Re: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING
Itulah masalahnya. Karena ga ada yang berani angkat bicara. Para pemuka agama kan ga akan protes karena mereka diposisikan untuk menjadi 'teladan', coba kalau kita, umatnya yang ramai-ramai protes, didengar kal ... Kalau aku protes sendirian .. siapa juga yang mau peduli Maria From: zho...@yahoo.com zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sun, May 23, 2010 7:57:24 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Saya kok belum dengar para tokoh agama yg keberatan dng pemaksaan nikah secara agama ini? Rupanya para agamawan senang2 saja dpt bantuan negara untuk mengumpulkan umat. Dimana nilai2 kejujuran dan ketulusan yg seharusnya dijunjung tinggi dlm ajaran agama??? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: Maria Claudia claudia_maria_ a...@yahoo. com Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Sun, 23 May 2010 00:21:49 -0700 (PDT) To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com ReplyTo: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Surya Paloh itu bener banget. Coba lihat UU Perkawinan. Masa sebelum menikah di catatan sipil harus nikah di lembaga keagamaan dulu. Apa urusannya agama dan negara? Nenek moyang juga kita juga bisa nikah di catatan sipil tanpa harus nikah di gereja. Memangnya kalau nikah di lembaga keagamaan dijamin bakal jadi orang beragama? Yang bener adalah waktu mau kawin sibuk cari tempat yang bisa mengawinkan, tapi setelah upacara selesai, mungkin lewat tempat ibadat pun tidak. Ga bener tuh! Harus ada yang memulai untuk merubahnya. Salam Maria From: ChanCT sa...@netvigator. com To: tionghoa-net@ yahoogroups. com Sent: Sat, May 22, 2010 5:43:53 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Setuju! Pengalaman sejarah jangan dilewatkan begitu saja, bahkan banyak pengalaman sudah dibayar sangat mahal dengan korban jiwa manusia yang begitu banyaknya, ... Jadi, benar-benar harus dijadikan cambuk untuk menuntut generasi berikut lebih keras dan berani melihat kenyataan sejarh. Dengan berani akui dan betulkan yang salah, untuk maju lebih lebih baik dan jangan sampai terulang jatuh korban-korban yang tak diperlukan! Seandainya kita perhatikan, saat-saat Tong Sien Fu yang meninggalkan Indonesia ditahun 1960, sebagaimana saya ketahui, Pemerintah Indonesia saat itu menetapkan bagi mereka yang pulang kampung (Hui Guo) lebih dahulu harus menandatangani pernyataan TIDAK AKAN KEMBALI KE INDONESIA LAGI, maka ketidak berhasilan Tong Sien Fu mendapatkan WNI ada benarnya juga. Tentu saya tidak menyangkal kemungkinan hanya karena sang pejabat yang nakal dan serakah, setelah gaet 50 juta, merasa KURANG, ingin dapatkan lebih banyak, akhirnya Tong balik pikiran setelah kesal-mendongkol melihat busuknya birokrasi dinegeri ini. Karena sayapun melihat kenyataan, tidak sedikit Tionghoa bisa kembali hidup di Indonesia, sekalipun juga yang pulang kekampung tahun 60, bahkan jelas tergolong korban PP-10. Jadi, Pemerintah yang berkuasa sekarang ini, kudu lebih dahulu dengan TEGAS benahi ketentuan-ketentuan yang dirasakan SALAH pemerintah terdahulu dan, ... benahi birokrasi Pemerintahan, agar setiap pejabat Pemerintah secara jujur menjadi pengabdi rakyat yang baik-baik, menjadi KACUNG rakyat yang membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat sebaik-baiknya. Salam, ChanCT - Original Message - From: Flowing Water syahr...