[budaya_tionghua] Re: Tionghoa

2010-08-18 Thread Yitzhak ben Zvi
wah,
kalau omong soal etika dan tatakrama,
sepertinya banyak Tionghoa  dewasa ini
tidak mengerti etika dan tata krama.

Lagian etika dan tatakrama mana yang dimaksud?
Orang hanya bertanya, dengan sopan, melalui jalur yang benar, minta bantuan
untuk tesisnya.

Bukannya merampok atau memalak sampeyan-sampeyan.

Jadi saya harap jangan ditanggapi dengan "Lebay" lah.
Kalau mengerti ya bantuin, kalau ga mengerti arahkan ke orang yang
mengerti.


Hmm, belajar tentang Tionghoa, tapi ngga belajar etika dan tata-krama
(li
禮)-nya, beginilah jadinya. Orang Sunda bilang belegug (tidak tahu adat).
Padahal bukankah li tidak terpisahkan dari budaya Tionghoa?

Kiongchiu,
DK


Re: [budaya_tionghua] Fwd: [smutarutung] Berita duka cita

2010-08-24 Thread Yitzhak ben Zvi
Kebhinekaan tentu merupakan asal kata dari untaian kata berikut:

Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa

Kita semua pasti tahu untaian kata tersebut.

Walaupun Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa adalah bahasa
Sansekerta dan bahasa Sansekerta adalah bahasa Asing, yang sebenarnya pernah
tidak asing di beberapa wilayah Nusantara. Tetapi makna dari Bhinneka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa belum tentu kita semua paham betul.

Makna, tentu lebih dalam dari sekadar untaian kata-kata yang menbentuk
kalimat. Karena makna adalah apa yang tersirat dalam kalimat tersebut.
Istilah Bhinneka Tunggal Ika di Nusantara dewasa ini, tentu bisa jadi hanya
lip service, juga bisa menjadi pedoman berbangsa kita dalam sehari-hari.


Saya memimpikan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa akan lestari di
bumi Nusantara. Saya memimpikan Semua manusia hidup damai sejahtera satu
sama lain.

Cuma saya miris dan nger melihat stereotipe yang terus dipelihara dan
akan selalu terjadi pada masyarakat dalam republik ini.

Ngeri akan masa depannya Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.

Bila stereotip istilah bhinneka seperti yang terjadi selama ini terus kita
pelihara, saya merasa kita semua belum memahami maknanya melainkan hanya
bermain pada level Jargon

Pertanyaan saya:

Apakah hubungan horizontal antar elemen masyarakat khusus beretnis Tionghoa
dengan etnis lainnya hanya bisa terbina dalam hubungan yang melibatkan
pelicin bernama EKONOMI?

maaf sebelumnya, tanpa bermaksud mentendensikan pembahasan ini kearah
tertentu, atau mencela orang yang telah berpulang atau motif2 lainnya, saya
pribadi tidak tahu apa yang telah dilakukan bapak Tommy sehingga merebut
simpati dari khalayak ramai. Jadi ini bukan tentang bapak Tommy dan siapapun
yang dekat dengan bapak Tommy.

Saya hanya bermaksud mengajak semua fihak untuk berfikir sejenak. Menatap
fenomena yang sebenarnya bukan fenomena lagi, tetapi sudah rahasia umum atau
mungkin sudah dianggap BUDAYA.

Apakah suku/etnis lain hanya bisa menerima seorang Tionghoa sebagai bagian
dari Bhineka Tunggal Ika, bila Tionghoa tersebut seorang yang berpengaruh
dalam ekonomi dan sanggup memberikan gratifikasi-gratifikasi bersifat
ekonomis pada etnis lain?

Karena terus terang, selama ini, inilah yang saya lihat, rasa dan pahami.
Hubungan horizontal antar manusia, dengan penduduk sekitar, dengan pejabat
pemerintahan setempat, dengan bawahan, dengan ormas, dll... semua tidak jauh
dari ekonomi.

Ibaratnya, persahabatan ini seolah semu, keakraban ini hanya ecek-ecek,
pembauran ini hanyalah masturbasi. Karena tanpa faktor X yang bernama
UANGnya Acong, maka Acong tidak akan akrab dengan Sitorus, Acong tidak akan
bergaul dengan Joko.

