[budaya_tionghua] Sejarah kartu lebaran: Merdeka Kartu Lebaran
karcis-karcis itu tepat waktu. “Akhirnya diperingatkan kepada umum bahwa pada sampul-sampul karcis-karcis Lebaran pun harus ditulis juga nama dan alamat si pengirim dengan lengkap dan terang,” tulis *Soeara Asia*, 23 September 1943. Setahun kemudian, kembali penguasa militer memanfaatkan momen Idul Fitri untuk mendapat dukungan dari umat Islam di tanah air. Pada 7 September 1944, dalam Sidang Istimewa ke-85 *Teikoku Ginkai *(Parlemen Jepang), Perdana Menteri Koiso mengumumkan bahwa Hindia Timur (Indonesia) akan merdeka di kemudian hari. Janji itu juga tercermin dalam kartu Lebaran. Selain berisi ucapan “Selamat Idul Fitri”, karcis lebaran rata-rata disertai salam “Indonesia Merdeka”. “Slogan ‘Indonesia Merdeka’ itu ibarat obat mujarab bagi bangsa Indonesia yang menderita selama dijajah Belanda. Kita harus memakainya dengan baik-baik sesuai dengan petunjuk dan resep dokternya, yaitu Dai Nippon. Yang tidak dapat ditawar lagi ialah kita harus berani dan ikhlas berkorban untuk mencapai Indonesia merdeka itu dengan berjuang mati-matian bersama Dai Nippon dalam perang Asia Timur Raya ini. Dai Nippon menang, Indonesia pasti merdeka!” tulis *Tjahaja*, 22 September 1944. Politisasi kartu Lebaran juga terjadi pada masa Orde Baru. Pada 1997, Ketua Umum Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI) Sri-Bintang Pamungkas membuat kartu Lebaran berisi agenda politik PUDI yang menentang rezim Soeharto. Penguasa menganggap Bintang melakukan makar. Bintang pun menghuni LP Cipinang. Hingga pengujung 1990-an, kartu Lebaran masih diminati hingga posisinya mulai tergantikan oleh internet dan ponsel. Kantor Pos pun mesti tertatih-tatih mempertahankan keberadaan kartu Lebaran, termasuk dengan membagikannya secara gratis.*[HENDRI F. ISNAENI] * *Sumber: http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-306-merdeka-kartu-lebaran.html#cn * *Tulisan-tulisan sejarah lainnya klik saja ** http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/home* *Salam, Redaksi Majalah Historia Online *
[budaya_tionghua] sejarah bedug: Tak-tak-tak, Dung…
bedug bid’ah. Penggunaan bedug tampaknya sempat menjadi perdebatan hangat di kalangan Islam tradisional dan modernis. NU sendiri, pada Muktamar ke-11 di Banjarmasin Kalimantan Selatan tahun 1936, kembali mengukuhkan penggunaan bedug dan kentongan di masjid-masjid karena diperlukan untuk syiar Islam. Perdebatan itu, selain soal-soal lainnya, masih mengemuka pada 1950-an dan 1960-an. Ada upaya untuk menjembatani perbedaan yang berkaitan dengan hal semacam itu tapi tidak sepenuhnya berhasil. Sampai-sampai cendekiawan Nurcholish Madjid, yang pada 1970-an melontarkan desakralisasi, akhirnya berkesimpulan bahwa umat Muslim bukan hanya menyucikan bedug tapi sudah sampai menyucikan organisasi atau partai; partai mereka yang paling benar, paling suci. Mirisnya, pertentangan itu masih bertahan hingga bertahun-tahun kemudian. Gara-gara bedug, pada 1987, warga Kampung Gunung Kembang di Tasikmalaya bersitegang. Seperti ditulis Sofyan Samandawai dalam *Mikung: Bertahan dalam Himpitan, *warga Persis menyerang praktik penggunaan bedug di masjid-masjid NU. Sebaliknya warga NU menyerang ijtihad yang dilakukan Persis. Konflik itu berlanjut hingga 1988, yang kemudian diselesaikan dengan pembagian wilayah Kampung Gunung Kembang secara administratif. Perdebatan mengenai bedug mulai mereda sekarang. Peran bedug sudah tergantikan dengan pengeras suara. Tapi ada sejumlah masjid yang tetap menabuhkan bedug dan kentongan sebagai pembuka azan. Ia juga dianggap sebagai praktik budaya dan seni, yang ditabuhkan untuk menyambut bulan Ramadan dan Idulfitri. *[HENDRI F. ISNAENI]* *Sumber: http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-304-taktaktak-dung%E2%80%A6.html * *Untuk tulisan-tulisan sejarah lainnya: http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/home* *Salam, Redaksi Majalah Historia Online *
[budaya_tionghua] sejarah baju koko: Koko Masuk Islam
