[budaya_tionghua] Fw: 3 x 8 = 23 ???

2009-12-06 Terurut Topik ::KaNia::

 
'Two things are infinite: The Universe and Human Stupidity; and I'm not sure 
about the universe.'
- Albert Einstein 



- Forwarded Message 
From: Ari Herdiana dove1...@gmail.com
Sent: Friday, December 4, 2009 19:08:22
Subject: Fwd: 3 x 8 = 23 ???

  

  
Dapet dari tetangga, mohon maaf jika sudah pernah di posting.

SEBUAH RENUNGAN


Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. 
Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain 
sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual 
kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: “3×8 = 23, kenapa kamu bilang 24?”

Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: “Sobat, 3×8 = 24, tidak usah 
diperdebatkan lagi.”

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: “Siapa 
minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar 
atau salah Confusius yang berhak mengatakan.”

Yan Hui: “Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?”

Pembeli kain: “Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. 
Kalau kamu yang salah, bagaimana?”

Yan Hui: “Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu.”

Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah 
Confusius tau duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil 
tertawa: “3×8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia.”

Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar 
Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada 
pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.

Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. 
Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar 
darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi 
hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan 
Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan 
Hui dua nasehat : “Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan 
jangan membunuh.” Yan Hui bilang, “Baiklah,” lalu berangkat pulang. 

Di dalam perjalanan tiba-tiba angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah 
mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba-tiba 
ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya 
sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar 
dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah 
terbukti. Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut 
malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya 
untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada 
seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, 
dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat 
lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata 
yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: 
“Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?” Confusius berkata: “Kemarin 
hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru 
mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan 
amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh”. Yan 
Hui berkata: “Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum.” Confusius 
bilang: “Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak 
ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3×8=23 
adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 
3×8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 
1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih 
penting?”

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : “Guru mementingkan yang lebih 
utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu.” Sejak 
itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

Cerita ini mengingatkan kita: Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh 
dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya. Dengan kata lain, kamu 
bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah 
kehilangan sesuatu yang lebih penting. Banyak hal ada kadar kepentingannya. 
Janganlah gara-gara bertaruh mati-matian untuk prinsip kebenaran itu, tapi 
akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.

Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang 
didapat adalah kebaikan bagi semua orang.

Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat 
kita kasih sample barang lagi, kita akan mengerti)

Bersikeras melawan boss. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat 
penilaian bonus akhir tahun, kita akan mengerti)

Bersikeras melawan 

[budaya_tionghua] Fw: 3 x 8 = 23 (?)

2009-11-21 Terurut Topik ChanCT

- Original Message - 
From: Hendra Iskandar Lim 
To: Hendra Iskandar Lim 
Sent: Saturday, November 21, 2009 2:22 PM
Subject: FW: 3 x 8 = 23 (?)


Yan Hui adalah murid kesayangan Confucius yang suka belajar, sifatnya baik.
 Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain
 sedang dikerumuni banyak orang.
 Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.
 
Pembeli berteriak: 3 X 8 = 23, kenapa kamu bilang 24?
 
Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: Sobat, 3 X 8 = 24, tidak usah
 diperdebatkan lagi.
 
Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: Siapa
 minta pendapatmu?  Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius.
 Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan.
 
Yan Hui: Baik, jika Confucius bilang kamu salah, bagaimana?
 
Pembeli kain: Kalau Confucius bilang saya salah, kepalaku aku potong
 untukmu.  Kalau kamu yang salah, bagaimana?
 
Yan Hui: Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu.
 
Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confucius. Setelah
 Confucius tahu duduk persoalannya, Confucius berkata kepada Yan Hui sambil
 tertawa: 3×8 = 23. Yan Hui, kamu kalah.  Berikan jabatanmu kepada dia.
 
Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya.
 Ketika mendengar Confucius berkata dia salah, diturunkannya topinya lalu dia
 berikan kepada pembeli kain.
 Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.
 
Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confucius tapi hatinya tidak sependapat.
 
Dia merasa Confucius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar
 darinya.  Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga.
 Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya.
 Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confucius memintanya cepat kembali
 setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasihat : Bila hujan
 lebat, janganlah berteduh di bawah pohon.  Dan jangan membunuh.
 
Yan Hui menjawab, Baiklah, lalu berangkat pulang.
 
Di dalam perjalanan tiba-tiba angin kencang disertai petir, kelihatannya
 sudah mau turun hujan lebat.
 Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba-tiba ingat nasihat
 Confucius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi.
 Dia meninggalkan pohon itu.
 Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur.
 Yan Hui terkejut, nasihat gurunya yang pertama sudah terbukti.
 Apakah saya akan membunuh orang?
 Yan Hui tiba di rumahnya saat malam sudah larut dan tidak ingin mengganggu
 tidur istrinya.
 Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya.
 Sesampai di depan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri
 ranjang dan seorang lagi di sisi kanan.
 Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya.
 Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasihat Confucius,
 jangan membunuh.
 Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah
 adik istrinya.
 
Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confucius, berlutut dan berkata:
 Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?
 
