Wahai Bang Ken-ken
Dah lama gak ngobrol
Menurut gue, Tionghoa itu justru pribumi! Se-pribumi-pribumi-nya! Asli!

Semua adalah pendatang
Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dulunya kosong. Menurut sejarah SMP, itu datangnya dari Yunan Selatan. Kalo gak salah. Mohon koreksinya. Jadi semua pendatang.

Lalu Indonesia? Indonesia bukanlah berasal dari sebuah kerajaan, atau apapun itu. Indonesia itu mulai dari nol. Dari sebuah kekosongan, lalu blub, berkat proklamasi maka lahirlah Indonesia. Siapa saja rakyat Indonesia? Saat itu, Tionghoa masuk di dalamnya loh. Jadi Tionghoa itu pribumi Indonesia, kesimpulannya...

Di dalam BPUPKI juga ada orang Tionghoa di dalamnya...



On 07/07/2010 04:41 PM, Azura-Mazda wrote:

Lho...da ge Eric, kebudayaan Tionghoa memang pendatang.
kan bukan pribumi spt Jawa, Sunda, Batak, Dayak dsb. Memangnya
kenapa kalo Tionghoa itu disebut pendatang? disebut Non-Pri?
memang bukan pribumi kok.
Itu temen da ge Eric mau dipersamakan ya? Why? segitu
takutnya dengan perbedaan ya? Jadi menyama-nyamakan diri
dengan pribumi? Tionghoa jelas berbeda dgn pribumi sebagaimana
kebudayaan Acheh berbeda dengan Jawa atau Papua. So what?


--- Pada *Rab, 7/7/10, Erik /<rsn...@yahoo.com>/* menulis:


    Dari: Erik <rsn...@yahoo.com>
    Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
    Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
    Tanggal: Rabu, 7 Juli, 2010, 2:01 AM

    Benarkah budaya asal Timur Tengah dan Tiongkok masih diperlakukan
    sebagai kebudayaan luar?
    Bagaimana dengan seni musik kasidahan, irama gambus dan
    sebagainya.  Contoh lain adalah juga Dang-dhut yg kental sekali
    nuansa Indianya serta Gambang Kromong  yg sangat jelas jejak
    ketionghoaannya, tapi bisa diterima dan diperlaukan sebagai budaya
    lokal, bahkan sangat merakyat?
    Apa yang membuat sebuah bentuk budaya (asal luar) bisa diterima
    sedang yang lainnya masih dianggap budaya luar? Fuyuan tolong
    responnya donk!!
    Salam,
    Erik
    ------------ --------- --------- --------- --------- ---------
    --------- --------- --------
     In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, twa...@... wrote:
    Apakah mungkin bisa mengambil contoh dari malaysia dan atau
    mungkin singapura ?
    Kalau menurut aku sih, di sini masih membedakan kebudayaan asli
    dan kebudayaan luar.
    Kebudayaan asli maksudnya budaya dari suku-suku yang ada di
    Indonesia, spt batak, jawa, ambon, dll.
    Kalau kebudayaan luar maksudnya spt kebudayaan barat, *timur
    tengah*, dll kebudayaan yang dibawa oleh bangsa pendatang yang
    sudah bermukim di negara Indonesia, termasuk kebudayaan tionghoa
    dari negara China.
    Tetapi aku kira , mungkin kita harus dan boleh berpikir seperti
    malaysia, yang mana malaysia meng klaim bahwa negara mereka adalah
    "truly asia", meskipun mayoritas penduduk disana adalah suku Melayu.
    Fyi, slogan "truly asia" ini sebenarnya utk keperluan promosi
    pariwisata.

    Regards, Tarto W.

    Sent from my BlackBerry?
    > powered by Sinyal Kuat INDOSAT
    ------------ --------- --------- --------- --------- ---------
    --------- --------- --------- --------- --------- --------- ----
     -----Original Message-----
    > From: "Erik" rsn...@...
    > Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
    > Date: Wed, 07 Jul 2010 01:17:11
    > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
    > Reply-To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
    > Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
    >
    >
    > Soal ketertiban dalam berbahasa telah selesai dibicarakan. Sekarang
    > waktunya kita bincang-bincang perihal kebudayaan Tionghoa.
    >
    > Fuyuan mempertanyakan : Apakah budaya yang selama ini dijalankan
    oleh
    > komunitas Tionghoa di Indonesia termasuk bagian dari kebudayaan
    > Indonesia atau bukan?
    >
    > Kalau ya, mengapa masih dibuat distinksi antara keduanya seperti
    > pengumuman Binus Mandarin Club kemarin.
    >
    > Kalau bukan, lantas di mana posisi kita di tengah masyarkat
    Indonesia
    > yang majemuk ini? Masih dianggap pendatang yang belum
    terintegrasikah?
    >
    >
    >
    > salam,
    >
    > Erik



Reply via email to