[budaya_tionghua] OOT: OBROLAN dari JAKARTA ( Yang Masih Saja Tertinggal )
Sobron Aidit : O B R O L A N dari J A K A R T A ( Yang Masih Saja Tertinggal ) Sudah beberapa tempat saya jalani dan kelilingi di Jakarta ini. Sepertinya nampak-tilas. Tempat-tempat kami ketika rapat dulu itu. Sekitar Gondangdia - Tjikini - Tjidurian markas besar Lekra bekas rumah Pak Dajwoto - bekas rumah Mas Krisno lalu di Jalan Blitar di rumah mas Oey Tjoe-tat tempat kami rapat Baperki yang selalu ada makanan enak lalu ke Galur - nah.Lagi-lagi rasa sedih saya menggeluti saya. Saya lalu ingat Bang Amat. Ketika Bang Amat pulang dari kantornya Kramat Raya 81, dengan mobilnya - menuju Galur, dia selalu berpesan kepada sopirnya, Bung Aziz,- Djis, bangunkan saya ketika mendekati rumah. Saya mau tidur beberapa menit ya.,- Monggo Bung silahkan - nanti saya bangunkan, kata bung Azis. Dan Bang Amat menggunakan waktu pulang kantor antara Kramat Raya ke Galur Senen, selama sekian menit itu buat tidur. Bang Amat terlalu kurang tidur dan selalu kurang tidur. Dia terlalu sibuk buat urusan partai dan negara serta pemerintahan. Dalam beberapa sidang - rapat - tidak jarang Bang Amat tertidur - kepalanya lalu terkulai dan jatuh ke meja lalu tidur. Teman-temannya segera membangunkannya. Buat semua ini tidak jarang orang-orang dan teman-temannya mengingatkannya dan bahkan mengkritiknya. Tetapi dia tahu benar - dalam fortum rapat dan sidang bagaimana yang dia bisa begitu - tidak semua forum dan rapat berjenis dan berkategori penting - sangat penting dan luarbisa penting,- Dalam hati saya, Bang Amat itu pabila bukan kena teror, bukan kena tembak dan dihabisi Suharto - Sarwo Eddy, mungkin usianya masih panjang dan kini masih hidup. Dia sangat sehat. Makannya baik - tidurnya baik - gerakbadannya baik dan terkontrol - apalagi istrinya dokter. Tapi, tapi sampai kini sejak tahun 1965 itu, kami tidak tahu di mana kuburannya - di mana dia dibuang begitu saja. Merupakan kenangan yang sangat kami ingat-ingat. Dia pernah bilang sama saya - hari anu jam sebegitu dia mau ke rumah kami di Tebet - Gang Anggrek. Saya segera menanyakan, berapa lama dia akan ada di rumah kami - ngobrol atau apa saja di rumah kami. Yang saya maksudkan apa saja itu - termasuk kalau dia mau ngomeli dan memarahi saya dengan matanya yang tajam menghunjam itu. Setelah dia berpikir beberapa jenak - dia bilang harinya dan jamnya. Saya lihat - dia akan di rumah kami selama antara setengah jam-an saja. Saya segera bilang kepada istri saya bahwa Bang Amat - iparnya akan ke rumah pada tanggal sekian dan hari anu jam segitu. Dan kami sudah sepakat mau bikin surprise buat Bang Amat - rasanya cukup waktu buat dia dan buat kami mendaulatnya. Pada hari itu saya dengan istri sudah menunggu-nunggu Bang Amat. Rasanya tak sabaran - dan memang walaupun nama saya itu ada dalam Al-Quran yang tertera sobron artinya sabar - tapi sayalah orangnya yang selalu nggak sabaran! Saya dan istri sudah siap-siap menunggu Bang Amat. Pabila ada mobil sedan mau memasuki gang menuju rumah kami - selalu rasa dalam dada deg-degan siapa tahu mobil Bang Amat. Lama-lama datang juga - ada mobil yang nomor polisinya B 13,- nah itulah mobil menteri yang Bang Amat. Mobil itu masuk gang menuju rumah kami - Gang Anggrek di Tebet. Bukan main kami gembiranya. Kami bertiga, istri saya