno China dari Dinasti Han dengan 3-4 orang yang memainkan bulu ayam yang 
diikat di koin), tenis meja, bulu tangkis, di mana semua itu merupakan olahraga 
nomor 1 di China. Juga olahraga basket, Mei Ying yang bermain biola, ojek China 
saat Dre nebeng dengan skate-board- nya, sekolah internasional Dre, dan stadion 
Olimpiade Bird Nest (Niao Chao) yang menggambarkan kehidupan orang China 
(Beijing) masa kini.

Di film, kita bisa melihat ratusan siswa China yang belajar kungfu di 
perguruan. Itu bukan rekayasa karena untuk siswa SMA di China, mereka yang 
berijazah di bidang olahraga dan musik akan mendapat tambahan 20 poin saat 
ujian masuk universitas. Itu salah satu kehebatan pemerintah China dalam 
memberi dorongan hidup pemuda mereka. Pemerintah mengatur supaya anak-anak muda 
sehat, kuat, dan berkarakter dengan memberi mereka manfaat (tambahan nilai 
masuk univ) jika mereka menyalurkan di tempat yang benar. Makanya tidak pernah 
ada tawuran siswa seperti terjadi di negeri ini walau jumlah pemuda di sana 8 
kali lipat jumlah pemuda di Indonesia. Jika kita lihat di film, anak-anak muda 
di China sangat gesit, dan memang itulah kenyataannya di sana.

Tentang orang semedi dan biara di atas gunung di film, itu juga benar dan 
memang ada di China hingga hari ini!

Yang kita lihat di film Karate Kid, shooting diambil di Perguruan Wushu Wudang 
Shan (Gunung Wudang) atau dalam dialek Hokkian lebih terkenal dengan sebutan 
Butong. Anda yang suka menonton Indosiar tahun 1995 tentu tidak asing lagi 
dengan nama Butong Pai (Aliran Butong/Wudang) di film To Liong To (Pinyin: Tu 
Long Dao/Golok Pembunuh Naga). Judul asli film ini adalah Yi Tian Tu Long Ji 
yang dimainkan oleh Tony Leung.

Gunung Wudang berada di kota Shiyan, Provinsi Hubei, China, juga dikenal 
sebagai tempat suci para pendeta Tao. Unesco juga telah menetapkan Gunung 
Wudang sebagai salah satu warisan budaya dunia. Sekitar 2.000 tahun lalu, 
filsuf besar China, Laozi, mempraktikkan Taoisme di gunung ini. Itulah yang 
membuat Wudang dianggap sebagai asal Taoisme China.

Zhong Yunlong adalah pendeta Taois yang juga memegang jabatan tertinggi dalam 
aliran wushu Wudang hari ini. Dia adalah murid generasi ke-14 dari mahaguru 
aliran Wudang, Zhang Sanfeng. Sampai saat ini, Zhong Yunlong hingga hari ini 
masih bermeditasi di atas gunung, jauh dari keramaian. Di lain waktu, jika ada 
kesempatan saya akan coba menceritakan tentang Perguruan Wushu Wudang/Butong.

Bagi penggemar cerita silat, kisah Zhang Sanfeng (Hokkian:Tio Samhong) pasti 
tidak asing lagi. Dalam legenda dunia persilatan, Zhang Sanfeng merupakan tokoh 
silat yang digambarkan sebagai orang yang sederhana, bijak, dan berilmu silat 
tinggi.

Zhang Sanfeng pada awalnya dipercaya sebagai murid perguruan Shaolin, tetapi 
kemudian mengembangkan ilmu wushu (yang disebut kungfu oleh orang Barat) 
beraliran Taoisme di Gunung Wudang.

Kembali ke Zhong Yunlong, masa remajanya dia mempelajari wushu di perguruan 
Shaolin di Provinsi Henan. Lalu dia pergi ke Gunung Wudang untuk mempelajari 
wushu aliran Wudang. Setelah itu dia berkelana lagi selama tiga tahun untuk 
mempelajari beberapa wushu dari guru lain.

Setelah tempaan bertahun-tahun, akhirnya Zhong berani tampil dalam berbagai 
turnamen wushu, baik nasional maupun internasional.

