Re: [budaya_tionghua] Re: Pandangan Anda tentang AFTA ? (Pro Jackson dan Anthony)
Saya nimbrung sedikit. Pengalaman saya waktu lalu, tahunnya lupa, tapi Tiongkok baru membuka diri. Ada pengusaha Indonesia yang pergi menanam modal di sana. Seorang mahasiswa di Jakarta datang bertanya kepada dosennya yang pribumi asli. Karena kebetulan saya ada di situ, jadi ikut mendengar.. Pertnyaannya: Mengapa kita biarkan pengusaha Indonesia yang Cina (sesuai istilah yang digunakan si penanya) menanam modal di Cina, padahal kita kekurangan modal? Sang dosen menjawab: Loh, waktu lalu anda bilang, modal asing di Indonesia, hanya menyebabkan kita miskin, sebab keuntungan dibawa ke sana, ke US, ke Belanda dll. Rakyat tetap menderita. Jadi menurut anda modal asing menguntungkan negeri yang menanam modal merugikan negeri yang ditanami modal. Sekarang pengusaha kita menanam modal di Cina, harusnya kita yang untung, Cina yang rugi. Koq sekarang jadi terbalik?' Si penanya mulai agak panik, Ya, pa, tapi faktanya begitu“ 。Begini, sang dosen dengan sabar melanjutkan Kalau ditanami modal rugi, menanam modal rugi, itu artinya kta yang bodoh. Bisnis bisa terlaksana hanya kalau kedua pihak untung. Sama dengan kalau kita belanja, pembeli dan penjual harus diuntungkan, pembeli merasa kebutuhannya dipenuhi dan penjual mendapat laba. Kalau salah satu pihak merasa dirugikan, bisnis tak jalan. Kalau pembeli merasa dirugikan ia tak akan datang lagi belanja ke sana. Kalau si penjual merasa rugi, ia tidak akan menjual lagi. Setuju? Mahasiswa dengan segan mengangguk juga. Mahasiswa kita banyak yang kurang berfikir maunya emosi saja,' katanya kepada saya. Sayang peristiwa simple yang terjadi 20 tahun yang lalu, sampai saat ini masih belum dipahami oleh sebagian dari kita. Atau memang kita senang jalan di tempat? Persetujuan perdagangan bebas ditandatangani sudah lama, mengapa kita tidak menyiapkan diri? Kalau kita ke Guangzhou sudah ada puluhan ribu orang Afrika Hitam tinggal di sana. Di Yiwu, kota yang menjadi pasar consumer product terbesar di Tiongkok banyak saudagar orang Arab dari Irak. Lalu mengapa orang Indonesia tak bisa? Mungkin ada yang menjawab, ada yang bisa tapi Cina lagi. Inilah akibat kebijakan pemerintah yang cupat. Berbeda politik , mengapa bahasanya yang harus diboikot. Kalau anti komunis mengapa harus anti huruf Tionghoa? Bahasa itu tak ada salahnya, dipakai menyebar paham komunis bisa, dipakai menyebar politik anti komunis bisa. Tapi kita lugu , bahasanya dilarang. Akibatnya orang Arab bisa bisnis di sana, orang Afrika bisa bisnis di sana, orang Indonesia kebingungan. Sudahlah, yang sudah lalu tak perlu dibicarakan, percuma sudah lewat. Kita lihat sekarang saja. Apakah sikap kita sudah berubah? Yah, tapi belum menyeluruh, kalau sudah berubah total, hari ini tak akan ada yang ribut masalah ini. Sdr.Siswanto, saya tak menyerang anda, tapi mengeluhkan mengapa kita tidak mau bergerak maju? Salam Liang U From: Erik rsn...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thu, January 7, 2010 1:19:57 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Pandangan Anda tentang AFTA ? (Pro Jackson dan Anthony) Nampaknya diskusi ttg AFTA sudah mereda ya? Saya mohon maaf kalo posting saya ini munculnya terlambat. Belakangan ini memang agak sibuk, tapi karena sudah janji pada bung Jakcson untuk memberi pendapat (sekaligus klarifikasi ungkapan Absurd yang diprotres bung Anthony) saya sempatkan bikin oret-oretan sedikit di sini. Bung Anthony, yang mampu membungkam orang berbicara di sini adalah para moderator, bukan