[budaya_tionghua] Hanya sebagai masukan dan perbandingan

2010-08-07 Terurut Topik Joe Sinatra
Rabu, 02 Juni 2010


  




[Koran-Digital] 2.000 WNI Jadi Warga Malaysia



.fullpost{display:inline;}
2.000 WNI Jadi Warga Malaysia Terkait Infrastruktur Jalan dan Fasilitas Umum  
Kamis, 3 Juni 2010 | 04:37 WIB  Entikong, Kompas - Sejak
 tahun 1997 sekitar 2.000 warga Kabupaten Sanggau dan Kabupaten 
Bengkayang yang tinggal di daerah perbatasan Kalimantan Barat-Serawak 
memilih berganti kewarganegaraan menjadi warga negara Malaysia. Ini 
akibat kesenjangan infrastruktur dan fasilitas umum di perbatasan 
Indonesia-Malaysia tersebut. Ketua Himpunan Kesejahteraan 
Masyarakat Perbatasan HR Thalib, Rabu (2/6), mengatakan, warga 
Kalimantan Barat yang berpindah wilayah dan kewarganegaraan itu sebagian
 besar berasal dari Desa Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, Kabupaten 
Sanggau. Sebagian lagi berasal dari beberapa desa di Kabupaten 
Bengkayang. ”Warga yang akan berpindah wilayah negara dan pindah 
kewarganegaraan jadi warga negara Malaysia kemungkinan masih akan terus 
bertambah. Sebab, sampai sekarang infrastruktur dan fasilitas umum di 
desa-desa itu masih sangat minim,” kata Thalib seraya mengingatkan, 
desa-desa yang disebutkannya di atas berbatasan langsung dengan Negara 
Bagian Serawak. Menurut Thalib, beberapa kampung di Suruh 
Tembawang saat ini hanya bisa dijangkau dengan menggunakan alat 
transportasi sungai. ”Perjalanan dari Entikong (pintu lintas batas 
Kalimantan Barat-Serawak) ke sana lebih dari enam jam. Itu pun masih 
harus dilanjutkan dengan berjalan kaki tiga jam lebih,” ujarnya. Fasilitas
 kesehatan, seperti puskesmas dan sekolah, juga memprihatinkan. 
”Sebagian kampung kini makin sedikit penghuninya. Yang tinggal pun 
umumnya generasi tua. Generasi mudanya lebih memilih menja- di warga negara 
Malaysia,” kata Thalib. Tak
 jauh dari kawasan perbatasan Kalimantan Barat-Serawak, di Malaysia 
hampir semua fasilitas umum dan infrastruktur tersedia dengan baik. 
”Melihat infrastruktur yang seperti itu, mereka (penduduk Kalimantan 
Barat) pun akhirnya cenderung memilih pindah wilayah. Apalagi, daerah 
yang disasar tidak terlalu jauh dari kampung mereka,” kata Thalib. Ironis Kepala
 Bagian Humas Provinsi Kalimantan Barat Numsuan Madsun mengakui, warga 
Kalimantan Barat yang berpindah wilayah dan kewarganegaraan itu terkait 
tuntutan perbaikan infrastruktur dan fasilitas umum. ”Pemerintah 
Kalimantan Barat sudah berkali-kali, bahkan dalam setiap kesempatan, 
meminta pemerintah pusat segera merealisasikan jalan paralel di wilayah 
perbatasan sepanjang sekitar 800 kilometer. Sayangnya, sampai hari ini 
permintaan itu belum terealisasi. Ironis memang,” kata Numsuan. Ia
 menambahkan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat sangat bergantung 
pada kebijakan pemerintah pusat terkait masalah perbatasan mengingat hal
 itu menyangkut hubungan dua negara. ”Kami juga 
sudah berkali-kali meminta penambahan puskesmas. Tetapi, karena satu 
puskesmas minimal harus melayani 2.500 warga, sampai hari ini permintaan
 itu juga belum dipenuhi. Padahal, jumlah penduduk di satu lokasi yang 
berdekatan (dengan Serawak) tidak sampai 2.500 orang,” ujar Numsuan 
Madsun. (AHA)
  
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/03/04373441/2.000.wni.jadi.warga.malaysia
Menara Petronas (dailymail.co.uk)

Kuala Lumpur - Hubungan Indonesia-Malaysia yang pasang surut selama 5 
tahun terakhir tidak menyurutkan niat banyak warga negara Indonesia 
untuk mengajukan permohonan menjadi warga negara Malaysia. Setidaknya 
selama lima tahun terakhir tercatat lebih dari 3 ribu WNI mengajukan 
kewarganegaraan di negeri Petronas tersebut.



Artinya, sekitar 600 lebih WNI setiap tahunnya mengajukan kewarganegaraan ke 
pemerintah Malaysia.



Hal tersebut diungkapkan Deputi Menteri Dalam Negeri Malaysia, Datuk 
Wira Abu Seman. Dia mengungkapkan, sebanyak 11.770 warga negara asing 
memohon status kewarganegaraan Malaysia dalam tempo lima tahun dari 2005
 hingga September 2009.