Menurut dia, hatinya tertambat pada wushu aliran Wudang karena aliran ini 
paling cocok dengannya. Ajaran tentang keselarasan dengan alam, meditasi, 
bahkan baju aliran Wudang sangat saya senangi, ujarnya. Berbeda seperti 
pesilat wushu aliran Shaolin yang tidak memelihara rambut, pesilat 

[budaya_tionghua] Re: Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing

2010-07-08 Terurut Topik ardian_c
yoi hehehehe lagian zhang sanfeng dari shaolin itu kata huang zhongxi jaman 
dinasti qing, yg anaknya dia huang baijia belajar beladiri ama satu tosu dari 
wudang. seinget aye itu tosu tjoema bilang die keturunan zhang sanfeng en gak 
bilang zhang sanfeng dari shaolin.
cerita itu yg dikutip ama jin yong di cersil to liong tonya.

kalu nurut catatan silsilah tao, zhang sanfeng itu murid dari huo long seorg 
taoist. zhang kecil itu matanya buta or rabun kale ya makanya dibawa ke huolong 
biar diobatin, trus katanya seh sembuh en jadi pejabat cilik dstnya.

ya tinggal milih aja pilih yg mana, kalu aye seh milih yg nomor 2 
hehehehehehehehe

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, karang0ter...@... wrote:

 Sampai sekarangpun, beladiri Taoist yg utama/inti tidak diajarkan kepada 
 pihak luar. 
 
 
  
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 
 -Original Message-
 From: xiaolongni73 xiaolongn...@...
 Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Fri, 09 Jul 2010 02:16:40 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing
 
 Dikutip dari milis tetangga (everyday mandarin):
 
 Karate Kid, Re: Beijing Hutong - Kota Tua Beijing
 Posted by: Alfonso degaa...@...   degaan36
 Mon Jul 5, 2010 1:31 pm (PDT)
 
 
 Dalam film Karate Kid 2010 Jackie Chan, sebagian besar shooting memang 
 dilakukan di Hutong (lorong kota tua di Beijing). Film Karate Kid bertujuan 
 untuk promosi kota Beijing secara khusus, dan China secara umum.
 
 Di film tsb, kita bisa melihat kehidupan sehari-hari orang Beijing 
 ditonjolkan di sana. Yang modern, yang kuno, yang hebat, yang bagus, sampai 
 yang lucu. Di film Karate Kid, kita bisa menyaksikan permainan jianzi 
 (sejenis olahraga kaki kuno China dari Dinasti Han dengan 3-4 orang yang 
 memainkan bulu ayam yang diikat di koin), tenis meja, bulu tangkis, di mana 
 semua itu merupakan olahraga nomor 1 di China. Juga olahraga basket, Mei Ying 
 yang bermain biola, ojek China saat Dre nebeng dengan skate-board- nya, 
 sekolah internasional Dre, dan stadion Olimpiade Bird Nest (Niao Chao) yang 
 menggambarkan kehidupan orang China (Beijing) masa kini.
 
 Di film, kita bisa melihat ratusan siswa China yang belajar kungfu di 
 perguruan. Itu bukan rekayasa karena untuk siswa SMA di China, mereka yang 
 berijazah di bidang olahraga dan musik akan mendapat tambahan 20 poin saat 
 ujian masuk universitas. Itu salah satu kehebatan pemerintah China dalam 
 memberi dorongan hidup pemuda mereka. Pemerintah mengatur supaya anak-anak 
 muda sehat, kuat, dan berkarakter dengan memberi mereka manfaat (tambahan 
 nilai masuk univ) jika mereka menyalurkan di tempat yang benar. Makanya tidak 
 pernah ada tawuran siswa seperti terjadi di negeri ini walau jumlah pemuda di 
 sana 8 kali lipat jumlah pemuda di Indonesia. Jika kita lihat di film, 
 anak-anak muda di China sangat gesit, dan memang itulah kenyataannya di sana.
 
 Tentang orang semedi dan biara di atas gunung di film, itu juga benar dan 
 memang ada di China hingga hari ini!
 
