[budaya_tionghua] Identitas Politik Tionghoa

2006-03-28 Thread odeon_cafe
IDENTITAS POLITIK
Oleh: Kenken

Begitu panjang perjalanan Tionghoa untuk bebas dari prasangka. 
Sebuah kisah tentang perjuangan tanpa tapal batas yang diketahui dan 
tak mudah untuk diprediksi. Perjalanan yang penuh haru-biru dan lika-
liku, sebuah proses yang kadangkala membuat tubuh bergetar dan hati 
bergentar. Tionghoa hidup dengan berbagai wacana principium 
contradictionis seperti dipertajamnya dikotomi "pribumi-nonpri" yang 
mengarah pada keterisolasian hingga seringkali membentuk perasaan 
teralienasi. Tionghoa hampir tak pernah terbebas dari stigmatisasi 
liar dan upaya stereotyping yang acapkali memojokkan sehingga rasa 
tidak percaya diri yang dilematis diam-diam merambah jiwa kolektif 
masyarakat Tionghoa. Kondisi ini menyebabkan Tionghoa seakan-akan 
kehilangan "kontak" dengan komunitas masyarakat lainnya dan menjadi 
golongan "asing" yang "tidak asing", meminjam istilah Pramoedya 
Ananta Toer. 

Komunitas Tionghoa (sekalipun bukan golongan satu-satunya) mendapat 
perlakuan minor dan diskriminatif serta menjadi target represi 
sosial secara sengit dibawah cengkeraman struktur formal politik 
Orde Baru. Di era Orde Baru dengan kebijakan coersif dan slogan-
slogan tentang pembangunan, nasib golongan Tionghoa tak kunjung 
membaik. Sekalipun segelintir kecil elite Tionghoa mampu masuk ke 
dalam lingkaran elite ekonomi nasional dengan iringan orkestrasi 
desas-desus tentang adanya berbagai privilese dari penguasa Orde 
Baru yang kemudian harus dibayar oleh Tionghoa (sebagai golongan) 
dengan biaya sosial yang tinggi. Segala macam pengekangan yang 
dilegalkan di atas kertas atau dalam perilaku oleh penguasa Orde 
Baru mengubur (sekalipun tidak sampai mematikan) begitu banyak 
potensi positif komunitas Tionghoa untuk berpartisipasi membangun 
negara dan bangsa Indonesia. Pola "privilege semu di bidang ekonomi 
dan pengekangan riil di bidang politik" ini menjadi pemicu 
hibriditas prasangka rasial terhadap Tionghoa yang pada akhirnya 
mempersulit posisi dan derap langkah golongan Tionghoa.  

Sedangkan, pola "kesetaraan dalam wacana tetapi pembedaan dalam 
praktek" yang juga diadobsi oleh Orde Baru menyebabkan 
phrase "Indonesia adalah milikku" menjadi sulit dipercaya pada saat 
diucapkan dari mulut seorang Tionghoa. Memang benar bahwa 
verbalisasi kecintaan terhadap bangsa dan negara itu hanya menjadi 
abstraksi bahasa simbol pada saat praxis kecintaan itu tidak dapat 
muncul dan dikenali secara kasat mata oleh publik. Sekalipun, 
konkritisasi kecintaan terhadap negara dan bangsa Indonesia itu 
menjadi sulit untuk diekspresikan dan tetap tinggal di dalam hati 
tanpa suara pada saat golongan Tionghoa hidup di alam "serba-salah 
dan serba-bersalah". Bertambah sulit pada saat parameter kecintaan 
itu ditetapkan secara samar, kasar, kaku tetapi tidak konsisten dan 
selalu harus sesuai dengan selera si pemberi nilai dengan beraneka 
ragam syarat. 

Wacana Politik Identitas

Saat ini, di tengah-tengah masa transisi ke arah modernisasi 
kehidupan sosial-politik, terdapat ruang yang cukup untuk merajut 
kembali dialog saling-mengenal antar seluruh komponen anak bangsa. 
Suasana ini ditandai dengan kemunculan pola "politik identitas"  
berbasis agama, ras, etnis dan gender. Sesuatu yang sebelumnya 
dianggap tabboo untuk dibicarakan tetapi tetap hidup di dunia yang 
tak tersentuh tangan besi formalisme rezim orde baru. 