Abu Seman merincikan, dari total tersebut sebanyak 3.405 warga negara 
asing berasal dari Indonesia, 1.115 (Kamboja), 501 (China), 494 (India),
 461 (Filipina), 392 (Thailand), dan 4.547 (lain-lain).



Permohonan status kewarganegaraan Malaysia yang diajukan oleh orang 
asing ini berdasarkan UU Federal pasal 15 (1), 15 (2), 15A dan 19 (1). 
Permohonan-permohonan ini tidak berarti semuanya mesti diluluskan.



"Sebaliknya mereka harus memenuhi syarat-syarat atau kriteria yang telah
 ditetapkan dan melalui tahap-tahap penyaringan," kata AbuSeman 
sebagaimana dilansir kantor berita Bernama, Senin (14/12/2009).



Dia mengatakan, hanya pemohon yang betul-betul layak yang akan diberikan
 status kewarganegaraan Malaysia. Salah satu kriteria yang ditetapkan 
adalah berkelakuan baik dan tidak melanggar undang-undang negara, 
mempunyai pengetahuan yang memadai dalam Bahasa Melayu, serta 
menumpahkan ketaatan dan kesetiaan kepada negara.



Dalam keadaan tertentu, lanjut Abu Seman, keahlian dan kontribusi 
positif pemohon terhadap negara dan rakyat Malaysia menjadi pertimb

Re: [budaya_tionghua] Re: Kuburan Ber-basement.

2010-08-07 Terurut Topik eko hermiyanto
Selamat siang bapak Ophoeng,

Betul pak, saya memang cah Solo pak. Ketika saya mengenal UNS pertama kali,
lokasi tersebut sudah menjadi seperti sekarang ini. Walaupun semasa SMA
saya, kira-kira tahun 2001, saya hampir setiap hari menghabiskan waktu saya
di UPT Bahasa UNS, tetapi, belum sekalipun mengenal kuburan ini. :D

Malahan, saya tahu mengenai kuburan ini pertama kali ya dari bapak Ophoeng
:D

2010/8/5 Ophoeng 

>
>
> Bung Dipo, Bung Eko dan TTM BT semuah,
>
> Hai, apakabar? Sudah makan?
>
> Hehehe sorry, semulajadi saya mau tarok foto-fotonya di album milis
> kita. Tapi entah mengapa saya tidak melihat ada tombol 'create' album atau
> 'upload' foto - mungkin memang tombol itu diset khusus untuk mods ajah ya.
>
> Jadi, kalau mau lihat foto-fotonya, sila masuk ke link ini ajah:
>
> http://ophoeng.multiply.com/photos/album/474
>
> Bung Eko, rupanya anda asli Cah Solo tah? Saya sih bukan Cah Solo, tapi
> beberapa kali saya pernah ke Solo dan pernah mukim sebentar di sana, tapi ya
> baru minggu lalu itu saya diberkahi kesempatan melihat sisa-sisa kuburan
> mBah Cerewet aka mBah Bawel itu. Waktu lokasi UNS masih berupa kuburan,
> sekitar tahun 1965-an, atau sekitar 1974-1976-an(?), ketika saya masih
> sering ke Solo, mestinya tu kuburan masih utuh, saya juga gak berkesempatan
> melihatnya.
>
> Memang sayang sekali bahwa kuburan itu sudah dibongkar, sisa bangunan itu
> saja. Itu pun ndak dibongkar karena adanya 'kesaktian' yang dipercaya
> penduduk setempat. Kalau anda mudik nanti, cobalah anda iseng-iseng selidiki
> siapa ahli warisnya dan tanyakan bagaimana sejarahnya kuburan itu diberi
> basement.
>
> Bung Dipo, ternyata benar ada kuburan ber-basement juga di Petamburan ya?
> Waktu itu saya pernah dengar dari satu teman bahwa ada satu kuburan yang
> bisa turun ke dalam tanah (basement?), tapi teman saya bilang itu kuburan
> orang Belanda. Rencananya besok saya mau ke sana bersama teman saya untuk
> melihat dan memotreknya kalau sempat.
>
> Saya gak tahu persis apakah kuburan mBah Cerewet itu disebutnya maoseleum
> atau apa. Tapi, bukannya maoseleum itu berupa ruang berpendingin yang peti
> matinya ditarok begitu saja dalam ruang tsb., dengan bahan kaca transparan
> supaya orang bisa melihat jasad mendiang yang dibalsem itu?
>
> Terima kasih atas tambahan info anda, tapi masih saja belum terjawab ttg
> adat kebiasaan 'memaksa' generasi muda untuk posisinya berada di 'bawah'
> mendiang - bahkan setelah dikubur sekalipun. Malahan sekarang topik-nya
> bercabang ke pembahasan ttg Belanda tun-pnoa seperti dilontarkan oleh Bung
> David Kwa tuh ya.
>
> Begitu saja kira-kira ya.
>
>
> Salam makan enak dan sehat,
> Ophoeng
>