 Yang kita lihat di film Karate Kid, shooting diambil di Perguruan Wushu 
 Wudang Shan (Gunung Wudang) atau dalam dialek Hokkian lebih terkenal dengan 
 sebutan Butong. Anda yang suka menonton Indosiar tahun 1995 tentu tidak asing 
 lagi dengan nama Butong Pai (Aliran Butong/Wudang) di film To Liong To 
 (Pinyin: Tu Long Dao/Golok Pembunuh Naga). Judul asli film ini adalah Yi Tian 
 Tu Long Ji yang dimainkan oleh Tony Leung.
 
 Gunung Wudang berada di kota Shiyan, Provinsi Hubei, China, juga dikenal 
 sebagai tempat suci para pendeta Tao. Unesco juga telah menetapkan Gunung 
 Wudang sebagai salah satu warisan budaya dunia. Sekitar 2.000 tahun lalu, 
 filsuf besar China, Laozi, mempraktikkan Taoisme di gunung ini. Itulah yang 
 membuat Wudang dianggap sebagai asal Taoisme China.
 
 Zhong Yunlong adalah pendeta Taois yang juga memegang jabatan tertinggi dalam 
 aliran wushu Wudang hari ini. Dia adalah murid generasi ke-14 dari mahaguru 
 aliran Wudang, Zhang Sanfeng. Sampai saat ini, Zhong Yunlong hingga hari ini 
 masih bermeditasi di atas gunung, jauh dari keramaian. Di lain waktu, jika 
 ada kesempatan saya akan coba menceritakan tentang Perguruan Wushu 
 Wudang/Butong.
 
 Bagi penggemar cerita silat, kisah Zhang Sanfeng (Hokkian:Tio Samhong) pasti 
 tidak asing lagi. Dalam legenda dunia persilatan, Zhang Sanfeng merupakan 
 tokoh silat yang digambarkan sebagai orang yang sederhana, bijak, dan berilmu 
 silat tinggi.
 
 Zhang Sanfeng pada awalnya dipercaya sebagai murid perguruan Shaolin, tetapi 
 kemudian mengembangkan ilmu wushu (yang disebut kungfu oleh orang Barat) 
 beraliran Taoisme di Gunung Wudang.
 
 Kembali ke Zhong Yunlong, masa remajanya dia mempelajari wushu di perguruan 
 Shaolin di Provinsi Henan. Lalu dia pergi ke Gunung Wudang untuk mempelajari 
 wushu aliran Wudang. Setelah itu dia berkelana lagi selama tiga tahun untuk 
 mempelajari beberapa wushu dari 

Re: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing

2010-07-08 Terurut Topik Made S
Sepertinya lebih cocok Kungfu Kid ya?

--- On Fri, 7/9/10, karang0ter...@gmail.com karang0ter...@gmail.com wrote:


From: karang0ter...@gmail.com karang0ter...@gmail.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Friday, July 9, 2010, 5:14 AM


  



Sampai sekarangpun, beladiri Taoist yg utama/inti tidak diajarkan kepada pihak 
luar. 



Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: xiaolongni73 xiaolongni73@ yahoo.com 
Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Date: Fri, 09 Jul 2010 02:16:40 -
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
ReplyTo: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Subject: [budaya_tionghua] Karate Kid, Beijing Hutong - Kota Tua Beijing

  

Dikutip dari milis tetangga (everyday mandarin):

Karate Kid, Re: Beijing Hutong - Kota Tua Beijing
Posted by: Alfonso degaa...@yahoo. com degaan36
Mon Jul 5, 2010 1:31 pm (PDT)

Dalam film Karate Kid 2010 Jackie Chan, sebagian besar shooting memang 
dilakukan di Hutong (lorong kota tua di Beijing). Film Karate Kid bertujuan 
untuk promosi kota Beijing secara khusus, dan China secara umum.

Di film tsb, kita bisa melihat kehidupan sehari-hari orang Beijing ditonjolkan 
di sana. Yang modern, yang kuno, yang hebat, yang bagus, sampai yang lucu. Di 
film Karate Kid, kita bisa menyaksikan permainan jianzi (sejenis olahraga kaki 
kuno China dari Dinasti Han dengan 3-4 orang yang memainkan bulu ayam yang 
diikat di koin), tenis meja, bulu tangkis, di mana semua itu merupakan olahraga 
nomor 1 di China. Juga olahraga basket, Mei Ying yang bermain biola, ojek China 
saat Dre nebeng dengan skate-board- nya, sekolah internasional Dre, dan stadion 
Olimpiade Bird Nest (Niao Chao) yang menggambarkan kehidupan orang China 
(Beijing) masa kini.