Stereotip, Cina atau Tionghoa sebagai ladang duit seharusnya sudah saatnya
dibuang jauh-jauh. Karena kita semua bisa bersaudara, kita semua dapat
berteman, kita semua mampu bersama-sama membangun hubungan tulus apa adanya,
tanpa peduli Ras, Suku, Kelas Ekonomi.

apakah stereotip ini harus terus berlanjut dan lestari dalam kehidupan
berbangsa di negara ini?

atau ada yang mau membantah adanya stereotip seperti ini?

2010/8/24 Dharma Hutauruk 

>
>
> Minggu lalu, Salah seorang Menantu Toko Tan Tarutung wafat dan disemayamkan
> di Jalan rajawali Selatan.
> Pak Tommy Suryadi (yang bukan orang Batak) banyak memberikan waktu, tenaga
> dan materi bagi kemajuan halak hita.
> Keponakan saya yang kuliah di IPB termasuk salah seorang Mahasiswa Tarutung
> yang mendapat uang saku bulanan dari keluarga ini namun sayang sekali dia DO
> ditengah jalan.
> Pada malam perkabungan sebelum jasadnya dibawa ke Medan, terdapat 2
> kelompok besar yakni kelompok Orang Tionghoa dan kelompok orang Batak.
> Bagus lah, kebhinekaan langsung terlihat dan mencair di perkabungan
> tersebut
>
> dharma
>
> -- Forwarded message --
> From: sriyati hutauruk 
> Date: 2010/8/24
> Subject: Re: [smutarutung] Berita duka cita
> To: Dharma Hutauruk 
>
>
>
> Sy gak dekat dengan beliau, hanya karena beliau suami kakak dr. Tan Gek
> Soan, salah seorang murid alm bapak saya Dj.P. Hutauruk. Dr. Tan Gek Soan
> sangat care sepanjang hidup Bapak saya dan waktu Bapak saya wafat di RS
> Fatmawati, Jakarta Mei 1993, beliau juga ada.
> Sedikit kenangan tentang Bpk Tommy.
> Saya pernah diundang pesta di  Colpatarin (saya lupa siapa yang pesta, tapi
> orang Tarutung banyak, mungkin waktu Ito Sahat Tobing mantu. Kel. Bp Tommy
> juga hadir. kebtulan, turun dari mobil kami berbarengan, saya melihat bp
> Tommy membuka dompet dan dengan sukacita membagikan uang ratusan ribu kepada
> teman2 beliau yang jumpa di luar gedung. Banyak memberi, lebih banyak lagi
> yang diterima. Waktu saya, suami dan Frans melayat (Gerda, Putri Bapak
> Tommy, mantu Bpk Cosmas Batubara, teman kuliah Frans) banyak sekali pelayat
> yang berkabung. Banyak amak asuh beliau yang menangis waktu salah seorang
> anak asuh membaca puisi untuk almarhum. Banyak karangan bunga sepanjang
> jalan, layaknya Pejabat Tinggi RI. pasti B

Re: [budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta

2010-09-04 Thread Yitzhak ben Zvi
nah ini dia!

Sungguh mirip dengan yang terjadi di Pontianak 2007 silam,
Apa yang terjadi pertama adalah peristiwa serempetan biasa.
Lalu timbul adu jotos.
Lalu timbullah kerusuhan Rasial.

Seharusnya, apa yang dilakukan oleh koko nya bro Ikkyosensei, tidak perlu
dilakukan
dan tindakan tersebut merupakan "tindakan bodoh" dalam dunia yang beradab
dalam sebuah negara ber-asaskan hukum.

Pada sebuah negara maju, mungkin kokonya bro Ikkyosensei sudah dibui sekian
tahun. Karena memukul orang.

Jadi jangan bangga dengan menyerukan agar lain kali tindakan barbar tersebut
dibenarkan dan dilakukan di Indonesia. Karena beda komplek perumahan beda
belalang, bahkan dalam satu komplek perumahan belalangnya juga bisa berbeda,
apalagi belalangnya bermata sipit.
Peristiwa Pontianak pada 2007 tersebut tidak ingin kita ulangi dimanapun.