saya. Apa lagi hanya dengan ungkapan Absurd langsung orang bisa dibungkam, wah anda terlalu merendahkan bung Jackson kalau gitu!! Tidak ada sama sekali maksud membungkam dari saya, apa lagi merendahkan bung Jackson!! Lalu, mengapa saya katakan pendapat bung Jackson absurd? Karena bagi saya, (mohon maaf ya, Jackson) pendapat beliau itu terkesan sangat menyederhanakan permasalahan, seakan penyebab dampak negatif AFTA adalah gara-gara hadirnya pedagang eceran dari China. Padahal dampak negatif (kalau memang ada) itu tetap akan ada, bahkan seandainya pedagang eceran dari China itu diusir semua. Produk Made In China tetap akan membanjiri pasaran Indonesia lewat importir lokal, dengan potensi melemahkan dan akhirnya membangkrutkan industri lokal yang berdampak pada meningkatnya pengangguran. Dan itulah permasalahannya yang harus kita hadapi!! Dan untuk itu, pada posting lalu saya minta pencerahan rekan miliser yang ahli ekonomi makro. Saya tidak menafikan pandangan ngkoh ABS bahwa kebijakan AFTA adalah satu paket yang membebaskan keluar masuknya produk dan juga para pekerja profesional antar negara penanda-tangan AFTA. Tapi, menurut saya (secara bodoh dan subyektif) yang paling krusial di depan mata kita adalah membanjirnya produk China berharga murah yang sudah mengamcam sektor riil kita. Para ahli ekonomi (seperti Aviliani, Faisal Basri dll) pernah mensinyalir bahwa perekonomian Indonesia 70% ditopang oleh sektor informal
[budaya_tionghua] Re: Pandangan Anda tentang AFTA ? (Pro Jackson dan Anthony)
Apa yang diajukan bung Liang sangat jitu. Itulah namanya perdagangan, dimana ada untung baru bisa jalan. Agar orang suka dan lebih banyak pengusaha menanamkan modalnya dinegeri ini, tentu harus menciptakan syarat-syarat yang lebih baik agar pengusaha bisa dapatkan untung dan usahanya berrkembang baik. Prinsip kapitalis dimana saja tentu sama, yaitu, gunakan modal sekecil mungkin untuk dapatkan keuntungan sebesar mungkin. Dimana dia melihat bisa dapatkan keuntungan lebih besar, kesitulah dia pergi. Tidak mungkin dicegah. Juga tidak mungkin orang dituntut tunjukkan partiotisme-nya untuk pertahankan usahanya di Indonesia, dengan menanggung jatuh rugi atau kurang beruntung. Disinilah peran Pamerintah yang berkuasa untuk memperbaiki syarat-syarat penanaman modal, untuk berusaha dinegeri ini. Pertama bersihkan birokrasi Pemerintah, beresin pungutan-liar yang merajalela selama ini; kedua, benahi itu listrik yang tidak stabil, byar-pet melulu tentunya sangat mengganggu produksi; ketiga, kurangi buruh berdemo, tidak masuk kerja, aksi mogok, dst., ... peraturan-peraturan yang kurang menguntungkan lancarnya berusaha dinegeri ini. Dalam pelaksanaan AFTA, sebenarnya saja tidak mungkin kita kalah disegala bidang. Pasti ada juga keunggulan dinegeri ini dibanding dengan Tiongkok. Berdasarkan keterangan seorang kawan, pabrik tekstil di Indonesia, juga tidak semuanya akan kalah bersaing dengan produksi Made In CHina. Dibagian produksi baju-dalam berkwalitas rendah, misalnya Indonesia mungkin kalah, tapi dalam produksi tektil yang halus dan berkwalitas tinggi dengan motive-motive tersendiri, Indonesia tetap bisa bertahan melawan saingan Made In China itu. Itu yang katanya terjadi beberapa tahun terakhir ini. Tidak semua pabrik tekstil dimatikan oleh Made In China! Seperti halnya dengan Thailand, Indonesia juga bisa kembangkan dan tingkatkan perkebunan buah-buahan dan sayuran tropik, yang jelas di Tiongkok tidak ada. Menjual buah-buahan merebut pasaran di Tiongkok. Dan ambil keuntungan lebih bersar disitu, seperti yang