@cbn. net.id To: tionghoa-net@ yahoogroups. com Sent: Sunday, May 23, 2010 8:13 AM Subject: RE: [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Kutipan: Om Tong memang cerita tentang kesulitan dia memperoleh izin naturalisasi. Dia telah mengajukan selama lebih dari sepuluh tahun dengan biaya sendiri hingga habis lebih dari Rp 50 juta-an, kata Alan. Awalnya dia telah mendapatkan KIMS (kartu izin menetap sementara) yang diperpanjang dengan menerima KIM (kartu izin menetap), tetapi ketika saatnya mendapatkan surat bukti WNI, dia malah diminta mengurus ulang proses mendapatkan KIMS, katanya. Membaca ini saya tidak bisa mengelak untuk marah. Apakah ulat2 yang menjijikkan yang mengatur urusan beginian di kantor2 masih bercokol. Pantes saja negeri ini terpuruk. Soalnya kebanyakan orang2 bermental b***k yang bercokol dimana-mana. Alan benar negeri ini bukan hanya kurang bisa menghargai nilai2 tetapi bahkan TIDAK menghargai nilai2, seperti para pelatih nasional. Sangat memalukan... -Original Message- From: den suta [mailto:sutawiy...@yahoo. com] Sent: Sunday, May 23, 2010 6:44 AM To: tionghoa-net@ yahoogroups. com Subject: [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Dear T-neters, Untuk dapat cepat membangun suatu bagsa dan negara, harus ada keinginan keras dan mau cepat berubah Tak cepat berubah takkan sampai ke-mana2. Kayaknya sudah
Re: 回覆: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING
Adik Chan sayang, he he he . so akrab Maksud saya juga begitu. Ada banyak orang Tionghoa yang sebenarnya ga punya agama, ngakunya Budha tapi doanya apa juga ga tau, mereka cuma percaya Thian, tapi Liam Keng juga ga pernah, mereka cuma pegang hio kalau ada anggota keluarganya yang meninggal atau pas melayat. Nah, giliran mau kawin, ada peraturan harus nikah di lembaga agama, kelabakan deh. Ujung2nya lari ke Budha, yang paling dekat dan mungkin paling gampang persyaratannya, atau yang lebih modern ke Katolik, supaya masih bisa 'pegang hio' dan nanti ananknya gampang cari sekolah. Nah, setelah dapat surat dari vihara atau gereja, apa mereka mau ke sana lagi? Mungkin iya kalau mau cerai ., kalau ga sih boro-boro .. lewat juga ga . Selain itu ada masalah yang lebih penting. Masalah kdrt. Tau ga kalau gereja Katolik itu ketat banget aturannya. Kalau udah kawin, suliit banget untuk cerai apa pun alasannya. Tanpa UU Perkawinan itu aja udah susah, ditambah lagi ada aturan itu. Bayangin lho, itu korban kdrt, udah tiap hari disiksa suami, mau cerai ke catatan sipil, ga bisa, karena diancam terus, lari ke gereja eh malah disuruh ke catatan sipil dulu Akhirnya menderita seumur hidup ... Kasian ga dengernya? Mendingan kita ikutan deh mikiran nasib orang2 yang seperti itu. Kasihan kan mereka ga bisa apa2. Kalau kawin kebo mah bodo aja ceweknya. Yang rugi siapa? Jangan mau dong diajakin kawin kebo. Ntar cowoknya kabur, minta pertanggung jawabannya gimana? Maria From: ChanCT sa...@netvigator.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Mon, May 24, 2010 12:54:18 AM Subject: 回覆: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Mbak Maria yb, Maksud kalimat terakhir, Harus ada yang memulai untuk merubahnya. Itu apa maksudnya, ya? Kan, kalau orang tidak ber-Agama atau Agama yang dianut tidak termasuk Agama yang diakui sah oleh Pemerintah, misalnya Agama Kong Hu Chu dimasa Soeharto berkuasa yang tidak diakui sebagai Agama yang sah, itu akibatkan mereka jalankan kawin kebo. Tidak tercatat di catatan sipil, karena mereka tidak hendak menghianati Agama yang menjadi