shalom aleikem,
Yitzhak Ben Zvi

2010/9/4 ikkyosensei_ym 

>
>
> Kebetulan di tanah kelahiran saya Blitar, rasialisme (dalam pengertian
> pelecehan ras tertentu) walaupun masih ada.. namun sudah tidak laku (tidak
> mendapat dukungan publik).
> Jadi ingat kasus mamah & koko saya. Koko, waktu itu SMA kelas 2-an,
> boncengi sepeda mamah ke pasar. Waktu di tikungan, nyenggol gerobak pedagang
> syur. Koko & mamah nyungsep, barang dagangan sayuran orang tersebut
> berantakan di jalan.
> Setelah mamah dapat obat merah dari penduduk, terus mamah menghitung harga
> sayuran-sayuran yang "rusak" karena telah tumpah di jalan tersebut. Dibayar,
> karena mamah kasihan khan barang dagangan tersebut buat ngasih makan
> keluarga mereka di rumah.
> Terus basa-basi mamah tanya, ada badan pedagangnya yang sakit nggak?
> Padahal mamah, koko, dan penduduk tahu, yang kesenggol itu gerobaknya, bukan
> orangnya yang lagi berdiri di trotoar.
> Nggak tahu, setan apa itu kepala orang itu. Dari tenang damai, karena
> dagangannya laku keras, tiba-tiba teriak-teriak minta ganti rugi uang kaget.
> Ya benar, istilahnya uang kaget. Mungkin kaget, kok naruh gerobak di
> tikungan yang bikin orang nyungsep ... malah dapat kesempatan malak kali.
> Aku setuju, dengan tindakan kokoku yang "kaget juga" dan langsung gebuk
> tendang pedagang tersebut. Sekalian nambah uang saku buat ongkos ke rumah
> sakitnya.
> Dan juga, setuju kepada publik yang memberi kesempatan beberapa puluh
> jotosan baru memisah.
>
> Saran, lain kali kalau terjadi kasus seperti itu di tempat publik ...
> jangan ragu untuk dijotosi massal saja. Kalau di Jawa, bahkan dibakar
> sekalian.
>
> Salam
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> kusalacitto gunawan  wrote:
> >
> > hmm.. gimana ya,
> >
> > saya mau sedikit memberikan pengalaman berdasar atas yang saya alami dan
> > kemudian saya coba pahami.
> >
> > Sebagai konsekuensi dari "kebudayaan" yang sudah berlaku nasional maka
> Cina
> > atau Tionghoa sudah dan akan selalu menjadi "bahan olokan" bersama
> seluruh
> > Nusantara.
> >
> > Kalau di daerah saya, anak kecil saja sudah faham istilah rasial. Jadi
> dapat
> > disebut sudah membumi.
> >
> > Pernah saya alami ketika masa kecil di kampung halaman, hanya berpapasan
> di
> > trotoar, sengaja disenggol bahu saya (cari ribut).Belum lagi, bila anak
> > Cina/Tionghoa kebetulan melewati kerumunan saudara etnis lain (misalnya
> > melewati depan sekolah negeri), hampir 90% kemungkinannya pasti akan
> dipalak
> > atau dibuli. Itu hanya anak kecil, bagaimana dewasanya?
> >
> > Jadi menurut saya ini sudah budaya lah, tetapi apakah mereka benar-benar
> > rasis?
> >
> > Saya rasa tidak, karena kalau mereka rasis artinya 10tahun kemudian,
> ketika
> > mereka dewasa, kita sudah tidak di negara ini atau bahkan dunia ini,
> karena
> > generasi yang rasis sudah masuk ke masyarakat. Oleh karena itu, istilah
> yang
> > saya pakai, mereka hanya ikut-ikutan rasis.Atau Racist by Lifestyle.
> >
> > Kalau bagi saya, tindakan mulut bau rasis begini sih sudah biasa, tidak
> akan
> > menimbulkan efek psikologis apapun bagi saya. Paling hanya ngomel2 ke
> > keluarga atau teman-teman.
> >
> > Memang pasti , walaupun tidak menimbulkan korban jiwa, tindakan demikian
> > tidak bisa ditolerir. Bila terus dibiarkan, maka "Budaya" ini akan terus
> > hidup lestari. Sudah sepantasnya, seperti tindakan yang dilakukan sodari
> > mahasiswi dalam postingan sodari Esther SH. Melaporkan ke pihak berwajib
> > akan memberikan efek jera kepada para pelaku yang secara lifestyle suka
> > memakai istilah-istilah rasis. Diharapkan si pelaku akan merubah
> > lifestylenya di lain kali setelah mendapatkan pelajaran. Tidak harus
> sampai
> > pelakunya dipenjara, minimal di periks

Re: [budaya_tionghua] Kendala Asimilasi

2010-09-04 Thread Yitzhak ben Zvi
shalom aleikem,

Apa yang bung Gho Zal Li ingin sampaikan disini?
Bahwa manusia itu secara kodrat sama? kodrat ini adalah kata yang berat,
import dari Gurun Pasir.