Di film, kita bisa melihat ratusan siswa China yang belajar kungfu di 
perguruan. Itu bukan rekayasa karena untuk siswa SMA di China, mereka yang 
berijazah di bidang olahraga dan musik akan mendapat tambahan 20 poin saat 
ujian masuk universitas. Itu salah satu kehebatan pemerintah China dalam 
memberi dorongan hidup pemuda mereka. Pemerintah mengatur supaya anak-anak muda 
sehat, kuat, dan berkarakter dengan memberi mereka manfaat (tambahan nilai 
masuk univ) jika mereka menyalurkan di tempat yang benar. Makanya tidak pernah 
ada tawuran siswa seperti terjadi di negeri ini walau jumlah pemuda di sana 8 
kali lipat jumlah pemuda di Indonesia. Jika kita lihat di film, anak-anak muda 
di China sangat gesit, dan memang itulah kenyataannya di sana.

Tentang orang semedi dan biara di atas gunung di film, itu juga benar dan 
memang ada di China hingga hari ini!

Yang kita lihat di film Karate Kid, shooting diambil di Perguruan Wushu Wudang 
Shan (Gunung Wudang) atau dalam dialek Hokkian lebih terkenal dengan sebutan 
Butong. Anda yang suka menonton Indosiar tahun 1995 tentu tidak asing lagi 
dengan nama Butong Pai (Aliran Butong/Wudang) di film To Liong To (Pinyin: Tu 
Long Dao/Golok Pembunuh Naga). Judul asli film ini adalah Yi Tian Tu Long Ji 
yang dimainkan oleh Tony Leung.

Gunung Wudang berada di kota Shiyan, Provinsi Hubei, China, juga dikenal 
sebagai tempat suci para pendeta Tao. Unesco juga telah menetapkan Gunung 
Wudang sebagai salah satu warisan budaya dunia. Sekitar 2.000 tahun lalu, 
filsuf besar China, Laozi, mempraktikkan Taoisme di gunung ini. Itulah yang 
membuat Wudang dianggap sebagai asal Taoisme China.

Zhong Yunlong adalah pendeta Taois yang juga memegang jabatan tertinggi dalam 
aliran wushu Wudang hari ini. Dia adalah murid generasi ke-14 dari mahaguru 
aliran Wudang, Zhang Sanfeng. Sampai saat ini, Zhong Yunlong hingga hari ini 
masih bermeditasi di atas gunung, jauh dari keramaian. Di lain waktu, jika ada 
kesempatan saya akan coba menceritakan tentang Perguruan Wushu Wudang/Butong.

Bagi penggemar cerita silat, kisah Zhang Sanfeng (Hokkian:Tio Samhong) pasti 
tidak asing lagi. Dalam legenda dunia persilatan, Zhang Sanfeng merupakan tokoh 
silat yang digambarkan sebagai orang yang sederhana, bijak, dan berilmu silat 
tinggi.

Zhang Sanfeng pada awalnya dipercaya sebagai murid perguruan Shaolin, tetapi 
kemudian mengembangkan ilmu wushu (yang disebut kungfu oleh orang Barat) 
beraliran Taoisme di Gunung Wudang.

Kembali ke Zhong Yunlong, masa remajanya dia mempelajari wushu di perguruan 
Shaolin di Provinsi Henan. Lalu dia pergi ke Gunung Wudang untuk mempelajari 
wushu aliran Wudang. Setelah itu dia berkelana lagi selama tiga tahun untuk 
mempelajari beberapa wushu dari guru lain.

Setelah tempaan bertahun-tahun, akhirnya Zhong berani tampil dalam berbagai 
turnamen wushu, baik nasional maupun internasional.

Menurut dia, hatinya tertambat pada wushu aliran Wudang karena aliran ini 
paling cocok dengannya. Ajaran tentang keselarasan dengan alam, meditasi, 
bahkan baju aliran Wudang sangat saya senangi, ujarnya. Berbeda seperti 
pesilat wushu aliran Shaolin yang tidak memelihara rambut, pesilat pada aliran 
Wudang ini justru