dan anak saya yang baru berumur 11 bulan dan saya. Kami hanya bertiga di rumah yang sangat sederhana - lantai tanah tanpa listrik bagian belakangnya. Dia memeluk saya dan istri saya. Yang saya ingat benar - ketika istri saya melahirkan anak pertama kami - saya dalam keadaan sangat sibuk - cari rumah kontrakan. Sehingga tak sempat datang ke rumah sakit Tjikini ketika istri saya melahirkan Wita. Saya datang ke rumahsakit agak terlambat beberapa jam sesudah dia melahirkan. Betapa senangnya hati saya - juga rasa malunya - sebab orang pertama yang membezoek istri saya adalah Bang Amat. Saya lihat sudah ada Bang Amat di rumahsakit Tjikini pada tanggal 14 November 1962. Saya tadinya agak nggak enak juga - sebab saya tidak berada di rumahsakit ketika istri saya melahirkan. Tetapi rupanya istri saya sudah menjelaskan bahwa saya sangat sibuk dan ketat waktunya. Dan kami bertiga sangat senang serta gembira - Bang Amat adalah orang pertama melihat bayi kami di RS Tjikini November 1962 itu. Dan kini kami mendaulat Bang Amat buat makan kepala-ikan - ikan ketarap kesukaan Bang Amat. Masakan gangan Belitung - masakan yang sangat disukai Bang Amat. Kalau masakan Minang - semacam asam-padeh. Dia selalu lahap kalau makan ikan apalagi kepala-ikan yang dia sukai. Dia tertawa mengakak - jebakan surprise kami mengena umpan! Lalu dia bilang kepada saya ketika itu - pantasan kamu tanya akan berapa lama saya berada di rumah kalian..ya?!. Sayang waktu dia sangat pendek di rumah kami. Dan kini bayi yang dulu dibezoek Bang Amat - kini sudah berusia 44 tahun - sudah punya anak gadis dan pemuda ganteng si Celine dan Angel di Almere - Holland. Betapa tragisnya tragedi
[budaya_tionghua] OOT: OBROLAN dari JAKARTA
Sobron Aidit : O B R O L A N dari J A K A R T A Semua barang - bahan dan apa saja naik. Salah satu perbandingan yang saya alami sendiri. Dulu tahun 2005 bulan Agustus - ongkos dan dana sehari-hari saya di luar makanan - berkenaan dengan pekerjaan setiap hari. Angkot l = nomor 97 = 2000 rupiah Angkot 2 = nomor 112 = 2000 rupiah Ongkos warnet setiap hari-kerja = 6000 rupiah. Total kerja-harian = 10.000 rupiah plus 4000 rupiah dengan pergi-pulang = 14.000 rupiah. Kini bulan Januari ini sudah naik. Angkot 1 = nomor 97 = 3000 rupiah Angkot 2 = nomor 112 = 3000 rupiah Terkadang naik ojek - sebab kini Angkot yang dulu lewat depan rumah kami - kini sudah mengalihkan jalur angkotnya. Ojek = 4000 rupiah. Ongkos warnet saetiap hari-kerja 8000 rupiah. Total kerja-harian = transportasi pergi pulang saja = 20.000 rupiah plus warnet = 28.000,-jadi naik dua kalilipatnya = dulu 14.000 rupiah kini menjadi 28.000 rupiah sehari. Tahun lalu naik kereta Jakarta - Bandung - kereta eksekutive seharga 70.000 rupiah. Kini naik menjadi 75.000 rupiah. Makanan yang dulu beberapa bulan yang lalu, semua naik. Menurut pengamatan saya - dulu antara tahun 1993 sampai tahun 2000, warung-makanan sederhana yang paling banyak yalah Warteg - Warung Tegal. Kini beralih. Warung-makanan yang paling banyak yalah Warung Nasi Padang - atau Restoran Minang - Makanan Minang. Pokoknya makanan yang serba Padang dan Minang. Perubahan ini sangat jelas dan nyata. Sekarang kota Bogor sudah menjadi besar dan ramai dan penduduknya sangat padat dan kotanya berkembang luas dan melebar. Tapi yang namanya stasiun Kereta-nya nggak ada