Judul posting bung Ghozali ini adalah asimilasi tetapi didalamnya adalah
perkawinan interasial? Sebenarnya apa yang mau disampaikan disini? Bahwa
perkawinan InterRasial itu adalah Asimilasi?

Saya jelas menolak,
Perkawinan Inter Rasial adalah ranah Biologi.
Sedangkan
Asimilasi adalah ranah Sosilogi.
Jelas dua mata pelajaran yang berbeda, bahkan juga dua jalur mata
pencaharian berbeda bagi guru.
ditambah lagi manusia secara kodrat adalah sama, adalah ranah teologi.

Harus dibedakan, Mencampurkan ras dalam perkawinan bukanlah asimilasi.
Miscegenation atau perkawinan inter ras, berbeda dengan assimilation.
Asimilasi lebih ke pencampuran budaya, dan budaya bisa bercampur tidak harus
melalui Perkawinan antar Ras, dan sebaliknya, dengan perkawinan antar ras
pun, budaya belum tentu bercampur.



2010/9/5 

> Sesungguhnya secara kodrat manusia itu satu adanya. Tidak peduli apakah dia
> itu berasal dari etnis Jawa, Sunda, Tionghoa, atau apa saja.  Contoh soal
> seorang pria dari etnis apapun bisa tertarik pada wanita yg cocok di hatinya
> tanpa memandang etnis si wanita, demikian pula sebaliknya  Manusia
> berbeda dari binatang yg cuma mau 'kawin  biologis' pada jenis (genus)nya
> saja contoh macan belang tidak kawin sama macan kumbang, meskipun sesama
> macan (kecuali dipaksakan spt dipenangkaran). Manusia bisa kawin biologis
> lintas etnis dan lintas ras tanpa ada keganjilan atau paksaan. Jadi yg
> membatasi manusia sulit berasimilasi adalah lingkungan, pendidikan, budaya,
> dan agama. Kalau si pria berbeda agama atau budaya dari si wanita, maka
> sulit sekali terjadi perkawinan. Juga lingkungan berpengaruh besar terhadap
> proses perkawinan. Itulah mengapa asimilasi tidak bisa dipaksakan dan tidak
> berjalan mulus., walaupun di negara komunis atau sosialis sekalipun, apalagi
> negara demokratis spt Indonesia dan ini menyangkut hak azasi manusia.
> RGDS.TG
> Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
>
> 
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.
>
> .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>


Re: [budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta

2010-09-05 Thread Yitzhak ben Zvi
mungkin itu juga yang ada dalam pikiran Gouw Ek San

ketika dia menonjok sampai berdarah-darah tetangganya.
Yang lebih konyolnya Ek San hanya membela tetangganya yang lain (tionghoa)
yang serempetan mobil dengan tetangga lainnnya (yang Melayu). Alias "Sok
Pahlawan"

Hasilnya adalah,
Penrusakan berdasar Rasial terjadi di Pontianak, dari berburu Ek San menjadi
berburu Cina.
Kelenteng dirusak massa.
Ek San harus merelakan rumahnya dirusak massa.
Dan seluruh keluarganya "eksodus" keluar Kalimantan.
Ek San sih tidak luka apa-apa, tetapi saya yakin di dalam bilik terdalam
jantungnya dia merasa menyesal.

Untung semua pihak menahan diri, kerusuhan tidak meluas.
Pers Nasional tidak membicarakan, akhirnya kasus mendingin.

Inilah yang terjadi kalau orang berpikir pakai kepalan
bukan otak ataupun akal sehat.
apa yang ingin anda capai dengan menjotos atau melukai lawan Anda? Kepuasan
pribadi?
Lalu sanggup ga tanggung jawab atas akibat yang akan terjadi kemudian?

Kita ini negara hukum, ada masalah apapun selesaikan di ranah hukum.
Masalah menang atau kalah urusan belakang, intinya adalah efek jera.