Mulai dari peningkatan kesadaran gender sampai mencapai titik 
kulminasi gerakan ekstremisme feministis, golongan homosexual yang 
dapat mengekspresikan diri secara terbuka dengan berbagai organisasi 
formal dan diakuinya eksistensi Konghucu sebagai agama resmi memberi 
dorongan bagi agama-agama minoritas lain untuk mendapat pengakuan 
yang sama. Ironisnya, perkembangan positif ini juga diiringi oleh 
sejumlah sisi negatif seperti kebangkitan kelompok-kelompok militan 
dengan semangat partial dan slogan-slogan bernuansa segregatif 
dibentangkan secara terbuka. Sisi negatif ini membuat Indonesia 
seakan-akan menjadi sebuah negeri dengan tingkat "brutalisme 
demokrasi" yang tinggi. Semuanya bersuara dalam notasi politik 
identitas yang sama.

Politik identitas adalah sebuah wacana yang berangkat dari asumsi 
bahwa realitas kehidupan manusia selalu diwarnai oleh adanya 
perbedaan-perbedaan. Perbedaan antar-identitas itu melahirkan 
gagasan diperlukannya gerakan politik identitas. Wacana politik 
identitas hendak memperjuangkan kesetaraan status dari identitas-
identitas yang selama ini termarginalisasi dan tertindas oleh 
hegemoni kekuasaan struktural dan dominasi identitas pusat. Wacana 
politik identitas hendak memperlihatkan bahwa di balik realitas 
utama yang menjadi narasi besar tersembunyi realitas-realitas kecil 
dalam jumlah tak terhingga dengan derajat kesetaraan yang sama dan 
kualitas keindahan yang patut diperjuangkan.

Sekalipun demikian, artikulasi politik identitas berbasis agama, 
etnis, ras dan gender ini ternyata mengelisahkan sejumlah pemikir 
dan tokoh yang bahkan berasal dari

Re: [budaya_tionghua] Identitas Politik Tionghoa

2006-03-29 Thread Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message - 
From: odeon_cafe 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, 29 March, 2006 09:58
Subject: [budaya_tionghua] Identitas Politik Tionghoa

> Tionghoa hampir tak pernah terbebas dari stigmatisasi liar 
> dan upaya stereotyping yang acapkali memojokkan 
> sehingga rasa tidak percaya diri yang dilematis 
> diam-diam merambah jiwa kolektif masyarakat Tionghoa



Sebetulnya stigmatisasi dan stereotyping kelompok masyarakat merupakan hal yang 
biasa, di masyarakat Indonesia maupun di kelompok masyarakat bangsa lain.
Tinggal bagaimana kita menyikapinya, ataukah dengan ribut-ribut menggerutu 
terus secara ultra-defensive, sehingga membuat makin secara kolektif kita 
merasa runyam, ataukah dengan meningkatkan kinerja sebagai elemen masyarakat, 
sehingga makin menancapkan identitas, jati diri yang prima, dalam masyarakat 
bangsa.

Beberapa kali di milis ini dikemukakan stereotyping suku Tionghoa, yang selalu 
ditanggapi dengan mengebu-gebu, cenderung marah.
Padahal bukan hanya orang Tionghoa, orang lain pun setiap hari 
di-stereotype-kan. SBY yang sering kelihatan lambat mengambil keputusan, 
langsung dikomentari  "Dasar Jawa, alon-alon asal kelakon!". Teman kita orang 
Minang sudah tidak marah dbilang ahli mencopet saking seringnya 
di-stereotype-kan begitu. Kita semua tahu stereotyping Batak sendirian 
melakukan apa, Batak berdua melakukan apa, Batak bertiga atau lebih melakukan 
apa, toh mereka senyum saja mendengarnya. Yang paling 'sadis', ketika saya 
muda, kalau kita datang ke pesta tanpa diundang, untuk mencari makan enak 
gratis, dibilang "dayak", tanpa orang Dayak ribut-ribut. 
Begitu pula di Amerika, misalnya, kita tahu keturunan Irlandia 
di-stereotype-kan bagaimana, keturunan Polandia bagaimana, keturunan Italia 
bagaimana, dst., tanpa membuat ribut-ribut, melainkan memacu mereka menunjukkan 
identitas sebagai warga bangsa Amerika yang jempolan.