keyakinannya, atau disuruh ganti Agama untuk tercatat perkawinan mereka. Saya SETUJU, jangan libatkan Agama dengan NEGARA. Orang kawin apapun Agama-nya tidak ada hubungan denegan catatan sipil, CATAT-lah mereka sebagai warga yang melangsungkan perkawinan secara sah. Negara tidak usah ikut mencampuri Agama orang yang dianut, berilah kebebasan pada masing-masing. Karena kepercayaan dan keyakinan Agama itu sepenuhnya adalah masalah pribadi orang, yang tidak seharusnya direcoki oleh Pemerintah. Jadi, untuk merubahnya bukan harus ada orang yang memulai. Itu sudah banyak orang yang memulai tidak mencatatkan diri dicatatan sipil, ... tapi, Pemerintah yang berkuasa harus ambil tindakan untuk merubah. Bahkan bubarkan saja itu Dept. Agama, yang katanya hanya jadi sarang korup. Biarlah setiap Agama yang ada diurus sendiri oleh Agama masing-masing. Salam, ChanCT - 原始郵件- 寄件者: Maria Claudia 收件者: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 傳送日期: 2010年5月23日 15:21 主旨: Re: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Surya Paloh itu bener banget. Coba lihat UU Perkawinan. Masa sebelum menikah di catatan sipil harus nikah di lembaga keagamaan dulu. Apa urusannya agama dan negara? Nenek moyang juga kita juga bisa nikah di catatan sipil tanpa harus nikah di gereja. Memangnya kalau nikah di lembaga keagamaan dijamin bakal jadi orang beragama? Yang bener adalah waktu mau kawin sibuk cari tempat yang bisa mengawinkan, tapi setelah upacara selesai, mungkin lewat tempat ibadat pun tidak. Ga bener tuh! Harus ada yang memulai untuk merubahnya. Salam Maria From: ChanCT sa...@netvigator. com To: tionghoa-net@ yahoogroups. com Sent: Sat, May 22, 2010 5:43:53 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Setuju! Pengalaman sejarah jangan dilewatkan begitu saja, bahkan banyak pengalaman sudah dibayar sangat mahal dengan korban jiwa manusia yang begitu banyaknya, ... Jadi, benar-benar harus dijadikan cambuk untuk menuntut generasi berikut lebih keras dan berani melihat kenyataan sejarh. Dengan berani akui dan betulkan yang salah, untuk maju lebih lebih baik dan jangan sampai terulang jatuh korban-korban yang tak diperlukan! Seandainya kita perhatikan, saat-saat Tong Sien Fu yang meninggalkan Indonesia ditahun 1960, sebagaimana saya ketahui, Pemerintah Indonesia saat itu menetapkan bagi mereka yang pulang kampung (Hui Guo) lebih dahulu harus menandatangani pernyataan TIDAK AKAN KEMBALI KE INDONESIA LAGI, maka ketidak berhasilan Tong Sien Fu mendapatkan WNI ada benarnya juga. Tentu saya tidak menyangkal
Re: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING
Surya Paloh itu bener banget. Coba lihat UU Perkawinan. Masa sebelum menikah di catatan sipil harus nikah di lembaga keagamaan dulu. Apa urusannya agama dan negara? Nenek moyang juga kita juga bisa nikah di catatan sipil tanpa harus nikah di gereja. Memangnya kalau nikah di lembaga keagamaan dijamin bakal jadi orang beragama? Yang bener adalah waktu mau kawin sibuk cari tempat yang bisa mengawinkan, tapi setelah upacara selesai, mungkin lewat tempat ibadat pun tidak. Ga bener tuh! Harus ada yang memulai untuk merubahnya. Salam Maria From: ChanCT sa...@netvigator.com To: tionghoa-...