2010/9/5 Hendra Bujang 

>
>
> Enggak ada salahnya sekali2 melakukan perlawanan terutama terhadap mereka
> yang sudah "brutal" n mengancam jiwa. Lari atau menghindar bukan solusi
> terbaik terutama jika mereka berkelompok, biasanya makin kalap.
>
> Yang penting lumpuhkan lawan secepat mungkin plus tuntas di tempat! Itu aja
> kuncinya. Namanya juga dunia jalanan..dunia yang keras.
>  *Best Regards,*
> *Hendra Bujang*
> *Mobile I   : 0878 7828 7808 *
> *Mobile II  : 0856 190 9109*
> *"Knowing Is Not Enough, We Must Apply"*
> *"Willing Is Not Enough, We Must Do" *
>
>
>
> --- On *Sun, 9/5/10, Yitzhak ben Zvi * wrote:
>
>
> From: Yitzhak ben Zvi 
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Kejahatan rasial di bis kota di Jakarta
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Sunday, September 5, 2010, 12:03 PM
>
>
>
> nah ini dia!
>
> Sungguh mirip dengan yang terjadi di Pontianak 2007 silam,
> Apa yang terjadi pertama adalah peristiwa serempetan biasa.
> Lalu timbul adu jotos.
> Lalu timbullah kerusuhan Rasial.
>
> Seharusnya, apa yang dilakukan oleh koko nya bro Ikkyosensei, tidak perlu
> dilakukan
> dan tindakan tersebut merupakan "tindakan bodoh" dalam dunia yang beradab
> dalam sebuah negara ber-asaskan hukum.
>
> Pada sebuah negara maju, mungkin kokonya bro Ikkyosensei sudah dibui sekian
> tahun. Karena memukul orang.
>
> Jadi jangan bangga dengan menyerukan agar lain kali tindakan barbar
> tersebut dibenarkan dan dilakukan di Indonesia. Karena beda komplek
> perumahan beda belalang, bahkan dalam satu komplek perumahan belalangnya
> juga bisa berbeda, apalagi belalangnya bermata sipit.
> Peristiwa Pontianak pada 2007 tersebut tidak ingin kita ulangi dimanapun.
>
> shalom aleikem,
> Yitzhak Ben Zvi
>
> 2010/9/4 ikkyosensei_ym 
> http://us.mc345.mail.yahoo.com/mc/compose?to=ikkyosen...@gmail.com>
> >
>
>
>  Kebetulan di tanah kelahiran saya Blitar, rasialisme (dalam pengertian
> pelecehan ras tertentu) walaupun masih ada.. namun sudah tidak laku (tidak
> mendapat dukungan publik).
> Jadi ingat kasus mamah & koko saya. Koko, waktu itu SMA kelas 2-an,
> boncengi sepeda mamah ke pasar. Waktu di tikungan, nyenggol gerobak pedagang
> syur. Koko & mamah nyungsep, barang dagangan sayuran orang tersebut
> berantakan di jalan.
> Setelah mamah dapat obat merah dari penduduk, terus mamah menghitung harga
> sayuran-sayuran yang "rusak" karena telah tumpah di jalan tersebut. Dibayar,
> karena mamah kasihan khan barang dagangan tersebut buat ngasih makan
> keluarga mereka di rumah.
> Terus basa-basi mamah tanya, ada badan pedagangnya yang sakit nggak?
> Padahal mamah, koko, dan penduduk tahu, yang kesenggol itu gerobaknya, bukan
> orangnya yang lagi berdiri di trotoar.
> Nggak tahu, setan apa itu kepala orang itu. Dari tenang damai, karena
> dagangannya laku keras, tiba-tiba teriak-teriak minta ganti rugi uang kaget.
> Ya benar, istilahnya uang kaget. Mungkin kaget, kok naruh gerobak di
> tikungan yang bikin orang nyungsep ... malah dapat kesempatan malak kali.
> Aku setuju, dengan tindakan kokoku yang "kaget juga" dan langsung gebuk
> tendang pedagang tersebut. Sekalian nambah uang saku buat ongkos ke rumah
> sakitnya.
> Dan juga, setuju kepada publik yang memberi kesempatan beberapa puluh
> jotosan baru memisah.
>
> Saran, lain kali kalau terjadi kasus seperti itu di tempat publik ...
> jangan ragu untuk dijotosi massal saja. Kalau di Jawa, bahkan dibakar
> sekalian.
>
> Salam
>
> --- In 
> budaya_tionghua@yahoogroups.com<http://us.mc345.mail.yahoo.com/mc/compose?to=budaya_t