*assalamu’alaikum*,” tulis M. Imadun Rahmat dalam *Arus Baru Islam Radikal.* Sejak saat itu hingga kini pemakaian baju koko kian masif. Ia hampir menjadi pakaian resmi beribadah. Seperti kata Rosid, sebagian besar yang salat di masjid pakai baju koko. Baju koko menjadi komoditas yang menggiurkan, terutama menjelang lebaran, karena tradisi tunjangan hari raya (THR), salahsatunya dengan baju koko untuk dipakai salat Id. Pemakaian baju koko tidak hanya untuk beribadah. Tapi, menjadi seragam sekolah SMP dan SMA setiap hari Jumat. Juga, di beberapa daerah seperti di Kabupaten Pamekasan Jawa Timur, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan; Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Indramayu Jawa Barat; baju koko menjadi seragam wajib bagi pegawai negeri sipil setiap hari Jumat. Baju koko yang tiada lain adalah modifikasi dari* tui-khim*, baju harian * cokin* dan telah ditanggalkan, kini begitu Islami. *[HENDRI F. ISNAENI]* *Sumber: http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-302-koko-masuk-islam.html * *Untuk tulisan-tulisan sejarah lainnya klik saja : http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/home* *Salam, Redaksi Majalah Historia Online *
[budaya_tionghua] Yang baru di Majalah HistoriA
*Rasisme di Titik Nol* --Nelson Mandela berjuang keras melawan politik apartheid. Dia menggunakan olahraga untuk mempersatukan negerinya. Selengkapnya http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-264-rasisme-di-titik-nol.html *Sel, Etika, dan Sains* * * --Benturan batasan etik dan sains dalam eksperimen subjek manusia membawa kesadaran untuk menjaga hak-hak pasien/subjek penelitian. Selengkapnya http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-263-sel-etik-dan-sains-.html Selamat Membaca! Salam, Redaksi Majalah HistoriA
[budaya_tionghua] Perjanjian Diplomatik yang Dilupakan
Tahun ini Indonesia–Rusia memperingati 60 tahun hubungan diplomatiknya. Peringatan yang ahistoris? Kisah hubungan dua negeri ini diwarnai pasang surut. Masa-masa bulan madu hubungan Indonesia-Uni Soviet terjadi pada era pemerintahan Sukarno. Hubungan itu kian merenggang saat Soeharto memimpin negeri ini. Sejarah hubungan diplomatik Indonesia-Uni Soviet berdasarkan versi pemerintah bemula pada 24 Desember 1949 ketika pemerintah Uni Soviet menerima pesan resmi mengenai kesepakatan hubungan antara Belanda dan Indonesia. Setelah itu, Menteri Luar Negeri Uni Soviet Andrei Vyshinsky mengirimkan telegram kepada Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Mohammad Hatta. Telegram tersebut berbunyi, “Atas nama pemerintah Uni Soviet, saya dengan hormat menginformasikan kepada Anda, sejak pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada 27 Desember 1949 di Den Haag, Belanda, pemerintah Uni Soviet memutuskan mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Republik Indonesia dan akan membangun hubungan diplomatik dengan Indonesia.” Kemudian pada 2 Februari 1950 diselenggarakan sidang kabinet menteri Republik Indonesia untuk membahas telegram dari Uni Soviet itu. Dalam telegram jawaban yang dikirim dari Jakarta ke Moskow pada tanggal 3 Februari 1950, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Mohammad Hatta memastikan telah menerima telegram keputusan Pemerintah Uni Soviet yang mengakui Republik Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat dan merencanakan menjalin hubungan diplomatik dengan pihak Uni Soviet. Balasan pemerintah RI itulah yang dijadikan tonggak resmi pembukaan hubungan diplomatik kedua negara. Jika menilik lebih jauh ke belakang, hubungan Indonesia dengan Uni Soviet sebenarnya telah dirintis oleh Soeripno dengan Duta Uni Soviet di Praha, Silin, pada 22 Mei 1948. Namun hubungan yang telah terjalin itu tidak diakui secara resmi oleh pemerintah Indonesia. Penandatanganan hubungan diplomatik Indonesia dengan Uni Soviet dianggap di luar dugaan. selengkapnya http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-250-perjanjian-diplomatik-yang-dilupakan.html Salam, Redaksi Majalah Historia Online www.majalah-historia.com * Jalan Raya Kebayoran Lama No. 18 CD Jakarta Selatan 12220 p. +62.21.722 1041 f. +62.21.722 3760 e-mail: reda...@majalah-historia.com *
[budaya_tionghua] Kursus Menulis Sejarah