@yahoogroups.com Sent: Sat, May 22, 2010 5:43:53 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Setuju! Pengalaman sejarah jangan dilewatkan begitu saja, bahkan banyak pengalaman sudah dibayar sangat mahal dengan korban jiwa manusia yang begitu banyaknya, ... Jadi, benar-benar harus dijadikan cambuk untuk menuntut generasi berikut lebih keras dan berani melihat kenyataan sejarh. Dengan berani akui dan betulkan yang salah, untuk maju lebih lebih baik dan jangan sampai terulang jatuh korban-korban yang tak diperlukan! Seandainya kita perhatikan, saat-saat Tong Sien Fu yang meninggalkan Indonesia ditahun 1960, sebagaimana saya ketahui, Pemerintah Indonesia saat itu menetapkan bagi mereka yang pulang kampung (Hui Guo) lebih dahulu harus menandatangani pernyataan TIDAK AKAN KEMBALI KE INDONESIA LAGI, maka ketidak berhasilan Tong Sien Fu mendapatkan WNI ada benarnya juga. Tentu saya tidak menyangkal kemungkinan hanya karena sang pejabat yang nakal dan serakah, setelah gaet 50 juta, merasa KURANG, ingin dapatkan lebih banyak, akhirnya Tong balik pikiran setelah kesal-mendongkol melihat busuknya birokrasi dinegeri ini. Karena sayapun melihat kenyataan, tidak sedikit Tionghoa bisa kembali hidup di Indonesia, sekalipun juga yang pulang kekampung tahun 60, bahkan jelas tergolong korban PP-10. Jadi, Pemerintah yang berkuasa sekarang ini, kudu lebih dahulu dengan TEGAS benahi ketentuan-ketentuan yang dirasakan SALAH pemerintah terdahulu dan, ... benahi birokrasi Pemerintahan, agar setiap pejabat Pemerintah secara jujur menjadi pengabdi rakyat yang baik-baik, menjadi KACUNG rakyat yang membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat sebaik-baiknya. Salam, ChanCT - Original Message - From: Flowing Water syahr...@cbn.net.id To: tionghoa-...@yahoogroups.com Sent: Sunday, May 23, 2010 8:13 AM Subject: RE: [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Kutipan: Om Tong memang cerita tentang kesulitan dia memperoleh izin naturalisasi. Dia telah mengajukan selama lebih dari sepuluh tahun dengan biaya sendiri hingga habis lebih dari Rp 50 juta-an, kata Alan. Awalnya dia telah mendapatkan KIMS (kartu izin menetap sementara) yang diperpanjang dengan menerima KIM (kartu izin menetap), tetapi ketika saatnya mendapatkan surat bukti WNI, dia malah diminta mengurus ulang proses mendapatkan KIMS, katanya. Membaca ini saya tidak bisa mengelak untuk marah. Apakah ulat2 yang menjijikkan yang mengatur urusan beginian di kantor2 masih bercokol. Pantes saja negeri ini terpuruk. Soalnya kebanyakan orang2 bermental b***k yang bercokol dimana-mana. Alan benar negeri ini bukan hanya kurang bisa menghargai nilai2 tetapi bahkan TIDAK menghargai nilai2, seperti para pelatih nasional. Sangat memalukan... -Original Message- From: den suta [mailto:sutawiy...@yahoo.com] Sent: Sunday, May 23, 2010 6:44 AM To: tionghoa-...@yahoogroups.com Subject: [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Dear T-neters, Untuk dapat cepat membangun suatu bagsa dan negara, harus ada keinginan keras dan mau cepat berubah Tak cepat berubah takkan sampai ke-mana2. Kayaknya sudah merpakan hukum alamno pain mo gainba- hwa utk, meraih kemajuan apa pun harus ada pengorban- nan!! Memang, kata para umat Buddhis, agar bisa hidup baha- gia, terutama harus berpikir here and now, karena apa yang sudah lalu gak akan terulang yang sama lagi, dan karenanya hilangkan rasa takut. Demikian pula, apa yang akan datang gak usah dikuatirkan, karena blm. tahu apa yang akan terjadi. Namun, bagi DS belajar sejarah masa lalu, dan antisipasi masa depan, demi maraih suatu kema- juan dan kemenangan tetap perlu. Dalam konteks ini, mungkin artikel kiriman seorang teman di Canada ini, dapat menjadi contoh nyata yang perlu di- pelajari, agar gak terulang kejadian yang merugikan... Silakan... Salam belajar sejarah, DS Sat, May 22, 2010 8:26:18 PM Fw: Tong Sin Fu From: To: REUNION-3-HOUSTON reunion-3-hous...