dilakukan Thailand. Jadi, Pemerintah harus siap hadapi globalisasi yang sedang bergulir, tidak berteriak masuknya barang produksi Tiongkok akan mematikan pabrik lokal. Itulah pertanyaan bung Erik, kalau barang produksi Made In China bisa masuk pasaran Indonesia, kenapa tidak Made In Indonesia masuk pasaran Tiongkok. Dalam hal ini kita mungkin saja kalah, tapi dalam hal lain masih bisa menang, kan. Dan setiap perjanjian perdagangan 2 negara itu dasarnya saling menguntungkan. Barang Made In CHina tidak masuk, apa dikira barang Made in Viet Nam, Made In Thailand, Made In Malaysia tidak akan masuk?Tapi, kalau kita tidak mengikuti permainan globalisasi ini, mengurung diri atau menutup AFTA dengan Tiongkok apa tidak berarti negeri ini akan terus terbelakang, tidak bisa maju-maju? Atau dengan kata lain, tetap membiarkan Indonesia diperas habis-habisan sebagaimana terjadi selama lebih 60 atahun ini oleh imperialis AS dan negara Eropah, terutama dalam penyedotan kekayaan bumi alam. Salam, ChanCT - Original Message - From: liang u To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, January 07, 2010 6:35 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Pandangan Anda tentang AFTA ? (Pro Jackson dan Anthony) Saya nimbrung sedikit. Pengalaman saya waktu lalu, tahunnya lupa, tapi Tiongkok baru membuka diri. Ada pengusaha Indonesia yang pergi menanam modal di sana. Seorang mahasiswa di Jakarta datang bertanya kepada dosennya yang pribumi asli. Karena kebetulan saya ada di situ, jadi ikut mendengar. Pertnyaannya: Mengapa kita biarkan pengusaha Indonesia yang Cina (sesuai istilah yang digunakan si penanya) menanam modal di Cina, padahal kita kekurangan modal? Sang dosen menjawab: Loh, waktu lalu anda bilang, modal asing di Indonesia, hanya menyebabkan kita miskin, sebab keuntungan dibawa ke sana, ke US, ke Belanda dll. Rakyat tetap menderita. Jadi menurut anda modal asing menguntungkan negeri yang menanam modal merugikan negeri yang ditanami modal. Sekarang pengusaha kita menanam modal di Cina, harusnya kita yang untung, Cina yang rugi. Koq sekarang jadi terbalik?' Si penanya mulai agak panik, Ya, pa, tapi faktanya begitu“ 。Begini, sang dosen dengan sabar melanjutkan Kalau ditanami modal rugi, menanam modal rugi, itu artinya kta yang bodoh. Bisnis bisa terlaksana hanya kalau kedua pihak untung. Sama dengan kalau kita belanja, pembeli dan penjual harus diuntungkan, pembeli merasa kebutuhannya dipenuhi dan penjual mendapat laba. Kalau salah satu pihak merasa dirugikan, bisnis tak jalan. Kalau pembeli merasa dirugikan ia tak akan datang lagi belanja ke sana. Kalau si penjual merasa rugi, ia tidak akan menjual lagi. Setuju? Mahasiswa dengan segan mengangguk juga. Mahasiswa kita banyak yang kurang berfikir maunya emosi saja,' katanya kepada saya. Sayang peristiwa simple yang terjadi 20 tahun yang lalu, sampai saat ini masih belum dipahami
[budaya_tionghua] Re: Pandangan Anda tentang AFTA ? (Pro Jackson dan Anthony)
Nampaknya diskusi ttg AFTA sudah mereda ya? Saya mohon maaf kalo posting saya ini munculnya terlambat. Belakangan ini memang agak sibuk, tapi karena sudah janji pada bung Jakcson untuk memberi pendapat (sekaligus klarifikasi ungkapan Absurd yang diprotres bung Anthony) saya sempatkan bikin oret-oretan sedikit di sini. Bung Anthony, yang mampu membungkam orang berbicara di sini adalah para moderator, bukan saya. Apa lagi hanya dengan ungkapan Absurd langsung orang bisa dibungkam, wah anda terlalu merendahkan bung Jackson kalau gitu!! Tidak ada sama sekali maksud membungkam dari saya, apa