Confucius berkata: Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun
 hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah
 pohon.
 Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru
 mengingatkanmu agar jangan membunuh.
 
Yan Hui berkata: Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum.
 
Jawab Confucius : Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga.
 
Kamu tidak ingin belajar lagi dariku.
 Cobalah kamu pikir.
 Kemarin guru bilang 3×8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan
 jabatanmu.
 Tapi jikalau guru bilang 3×8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah
 dan itu berarti akan hilang 1 nyawa.
 Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih
 penting?
 
Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : Guru mementingkan yang lebih
 utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu.
 
Sejak itu, kemanapun Confucius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.
 

Cerita ini mengingatkan kita:
 Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan
 kamu, apalah artinya.
 Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah
 kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.
 Banyak hal ada kadar kepentingannya.
 Janganlah gara-gara bertaruh mati-matian untuk prinsip kebenaran itu, tapi
 akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.
 Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan.
 Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.


 
Weight Loss Program
Best Weight Loss Program - Click Here!





No virus found in this incoming message.
Checked by AVG - www.avg.com 
Version: 9.0.707 / Virus Database: 270.14.75/2516 - Release Date: 11/21/09 
03:43:00

Re: [budaya_tionghua] Fw: 3 x 8 = 23 (?)

2009-11-21 Terurut Topik jackson_yahya
Sungguh bagus, alangkah baiknya anggota yang lain sharing cerita / kata2 bijak 
seperti ini
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: ChanCT sa...@netvigator.com
Date: Sat, 21 Nov 2009 20:08:01 
To: HKSIShk...@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Fw: 3 x 8 = 23 (?)


- Original Message - 
From: Hendra Iskandar Lim 
To: Hendra Iskandar Lim 
Sent: Saturday, November 21, 2009 2:22 PM
Subject: FW: 3 x 8 = 23 (?)


Yan Hui adalah murid kesayangan Confucius yang suka belajar, sifatnya baik.
 Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain
 sedang dikerumuni banyak orang.
 Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.
 
Pembeli berteriak: 3 X 8 = 23, kenapa kamu bilang 24?
 
Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: Sobat, 3 X 8 = 24, tidak usah
 diperdebatkan lagi.
 
Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: Siapa
 minta pendapatmu?  Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius.
 Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan.
 
Yan Hui: Baik, jika Confucius bilang kamu salah, bagaimana?
 
Pembeli kain: Kalau Confucius bilang saya salah, kepalaku aku potong
 untukmu.  Kalau kamu yang salah, bagaimana?
 
Yan Hui: Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu.
 
Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confucius. Setelah
 Confucius tahu duduk persoalannya, Confucius berkata kepada Yan Hui sambil
 tertawa: 3×8 = 23. Yan Hui, kamu kalah.  Berikan jabatanmu kepada dia.
 
Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya.
 Ketika mendengar Confucius berkata dia salah, diturunkannya topinya lalu dia
 berikan kepada pembeli kain.
 Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.
 
Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confucius tapi hatinya tidak sependapat.
 
Dia merasa Confucius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar
 darinya.  Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga.
 Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya.
 Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confucius memintanya cepat kembali
 setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasihat : Bila hujan
 lebat, janganlah berteduh di bawah pohon.  Dan jangan membunuh.
 
Yan Hui menjawab, Baiklah, lalu berangkat pulang.
 
Di dalam perjalanan tiba-tiba angin kencang disertai petir, kelihatannya
 sudah mau turun hujan lebat.
 Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba-tiba ingat nasihat
 Confucius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi.
 Dia meninggalkan pohon itu.
 Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur.
 Yan Hui terkejut, nasihat gurunya yang pertama sudah terbukti.
 Apakah saya akan membunuh orang?
 Yan Hui tiba di rumahnya saat malam sudah larut dan tidak ingin mengganggu
 tidur istrinya.
 Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya.
 Sesampai di depan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri
 ranjang dan seorang lagi di sisi kanan.
 Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya.
 Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasihat Confucius,
 jangan membunuh.
 Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah
 adik istrinya.
 
Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confucius, berlutut dan berkata:
 Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?
 
Confucius berkata: Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun
 hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah
 pohon.
 Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru
 mengingatkanmu agar jangan membunuh.
 
Yan Hui berkata: Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum.
 
Jawab Confucius : Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga.
 
Kamu tidak ingin belajar lagi dariku.
 Cobalah kamu pikir.
 Kemarin guru bilang 3×8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan
 jabatanmu.
 Tapi jikalau guru bilang 3×8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah
 dan itu berarti akan hilang 1 nyawa.
 Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih
 penting?
 
Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : Guru mementingkan yang lebih
 utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu.
 
Sejak itu, kemanapun Confucius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.
 

Cerita ini mengingatkan kita:
 Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan
 kamu, apalah artinya.
 Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah
 kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.
 Banyak hal ada kadar kepentingannya.
 Janganlah gara-gara bertaruh mati-matian untuk prinsip kebenaran itu, tapi
 akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.
 Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan.
 Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.


 
Weight Loss Program
Best Weight