@yahoogroups.com - Forwarded Message From: Sent: Sat, May 22, 2010 1:18:04 AM Subject: Tong Sin Fu TANG HSIN FOE Mantan pemain nasional Alan Budi Kusuma menganggap negara lain lebih memberi penghargaan kepada para pelatih bulu tangkis yang berprestasi. Hal ini diungkapkan oleh Alan mengenai sosok pelatih China kelahiran Indonesia
[budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING
Setuju! Pengalaman sejarah jangan dilewatkan begitu saja, bahkan banyak pengalaman sudah dibayar sangat mahal dengan korban jiwa manusia yang begitu banyaknya, ... Jadi, benar-benar harus dijadikan cambuk untuk menuntut generasi berikut lebih keras dan berani melihat kenyataan sejarh. Dengan berani akui dan betulkan yang salah, untuk maju lebih lebih baik dan jangan sampai terulang jatuh korban-korban yang tak diperlukan! Seandainya kita perhatikan, saat-saat Tong Sien Fu yang meninggalkan Indonesia ditahun 1960, sebagaimana saya ketahui, Pemerintah Indonesia saat itu menetapkan bagi mereka yang pulang kampung (Hui Guo) lebih dahulu harus menandatangani pernyataan TIDAK AKAN KEMBALI KE INDONESIA LAGI, maka ketidak berhasilan Tong Sien Fu mendapatkan WNI ada benarnya juga. Tentu saya tidak menyangkal kemungkinan hanya karena sang pejabat yang nakal dan serakah, setelah gaet 50 juta, merasa KURANG, ingin dapatkan lebih banyak, akhirnya Tong balik pikiran setelah kesal-mendongkol melihat busuknya birokrasi dinegeri ini. Karena sayapun melihat kenyataan, tidak sedikit Tionghoa bisa kembali hidup di Indonesia, sekalipun juga yang pulang kekampung tahun 60, bahkan jelas tergolong korban PP-10. Jadi, Pemerintah yang berkuasa sekarang ini, kudu lebih dahulu dengan TEGAS benahi ketentuan-ketentuan yang dirasakan SALAH pemerintah terdahulu dan, ... benahi birokrasi Pemerintahan, agar setiap pejabat Pemerintah secara jujur menjadi pengabdi rakyat yang baik-baik, menjadi KACUNG rakyat yang membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat sebaik-baiknya. Salam, ChanCT - Original Message - From: Flowing Water syahr...@cbn.net.id To: tionghoa-...@yahoogroups.com Sent: Sunday, May 23, 2010 8:13 AM Subject: RE: [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Kutipan: Om Tong memang cerita tentang kesulitan dia memperoleh izin naturalisasi. Dia telah mengajukan selama lebih dari sepuluh tahun dengan biaya sendiri hingga habis lebih dari Rp 50 juta-an, kata Alan. Awalnya dia telah mendapatkan KIMS (kartu izin menetap sementara) yang diperpanjang dengan menerima KIM (kartu izin menetap), tetapi ketika saatnya mendapatkan surat bukti WNI, dia malah diminta mengurus ulang proses mendapatkan KIMS, katanya. Membaca ini saya tidak bisa mengelak untuk marah. Apakah ulat2 yang menjijikkan yang mengatur urusan beginian di kantor2 masih bercokol. Pantes saja negeri ini terpuruk. Soalnya kebanyakan orang2 bermental b***k yang bercokol dimana-mana. Alan benar negeri ini bukan hanya kurang bisa menghargai nilai2 tetapi bahkan TIDAK menghargai nilai2, seperti para pelatih nasional. Sangat memalukan... -Original Message- From: den suta [mailto:sutawiy...@yahoo.com] Sent: Sunday, May 23, 2010 6:44 AM To: tionghoa-...