perubahan dari sejak yang saya tahu tahun 1949. Kecil - kotor dan nggak teratur! Nggak sepadan dengan nama yang disandangnya sebagai Kota Bogor yang dulu Buitenzorg. Orang banyak lupa dan merasa nggak perlu tahu dan nggak perlu ingat bahwa Kebun Raya Bogor itu adalah Kebun Raya yang terbaik - terlengkap di duni! Di dunia! Sekarang ini secara jadwal musiman - adalah musimhujan. Di Jakarta setiap hari selalu hujan. Hujan mulai datang pabila sore dan menjelang malam. Ada segi enaknya - hawanya nggak terlalu panas seperti musimkemarau. Ada mainan-kata tentang tanahair kita ini. Katanya pabila musimhujan - maka bahaya banjir - bahaya longsor akan selalu mendekat-dekat dan menyelimuti bumi kita. Pabila musimpanas - maka bahaya kekeringan dan bahaya kebakaran selalu saja timbul dan banyak daerah terkena. Pabila keadaan ekonomi sudah demikian parah - banyak perampokan - pembunuhan - jambret dan copet - pengemis dan kekerasan. Hampir setiap hari ada pencurian - kekerasan - perampokan dan pembunuhan. Lalulintas sudah sama dengan korupsi - selalu ada di mana-mana. Kini kota mana saja - selalu ada kemacetan. Baik di Bandung di Bogor di Salatiga di Bojonegoro selalu ada kemacetan - hanya derajat tingkatnya berbeda. Sedang - kadang-kadang - berat dan sangat dan parah. Buat Jakarta tingkatnya sudah parah. Buat mengatasi kemacetan dan kurangnya pengangkutan umum di Jakarta - kini sudah ada kendaraan yang bernama subway - bis yang berputar sekitar kota Jakarta - berkeliling. Dengan ongkos 3000 rupiah buat dekat-jauh - asal saja jangan turun. Kalau turun dan begitu naik - ditarik bayaran lagi 3000 rupiah lagi. Ini kendaraan sangat murah dan praktis. Ada jalurnya sendiri. Dan perkara penumpangnya - minta ampun! Sangat banyak - berdesakan - sebab murahnya dan jarang mengenal macet sebab jalur khusus sengaja dibuat bisway saja. Di sekitar dekat rumah kami tadi malam sangat ramai. Ada perayaan yang kami tidak tahu. Apakah ada kondangan karena hari pernikahan - apakah karena ada sunatan - apakah karena ada perayaan hari ulangtahun? Tapi suara musik yang keras sangat ramai. Musik dangdut dan musik bergaya melayu - maklum di kampung - masih asli Jakarta. Biasanya tidak seramai malam tadi. Karena kedengarannya sangat menarik - maka kami berdua Marko ingin juga melihat dari dekat - ada apa sih. Rupanya kedatangan kami berdua juga menarik perhatian tuanrumah yang mengadakan pesta kondangan itu. Lalu dengan sangat ramah dan tampak benar-benar baik dari hati yang lurus - kamipun bersedia naik dan masuk ke rumah. Dan duduk bersama tamu lainnya. Jadi kami menjadi tamu tidak diundang - tetapi diundang secara dadakan - datang secara mendadak karena ingin tahu. Ada dua rombongan musik. Dangdut dan orkes-melayu. Ada bangsal besar buat dua rombongan musik itu. Dan begitu banyak makanan kecil dan penganan dihidangkan. Setelah saya menanyakan pesta apa dan hajat apa - tuanrumah mengatakan bahwa dia baru kemaren dulu pulang dari naik-haji - kloter sekian - buat daerah Jakarta. Kontan saya menyalami tuanrumah - mengucapkan selamat - selamat kepada Pak Haji Djalil seorang pendudul Kecamatan Kebon Manggis daerah Cibubur. Dan saya minta izin pulang sebentar saja buat mengambil sesuatu. Benar ya Pak, kami tunggu - kita ngobrol nanti ya..., kata Pak Haji Djalil - haji-baru tahun ini juga! Dan saya