KURSUS MENULIS SEJARAH Jakarta, 8 – 11 Juni 2010 Selama 32 tahun Orde Baru pernah menggunakan sejarah untuk melegitimasi kekuasaannya. Sejarah dihadirkan sebagai propaganda, bukan ilmu. Bahkan, penguasa melarang sejarah alternatif yang digunakan oleh sejarawan lain untuk menandingi sejarah versi pemerintah. Lebih dari itu, rezim Orde Baru juga membredel media massa yang melawannya dan membuat mereka bungkam. Setelah kejatuhan Soeharto, sejarawan terlibat dalam pertarungan sejarah. Sumber alternatif juga bermunculan. Suara pelaku atau korban keluar dalam bentuk biografi atau memoar. Tapi, perkembangan ini justru membuat masyarakat bingung, juga wartawan. Ada banyak versi sejarah; mana yang harus diikuti? Lantas, bagaimana menulis persoalan sejarah dalam konteks masa kini? Bagaimana metodenya, dan sebagainya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan wartawan, aktivis, penulis dan para peminat sejarah dalam penulisan sejarah. Kursus akan memberikan dasar-dasar historiografi, teori dan metodologinya, bagaimana mencari dan memilih sumber, serta mengemasnya dalam berita yang enak dibaca sekaligus dalam. Pelatihan ini akan dilengkapi dengan teknik interpretasi atas dokumentasi visual seperti foto dan film dokumenter. Kursus ini akan dilakukan selama empat hari dengan sesi pertemuan dua sessi sehari. Akan lebih banyak diskusi ketimbang pemberian materi atau teori. Instruktur utama akan memimpin dan mengarahkan diskusi, sementara instruktur tamu memberikan materi-materi yang dibutuhkan dalam penulisan sejarah. INSTRUKTUR Gerry van Klinken kini peneliti di Koninklijk Instituut voor Taal,- Land en Volkenkunde (AkademiKITLV) Leiden, Belanda. Setelah meraih gelar master dalam bidang geofisika dari Macquarie University, Sydney (1978) ia mengajar fisika di beberapa universitas di Malaysia dan Indonesia (1979 – 1991). Pada 1996 Klinken mulai mengalihkan perhatiannya kepada kajian Asia setelah ia lulus doktor dalam bidang sejarah Indonesia dari Griffith University, Brisbane. Setelah itu ia mulai mengajar dan melakukan penelitian dalam bidang sejarah di berbagai universitas di Brisbane, Sydney, Canberra, Yogyakarta (Indonesia), dan sekarang di Leiden. Sejak 1998 ia terlibat aktif sebagai komentator yang memokuskan perhatiannya pada masalah Indonesia di berbagai media massa di Australia. Sejak 1996 – 2002 Klinken bekerja sebagai editor di majalah Inside Indonesia. Pada 2002-2004 ia menjadi research advisor untuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi di Timor Leste (CAVR). Bonnie Triyana, pemimpin redaksi majalah Historia online ( www.majalah-historia.com) kelahiran Rangkasbitung, Banten. Pernah bekerja sebagai wartawan di beberapa media massa. Alumnus jurusan sejarah Universitas Diponegoro, Semarang. Mengelola Masyarakat Indonesia Sadar Sejarah (Mesiass) di Semarang. Ia co-editor Revolusi Belum Selesai, Kumpulan Pidato Presiden Soekarno (30 September 1965-Pelengkap Nawaksara). Turut menulis dan menjadi penyunting sejumlah buku. Menulis kolom untuk Majalah TEMPO dan beberapa penerbitan lainnya. INSTRUKTUR TAMU Fadjar Ibnu Thufail, antropolog Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Lulus PhD dari University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. Pernah menjadi peneliti tamu di Max Planck Institute di Hale, Jerman. Menulis artikel di berbagai media massa nasional dan di beberapa jurnal ilmiah internasional. JJ Rizal, sejarawan, kolumnis yang kerapkali menulis kolom sejarah di berbagai media massa nasional di Jakarta. Pernah menjadi kolumnis untuk Moesson Het Indisch Maandblad di Belanda Penerima Anugerah Budaya dari Pemerintah DKI Jakarta (2009) ini mengelola penerbitan Komunitas Bambu yang banyak menerbitkan buku-buku sejarah dan budaya. Teguh Santosa, wartawan, pemimpin redaksi RakyatMerdeka.co.id. Alumnus Ilmu Politik University Hawaii at Manoa, Amerika Serikat dengan konsentrasi studi Futures Studies. Malang melintang sebagai wartawan yang meliput konflik di berbagai belahan dunia. SYARAT DAN BIAYA Peserta terbiasa dengan dunia tulis-menulis. Entah menulis di blog, makalah, buku harian atau media. Mereka juga terbiasa melakukan riset dan akrab dengan internet. Latar belakang bisa dari berbagai disiplin ilmu, minat atau profesi. Setiap peserta yang akan ikut setidaknya sudah memiliki tema penulisan dan atau mengirimkan contoh tulisan bertema sejarah. Ide itu akan didiskusikan dalam tiap sesi, dan hasil akhirnya adalah sebuah tulisan 3.000 kata –tidak harus selesai dalam sesi itu. Biaya Rp 2,5 juta (konsumsi + fotocopy materi). Peserta dibatasi maksimal 20 orang. INFORMASI DAN PENDAFTARAN Kantor Redaksi Majalah Historia Online Gedung Strategy Jl. Raya Kebayoran Lama No. 18 CD-Lt. 2C Jakarta Selatan Telp : +62 21 7221041 (MF Mukthi) Hp : +62 856 887 0011 (MF Mukthi) atau +62818 0637 0121 (Hendri) Email: laya...@majalah-historia.com ** Kawan-kawan, bagi yang belum mendaftar segeralah mendaftar. Berikut ini saya sertakan jadwal dan materi kursus menulis sejarah. Tabik JADWAL KEGIATAN DAN MATERI