@yahoogroups.com Subject: [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Dear T-neters, Untuk dapat cepat membangun suatu bagsa dan negara, harus ada keinginan keras dan mau cepat berubah Tak cepat berubah takkan sampai ke-mana2. Kayaknya sudah merpakan hukum alamno pain mo gainba- hwa utk, meraih kemajuan apa pun harus ada pengorban- nan!! Memang, kata para umat Buddhis, agar bisa hidup baha- gia, terutama harus berpikir here and now, karena apa yang sudah lalu gak akan terulang yang sama lagi, dan karenanya hilangkan rasa takut. Demikian pula, apa yang akan datang gak usah dikuatirkan, karena blm. tahu apa yang akan terjadi. Namun, bagi DS belajar sejarah masa lalu, dan antisipasi masa depan, demi maraih suatu kema- juan dan kemenangan tetap perlu. Dalam konteks ini, mungkin artikel kiriman seorang teman di Canada ini, dapat menjadi contoh nyata yang perlu di- pelajari, agar gak terulang kejadian yang merugikan... Silakan... Salam belajar sejarah, DS Sat, May 22, 2010 8:26:18 PM Fw: Tong Sin Fu From: To: REUNION-3-HOUSTON reunion-3-hous...@yahoogroups.com - Forwarded Message From: Sent: Sat, May 22, 2010 1:18:04 AM Subject: Tong Sin Fu TANG HSIN FOE Mantan pemain nasional Alan Budi Kusuma menganggap negara lain lebih memberi penghargaan kepada para pelatih bulu tangkis yang berprestasi. Hal ini diungkapkan oleh Alan mengenai sosok pelatih China kelahiran Indonesia, Tong Sin Fu atau Tang Hsienhu, yang mendampingi para pemain negeri itu mengalahkan Indonesia 3-0 pada final Piala Thomas, Minggu (16/5/2010). Alan memang dikenal dekat dengan pelatih kelahiran Teluk Betung, Lampung, 13 Maret 1942. Perkenalan terjadi saat Tong melatih di Indonesia pada 1987 hingga 1998. Bayangkan, pada usia setua itu, ia masih diberi kesempatan duduk mendampingi pemainnya. Padahal setahu saya, ia memiliki masalah dengan jantungnya, serta memang sejak muda hidup dengan satu ginjal, katanya. Peraih medali emas olimpiade ini memang merupakan salah satu anak didik Tong sejak muncul akhir 1980-an. Menurutnya, Tong sebagai pelatih menanamkan disiplin tinggi buat anak didiknya. Kalau latihan pukul delapan, dia sudah di lapangan
Re: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING
Saya juga sering heran, Indonesia ini sangat jual mahal dalam memberi status warga negara kpd warga asing. Mungkin menganggap negeri ini adalah satu2nya surga di dunia, yg menjadi incaran semua orang? Absurd! Negeri Amerika saja yg banyak menjadi incaran orang2 dari negeri sedang berkembang, sangat bermurah hati dlm hal ini! Setiap tahun diadakan lotere greencard, orang yg sdh 10tahun hidup di sana dpt menjadi Warga negara. Anak yg lahir disana juga otomatis dpt warga negara. Australia pun demikian, secara berjangka diadakan pengampunan bagi imigran gelap utk mendapat greencard, setelah sekian lama dpt naturalisasi menjadi warga negara. Negeri2 yg banyak menampung imigran terbukti maju di banyak bidang, para pendatang ini adalah darah segar dan merupakan aset berharga. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: ChanCT sa...@netvigator.com Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Sun, 23 May 2010 08:43:53 To: tionghoa-...