Selamat siang bapak Ophoeng,

Betul pak, saya memang cah Solo pak. Ketika saya mengenal UNS pertama kali,
lokasi tersebut sudah menjadi seperti sekarang ini. Walaupun semasa SMA
saya, kira-kira tahun 2001, saya hampir setiap hari menghabiskan waktu saya
di UPT Bahasa UNS, tetapi, belum sekalipun mengenal kuburan ini. :D

Malahan, saya tahu mengenai kuburan ini pertama kali ya dari bapak Ophoeng
:D

2010/8/5 Ophoeng <opho...@yahoo.com>

>
>
> Bung Dipo, Bung Eko dan TTM BT semuah,
>
> Hai, apakabar? Sudah makan?
>
> Hehehe.... sorry, semulajadi saya mau tarok foto-fotonya di album milis
> kita. Tapi entah mengapa saya tidak melihat ada tombol 'create' album atau
> 'upload' foto - mungkin memang tombol itu diset khusus untuk mods ajah ya.
>
> Jadi, kalau mau lihat foto-fotonya, sila masuk ke link ini ajah:
>
> http://ophoeng.multiply.com/photos/album/474
>
> Bung Eko, rupanya anda asli Cah Solo tah? Saya sih bukan Cah Solo, tapi
> beberapa kali saya pernah ke Solo dan pernah mukim sebentar di sana, tapi ya
> baru minggu lalu itu saya diberkahi kesempatan melihat sisa-sisa kuburan
> mBah Cerewet aka mBah Bawel itu. Waktu lokasi UNS masih berupa kuburan,
> sekitar tahun 1965-an, atau sekitar 1974-1976-an(?), ketika saya masih
> sering ke Solo, mestinya tu kuburan masih utuh, saya juga gak berkesempatan
> melihatnya.
>
> Memang sayang sekali bahwa kuburan itu sudah dibongkar, sisa bangunan itu
> saja. Itu pun ndak dibongkar karena adanya 'kesaktian' yang dipercaya
> penduduk setempat. Kalau anda mudik nanti, cobalah anda iseng-iseng selidiki
> siapa ahli warisnya dan tanyakan bagaimana sejarahnya kuburan itu diberi
> basement.
>
> Bung Dipo, ternyata benar ada kuburan ber-basement juga di Petamburan ya?
> Waktu itu saya pernah dengar dari satu teman bahwa ada satu kuburan yang
> bisa turun ke dalam tanah (basement?), tapi teman saya bilang itu kuburan
> orang Belanda. Rencananya besok saya mau ke sana bersama teman saya untuk
> melihat dan memotreknya kalau sempat.
>
> Saya gak tahu persis apakah kuburan mBah Cerewet itu disebutnya maoseleum
> atau apa. Tapi, bukannya maoseleum itu berupa ruang berpendingin yang peti
> matinya ditarok begitu saja dalam ruang tsb., dengan bahan kaca transparan
> supaya orang bisa melihat jasad mendiang yang dibalsem itu?
>
> Terima kasih atas tambahan info anda, tapi masih saja belum terjawab ttg
> adat kebiasaan 'memaksa' generasi muda untuk posisinya berada di 'bawah'
> mendiang - bahkan setelah dikubur sekalipun. Malahan sekarang topik-nya
> bercabang ke pembahasan ttg Belanda tun-pnoa seperti dilontarkan oleh Bung
> David Kwa tuh ya.
>
> Begitu saja kira-kira ya.
>
>
> Salam makan enak dan sehat,
> Ophoeng
>

Reply via email to