Rasanya cukuplah sudah menggerutu sebagai yang merasa paling dizalimi...

Wasalam.


 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] Identitas Politik Tionghoa

2006-03-29 Thread Freddy Cahyadi
Oleh karena itulah hal2 stereotype itu harusnya dihilangkan, meskipun butuh 
waktu dan proses. 
Karena hal2 stereotype dan semacamnya adalah salah satu cara untuk menumbuhkan 
mind set rasa inferioritas kompleks baik dalam seorang individu maupun 
masyarakat kolektif bangsa.
Saya mengerti hal ini secara alamiah selalu terjadi di mana2, hanya bila masuk 
ke dalam tataran politik itu akan menjadi tirani. 
Sekarang, harus dipikirkan dalam dalam oleh kita semua untuk mengatasi dan 
menghilangkan hal2 yang akan menimbulkan inferiority complex untuk tujuan ke 
depan bangsa.

Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:- Original Message - 
 From: odeon_cafe 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
 Sent: Wednesday, 29 March, 2006 09:58
 Subject: [budaya_tionghua] Identitas Politik Tionghoa
 
 > Tionghoa hampir tak pernah terbebas dari stigmatisasi liar 
 > dan upaya stereotyping yang acapkali memojokkan 
 > sehingga rasa tidak percaya diri yang dilematis 
 > diam-diam merambah jiwa kolektif masyarakat Tionghoa
 
 
 
 Sebetulnya stigmatisasi dan stereotyping kelompok masyarakat merupakan hal 
yang biasa, di masyarakat Indonesia maupun di kelompok masyarakat bangsa lain.
 Tinggal bagaimana kita menyikapinya, ataukah dengan ribut-ribut menggerutu 
terus secara ultra-defensive, sehingga membuat makin secara kolektif kita 
merasa runyam, ataukah dengan meningkatkan kinerja sebagai elemen masyarakat, 
sehingga makin menancapkan identitas, jati diri yang prima, dalam masyarakat 
bangsa.
 
 Beberapa kali di milis ini dikemukakan stereotyping suku Tionghoa, yang selalu 
ditanggapi dengan mengebu-gebu, cenderung marah.
 Padahal bukan hanya orang Tionghoa, orang lain pun setiap hari 
di-stereotype-kan. SBY yang sering kelihatan lambat mengambil keputusan, 
langsung dikomentari  "Dasar Jawa, alon-alon asal kelakon!". Teman kita orang 
Minang sudah tidak marah dbilang ahli mencopet saking seringnya 
di-stereotype-kan begitu. Kita semua tahu stereotyping Batak sendirian 
melakukan apa, Batak berdua melakukan apa, Batak bertiga atau lebih melakukan 
apa, toh mereka senyum saja mendengarnya. Yang paling 'sadis', ketika saya 
muda, kalau kita datang ke pesta tanpa diundang, untuk mencari makan enak 
gratis, dibilang "dayak", tanpa orang Dayak ribut-ribut. 
 Begitu pula di Amerika, misalnya, kita tahu keturunan Irlandia 
di-stereotype-kan bagaimana, keturunan Polandia bagaimana, keturunan Italia 
bagaimana, dst., tanpa membuat ribut-ribut, melainkan memacu mereka menunjukkan 
identitas sebagai warga bangsa Amerika yang jempolan.
 
 Rasanya cukuplah sudah menggerutu sebagai yang merasa paling dizalimi...
 
 Wasalam.
 
 
  
 
 
 

  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
 .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
 .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
 .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 

   
  
-
   YAHOO! GROUPS LINKS 
 

Visit your group "budaya_tionghua" on the web.

To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]

Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 
 

-
 
 
 


-
Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls.  Great rates 
starting at 1ยข/min.