@yahoogroups.com Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Setuju! Pengalaman sejarah jangan dilewatkan begitu saja, bahkan banyak pengalaman sudah dibayar sangat mahal dengan korban jiwa manusia yang begitu banyaknya, ... Jadi, benar-benar harus dijadikan cambuk untuk menuntut generasi berikut lebih keras dan berani melihat kenyataan sejarh. Dengan berani akui dan betulkan yang salah, untuk maju lebih lebih baik dan jangan sampai terulang jatuh korban-korban yang tak diperlukan! Seandainya kita perhatikan, saat-saat Tong Sien Fu yang meninggalkan Indonesia ditahun 1960, sebagaimana saya ketahui, Pemerintah Indonesia saat itu menetapkan bagi mereka yang pulang kampung (Hui Guo) lebih dahulu harus menandatangani pernyataan TIDAK AKAN KEMBALI KE INDONESIA LAGI, maka ketidak berhasilan Tong Sien Fu mendapatkan WNI ada benarnya juga. Tentu saya tidak menyangkal kemungkinan hanya karena sang pejabat yang nakal dan serakah, setelah gaet 50 juta, merasa KURANG, ingin dapatkan lebih banyak, akhirnya Tong balik pikiran setelah kesal-mendongkol melihat busuknya birokrasi dinegeri ini. Karena sayapun melihat kenyataan, tidak sedikit Tionghoa bisa kembali hidup di Indonesia, sekalipun juga yang pulang kekampung tahun 60, bahkan jelas tergolong korban PP-10. Jadi, Pemerintah yang berkuasa sekarang ini, kudu lebih dahulu dengan TEGAS benahi ketentuan-ketentuan yang dirasakan SALAH pemerintah terdahulu dan, ... benahi birokrasi Pemerintahan, agar setiap pejabat Pemerintah secara jujur menjadi pengabdi rakyat yang baik-baik, menjadi KACUNG rakyat yang membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat sebaik-baiknya. Salam, ChanCT - Original Message - From: Flowing Water syahr...@cbn.net.id To: tionghoa-...@yahoogroups.com Sent: Sunday, May 23, 2010 8:13 AM Subject: RE: [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Kutipan: Om Tong memang cerita tentang kesulitan dia memperoleh izin naturalisasi. Dia telah mengajukan selama lebih dari sepuluh tahun dengan biaya sendiri hingga habis lebih dari Rp 50 juta-an, kata Alan. Awalnya dia telah mendapatkan KIMS (kartu izin menetap sementara) yang diperpanjang dengan menerima KIM (kartu izin menetap), tetapi ketika saatnya mendapatkan surat bukti WNI, dia malah diminta mengurus ulang proses mendapatkan KIMS, katanya. Membaca ini saya tidak bisa mengelak untuk marah. Apakah ulat2 yang menjijikkan yang mengatur urusan beginian di kantor2 masih bercokol. Pantes saja negeri ini terpuruk. Soalnya kebanyakan orang2 bermental b***k yang bercokol dimana-mana. Alan benar negeri ini bukan hanya kurang bisa menghargai nilai2 tetapi bahkan TIDAK menghargai nilai2, seperti para pelatih nasional. Sangat memalukan... -Original Message- From: den suta [mailto:sutawiy...@yahoo.com] Sent: Sunday, May 23, 2010 6:44 AM To: tionghoa-...@yahoogroups.com Subject: [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING Dear T-neters, Untuk dapat cepat membangun suatu bagsa dan negara, harus ada keinginan keras dan mau cepat berubah Tak cepat berubah takkan sampai ke-mana2. Kayaknya sudah merpakan hukum alamno pain mo gainba- hwa utk, meraih kemajuan apa pun harus ada pengorban- nan!! Memang, kata para umat Buddhis, agar bisa hidup baha- gia, terutama harus berpikir here and now, karena apa yang sudah lalu gak akan terulang yang sama lagi, dan karenanya hilangkan rasa takut. Demikian pula, apa yang akan datang gak usah dikuatirkan, karena blm. tahu apa yang akan terjadi. Namun, bagi DS belajar sejarah masa lalu, dan antisipasi masa depan, demi maraih suatu kema- juan dan kemenangan tetap perlu. Dalam konteks ini, mungkin artikel kiriman seorang teman di Canada ini, dapat menjadi contoh nyata yang perlu di- pelajari, agar gak terulang kejadian yang merugikan... Silakan... Salam belajar sejarah, DS Sat, May 22, 2010 8:26:18 PM Fw: Tong Sin Fu From: To: REUNION-3-HOUSTON reunion-3-hous