lagi merendahkan bung Jackson!! Lalu, mengapa saya katakan pendapat bung Jackson absurd? Karena bagi saya, (mohon maaf ya, Jackson) pendapat beliau itu terkesan sangat menyederhanakan permasalahan, seakan penyebab dampak negatif AFTA adalah gara-gara hadirnya pedagang eceran dari China. Padahal dampak negatif (kalau memang ada) itu tetap akan ada, bahkan seandainya pedagang eceran dari China itu diusir semua. Produk Made In China tetap akan membanjiri pasaran Indonesia lewat importir lokal, dengan potensi melemahkan dan akhirnya membangkrutkan industri lokal yang berdampak pada meningkatnya pengangguran. Dan itulah permasalahannya yang harus kita hadapi!! Dan untuk itu, pada posting lalu saya minta pencerahan rekan miliser yang ahli ekonomi makro. Saya tidak menafikan pandangan ngkoh ABS bahwa kebijakan AFTA adalah satu paket yang membebaskan keluar masuknya produk dan juga para pekerja profesional antar negara penanda-tangan AFTA. Tapi, menurut saya (secara bodoh dan subyektif) yang paling krusial di depan mata kita adalah membanjirnya produk China berharga murah yang sudah mengamcam sektor riil kita. Para ahli ekonomi (seperti Aviliani, Faisal Basri dll) pernah mensinyalir bahwa perekonomian Indonesia 70% ditopang oleh sektor informal, hanya 30% dari sektor formal (termasuk di dalamnya sektor industri). Apa jadinya kalau industri kita yang cuma 30% ini bukannya meningkat tapi justru gulung tikar satu per satu akibat kalah saing dengan poduk China yang terus membanjiri pasaran Indonesia? AFTA khan sudah dicanangkan jauh sebelum ini. Mengapa negara ASEAN lain siap dan kita tidak? Padahal kita adalah yang terbesar (secara geografis dan juga demografis) di antara mereka? Apalagi ditunjang dengan Sumber daya Alam yang kaya? Apa yang salah dari kita?? Kalau produk made in China bisak masuk ke pasar Indonesia, mengapa produk kita (yang teoritis juga bebas masuk ke China) tidak berbuat hal yang sama? Kalau modal pengusaha China bisa bebas ditanamkan di pelbagai sektor riil kita, kenapa kita tidak bisa berbuat hal yang sama? Kenapa pula pengusaha Indonesia yang (dulu pernah) berinvestasi ke China dituding tidak nasionalis dan melarikan modal ke luar negeri?? Itulah sekelumit kegamangan saya (sebagai rakyat kecil) yang menghadapi AFTA, sementara pemerintah dan elite politik kita malah tenang tak bereaksi, bahkan masih terus aja asyik dalam permainan politik promodial memperebutkan kepentingan pribadi dan kelompok. Pepatah Tionghoa katakan Kalau yang di kuali sudah siap, tak perlu khuatir yang di mangkok kita masing-masing tidak kebagian. Jadi, kalau secara makro kita sudah siap, gak usah khuatir dengan hadirnya pedagang eceran dari mana pun. Salam, Erik \ - In budaya_tionghua@yahoogroups.com, anthonyrayindra anthonyrayin...@... wrote: Sorry ya... walaupun menurut pak Erik AFTA itu 'level makro', menurut saya tidak ada salahnya sdr Jackson mempertanyakan dampaknya pada 'ekonomi mikro', terutama yang mungkin sudah ia hadapi sehari-hari. Faktanya memang ada pedagang dari RRT yang langsung berjualan di sini. Tidak apa2 toh mengajukan pertanyaan, rasanya tidak perlu langsung membungkam dengan mengatakan pertanyaan itu absurd. Masak bertanya saja tidak boleh... Kalaupun pak Erik tidak setuju dengan pertanyaannya, rasanya ada kata lain untuk berpendapat, tidak perlu menggunakan kata-kata yang galak. Kalau saya pribadi, masih 'wait and see' tentang AFTA ini. Teorinya sih bagus, karena kita (harusnya) mendapat akses ke pasar yang jauh lebih luas, dan contoh penyatuan Uni Eropa juga berjalan baik\ \ ...