[Non-text portions of this message have been removed]






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [budaya_tionghua] Identitas Politik Tionghoa

2006-03-30 Thread skala selaras
Memang, stigmasi dan strereotype yang alamiah dari masyarakat tidaklah
menjadi masalah besar, malah bisa menjadi bumbu dagelan srimulat.

Yang berlaku di masa Soeharto memang sebuah ketidak wajaran, sebuah Stigmasi
yang terencana, diiringin  dengan rintangan dan sangsi oleh penguasa negara,
yang sangat memojokkan orang Tionghoa. sehingga bagi anak muda Tionghoa yang
tak memehami nilai2 keTionghoaan, stigma ini menjadi beban psykologis yang
berat. menjadi tionghoa adalah sebuah aib dan dosa, mereka menjadi malu
sebagai orang tionghoa. lalu banyaklah anak muda ini yang mencoba
mengingkari asal usulnya, seperti malin kundang yang mengingkari ibunya.
salah satu contohnya adalah sikap mantan Atlit bulutangkis kita Verawati.
kita tak bisa menyalahkannya, dia adalah korban dari sebuah rezim.

ZFy

- Original Message -
From: "Akhmad Bukhari Saleh" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Wednesday, March 29, 2006 10:07 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Identitas Politik Tionghoa


> - Original Message -
> From: odeon_cafe
>
> > Tionghoa hampir tak pernah terbebas dari stigmatisasi liar
> > dan upaya stereotyping yang acapkali memojokkan
> > sehingga rasa tidak percaya diri yang dilematis
> > diam-diam merambah jiwa kolektif masyarakat Tionghoa
>
> 
>
> Sebetulnya stigmatisasi dan stereotyping kelompok masyarakat merupakan hal
yang biasa, di masyarakat Indonesia maupun di kelompok masyarakat bangsa
lain.
> Tinggal bagaimana kita menyikapinya, ataukah dengan ribut-ribut menggerutu
terus secara ultra-defensive, sehingga membuat makin secara kolektif kita
merasa runyam, ataukah dengan meningkatkan kinerja sebagai elemen
masyarakat, sehingga makin menancapkan identitas, jati diri yang prima,
dalam masyarakat bangsa.


.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [budaya_tionghua] Identitas Politik Tionghoa

2006-03-30 Thread steeve haryanto
--- skala selaras <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
...DELETED... 
> Yang berlaku di masa Soeharto memang sebuah ketidak
> wajaran, sebuah Stigmasi
> yang terencana, diiringin  dengan rintangan dan
> sangsi oleh penguasa negara,
> yang sangat memojokkan orang Tionghoa. sehingga bagi
> anak muda Tionghoa yang
> tak memehami nilai2 keTionghoaan, stigma ini menjadi
> beban psykologis yang
> berat. menjadi tionghoa adalah sebuah aib dan dosa,
> mereka menjadi malu
> sebagai orang tionghoa. lalu banyaklah anak muda ini
> yang mencoba
> mengingkari asal usulnya, seperti malin kundang yang
> mengingkari ibunya.
> salah satu contohnya adalah sikap mantan Atlit
> bulutangkis kita Verawati.
> kita tak bisa menyalahkannya, dia adalah korban dari
> sebuah rezim.
...DELETED...
Sudah sangat terasa bhw tionghoa yang beragama buddha
atau sejenisnya yang berbau dengan tionghoa culuture
dikatakan sbg bagian dari yang 'diharamkan' dalam
kelahiran manusia tersebut.Jadi seolah2 yang terlihat
didalam kulkur masyarakat tionghoa adalah kalau
beragama tersebut diatas adalah 'tidak akan loyal'
kepada pemerintah NKRI.Akhirnya berbondong bondong
tionghoa memasukki agama tertentu hanya untuk lari
dari masalah ini, dan telah dimanfaatkan oleh tokoh2
agama tertentu bahwa dengan beragama tersebut diatas
dikatakan sebagai penyembahan berhala dan dosa serta
kuno, dsb yang ujungnya menarik ummat sebanyak2nya.
Kemunafikkan yang di halalkan.



__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/